Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN STUNTING

DI SUSUN OLEH :

1. BALQIS ARIFIN (DIV KEPERAWATAN)


2. BELLA FRISKA (DIV KEPERAWATAN)
3. NETTY NURHAYATI (DIV KEPERAWATAN)
4. RINA YUNITA (DIV KEPERAWATAN)
5. GITA SOWENDRA (DIII GIZI)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN STUNTING

Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Ny.R
Hari/Tanggal : Senin, 22 April 2019
Tempat : Rumah Tn.D
Penyuluh : Balqis Arifin

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan selama 30 menit
diharapkan ibu hamil dan ibu balita dapat mengetahui dan memahami
bagaimana mencegah stunting.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan ibu
hamil dan ibu balita mampu:
a. Definisi stunting
b. Penyebab stunting
c. Pencegahan stunting

B. Langakah-langkah Kegiatan
a. Media
 Materi SAP
 Leaflet
b. Metode
 Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
C. Pelaksanaan Kegiatan

No Tahap Waktu Kegiatan


Mahasiswa Peserta
1. Pembukaan 5 menit - Salam Pembuka - Menjawab salam
- Menjelaskan tujuan penyuluhan - Mendengarkan dan
- Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan
2. Pelaksanaan 15 menit Menjelaskan materi penyuluhan - Menyimak dan
secara berurutan dan teratur : memperhatikan
1. Definisi stunting materi
2. Penyebab stunting
3. Pencegahan stunting
3. Evaluasi 8 menit - Memberikan kesempatan - Aktif bertanya dan
kepada peserta untuk bertanya menjawab
- Memberikan pertanyaan secara pertanyaan
lisan kepada peserta secara
bergantian
4. Penutup 2 menit - Menyimpulkan materi yang - Menjawab salam
telah disampaikan
- Menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan waktu yang
telah diberikan
- Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
 Apa yag dimaksud dengan penyakit hipertensi ?
 Sebutkan rentang normal nilai tekanan darah !
 Sebutkan tanda dan gejala penyakit hipertensi !
 Sebutkan makanan yang dipantang !
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

A. Defenisi Stunting
Chilhood stunting atau tubuh pendek pada masa anak-anak merupakan
akibat kekurangan gizi kronik atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu.
Stunting digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada
anak. WHO, 2010 menuliskan stunting atau anak pendek adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya yaitu dengan indikator TB/U z score <-2SD.
Anak stunting berdampak pada perkembangan kecerdasan anak dan sebagai
factor risiko terjadinya penyakit kronis/PTM dimasa desawa (Susanti dan
Citerawati, 2018).
Stunting atau disebut juga dengan pendek merupakan kondisi gagal
tumbuh pada anak balita (12-59 bulan) akibat kekurangan gizi kronis
terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pasa
masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru Nampak setelah
anak berusia 2 tahun. Balita dikatakan pendek jika nilai z-score panjang
badan menurut (PB/U) atau tinggi badan menurut (TB/U) <-2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted). Balita stunted akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadi lebih rentan terhadap
penyakit, dan di masa depan dapat beresiko menurunnya tingkat
produktivitas. Pada akhirnya, stunting akan dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan kemiskinan (PERSAGI, 2018).
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan penjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO, ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. (Buletin, 2018).
B. Penyebab Stunting
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya stunting diantaranya adalah
asupan makanan yang tidak memadai (praktik pemberian makanan bayi dan
anak yang tidak tepat dan penyakit infeksi yang berulang terjadi). Faktor
penyebab tidak langsung diantaranya disebabkan oleh faktor-faktor seperti
kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh anak, penggunaan air yang
tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan
pendapatan yang rendah. (Susanti dan Citerawati, 2018).
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, di antaranya praktik
pengasuhan gizi kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum pada masa kehamilan serta setelah ibu
melahirkan. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
dari anak balita. Peluang intervensi kunci yang terbukti efektif di antaranya
adalah intervensi yang terkait praktik-praktik pemberian makanan anak dan
pemenuhan gizi ibu. Beberapa informasi untuk balita dalam pemenuhan gizi
dengan menerima makanan pendamping ASI (MPASI). MPASI diberikan
ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi
yang dapat membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan dan minuman (PERSAGI, 2018).

C. Pencegahan Stunting
Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik yang
ditujukan dalam 1000 hari pertama kehidupan. Intervensi gizi spesifik untuk
mengatasi permasalahan gizi pada ibu hamil, ibu menyusui 0-6 bulan, ibu
menyusui 7-23 bulan, anak usia 0-6 bulan, dan anak usia 7-23 bulan.
Permasalahan gizi ini bias diatasi ketika mereka memahami masalahnya dan
mengetahui cara mengatasinya sesuai dengan kondisi masing-masing.
Pemberian konseling gizi kepada individu dan keluarga dapat membantu
untuk mengenali masalah kesehatan terkait gizi, memahami penyebab
terjadinya masalah gizi, dan membantu individu serta keluarga memecahkan
masalahnya sehingga terjadi perubahan perilaku untuk dapat menerapkan
perubahan perilaku makan yang telah disepakati (PERSAGI, 2018).
Selain itu beberapa usaha yang dilakukan dalam mencegah stunting
adalaha zat gizi mikro pada makanan anak-anak atau pemberian makanan
yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan pemberian konseling kepada
ibu tentang praktek pemberian makan harus berjalan seiring dengan
pengajaran orang tua tentang perilaku kesehatan dan kebersihan secara
optimal, kegiatan untuk meningkatkan keterampilan orangtua, dan intervensi
psikososial untuk mempromosikan perkembangan psikologis anak (Susanti
dan Citerawati, 2018).
Upaya intervensi tersebut meliputi:
1. Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut.Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal
90 tablet selama kehamilan.Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit-sakit. Pada saat bayi lahir.
2. Pada bayi saat lahir
• Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
• Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja
(ASIEksklusif)
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
• Mulai usia 6 bulan, selain ASIbayi diberi Makanan Pendamping ASI(MP-
ASI).
• Pemberian ASIterus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih.Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar
lengkap.
4. Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategi suntuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan
fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBSmenurunkan
kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk
pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi
sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000
HPK, namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar
pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja
putri menjadi ibu. (Infodatin, 2016)
Beberapa penambahan zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari
Stunting (kerdil) sebagai berikut:
- Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah
dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri
kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
- Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid
mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium
juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan
sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
- Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi
kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
- Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
- Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan
sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam
folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-
sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Bulletin. 2018. Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Redaksi

Infodatein. 2016. Situasi Balita Pendek Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.

Persatuan Gizi Indonesia. 2018. Stop Stunting dengan Konseling Gizi. Jakarta:
Penebar Plus
https://books.google.co.id/books?id=8-
CMDwAAQBAJ&pg=PA149&dq=stunting+pada+balita&hl=id&sa=X&ved=0ah
UKEwjn4-
G1qM7hAhUZb30KHX6RDv0Q6AEILjAB#v=onepage&q=stunting%20pada%2
0balita&f=false. Diakses pada tanggal 13 April 2019.

Sudargo, toto., Aristasari, Tira & Afifah, Aulia. 2018. 1.000 Hari Pertama
Kehidupan
https://books.google.co.id/books?id=vI5eDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=
stunting+pada+balita&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjdjZ_yrs7hAhWLu48KHT6
2C-E4ChDoAQgtMAE#v=onepage&q&f=false

Susanti, Nila & Citerawati, Yetti Wira. 2018. NCP Komunitas. Malang: Wineka
Media
https://books.google.co.id/books?id=uWGIDwAAQBAJ&pg=PA14&dq=stunting
+pada+balita&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjn4-
G1qM7hAhUZb30KHX6RDv0Q6AEIRTAG#v=onepage&q=stunting%20pada%
20balita&f=false. Diakses pada tanggal 13 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai