DISUSUN OLEH :
Choirul Anwar
Yosephin Nova Eka Irianti
Setiawan Arifin
Hamzah Waldi
Navira Chairunisa
Hartono
Meilina Azizah Nurhayati
Ragilia Irena Febri
Dewi Agustina Purwaningsih
Hakim Zulkarnain
Trihaningsih Puji Astuti
Tsuwaibatul Islamiyah
Moh. Syarifuddin
Inas Alifi Karima
131513143011
131513143069
131513143070
131513143071
131513143072
131513143073
131513143074
131513143009
131513143065
131513143010
131513143066
131513143067
131513143068
131513143075
Sasaran
Hari/tgl
Waktu
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga pasien mendapat informasi
mengenai perawatan pasien gaduh gelisah di rumah..
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga
pasien di ruang Jiwa Sejahtera dapat :
1. Memahami pengertian gaduh gelisah di ruang Jiwa Sejahtera
2. Memahami tanda-tanda pasien gaduh gelisah di rumah
3. Memahami cara merawat pasien gaduh gelisah di rumah
METODE
Ceramah dan Tanya jawab
MEDIA
Banner dan Leaflet
ISI MATERI
1. Pengertian gaduh gelisah di ruang Jiwa Sejahtera
2. Tanda-tanda pasien gaduh gelisah di rumah
3. Cara merawat pasien gaduh gelisah di rumah
PENGORGANISASIAN
Penyaji
: Hartono
Trihaningsih Puji Astuti
Moderator
: Hamzah Waldi
Observer
: Hakim Zulkarnain
Ragilia Irena Febri
Fasilitator
Pembimbing
JOB DESCRIPTION
1. Moderator
Uraian tugas:
(1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
(2)
(3)
(4)
(5)
peserta.
Mengatur proses dan lama penyuluhan.
Memotivasi peserta untuk bertanya.
Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas:
(1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
(2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
peserta.
(5) Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4. Observer
Uraian tugas:
(1) Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga
memungkinkan
dapat
mengamankan
jalannya
proses
penyuluhan.
(2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
(3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
(4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
(5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan
SETTING TEMPAT
Banner
Penyaji
Moderator
Fasilitator
Fasilitator
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Pembimbing
Observer
Fasilitator
Fasilitator
Pembimbing
PELAKSANAAN
No.
1.
Tahap dan
Waktu
5 menit
sebelum acara
Kegiatan Pendidikan
1. Petugas menyiapkan daftar hadir
untuk peserta penyuluhan
dimulai
Kegiatan Peserta
1. Peserta
penyuluhan
mengisi
daftar
hadir
2.
Pendahuluan 5 Pembukaan:
menit
1. Menjawab
salam
dan memfokuskan
perhatian
pada
pembawa acara
2. Menyampaikan tujuan dan maksud 2. Mendengarkan
dari penyuluhan
tujuan
dari
penyuluhan
3. Menjelaskan kontrak waktu dan
mekanisme kegiatan
4. Menyebutkan materi penyuluhan
yang akan diberikan
3. Mendengarkan
kontrak
4. Mendengarkan
materi
yang
penyuluhan
diberikan
3.
Kegiatan inti
10 menit
Pelaksanaan:
1.
Menggali
pengalaman
pengetahuan
sasaran
dan 1. Memberikan
penyuluhan
pendapat
mengenai ventilator
2. Menjelaskan materi:
a.
b.
Tanda-tanda
pasien
dan
gaduh
memperhatikan
gelisah di rumah
c.
4.
Penutup
5 menit
gelisah di rumah
Evaluasi:
1. Mendengarkan
penting
mengenai
cara
3. Peserta
3. Menjawab pertanyaan
mengajukan
pertanyaan
tentang
materi
yang
kurang
dipahami
puas
dan
akan
jawaban
dari
penyaji.
5.
5 menit
Penutup:
1. Penyuluh
mendengarkan
kesimpulan.
2. Salam penutup
2. Menjawab salam
3. Fasilitator
membagikan
leaflet
dengan
MATERI
Definisi
Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan ke dalam golongan kedaruratan
psikiatrik, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena keadaan
ini berbahaya, baik bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang
orang dan benda benda.
Gejala gejala
Keadaan gaduh-gelisah biasanya timbul akut atau subakut. Gejala utama adalah
psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan
mondar mandir, tidak jarang ia berlari berlari dan meloncat loncat bila keadaan
itu berat. Gerakan tangan dan kaki serta ajuk (mimik) dan suaranya cepat dan hebat.
Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan
gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistik lagi. Jalan pikiran
biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga timbul halusinasi
penglihatan (terutama pada sindrom otak organik yang akut) atau halusinasi
pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan berpikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih lebih bila
halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan gaduh.
Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan/atau
lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami kecelakaan maut dalam
kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau halusinasinya sangat
menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak barang barang di
sekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh-gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak berdaya
oleh orang orang di sekitarnya untuk mengamankan si pasien maupun
lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala akibatnya atau ia
meninggal karena kecelakaan.
Tergantung pada gangguan primer, maka kesadaran dapat menurun secara
kuantitatif (tidak compos mentis lagi) dengan amnesia sesudahnya (seperti pada
sindrom otak organik yang akut), atau kesadaran itu tidak menurun, akan tetapi toh
tidak normal, kesadaran itu berubah secara kualitatif (seperti pada psikosis
skizofrenia dan bipolar).
Seperti pada semua psikosis, maka individu dalam keadaan gaduh-gelisah itu sudah
kehilangan kontak dengan kenyataan: proses berpikir, afek-emosi, psikomotor dan
kemauannya sudah tidak sesuai lagi dengan realitas.
dibicarakan di atas ini. Penanganan beberapa keadaan gaduh-gelisah yang lain yang
khusus akan dibicarakan kemudian.
Bila seorang dalam keadaan gaduh-gelisah dibawa kepada kita, penting sekali kta
harus bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan, meskipun tentu waspada, dan
kata-kata yang menetramkan pasien maupun para pengantarnya, tidak jarang kita
sudah dapat menguasai keadaan.
Suntikan secra intramuskuler suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeutik
tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat berguna untuk
mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidakterdapat, maka suntikan
suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis terapetik rendah, misalnya
triflouperazine (stezaline), haloperidol atau fluphenazine HCL (Anatensol) dapat juga
dipakai, biarpun efeknya mungkin tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis
terapetik tinggi. Bila tidak ada juga, maka suatu tranquilaizer pun dapat dipakai,
misalnya diazepam (valium atau stesolid), disuntik secara intravena, dengan
mengingat bahwa tranquilizer bukan suatu antipsikotikum seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian kedua-duanya mempunyai efek antitegang, anticemas dan
antiagitasi.
Efek samping neuroleptika yang segera timbul terutama yang mempunyai dosis
terapeutik tinggi adalah hipotensi postural, lebih-lebih pada pasien dengan susunan
saraf vegetatif yang labil atau pasien lanjut usia. Untuk mencegah jangan sampai
terjadi sinkope, maka pasien jangan langsung berdiri dari keadaan berbaring, tetapi
sebaiknya duduk dahulu kira-kira satu menit (bila pasien sudah tenang).
Penjagaan dan perawatan yang baik tentu juga perlu, mula-mula agar ia jangan
mengalami kecelakaan, melukai diri sendiri, menyerang orang lain atau merusak
barang-barang.
Bila pasien sudah tenang dan mulai kooperatif, maka pengobatan dengan neuroleptika
dilanjutkan per os (bila perlu suntikan juga dapat diteruskan). Tempat berbaringnya
harus memuaskan, jangan sampai mengganggu pasien sehingga ia gelisah karena ini.
Pemberian makanan dan cairan juga harus memadai.
Kita berusaha terus mencari penyebabnya, bila belum diketahui, terutama bila diduga
suatu sindrom otak organic yang akut. Bila ditemukan, tentu diusahakan untuk
mengobatinya secara etiologis.
Pasien dengan amok, bila sampai kepada kita, biasanya sudah tidak mengamuk lagi,
kita tinggal berusaha tambah menenteramkan saja dan mengobati keadaan fisik bila
sudah terganggu sewaktu ia dalam keadaan amok. Psikosis skizofrenia dan bipolar
memerlukan pengobatan jangka panjang dengan neuroleptika.
Peran Keluarga Mencegah Kekambuhan
1. Memotivasi pasien, mendukung tumbuhnya harapan
Kriteria Proses
Peserta antusias terhadap
Kriteria Hasil
Peserta yang datang
materi penyuluhan (
lebih (
Peserta mendengarkan
dan memperhatikan
tepat waktu (
3 hari sebelumnya (
penyuluhan (
Pelaksanaan kegiatan
telah ditentukan (
Audience mengikuti
)
Pengorganisasian
Pengorganisasian
Peserta mampu
penyelenggaraan
menjawab dengan
penyuluhan dilakukan
job description (
pertanyaan penyuluh
penyuluhan
dilaksanakan (
NAMA
NIM
TTD
NAMA
ALAMAT
TTD
NAMA
PERTANYAAN
JAWABAN