Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN


PEMULIHAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI
KURANG DI POSYANDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TURI TAHUN 2020

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Skripsi

NAMA : ENY NUR FADHILLAH


NIM : P07124320081

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi
“EFEKTIFITAS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN
PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURI TAHUN 2020”

Disusun Oleh :
NAMA : ENY NUR FADHILLAH
NIM : P07124320081

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal:


………………………………

Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

NANIK SETYAWATI, S.ST., M.Kes. YULIANTISARI R, S.SiT., M.Keb.


NIP 198010282006042002 NIP 198107272005012003

Yogyakarta, ……………………………
Ketua Jurusan Kebidanan

DR. YUNI KUSMIYATI, S.ST, MPH.


NIP 197606202002122001
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
“EFEKTIFITAS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN
PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI POSYANDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURI TAHUN 2020”

Disusun Oleh
NAMA : ENY NUR FADHILLAH
NIM : P07124320081

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji


Pada tanggal : …………………2020

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua,

Munica Rita Hernayanti,S.SiT.,


M.Kes. (………………………)
NIP. 198005142002122001

Anggota,

Nanik Setyawati, S.ST., M.Kes.


NIP. 198010282006042002 (………………………)

Anggota,

Yuliantisari R, S.SiT., M.Keb.


NIP. 198107272005012003 (………………………)

Yogyakarta, ………………….
Ketua Jurusan Kebidanan

DR. YUNI KUSMIYATI, S.ST., MPH.


NIP. 197606202002122001
HALAMAN PERSYARATAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua bersumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Eny Nur Fadhillah


NIM : P07124320081
Tanda Tangan :

Tanggal : ………………….
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Skripsi ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Joko Susilo, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes


Yogyakarta.
2. Dr. Yuni Kusmiyati, S.ST., MPH. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta atas dukungan yang diberikan
kepada penulis.
3. Yuliasti Eka Purnama Ningrum, S.ST., MPH. selaku Ketua Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta atas
dukungan yang diberikan kepada penulis.
4. Nanik Setyawati, S.ST., M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
5. Yuliantisari R, S.SiT., M.Keb. selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
6. Munica Rita Hernayanti, S.SiT., M.Kes. selaku penguji yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Seluruh masyarakat kecamatan Turi yang telah membantu penulis dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
8. Orang tua, suami, adik, anak dan keluarga saya yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Suami tercinta Basit Wahyu Nugroho yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan material dan moral kepada penulis.
10. Putra tersayang Hafiizd Nur Ikhsan yang selalu menemani dan memberikan
keceriaan kepada penulis.
11. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada
penulis.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, November 2020


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRACT
ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Ruang Lingkup
E. Manfaat Penelitian
F. Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka
1. Gizi Kurang
2. Pemberian Makanan Tambahan
3. Status Gizi Balita
4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
B. Landasan Teori
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
C. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Waktu dan Tempat
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
G. Instrument dan Bahan Penelitian
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
I. Prosedur Penelitian
J. Manajemen Data
K. Etika Penelitian
L. Kelemahan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak Balita
Tabel 2. Pengertian Kategori Status Gizi Balita
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor Penyebab Gizi Kurang


Gambar 2. Kaitan Asupan Gizi dengan Status Gizi Balita
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi
maksimal yang dimilikinya. Berbagai jurnal menyebutkan, kerugian materi
dan imateri dari masalah gizi luar biasa besar. Masalah gizi menyebabkan
rendahnya status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap
rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pencapaian pendidikan
rendah, dan daya saing bangsa. Perbaikan gizi masih perlu dioptimalkan,
upaya Kementerian Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat melalui
Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas yaitu percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),
perbaikan gizi serta penurunan penyakit menular dan tidak menular(1).
Anak di bawah lima tahun atau balita memiliki masa
perkembangan fisik dan mental yang pesat, balita akan menunjukkan
pertumbuhan badan yang pesat sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih
tinggi. Kurang gizi pada masa ini akan mempengaruhi kualitas pada usia
dewasa sampai lanjut sehingga pada masa ini balita membutuhkan perhatian
lebih dalam tumbuh kembangnya(2).
Anak yang berat badannya kurang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang, hal ini mengakibatkan cadangan gizi tubuhnya dimanfaatkan
untuk kebutuhan dan aktivitas tubuh. Kekurangan asupan gizi dari makanan
dapat mengakibatkan penggunaan cadangan tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kemerosotan jaringan. Kemerosotan jaringan ini ditandai
dengan penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan tinggi
badan. Pada kondisi ini sudah terjadi perubahan kimia dalam darah atau
urin. Selanjutnya akan terjadi perubahan fungsi tubuh menjadi lemah, dan
mulai muncul tanda yang khas akibat kekurangan zat gizi tertentu. Akhirnya
muncul perubahan anatomi tubuh yang merupakan tanda sangat khusus,
misalnya pada anak yang kekurangan protein, kasus yang terjadi menderita
kwashiorkor. Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.
Gizi kurang adalah keadaan kekurangan berat badan menurut umur, dimana
z-skor antara -3 SD sampai dengan -2SD(3).
Program perbaikan gizi masyarakat meliputi penanggulangan
Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan kekurangan
zat gizi mikro lainnya dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian
Keluarga Sadar Gizi. Di Kabupaten Sleman, upaya penanggulangan KEP
diawali dengan kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) untuk mengetahui
status gizi balita di Kabupaten Sleman dengan indeks Berat Badan Menurut
Umur (BB/U), indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan indeks
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB). Pemantauan Status Gizi
(PSG) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai status gizi balita yang
rutin dilaksanakan setiap tahun pada bulan Februari menggunakan metode
crossectional dengan melibatkan semua balita yang ada(4).
PSG ini merupakan salah satu indikator kinerja utama Bupati
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Adapun hasil kegiatan PSG
tahun 2018 salah satunya dengan indeks Berat Badan Menurut Umur yaitu
pada tahun 2018 di Sleman ada 55.055 balita yang dipantau
pertumbuhannya yang tersebar di 25 Puskesmas dan 1.530 Posyandu yang
ada di Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa prevalensi balita status gizi
buruk tahun 2018 sebesar 0,52% (284 balita) mengalami peningkatan 0,08%
, dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu 0,44% (245 balita), dan jika
dibandingkan dengan restra tahun 2018 yaitu 0,43% maka prevalensi
tersebut belum memenuhi target. Prevalensi status gizi kurang pada tahun
2018 mengalami kenaikan sebesar 0,43 jika dibandingkan tahun 2017 yaitu
6,89% (3.795 balita) menjadi 7,32% (4.032 balita). Prevalensi balita status
gizi buruk dan kurang (underweight) pada tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 0,51% jika dibandingkan tahun 2017, yaitu 7,84% (4.316 balita)
menjadi 7,33% (4.040 balita), tetapi jika dibandingkan renstra Kabupaten
Sleman tahun 2018 angkanya lebih besar 0,73% yaitu 6,60%(4).
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapatkan
perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan
gizi. Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi, pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan
sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari (5)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
51 tahun 2016 tentang standar produk supplement gizi adalah untuk
memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak sekolah, wanita usia subur,
ibu hamil dan ibu nifas diberikan seplementasi gizi yang merupakan
penambahan makanan atau zat gizi yang diberikan dalam bentuk makanan
tambahan, tablet tambah darah, kapsul vitamin A, dan bubuk tabur gizi.
Suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan merupakan makanan
tambahan dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada balita 6 sampai 59 bulan dengan kategori
kurus, anak usia sekolah dasar dengan kategori kurus, dan ibu hamil kurang
energi kronis(6).
Puskesmas Turi merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Sleman. Berdasarkan data studi pendahuluan, di Puskesmas Turi tahun 2018
prevalensi status gizi buruk 0,68% (14 balita) dan prevalensi status gizi
kurang 5,56% (114balita), sedangkan tahun 2019 prevalensi balita status
gizi buruk terdapat 0,46% (9 balita) sedangkan balita dengan status gizi
kurang ada 9,72% (192balita). Entri data dilakukan satu kali dalam satu
tahun, yaitu pada bulan Februari. Berdasarkan studi pendahuluan, dari hasil
evaluasi program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk
kering berupa kacang hijau, gula merah, telur, abon, susu, minyak goreng,
dan mi kering yang diberikan selama tiga bulan April-Juni 2019 kepada 10
balita dengan status gizi buruk, didapatkan hasil 40% balita meningkat
status gizinya menjadi status gizi kurang dan 60% balita berstatus gizi
buruk. Kemudian untuk program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berupa biskuit belum dapat dievaluasi karena sebagian besar sasaran
mendapatkan jumlah biskuit tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya,
hal ini berkaitan dengan daya terima sasaran yang mudah bosan dengan
biskuit, sehingga peneliti menciptakan produk berupa pudding ketela pohon
dengan beberapa varian rasa yaitu rasa manga, coklat, keju dan pandan.
Mengingat status gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi di
Indonesia, dan perbaikan gizi masyarakat merupakan program Pemerintah,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Efektifitas PMT Pemulihan pada Balita dengan Status Gizi Kurang di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data studi pendahuluan, di Puskesmas Turi tahun 2018
prevalensi status gizi buruk 0,68% (14 balita) dan prevalensi status gizi
kurang 5,56% (114balita), sedangkan tahun 2019 prevalensi balita status
gizi buruk terdapat 0,46% (9 balita) sedangkan balita dengan status gizi
kurang ada 9,72% (192balita). Berdasarkan uraian di atas maka perumusan
masalah yang diambil adalah “ Apakah Ada Efektivitas Pemberian
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada Balita dengan Status Gizi
Kurang di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi Tahun 2020?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pemberian PMT Pemulihan pada Balita dengan
Status Gizi Kurang di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi Tahun
2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Distribusi Karakteristik Balita berdasarkan umur di
Posyandu wilayah Kerja Puskesmas Turi Tahun 2020.
b. Mengetahui Distribusi Karakteristik Balita berdasarkan jenis kelamin
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi Tahun 2020.
c. Mengetahui Distribusi Karakterisktik Balita berdasarkan pola asuh di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi Tahun 2020.
d. Mengetahui Persentase Perubahan Status Gizi Balita di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Turi tahun 2020.
e. Mengetahui Perbedaan Satus Gizi Indeks BB/U Balita sebelum dan
setelah PMT Pemulihan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Turi
Tahun 2020.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah kesehatan ibu dan anak

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan proposal skripsi ini bermanfaat bagi pihak pendidikan
sebagai wacana yang dapat menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan serta dapat dijadikan dasar pemikiran didalam penelitian
lanjutan.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan proposal skripsi ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan
untuk memperoleh informasi dan masukan yang diharapkan dapat
lebih meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan terhadap
kasus gizi kurang pada balita.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan proposal skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi tentang gizi balita sehingga dapat
meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanganan gizi kurang pada balita.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah ada adalah:
1. Anik Kurniawati dan Endang Suwanti (2017) meneliti tentang
Evektivitas Pemberian Makanan Tambahan dengan Konsep Empat
Bintang terhadap Kenaikan BB pada Balita Gizi Buruk di Posyandu
Wilayah Puskesmas Ngawen Kabupaten Klaten. Jenis penelitian
tersebut adalah penelitian experiment dengan pendekatan quasi
experiment dengan desain pretest – post test experimental non control
group design. Variabel bebas penelitian adalah PMT dengan konsep
empat bintang, variabel terikat penelitian adalah kenaikan BB balita
(penimbangan pada bulan pertama dan kedua setelah perlakuan. Subyek
penelitian ini adalah balita gizi buruk di posyandu wilayah Puskesmas
Ngawen Kabupaten Klaten.indikator penilaian status gizi balita
menggunakan indeks BB menurut Umur (BB/U). Hasil penelitian
analisis bivariat adalah PMT dengan konsep empat bintang efektif
menaikkan BB balita dengan gizi buruk.
2. Arum Sekar Rahayuning Putri dan Trias Mahmudiono (2019) meneliti
tentang Efektivitas PMT Pemulihan pada Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Jenis penelitian tersebut
merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross
sectional. Variabel bebas penelitian adalah PMT Pemulihan, variabel
terikat penelitian adalah status gizi balita sebelum dan setelah
mendapatkan PMT. Subyek penelitian ini adalah seluruh balita di
wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Hasil penelitian tidak
ada perbedaan pada status gizi balita dengan indeks antropometri BB
menurut TB (BB/TB) saat sebelum mendapat PMT dan setelah
mendapat PMT.
3. Yohan Yuanta (2018) meneliti tentang Hubungan Riwayat Pemberian
ASI dan Pola Asuh dengan Kejadian Gizi Kurang pada anak Balita di
Kecamatan Wongsorejo Banyuwangi. Jenis penelitian tersebut
menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan kasus kontrol.
Variabel dependen gizi kurang dan variabel independent Riwayat
pemberian ASI dan pola asuh. Jumlah subjek sebanyak 174 balita yang
diambil secara fixed disease sampling. Analisis bivariat menggunakan
uji C_SquareHasil penelitian menunjukkan dan analisis multivariat
menggunakan uji regresi logictic biner. Hasil penelitian terdapat
hubungan antara Riwayat pemberian ASI dan pola asuh ibu dengan
kejadian gizi kurang.
4. Eny Nur Fadhillah (2020) meneliti tentang Efektivitas PMT Pemulihan
pada Balita dengan Status Gizi Kurang di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Turi Kabupaten Sleman. Jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi
eksperiment dengan desain pretest – post test control group design.
Variabel bebas penelitian adalah PMT pemulihan, variabel terikat
adalah kenaikan BB balita (sebelum pemberian PMT Pemulihan dan
setelah 3 bulan pemberian PMT). Subyek penelitian adalah balita
dengan status gizi kurang di posyandu wilyah kerja Puskesmas Turi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Gizi Kurang
Gizi kurang adalah keadaan kekurangan berat badan menurut
umur (BB/U), dimana Z-score antara -3 SD sampai dengan -2 SD.
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi, konsep yang
dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) tahun
1990, bahwa masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu
faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang
menimbulkan masalah gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan
penyakit yang di derita. Seseorang yang asupan gizinya kurang akan
mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan
mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan gairah
untuk makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi
dan penyakit mempunyai hubungan yang saling ketergantungan.
Sedangkan faktor penyebab tidak langsung antara lain kekurangan
asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan pada
tingkat rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat
dikonsumsi. Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh
perilaku atau pola asuh orang tua pada anak yang kurang baik. Dalam
rumah tangga sebetulnya tersedia cukup makanan, tetapi distribusi
makanan tidak tepat atau pemanfaatan potensi dalam rumah tangga
tidak tepat, misal orang tua lebih mementingkan memakai perhiasan
dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan
keadaan lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga
disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik, misalnya anak dibiarkan
bermain pada tempat kotor(3).

Gambar 1.
Faktor Penyebab Gizi Kurang

Status Gizi dan Kematian


Manifestasi

Kurangnya Penyebab
Penyakit
Asupan Gizi langsung

Kurangnya Kurangnya
Perilaku atau pelayanan Penyebab
ketersediaan
asuhan ibu dan kesehatan dan tidak
pangan tingkat
anak yang kurang lingkungan tidak langsung
rumah tangga
sehat

Sumber : Thamaria, 2017


Terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tubuh
manusia akibat asupan gizi kurang, yaitu:
a. Pertumbuhan
Akibat kekurangan gizi pada masa pertumbuhan adalah
anak tidak dapat tumbuh optimal dan pembentukan otot terhambat.
Protein berguna sebagai zat pembangun, akibat kekurangan
protein otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak
yang berasal dari lingkungan keluarga yang status sosial ekonomi
menengah ke atas, rata-rata mempunyai tinggi badan lebih baik
dari anak-anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah.
b. Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga, dapat
menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan
melakukan aktivitas. Orang akan menjadi malas, merasa lelah dan
produktivitasnya menurun.
c. Pertahanan tubuh
Protein berguna untuk pembentukan antibodi, akibat
kekurangan protein sistem imunitas dan antibodi berkurang,
akibatnya anak mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk,
diare atau penyakit infeksi yang lebih berat. Daya tahan terhadap
tekanan atau stress juga menurun. Menurut WHO, 2002
menyebutkan bahwa gizi kurang mempunyai peran sebesar 54%
terhadap kematian bayi dan balita. Hal ini menunjukkan bahwa
gizi mempunyai peran yang besar untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian khususnya balita.
d. Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada waktu janin dan usia balita dapat
berpengaruh pada pertumbuhan otak, karena sel-sel otak tidak
dapat berkembang. Otak mencapai pertumbuhan yang optimal
pada usia 2-3 tahun, setelah itu menurun dan selesai
pertumbuhannya pada usia awal remaja. Kekurangan gizi
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen, yang dapat
menyebabkan kemampuan berfikir setelah masuk sekolah dan usia
dewasa menjadi berkurang. Sebaliknya, anak yang gizinya baik
pertumbuhan otaknya optimal, setelah memasuki usia dewasa
memiliki kecerdasan yang baik sebagai asset untuk membangun
bangsa.
e. Perilaku
Anak-anak yang menderita kekurangan gizi akan memiliki
perilaku tidak tenang, cengeng dan pada stadium lanjut anak
bersifat apatis. Demikian juga pada orang dewasa, akan
menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah emosi dan
tersinggung(3).

2. Pemberian Makanan Tambahan


a. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi,
yaitu program pemerintah yang pemberian suplementasi gizi yang
bertujuan untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak
usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil dan ibu nifas, dimana
suplementasi gizi dapat diberikan salah satunya dalam bentuk
makanan tambahan dengan formulasi khusus dan difortifikasi
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada balita 6-59
bulan dengan kategori kurus, anak usia sekolah dasar dengan
kategori kurus, dan ibu hamil kurang energi kronis(7).
b. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip dasar PMT Pemulihan
adalah:
1) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan
makanan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang
2) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan
yang dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai
pengganti makanan utama
3) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana
komunikasi antar ibu dari balita sasaran
4) PMT Pemulihan merupakan kegiatan di luar Gedung
Puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sector
terkait lainnya
5) PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Selain itu PMT Pemulihan dapat dibiayai
dari bantuan lainnya seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha
dan Pemerintah Daerah(8).

Adapun persyaratan jenis dan bentuk makanan yaitu:

1) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan


makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan terbatas,
dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah
setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa
kadaluarsa untuk keamanan pangan
2) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita sasaran
3) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga
4) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati (misal telur/daging/ikan/ayam,
kacang-kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan
mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-
buahan setempat.
5) Makanan tambahan diberikan sehari sekali selama 90 hari
berturut-turut.
6) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan atau
makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa MP-ASI (untuk bayi
dan anak berusia 6-23 bulan) dan makanan tambahan untuk
pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa makanan
keluarga
7) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada
balita dapat disesuaikan dengan pola makan sebagaimana table
berikut(8).
Tabel 1.
Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak Balita

Usia ASI Bentuk Makanan


(Bulan) Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0-6*
6-8
9-11
12-23
24-59
Ket: 6* = 5 bulan 29 hari
Sumber : Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang,
Kementerian Kesehatan RI 2011.

c. Penyelenggaraan PMT Pemulihan


Kegiatan PMT pemulihan berbasis makanan lokal bagi balita
berusia 6-59 bulan merupakan serangkaian kegiatan sebagai
berikut:
1) Persiapan
2) Pelaksanaan
3) Pemantauan
4) Pencatatan dan pelaporan

Langkah-langkah penyelenggaraan PMT Pemulihan sebagai


berikut:

1) Persiapan
a) Kecamatan atau Puskesmas
Meliputi sosialisasi dari Puskesmas ke kader tentang
rencana pelaksanaan PMT Pemulihan yang menggunakan
dana penunjang pelayanan kesehatan merujuk pada Juknis
BOK, rapat koordinasi dan organisasi pelaksana untuk
menentukan lokasi, jenis PMT Pemulihan, alternative
pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT Pemulihan
(menggunakan dana kegiatan lokakarya mini dari BOK),
konfirmasi status gizi calon penerima PMT Pemulihan,
penentuan jumlah dan alokasi sasaran, perencanaa menu
makanan tambahan pemulihan.
b) Desa atau Kelurahan atau Pustu atau Poskesdes
Meliputi rekapitulasi data sasaran balita berdasar
kelompok umur dan jenis kelamin, mengirimkan data balita
sasaran yang akan mendapat PMT Pemulihan ke
Puskesmas, pembinaan pelaksanaan PMT Pemulihan
termasuk penyusunan menu makanan tambahan.

c) Dususn atau RW atau Posyandu


Meliputi pendataan sasaran balita sesuai kriteria
prioritas sasaran diatas dan berdasarkan kelompok umur
dan jenis kelamin, menyampaikan data calon sasaran
penerima PMT Pemulihan ke Desa atau Kelurahan atau
Pustu atau Poskesdes untuk dikonfirmasi status gizinya,
menerima umpan balik mengenai jumlah sasaran penerima
PMT Pemulihan dari Puskesmas serta menyampaikan
kepada ibu balita sasaran, membentuk kelompok ibu balita
sasaran, merencanakan pelaksanaan PMT Pemulihan
(jadwal, lokasi, jenis dan bentuk PMT Pemulihan, alternatif
pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT Pemulihan).
2) Pelaksanaan
Penyelenggaraan PMT Pemulihan lokal perlu didukung
dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
oleh tenaga kesehatan dan kader kepada keluarga sasaran.
Dalam pelaksanaan, perlu dipertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
a) Apabila memungkinkan, hari masak penyelenggaraan PMT
Pemulihan dilakukan setiap hari di tempat tertentu yang
disepakati Bersama
b) Bila hari masak setiap hari tidak memungkinkan, maka hari
masak sebaiknya dilakukan 2 kali seminggu
c) Bagi daerah yang kondisi geografisnya sulit, hari masak
dapat dilakukan seminggu sekali.

Untuk menghindari PMT Pemulihan sebagai pengganti


makanan utama di rumah, maka PMT Pemulihan sebaiknya
diberikan pada pagi hari diantara makan pagi dengan makan
siang (sekitar pukul 10.00 – 11.00), atau diantara makan siang
dengan makan malam (sekitar pukul 14.00 – 16.00) waktu
setempat.

3) Pemantauan dan bimbingan teknis


a) Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan
PMT Pemulihan
b) Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT pemulihan,
pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan
pengukuran tinggi atau panjang badan hanya pada awal dan
akhir pelaksanaan PMT Pemulihan
c) Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala
Puskesmas, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau
bidan di desa kepada ibu kader pelaksana PMT Pemulihan.
4) Pencatatan dan pelaporan
a) Menu makanan tambahan pemulihan
Ibu melakukan pencatatan harian sederhana mengenai
daya terima makanan tambahan pemulihan yang akan
dipantau oleh kader atau bidan di desa setiap minggu. Hasil
pencatatan daya terima makanan tambahan pemulihan
dibahas pada saat masak Bersama.
b) Keuangan
(1) Penggunaan dana kegiatan PMT Pemulihan ini
merupakan bagian dari dana BOK yang harus
dipertanggung jawabkan.
(2) Pengajuan kebutuhan dana untuk pelaksanaan PMT
Pemulihan mengikuti petunjuk pelaksanaan atau
petunjuk teknis Panduan BOK.
(3) Pertanggungjawaban keuangan berupa rincian dan nota
pembelian bahan makanan dan bahan bakar untuk pMT
Pemulihan yang dilaksanakan oleh TPG puskesmas atau
tenaga lainnya disampaikan kepada Kepala Puskesmas
untuk diteruskan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
atau kota.

c) Hasil kegiatan PMT Pemulihan


(1) Jumlah anak yang mendapat makanan tambahan
pemulihan dan hari anak mendapat makanan tambahan
pemulihan selama pelaksanaan PMT Pemulihan.
(2) Pada status gizi balita, penambahan berat badan balita
dicatat setiap bulan. Perkembangan status gizi balita
(BB/TB atau BB/TB) dicatat pada awal dan akhir
pelaksanaan PMT Pemulihan serta dilaporkan oleh
Kepala Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten atau ota
melaporkan perkembangan status gizi ke Pusat dengan
tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi(8).
3. Status Gizi Balita
Status gizi balita dinilai menurut tiga indeks, yaitu Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). BB/U adalah berat
badan anak yang dicapai pada umur tertentu. TB/U adalah tinggi
badan anak yang dicapai pada umur tertentu. BB/TB adalah berat
badan anak dibandingkan dengan tinggi badan anak. Ketiga nilai
indeks status gizi di atas dibandingkan dengan baku pertumbuhan
WHO. Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari Nilai BB atau
TB normal menurut baku pertumbuhan WHO. Contoh perhitungan Z-
score BB/U : (BB anak – BB standar) / standar deviasi BB standar.
Adapun Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks
BB/U, TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel dibawah
ini(9)
Tabel 2.
Pengertian Kategori Status Gizi Balita

Indikator Status Gizi Z-score


Gizi Buruk < -3,0 SD
Gizi Kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD
BB/U
Gizi Baik -2,0 s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
Sangat Pendek < -3,0 SD
TB/U Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Normal ≥-2,0 SD
Sangat Kurus < -3,0 SD
Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD
BB/TB
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
Sumber : Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017
Kaitan asupan gizi dengan status gizi, dapat digambarkan secara
sederhana seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.
Kaitan Asupan Gizi dengan Status Gizi

Zat gizi yang Zat gizi yang Status gizi yang


masuk diperlukan dihasilkan

Gizi
kurang

Gizi baik
Gizi lebih

Sumber : Buku Saku Pemantauan Status Gizi, 2017


4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
a. Pengertian
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi(5). Posyandu merupakan tempat kegiatan di masyarakat yang
memiliki peranan sangat penting. Di samping kerena dinilai
mampu mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
Posyandu juga mampu memberdayakan para ibu untuk
memperhatikan kesehatan anak dan pola konsumsi keluarga(10).
b. Tujuan
Menurut Kemenkes RI (2011), tujuan posyandu antara lain:
1) Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI, AKB dan AKABA
b) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB, dan AKABA
c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI,
AKB dan AKABA(5).
c. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan posyandu adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan utama
a) Kesehatan ibu dan anak (KIA)
b) Keluarga berencana (KB)
c) Imunisasi
d) Gizi
e) Pencegahan dan penanggulangan diare
2) Kegiatan pengembangan atau pilihan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah
kegiatan posyandu dengan kegiatan baru, disamping lima
kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru terebut
misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian
penyakit menular, dan berbagai program pembangunan
masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut
dengan nama Posyandu Teritegerasi. Penambahan kegiatan baru
sebaiknya dilakukan apabila lima kegiatan utama telah
dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya diatas 50%,
serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan
kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat
yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan
disepakati Bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD). Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan
tambahan posyandu yang telah diselenggarakan antara lain:
a) Bina Keluarga Balita (BKB)
b) Kelas Ibu Hamil dan Balita
c) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian
Luar Biasa (KLB) misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio,
Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
d) Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
e) Usaha Kegiatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
f) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman (PAB-PLP)
g) Program diversifikasi pertanian tambahan pangan dan
pemanfaatan pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga
(TOGA)
h) Kegiatan ekonomi produktif seperti: Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam
i) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat
(Tabumas)
j) Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL)
k) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
l) Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial(5).
d. Fungsi Posyandu
Adapun fungsi posyandu menurut Kemenkes RI (2011) yaitu:
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi
dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunak
AKI, AKB dan AKABA
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA(5).
e. Manfaat Posyandu
1) Bagi masyarakat
a) Memperoleh kemudahan unruk mendapatkan informasi dan
pelayanan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan
AKI, AKB dan AKABA
b) Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan
masalahkesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak
c) Efisiensi dalam dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar sector lain terkait
2) Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya
kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait
dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
3) Bagi puskesmas
a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat
c) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada
masyarakat
4) Bagi sektor lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya,
terutama yang terkait dengan upaya penurunan aKI, AKB
dan AKABA sesuai kondisi setempat
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan
secara terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) masing-masing sektor(5)
f. Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan Pasangan
Usia Subur (PUS)(5).
g. Lokasi Posyandu
Posyandu berada disetiap desa atau kelurahan atau sebutan
lainnya yang sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan,
dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lain
yang sesuai(5).

h. Dasar Hukum Posyandu


1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28H ayat 1
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
5) Undang-Undang NOmor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah
6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah
7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
8) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
9) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan
10) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah
11) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten atau Kota
12) Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
13) Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 54 Tahun 2007
tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional
Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu
14) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464 Tahun 2010
tentang Izin Praktek Bidan
15) Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos
Pelayanan Terpadu
16) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 Tahun 2003
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan di
Kabupaten atau Kota
17) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
18) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 Tahun 2004
tentang Sistem Kesehatan Nasional
19) Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1529 Tahun 2010
tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Keluarga
Siaga Aktif
20) Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 140.05/292 Tahun
2011 tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Pusat(5).
B. Landasan Teori
1. Kerangka Teori

Status Gizi dan Kematian


Manifestasi

Kurangnya Penyebab
Penyakit langsung
Asupan Gizi

Kurangnya
Kurangnya
Perilaku atau pelayanan Penyebab
ketersediaan
asuhan ibu dan kesehatan dan tidak
pangan tingkat
anak yang kurang lingkungan tidak langsung
rumah tangga
sehat

Sumber : Thamaria, 2017

2. Kerangka Konsep

Pemberian
Makanan Status Gizi Balita
Tambahan
Pemulihan
Variabel Independen Variabel Dependen

C. HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari kata hypo (artinya di bawah) dan thesis
(artinya kaidah), adalah suatu pernyataan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya dengan menggunakan uji statistic yang sesuai. Hipotesis
adalah suatu asumsi pernyataan hubungan antar dua variabel atau lebih
yang diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Sehingga
hipotesis tidak menilai benar atau salah tetapi menguji asumsi dengan data
empiris apakah sahih atau tidak. Hipotesis diperlukan untuk penelitian
eksperimen dan analitik. Hipotesis dalam penelitian ini harus operasional
dalam bentuk narasi (bukan hipotesis nol)(11).
Pada penelitian ini penulis menetapkan hipotesis kerja (Ha) yaitu
“Ada Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada Balita
dengan Status Gizi Kurang”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
pendekatan quasi experiment dengan desain non randomized pre-test and
post-test control group. Jenis penelitian eksperimental adalah rancangan
studi yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka
hubungan sebab – akibat korelasi, hubungan sebab – akibat dipelajari
dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subyek penelitian
untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut. Quasi experiment
adalah suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari
kemungkinan hubungan sebab – akibat tanpa melakukan randomisasi
(dalam kondisi sewajarnya) dan tanpa control lingkungan yang ketat. Non
randomized pre-test and post-test control group yaitu suatu penelitian
yang dilakukan dengan dua kelompok tanpa randomisasi, satu kelompok
diberi perlakuan dan kelompok lain sebagai kontrol, kemudian diobservasi
sebelum dan sesudahnya(11).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang karakteristiknya
memungkinkan diselidiki atau diteliti. Populasi dapat dibedakan
menjadi populasi studi dan populasi sasaran atau target. Populasi studi
atau populasi sampel adalah kumpulan dari satuan atau unit tempat kita
mengambil sampel. Populasi sasaran atau target adalah kumpulan dari
satuan atau unit yang ingin kita buat inferensi atau generalisasinya
dalam suatu penelitian atau sering disebut juga sasaran penelitian(11).
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh balita dengan status gizi
kurang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Turi tahun 2020 yang
berjumlah 192 balita.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari polupasi yang menjadi objek
penelitian. Sampel harus memiliki karakteristik yang sama dengan
karakteristik populasinya. Sampel yang baik adalah yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut dapat menghasilkan gambaran karakteristik
populasi yang tepat, dapat menentukan presisi (ketepatan) hasil
penelitian dengan menentukan standar deviasi dari taksiran yang
diperoleh, sederhana dan mudah dilaksanakan, serta dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang efisien.
Besar sampel untuk uji hipotesis beda rata-rata dua kelompok
berpasangan, maka rumus yang dipakai adalah(11).
n = 2Ꝺ²[z₁-α/₁ + z₁-β]²
(μ₁-μ₂)
n = 2.0,03[1,96 + 1,64]²
(6,8-7,25)
n = 3,9
keterangan:
n : besar sampel minimal
Ꝺ² : parameter populasi sebagai ukuran sebaran varian
Z₁-α : derajat kemaknaan 5% (1,96)
Z₁-β : kekuatan uji 95% (1,64)
μ₁ : rata-rata keadaan sebelum intervensi penelitian
terdahulu
μ₂ : rata-rata keadaan setelah intervensi penelitian
terdahulu
Sehingga sampel penelitian ini berjumlah 10 balita untuk setiap
kelompok.

Pada penelitian ini Teknik sampling yang digunakan adalah


purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu(12). Adapun kriteria insklusi dan
eksklusi sampel sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi
a. Balita dengan status gizi kurang yang berusia 12 sampai 55
minggu di posyandu wilayah kerja puskesmas turi.
b. Tidak menderita penyakit infeksi yang berat
c. Bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria eksklusi
a. Balita mengalami komplikasi
b. Balita berhenti atau tidak mau menerima intervensi
c. Pindah daerah atau meninggal dunia.

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020 sampai dengan
Maret 2021.
2. Tempat
Tempat atau lokasi untuk melakukan penelitian ini adalah di Posyandu
wilayah Kerja Puskesmas Turi Kabupaten Sleman.

D. Variabel Penelitian atau Aspek-aspel yang Diteliti atau Diamati


Variabel adalah karakteristik objek yang dapat diklasifikasikan
kedalan sekurang-kurangnya dua klasifikasi. Menurut Sugiyono (2007),
mengartikan variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dapat diartikan bahwa variabel merupakan segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian, dimana didalamnya terdapat faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti. Ada beberapa
jenis variabel, antara lain variabel diskrit dan variabel kontinyu, variabel
bebas (independent) dan variabel tak bebas (dependent), variabel nominal,
ordinal, interval, dan ratio serta variabel kuantitatif dan kualitatif (11).
Pada penelitian ini menggunakan jenis variabel bebas (independent)
dan variabel tak bebas (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah hasil pengukuran berat badan (BB) balita sebelum dan setelah
pemberian PMT Pemulihan dan variabel tak bebasnya adalah status gizi
balita.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional variabel adalah Batasan dan cara pengukuran
variabel yang akan diteliti. Definisi operasional (DO) variabel disusun
dalam bentuk matrik, yang berisi nama variabel, deskripsi variabel (DO),
alat ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal,
interval dan rasio). Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan
menjaga konsistensi pengumpulan data, menghindarkan perbedaan
interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (11).
Tabel 3.
Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


. Operasional Ukur
1. Hasil Adalah berat badan Timbangan Angka Ratio
pengukuran balita yang berat
BB balita didapatkan dari data badan anak
sebelum posyandu sebelumn
dan setelah dan setelah
pemberian pemberian PMT
PMT Pemulihan.
Pemulihan
2. Status gizi Adalah status gizi Kartu Status gizi Ordinal
balita balita setelah Menuju balita:
mendapat PMT Sehat 1. Baik
Pemulihan yang (KMS) 2. Kurang
dilihat pada buku 3. Buruk
Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA)
ataupun Kartu
Menuju Sehat
(KMS).

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen(12).
Pengumpulan data adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian yang
mencakup pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan atau
karakteristik-karakteristik Sebagian atau seluruh populasi yang akan
menunjang atau mendukung penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup
variabel independent dan variabel dependent data dasar atau data sekunder
yang terkait dengan responden atau lokasi penelitian. Cara pengumpulan
data antara lain dengan wawancara, angket, observasi, pengukuran, dan
penelusuran data sekunder. Alat pengumpul data antara lain kuesioner,
pedoman observasi, alat ukur, dan form data sekunder (11).
Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sumber
data sekunder yaitu data yang didapatkan dari data penimbangan di
posyandu, dalam penelitian ini menggunakan data yang didapat dari
posyandu dengan menggunakan lembar observasi.
G. Alat Ukur atau Instrumen dan Bahan Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat ukur adalah perkakas
untuk mengukur (mencocokkan atau mengetahui jarak, bobot, luas, panas,
getaran, kecepatan, tegangan, tekanan, volume, dan sebagainya. Alat ukur
yang digunakan dalam suatu pengukuran harus dapat menghasilkan data
kuantitatif. Dengan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur
dengan istrumen tertentu dapat dinyatakan dengan angka, sehingga akan
lebih akurat, efisien dan komunikatif(11). Dalam penelitian ini alat ukur
yang digunakan untuk mengetahui berat badan (BB) balita adalah
timbangan anak, sedangkan untuk menentukan status gizi balita
menggunakan lembar Kartu Menuju Sehat (KMS).
Instrument penelitian disebut juga alat pengumpul data. Pada
penelitian ini instrument yang digunakan berupa lembar observasi. Lembar
observasi yang berisi nomor urut, inisial responden, tanggal lahir, jenis
kelamin, inisial orang tua, pola asuh, pengukuran awal (BB, TB dan status
gizi), perkembangan berat badan (bulan 1 dan bulan 2), pengukuran akhir
(BB, TB dan status gizi) dan keterangan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa produk
PMT-P yaitu pudding ketela pohon dengan beberapa varian rasa antara
lain rasa manga, coklat, keju dan pandan.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Untuk alat ukur atau instrumen
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrument
dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan
untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk
mengukur apa saja yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini uji
validitas tidak dilakukan karena alat ukur yang digunakan adalah
timbangan anak dan lembar KMS yang sudah memiliki ketetapan
validitas.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh
responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten, dengan
kata lain reliabilitas mencirikan tingkat konsistensi. Pada penelitian ini
tidak dilakukan karena tidak menggunakan kuesioner.
2. Untuk pengukur atau enumerator
Pada penelitian ini uji untuk enumerator tidak dilakukan karena
pada penelitian ini enumeratornya adalah kader posyandu yang
bertugas untuk melakukan pengukuran TB dan penimbangan BB saat
kegiatan posyandu.

I. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini prosedur penelitiannya yaitu:
1. Pengumpulan data responden sebelum diberikan intervensi yang
diambil dari data posyandu.
2. Mengajukan Etichal Clearace kepada komite etik.
3. Melakukan Persetujuan setelah penjelasan (PsP) dan calon responden
menandatangani Informed Consent.
4. Memberikan intervensi kepada responden berupa PMT-P pudding
ketela pohon selama tiga bulan dan dilakukan penimbangan setiap satu
bulan sekali.
5. Hasil evaluasi akan dicatat pada lembar observasi, dan setelah tiga
bulan akan dianalisa datanya.

J. Manajemen Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari posyandu.
2. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer melalui
program Microsoft Exel selanjutnya dianalisis dengan program SPSS
17.
3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
narasi distribusi frekuensi variabel baik variabel independen maupun
variabel dependen.
4. Analisis data
Pada penelitian ini data berupa data kontinu atau numerik sehingga uji
statistik yang digunakan untuk menganalisa data jika data berdistribusi
normal maka menggunakan uji T independent, dan jika tidak
berdistribusi normal maka uji yang digunakan adalah uji Mann-
Whitney.

K. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam
penelitian. Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma
sopan santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan
di masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi
pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang
baik dan jujur dalam penelitian. Pada tahun 2002 diterbitkan beberapa
peraturan terkait dengan etik penelitian seperti Surat Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan No.02002 tentang Tata Laksana Uji
Klinik Obat Tradisional, Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik di Indonesia,
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1333/2002 tentang Persetujuan
Penelitian Kesehatan terhadap Manusia, dan Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No. 1334/2002 tentang Komisi Nasional Etik Penelitian
Kesehatan. Penerapan etik penelitian kesehatan dilakukan melalui tiga
prinsip yaitu beneficience, menghargai martabat manusia dan
mendapatkan keadilan (11).
Pada penelitian ini peneliti mengajukan persetujuan etik atau etichal
clearance (EC) ke komite etik. Selanjutnya peneliti melakukan
Persetujuan setelah Penjelasan (PsP) kepada orang tua atau wali calon
responden, jika bersedia orang tua atau wali calon responden akan
menandatangani Informed Consent. Untuk menjaga privasi atau
kerahasiaan responden, peniliti akan mencantumkan nama responden
beserta orang tua atau wali berupa inisial.

L. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian


Pada penelitian ini kelemahan dan kesulitan dikarenakan adanya Covid-19,
sehingga peneliti tidak dapat melakukan pengambilan data secara
langsung, dalam hal ini penimbangan BB dan pengukuran TB. Sehingga
sumber data yang digunakan yang merupakan data sekunder yaitu data
yang diambil dari posyandu dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Perbaikan gizi bangsa terus dioptimalkan. 2019;2018–20.

2. Marmi J. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Vol. 67, Pustaka Belajar,


Yogyakarta, Indonesia, hal. 2013.

3. Thamaria N. Penilaian Status Gizi. gizi. 2017;317.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Profil Kesehatan Kabupaten sleman


Tahun 2019. Profil Kesehat Kabupaten Skleman Tahun 2019. 2019;181.

5. Kemenkes Rl. Kementrian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Umum


Pengelolaan Posyandu, Jakarta. 2011.

6. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Pemberian PMT. 2018;

7. Izwardy D. Praktik Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) Untuk


Perubahan Perilaku Pemenuhan Asupan Gizi Anak dalam Upaya
Pencegahan Stunting. Scaling Up Nutr [Internet]. 2018;1–40. Available
from:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_60248a365b4ce1e/files/
1PAPARAN-STUNTING-DIR.GIZI_1222.pdf

8. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Penyelenggaraan pemberian makanan


tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. 2011;

9. Kementerian Kesehatan RI. Buku saku pemantauan status gizi. Buku saku
pemantauan status gizi tahun 2017. 2018;7–11.

10. Kesehatan K, Indonesia R, Moeloek NF, Baruga K, Kendari K. Menkes:


posyandu bantu dekatkan kesehatan pada masyarakat. 2018;10–1.

11. Surahman R. Metodologi Penelitian. Metodol Penelit.

12. Sugiyono. Metode Penelitian Evaluasi. 1st ed. Dr. Yuyun Yuniarsih MP,
editor. Bandung: Alfabeta; 2018. 456 p.
Lampiran 1. Rencana Anggaran Penelitian

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Volume Satuan Unit cost Jumlah


1. Pengadaan bahan
habis pakai
a. Konsumsi 600 Porsi 2.500 1.500.000
PMT-P bulan I
b. Konsumsi 600 Porsi 2.500 1.500.000
PMT-P bulan II
c. Konsumsi 600 Porsi 2.500 1.500.000
PMT-P bulan
III
2. Transport peneliti
a. Transport ke 5 Km 1.000 5.000
lokasi
b. Transport ke 180 Km 1.000 180.000
responden
3. ATK dan
penggandaan
a. Kertas 1 rim 45.000 45.000
b. Fotokopi 1 paket 100.000 100.000
dan jilid
c. Tinta 1 buah 100.000 100.000
printer
4. Pengajuan etika 1 lembar 500.000 500.000
penelitian
JUMLAH 5.430.000
Lampiran 2. Lembar Observasi

DAFTAR BALITA GIZI KURANG PENERIMA PMT-P

No Inisial Tgl JK Inisial Pola Pengukuran Awal Perkembangan BB Pengukuran Akhir Ket.
Balita Lahit Ortu Asuh
BB TB Status Bulan 1 Bulan BB TB Status Gizi
Gizi 2

Anda mungkin juga menyukai