Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MASALAH STUNTING PADA BALITA

Memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Keluarga
Yang dibimbing oleh Ns.Dewa Ayu Sri Saraswati S.Kep

Disusun oleh:
Aghestine Amara Cindy(202141001)
Rafi(202140039)
Sumardi Robertus(202141015)
Shania Novena Simanjuntak(202141018)

UNIVERSITAS ICHAN SATYA BINTARO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Materi penyuluhan :Masalah Stunting pada Balita
Pokok bahasan :Masalah stunting pada Balita
Sasaran :Orang tua dan Balita
Hari/Tanggal :Jumat,15 Desember 2023
Waktu :18.30 s.d selesai
Tempat :Universitas Ichan Satya Bintaro

1.Latar Belakang
Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita
(bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan dan pada masa
awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan muncul setelah anak
berusia 2 tahun.
SK Menkes RI (2012) menyatakan bahwa pendek dan sangat pendek adalah status
gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting (pendek) dan severely
stunting (sangat pendek). Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat
dalam waktu yang relatif lama. (Gibson, 2005).
Stunting adalah indikator dari hasil malnutrisi yang memperburuk keadaan anak pada
usia dini dan sangat terkait dengan kondisi jangka pendek dan jangka panjang (Takele, dkk.
2019).

2.Tujuan
a.Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan,diharapkan orang tua dan anak dapat
mengetahui dan memahami bagaimana cara mencegah stunting
b.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1.Defenisi Stunting
2.Penyebab Stunting
3.Dampak stunting
4.Cara mencegah stunting
3.Rencana Kegiatan
1.Metode:
Penyampaian materi,diskusi,dan tanya jawab

2.Media dan alat bantu:


Leaflet,pemaparan materi slides melalui in focus dan laptop.

3.Tempat dan Waktu:


a.Tempat kegiatan:Universitas Ichan Satya Bintaro
b.Hari/Tanggal:Jumat,15 Desember 2023

4.Pemateri:
1.Aghestine Amara Cindy(202141001)
2.Rafi(202140039)
3.Sumardi Robertus(202141015)
4.Shania Novena Simanjuntak(202141018)

5.Peserta:
Dosen Pembimbing dan Mahasiswa/i Regular C semester 5

6.Waktu:
18:30 s.d selesai
4.Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Pemateri Kegiatan peserta Media
Kegiatan
Pembukaan 1.Salam pembuka 1. Menjawab salam 1.Tanya
jawab
2. Mendengarkan
2.Memperkenalkan
diri keterangan penyaji 2.Leaflet
3. Menyampaikan
3.Menjelaskan
maksud dan tujuan pengetahuan tentang
penyuluhan
materi yang disampaikan
4.Menggali
pengetahuan
peserta tentang
materi yang akan
disampaikan
Penyajian 1.Defenisi Stunting 1.Memperhatikan dan 1.Tanya
materi dan mendengarkan pemateri jawab
2.Penyebab
diskusi
stunting 2.Melihat dan 2.Leaflet
mendengarkan materi yang
3.Dampak stuntig
disampaikan
4.Cara mencegah
stunting

Penutup 1.Mengevaluasi Peserta Tanya jawab


memperhatikan,bertanya,dan
atau menanyakan
menjawab salam
kembali materi
yang telah
disampaikan pada
peserta
2.Menyimpulkan
kembali materi
yang telah
disampaikan
3.Memberi salam
penutup
5.Evaluasi:
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3. Evaluasi hasil

Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting,penyebab stunting,dampak
stunting,dan cara mencegah stunting.

6.Materi penyuluhan(Lampiran 1)

7.Daftar Pustaka(lampiran 2)

Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

A.Defenisi Stunting

Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita
(dibawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan
muncul setelah anak berusia 2 tahun.

B.Klasifikasi Stunting

Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi badan diukur
dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa
berdiri) atau baby length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer
holtain/mikrotoice terpasang di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat
digerakkan dalam posisi horizontal. Alat tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi
dan ada papan tempat kaki.

C.Etiologi

1.Faktor penyebab langsung

1.Asupan Gizi

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh. Usia anak 1 – 2,5 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting

2.Infeksi penyakit kronis

Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain
karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. Pemenuhan
zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita
tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak
balita. (Dewi dan Adhi, 2016).
2.Faktor Penyebab Tidak Langsung

1.Faktor ASI Eksklusif dan MP-Asi

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berusia 0-6 bulan. Pada ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung
gizi dan zat pertahanan 6 tubuh, foremik (susu awal) yang mengandung protein
laktosa dan kadar air tinggi dan lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir)
memiliki kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi energi dan memberi
rasa kenyang lebihlama.
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang semula hanya
ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MPASI adalah sebagai
pemenuhan nutrisi yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya oleh ASI selain itu
sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-ASI sebaiknya diberikan
setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan mempertimbangkan waktu dan
jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya

2.Faktor Orang Tua

Pengetahuan orangtua tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi
keluarganya karena, akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi

3.Faktor Ekonomi

Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan
untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai
meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi.

D.Patofisiologi

Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan lemak
di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin
juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami
perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan normal tidak hanya
bergantung pada kecukupan hormon pertumbuhan tetapi merupakan hasil yang
kompleks antara sistem saraf dan sistem endokrin. Hormon pertumbuhan
menyebabkan pelepasan faktor pertumbuhan mirip insulin (Insulin like Growth Factor
1 (IGF-1)) dari hati. IGF-1 secara langsungmempengaruhi serat otot rangka dan sel-
sel tulang rawan di tulang panjang untuk meningkatkan tingkat penyerapan asam
amino dan memasukkannya ke dalam protein baru, sehingga berkontribusi terhadap
pertumbuhan linear selama masa bayi dan masa kecil. Pada masa remaja, percepatan
pertumbuhan remaja terjadi karena kolaborasi dengan hormon gonad, yaitu
testosteron pada anak laki-laki, dan estrogen pada anak perempuan.

E.Manifestasi Klinis

Gejala balita stunting menurut Kemenkes 2020:

1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

2) Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya

3) Berat badan rendah untuk anak seusianya

4) Pertumbuhan tulang tertunda.

5) Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

6) Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat

7) Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk

8) Pubertas yang lambat

9) Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak
melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya

10)Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

F.Komplikasi
Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang.

Dampak jangka pendek, yaitu :

1. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.

2. Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal.

3. Peningkatan biaya kesehatan

Dampak jangka panjang, yaitu :

1.Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila dibandingkan pada
umumnya)

2.Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya

3.Menurunnya kesehatan reproduksi

4.Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah

5.Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

G.Penatalaksanaan

Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2020) beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi stunting yaitu:

1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita.

3) Pemberian vitamin A.

4) Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.

5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
6) tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.

7) Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan

8) minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan


asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
9)Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna yang
dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

H.Pencegahan

1.Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil

2.Asi eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat

4.Terus memantau tumbuh kembang anak

5.Selalu menjaga kebersihan lingkungan

Lampiran 2

I.DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info Media. Almatsier, S. d. (2011).


Gizi Seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Black
RE et al, .. (2008).

Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequence. The Lancet, 371(9608), 243-260. Faramita, I. &. (2014).

Hubungan faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dengan stunting pada anak usia 24-
59 bulan diwilayah kerja puskesmas barombong kota makassar tahun 2014.
Ql-sihah: Public health science journal. Fitri, L. (2018).

HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN STUNTING DI


PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU. Jurnal endurance, 3(1), 131.
Gibson, R. S. (2005).

Priciples of Nutritional Assesment. Second Edition. New York: Oxford University


Press Inc. Indonesia, M. (2015). Retrieved 01 27, 2021, from Stunting dan
Masa Depan Indonesia:
http://www.mcaindonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesiaTech
nicalBriefStunting-ID.pdf Khoeroh H, I. D. (2017).
Evaluasi Penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja puskesmas Sirampong.
Unnes Journal of Public Health(29(4)), 364- 370. Khoeroh H, I. D. (2017).

Evaluasi penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja puskesmas


Sirampong.Unnes Journal of Public Health(63), 189-95.

Kinasih, R. R. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita
Di Puskesmas Pleret. Journal Kesehatan Samodra, 7(01), 66-70. Ma'rifat.
(2010).

Analisis hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak balita.

Anda mungkin juga menyukai