Disusun oleh:
Aghestine Amara Cindy(202141001)
Rafi(202140039)
Sumardi Robertus(202141015)
Shania Novena Simanjuntak(202141018)
1.Latar Belakang
Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita
(bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan dan pada masa
awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan muncul setelah anak
berusia 2 tahun.
SK Menkes RI (2012) menyatakan bahwa pendek dan sangat pendek adalah status
gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting (pendek) dan severely
stunting (sangat pendek). Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat
dalam waktu yang relatif lama. (Gibson, 2005).
Stunting adalah indikator dari hasil malnutrisi yang memperburuk keadaan anak pada
usia dini dan sangat terkait dengan kondisi jangka pendek dan jangka panjang (Takele, dkk.
2019).
2.Tujuan
a.Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan,diharapkan orang tua dan anak dapat
mengetahui dan memahami bagaimana cara mencegah stunting
b.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1.Defenisi Stunting
2.Penyebab Stunting
3.Dampak stunting
4.Cara mencegah stunting
3.Rencana Kegiatan
1.Metode:
Penyampaian materi,diskusi,dan tanya jawab
4.Pemateri:
1.Aghestine Amara Cindy(202141001)
2.Rafi(202140039)
3.Sumardi Robertus(202141015)
4.Shania Novena Simanjuntak(202141018)
5.Peserta:
Dosen Pembimbing dan Mahasiswa/i Regular C semester 5
6.Waktu:
18:30 s.d selesai
4.Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Pemateri Kegiatan peserta Media
Kegiatan
Pembukaan 1.Salam pembuka 1. Menjawab salam 1.Tanya
jawab
2. Mendengarkan
2.Memperkenalkan
diri keterangan penyaji 2.Leaflet
3. Menyampaikan
3.Menjelaskan
maksud dan tujuan pengetahuan tentang
penyuluhan
materi yang disampaikan
4.Menggali
pengetahuan
peserta tentang
materi yang akan
disampaikan
Penyajian 1.Defenisi Stunting 1.Memperhatikan dan 1.Tanya
materi dan mendengarkan pemateri jawab
2.Penyebab
diskusi
stunting 2.Melihat dan 2.Leaflet
mendengarkan materi yang
3.Dampak stuntig
disampaikan
4.Cara mencegah
stunting
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting,penyebab stunting,dampak
stunting,dan cara mencegah stunting.
6.Materi penyuluhan(Lampiran 1)
7.Daftar Pustaka(lampiran 2)
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
A.Defenisi Stunting
Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita
(dibawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan
muncul setelah anak berusia 2 tahun.
B.Klasifikasi Stunting
Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi badan diukur
dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa
berdiri) atau baby length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer
holtain/mikrotoice terpasang di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat
digerakkan dalam posisi horizontal. Alat tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi
dan ada papan tempat kaki.
C.Etiologi
1.Asupan Gizi
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh. Usia anak 1 – 2,5 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting
Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain
karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. Pemenuhan
zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita
tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak
balita. (Dewi dan Adhi, 2016).
2.Faktor Penyebab Tidak Langsung
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berusia 0-6 bulan. Pada ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung
gizi dan zat pertahanan 6 tubuh, foremik (susu awal) yang mengandung protein
laktosa dan kadar air tinggi dan lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir)
memiliki kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi energi dan memberi
rasa kenyang lebihlama.
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang semula hanya
ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MPASI adalah sebagai
pemenuhan nutrisi yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya oleh ASI selain itu
sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-ASI sebaiknya diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan mempertimbangkan waktu dan
jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya
Pengetahuan orangtua tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi
keluarganya karena, akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi
3.Faktor Ekonomi
Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan
untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai
meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi.
D.Patofisiologi
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan lemak
di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin
juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami
perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan normal tidak hanya
bergantung pada kecukupan hormon pertumbuhan tetapi merupakan hasil yang
kompleks antara sistem saraf dan sistem endokrin. Hormon pertumbuhan
menyebabkan pelepasan faktor pertumbuhan mirip insulin (Insulin like Growth Factor
1 (IGF-1)) dari hati. IGF-1 secara langsungmempengaruhi serat otot rangka dan sel-
sel tulang rawan di tulang panjang untuk meningkatkan tingkat penyerapan asam
amino dan memasukkannya ke dalam protein baru, sehingga berkontribusi terhadap
pertumbuhan linear selama masa bayi dan masa kecil. Pada masa remaja, percepatan
pertumbuhan remaja terjadi karena kolaborasi dengan hormon gonad, yaitu
testosteron pada anak laki-laki, dan estrogen pada anak perempuan.
E.Manifestasi Klinis
2) Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
9) Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak
melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
F.Komplikasi
Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang.
1.Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila dibandingkan pada
umumnya)
4.Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
G.Penatalaksanaan
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2020) beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi stunting yaitu:
1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita.
3) Pemberian vitamin A.
5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
6) tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.
H.Pencegahan
Lampiran 2
I.DAFTAR PUSTAKA
Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequence. The Lancet, 371(9608), 243-260. Faramita, I. &. (2014).
Hubungan faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dengan stunting pada anak usia 24-
59 bulan diwilayah kerja puskesmas barombong kota makassar tahun 2014.
Ql-sihah: Public health science journal. Fitri, L. (2018).
Kinasih, R. R. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita
Di Puskesmas Pleret. Journal Kesehatan Samodra, 7(01), 66-70. Ma'rifat.
(2010).
Analisis hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak balita.