Disusun Oleh :
LULU MARYADIANA
NIM : 15212057
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang
berjudul “Hubungan antara lovestyle, gender attitude dengan perilaku seks pra-
nikah pada remaja di sekolah SMK swasta Kota Tangerang”.
Dalam menyusun proposal ini, penulis sadar banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan
bimbingannya kepada :
1. Ibu Ida Faridah, S. Kp, M. Kes selaku Ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S. Kep, M. Kep selaku Kaprodi S1
Keperawatan.
3. Bapak Ns. Rangga Saputra, S. Kep selaku Penanggung Jawab Tingkat
4A Keperawatan.
4. Ibu Lastri Mei Winarni, S. ST., M. Keb selaku Dosen Pengajar Mata
Kuliah Metodologi Penelitian.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu, penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki proposal ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Hipotesis .............................................................................................. 25
3.3 Definisi Operasional ............................................................................ 25
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 28
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 28
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 28
4.4 Instrumen dan Cara Pengambilan Data ............................................... 30
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 33
4.6 Pengolahan dan Analisa Data .............................................................. 33
4.7 Etika Penelitian ................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan aktivitas seksual antara wanita dan pria ......................... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 25
iv
DAFTAR SKEMA
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
From Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2
Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3
Informed Consent / Penjelasan Penelitian
Lampiran 4
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5
Kuesioner
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
siswa, tiga sampai lima tahun terakhir, saat ini ditemukan ada
siswa yang hamil diluar nikah sebesar 1,3%, perilaku tersebut dilakukan
berawal dari coba-coba dan dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan.
Dengan adanya perilaku siswa tersebut Guru BK akan memanggil wali
murid atau orangtua siswa untuk datang kesekolah, dan diberikan
bimbingan konseling, namun jika siswa terjadi hamil diluar nikah, siswa
tersebut akan dikeluarkan dari sekolah sesuai dengan peraturan.
Berdasarkan uraian diatas, mengenaigaya pacaran dan perilaku
yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja sangat kompleks. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Lovestyle, Gender Attitude Dengan Perilaku Seks Pra-Nikah
Pada Remaja Di Sekolah SMK Swasta Kota Tangerang”.
1. Perkembangan Remaja
Tahapan perkembangan remaja dikemukakan oleh Konopka
(Agustiani, 2009) dimana remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Remaja awal (12-15 tahun)
Remaja pada usia ini biasanya memiliki perubahan dalam
dirinya dimana remaja awal mulai berkeinginan untuk mengubah
peran dirinya dari seorang kanak-kanak menjadi lebih dewasa
dengan ciri perilaku seperti ingin melakukan hal-hal tertentu tanpa
perlu bantuan dari orangtua atau hal lainnya yaitu denga lebih
mengandalkan teman sebayanya dalam kesehariannya.
7
8
2. Perkembangan Psikologis
Mansur (2012) ciri masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami
perubahan dengan cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan
masa dewasa.Fungsi organ seksual mengalami perkembangan yang
kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya
perkelahian, bunuh diri, dan sebaginya.Menurut (Pieter & Lubis, 2010)
keadaan emosi remaja masih labil karena hal ini erat berhubungannya
dengan keadaan hormon. Remaja dikatakan matang secara emosi, jika
mampu mengontrol emosi, menunggu dalam mengungkapkan emosi,
mengungkap emosi dengan cara lebih dapat diterima, kritis terlebih
dahulu sebelum bereaksi, dan emosional lebih stabil. Remaja sudah
9
B. Diskriminasi Gender
Kumalasari & Andhyantoro (2012) diskriminasi berarti setiap
pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis
kelamin yang mempunyai tujuan mengurangi atau menghapus pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia.Menurut, Mandang,
Lumi, Manueke, & Tando (2016) perbedaan Gender dapat menimbulkan
berbagai masalah yang dapat merugikan.Masalah perbedaan gender
sebagai berikut :
1. Gender dan Stereotip
Gender dan Stereotip yaitu pelabelan pada kaum perempuan, dan
hal ini sangatlah merugikan bagi perempuan.Contohnya; Bila
perempuan bersolek mecari perhatian kaum lelaki, sehingga bila ada
perempuan yang diperkosa, maka yang disalahkan adalah perempuan
tersebut padahal ini bisa saja menjadi salah satu kaum laki-laki yang
merkosa tadi.
2. Gender dan Kekerasan (violence)
Gender dan Kekerasan (violence) adalah suatu serangan (assault)
baik terhadap fisik ataupun integritas mental psikologis
seseorang.Contohnya :
16
C. Kesetaraan Gender
Menurut Mandang, Lumi, Manueke, & Tando (2016) terwujudnya
kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki sebagai berikut :
1. Memiliki akses, memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
2. Memiliki kesempatan berpartisipasi, memiliki wewenang dan
tanggungjawab.
3. Memperoleh manfaat yang setara dan adil, semua gender memiliki hak
untuk memperoleh manfaat yang sama.
Skema 2.1 Siklus respons seksual manusia menurut Pieter & Lubis (2010)
Fase Nafsu
(Stimulus seksual muncul sebagai respons terhadap stimulus atau fantasi seks)
Fase Terangsang
(Kenikmatan seksual subjektif dan tanda-tanda fisiologis keterangsangan seks)
Pada laki-laki: terlihatnya penis semakin membesar (meningkatnya aliran darah)
Pada perempuan: vasocangestion (darah mengumpul pada pelvis)
Fase Plateau
(Periode singkat sebelum mengalami orgasme)
Fase Orgasem
Pada laki-laki: adanya ejakulasi
Pada perempuan: konstraksi ½ dinding vagina
Fase Resolusi
(Menurunnya keterangsangan pasca orgasme)
2. Necking
Berciuman disekitar leher ke bawah.Necking merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan
pelukan yang lebih mendalam.
3. Petting
Perilaku menggesek-gesekan bagian tubuh yang sensitif, seperti
payudara dan organ kelamin.Merupakan langkah yang lebih mendalam
dari necking.Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh
pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang
daerah kemaluan, baik didalam atau diluar pakaian.
4. Intercrouse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan
pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk
kedalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Perkembangan
Cinta
psikologis
- Tertarik
pada
lawan Gaya cinta
jenis ludus, eros,
storge,
pragma, dan
Perilaku seks pranikah :
agape.
- kissing
- necking
- petting
- Perilaku - intercrouse
gender
- Diskriminasi
gender
Sumber : Karyanti, 2018; Pieter & Lubia, 2010; Agustini, 2009; Mansur,
2012; Hendrich, 1986 ; Hendrick, 1992 & Jacobs, 1992; Fricker & Moore,
2002; Shaluhiyah, 2006; Dayaksini & Hudaniah, 2009; Taylor, 2009;
Syofwan, 2018; Notoatmodjo, 2010; Mandang, Lumi, Manueke & Tando,
2016; Suwarni & Arfan, 2015; Purnomo, 2013; Surbakti, 2010; Hidayat &
Azra, 2013; Pranoto, 2010; Masriyah, 2015; Suwandi, 2019; Kumalasari &
Andhyantoro, 2012; Jaya, 2015; Abrori & Qurbaniah, 2017; Banun, 2012;
Notoatmodjo, 2011; Saewono, 2011; Purwoastuti, 2015; Scott, 2012;
Syam, 2010; Rahardjo & Salve, 2014; Irianto, 2015.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
24
25
3.2 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara.Setiap melakukan
hipotesis, ada dua kemungkinan jawaban yang disimbolkan H. H simbol
untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel pengaruh atau dipengaruhi
(Donsu, 2016).
Penelitian ini menetaptkan hipotesa sebagai berikut :
(Ha) : Ada Hubungan antara lovestyle, gender attitude dengan perilaku seks
pranikah pada remaja di sekolah SMK swasta Kota Tangerang.
dilahirkan demografi
dilembar
kuesioner
Dependent
Perilaku seks Segala tingkah Kuesioner Ordinal Tidak
pranikah pada laku yang Pengisian melakukan seks
remaja dilakukan oleh pertanyaan pranikah jika
responden kuesioner nilai
mengenai menggunakan
perilaku skala gutman. Melakukan seks
seksualnya, Yang terdiri pranikah jika
meliputi dari nilai
26
kissing, 12pertanyaan
necking, negatif. Jika
petting dan responden
intercourse menjawab Ya
mendapatkan
nilai 2, jika
menjawab
Tidak
mendapatkan
nilai 1.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
27
28
B. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Siyoto &
Sodik, 2015). Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode simple random sampling pemilihan sempel dengan cara ini untuk
mencapai sampling setiap elemen diseleksi secara acak (Nursalam, 2015).
Maka untuk menghitung besar sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus slovin :
n= N
1 + N (e2)
Keteraangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = kesalahan yang dapat ditolerir = 5% (0,05)
n= 163.669
1 + 163.669 . (0,052)
= 163.669
1 + 163.669 . (0,0025)
= 163.669
1 + 409.17
= 163.669
41.017
= 399
Jadi sempel dari penelitian ini 399 responden.Masing-masing sekolah 399 dibagi
3 maka 133 responden.
29
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Kuesioner Gender Attitude
No Pertanyaan R hitung R tabel
1 Attitude 1 0,692 0,3610
2 Attitude 2 0,529 0,3610
3 Attitude 3 0,692 0,3610
4 Attitude 4 0,692 0,3610
5 Attitude 5 0,529 0,3610
6 Attitude 6 0,692 0,3610
7 Attitude 7 0,592 0,3610
(Sumber : Hasil Validitas Pengisian Kuisioner Juli 2019)
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Kuesioner Perilaku Seks Pranikah
No Pertanyaan R hitung R tabel
1 Perilaku seks 0,714 0,3610
pranikah 1
2 Perilaku seks 0,495 0,3610
pranikah 2
3 Perilaku seks 0,714 0,3610
pranikah 3
4 Perilaku seks 0,495 0,3610
pranikah 4
5 Perilaku seks 0,714 0,3610
pranikah 5
6 Perilaku seks 0,624 0,3610
pranikah 6
7 Perilaku seks 0,495 0,3610
pranikah 7
8 Perilaku seks 0.550 0,3610
pranikah 8
9 Perilaku seks 0,495 0,3610
pranikah 9
10 Perilaku seks 0,714 0,3610
pranikah 10
11 Perilaku seks 0,495 0,3610
pranikah 11
32
B. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan melihat adakah
konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan, yang berkaitan dengan
kontruksi dimensi variabel. Konstruksi dimensi ini bisa berupa kuesioner
(Donsu, 2016). Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran
menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan kembali
secara berulang. Untuk dapat diputuskan reliable atau tidak, nilai r hitung
dibandingkan dengan nilai r tabel (Sugiyono, 2016).
Teknik analisis yang digunakan adalah dengan cara melakukan uji
Cronbach Alpha untuk menentukan apakah instrument reliable atau tidak
menggunakan batasan 0,6. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2014)
adalah :
1. Cronbach alpha < 0,6 = kurang baik
2. Cronbach alpha 0,7 = dapat diterima
3. Cronbach alpha > 0,8 = baik
Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti di SMK
Yapintek Kota Tangerang, dengan 30 responden didapatkan hasil :
kuesioner love style sebesar 0,707, kuesioner gender attitude 0,749 dan
kuesioner perilaku seks pra-nikah 0,749, maka seluruh kuesioner
dinyatakan reliable yang dapat diterima. Semua prosedur ini dilakukan
dengan penggunaan program SPSS 20.
32
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Jumlah Item Jumlah Item Uji Reliabilitas
Sebelumnya Item Valid
Sesudah
Love style 10 10 10 0,707
Gender 7 7 7 0,749
attitude
Perilaku seks 12 12 12 0,749
pra-nikah
(Sumber : Hasil Reliabilitas Pengisian Kuisioner Juli 2019)
B. Analisa Data
Adapun rancangan analisa data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara :
1. Analisa Univariat
Peneliti melakukan analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Pada
umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Analisa univariat
dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan data demografi
responden yang berupa nama, umur, gaya cinta (lovestyle), gender
attitude dan perilaku seks pranikah.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi square
merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila
dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk
nomila dan sampelnya besar (Sugiyono, 2017). Peneliti menggunakan
34
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
47
Berdasarkan tabel 5.1 diatas mayoritas responden adalah berusia 18 tahun
yaitu berjumlah 124 responden dengan presentase 31.1%. Dengan nilai
mean sebesar 16.55, median 16.00, minimum 15 dan nilai maksimum
sebesar 18.
48
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Love Style Responden di SMK Swata di
Kota tangerang tahun 2019 (n=399)
Variabel Jumlah (n) Presentase
Independen Love
Style
Sikap Negatif 183 45,9
Sikap Positif 216 54,1
Total 399 100
(Sumber : Hasil pengisian kuesioner Juli 2019)
Berdasarkan tabel 5.4 diatas didapatkan hasil moyoritas responden
pada penelitian ini adalah love style dengan sikap positif yaitu sebanyak 216
responden (54,1%) sedangkan love style dengan sikap negative sebanyak
183 responden (45,9%).
49
5.4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel
Dependen Perilaku Seks Pra-nikah pada Remaja
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Pra-nikah pada Remaja
Responden di SMK Swata di Kota tangerang tahun 2019
(n=399)
Variabel Dependen Jumlah (n) Presentase
Perilaku Seks
Pranikah pada
Remaja
Melakukan 237 59,4
Tidak Melakukan 162 40,6
Total 399 100
(Sumber : Hasil pengisian kuesioner Juli 2019)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas didapatkan hasil moyoritas responden
pada penelitian ini adalah perilaku seks pra-nikah yang melakukan yaitu
sebanyak 237 responden (59,4%) sedangkan perilaku seks pra-nikah yang
tidak melakukan sebanyak 162 responden (40,6%).
50
Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan love style dan gender attitude dengan perilaku seks pranikah pada
remaja di SMK Swasta Kota Tangerang 2019. Analisis bivariat yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan korelasi.
51
membaca P value dilihat di Continuity correction dengan P value
0,000 < 0,05 maka dapat dinyataan Ho ditolak artinya ada
hubungan antara love style dengan perilaku seks pranikah pada
remaja di SMK Swasta Kota Tangerang 2019. Sedangkan nilai Odd
Ratio adalah 5,259 maka resiko siswa yang Love Style negative 5
kali lebih besar melakukan seks pranikah.
52
yang memiliki attitude gender perilakupositif dengan perilaku seks
pranikah yang tidak melakukan sebanyak 107 responden (26,9%).
Berdasarkan tabel di crosstabulation didapatkan hasil tabel 2x2
dengan nilai expected tidak ada yang kurang dari 5, jadi untuk
membaca P value dilihat di Continuity correction dengan P value
0,000 < 0,05 maka dapat dinyataan Ho ditolak artinya ada
hubungan antara attitude genderdengan perilaku seks pranikah pada
remaja di SMK Swasta Kota Tangerang 2019. Sedangkan nilai Odd
Rasio adalah 6,593 maka resiko siswa yang Gender Attitude negative
6 kali lebih besar melakukan seks pranikah dibanding dengan yang
positif.
53
BAB VI
PEMBAHASAN
54
(45,9%) dan hasil tingkat sikap Love Style positif sebanyak 216
responden (54,1%). Hal ini disebabkan dalam sikap gaya cinta
mempunyai kelebihan dan kekurangan, biasanya individu cenderung
memiliki dua sampai tiga jenis dari sikap tersebut dalam sebuah
relasi yang dijalin mereka. Sikap yang positif adalah gaya cinta yang
menyenangkan dan terjalin dalam suasana yang hangat, biasanya ada
dalam bentuk gaya cinta kawan baik (storge), juga (agape) yang
merupakan kombinasi eros dan storge. Sementara untuk ketiga gaya
cinta (ludus, eros, pragma) lebih menguras tenaga dan bisa
membawa dampak sikap negatif (Taylor, 2009).
Namun Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aprilia Yesi (2016) dengan judul hubungan antara
Gaya Cinta (Love Style) remaja SMA dengan aktivitas seksual
berisko HIV AIDS, yang mana didapatkan bahwa sebagian besar
responden responden melakukan gaya cinta yang negative yaitu gaya
cinta Pragma yaitu sebanyak 26 responden (28,9%).
Hal ini dikarenakan menurut (Pieter & Lubis, 2010)
keadaan emosi remaja masih labil karena hal ini erat
berhubungannya dengan keadaan hormon. Remaja sudah mulai
berpikir kritis sehingga ia akan melawan lingkungannya, bila tidak
memahami cara berpikir remaja, akan timbul perilaku menyimpang.
Remaja yang standar perilaku kurang realistik bagi diri sendiri akan
merasa bersalah apabila mereka tidak mampu mencapai standar yang
telah ditetapkan, penyesuaian diri dapat di rusak remaja dengan cara
menolak Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik
kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini
orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan
menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap
orang tuanya (Mansur, 2012).
55
6.4.2. Distribusi Frekuensi Gender Attitude
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan dari 399 responden dengan
hasil perilaku negative sebanyak 238 orang (59,6%) dan hasil hasil
perilaku positif sebanyak 161 orang (40,4%).
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Wulandari (2016) dengan judul Perilaku Seksual Pranikah Berisiko
Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Remaja SMKN Tandun
Kabupaten Rokan Hulu, didapatkan bahwa responden yang memiliki
persepsi gender yang tradisional sebanyak 180 responden (47,4%),
sedangkan persepsi gender yang modern sebanyak 200 responden
(52,6%).
Menurut Suwarni & Arfan (2015) permasalahan hubungan
gender yang asimetris masih tetap mengganjal dan dianggap sebagai
sebab utama dari permasalahan-permasalahan perempuan saat ini
termasuk yang berkaitan dengan hak dan kesehatan reproduksi.
Ketidakberdayaan perempuan adalah sebagai akibat dari kontruksi
sosial yang selama ini menempatkan perempuan pada kedudukan
yang subordinat. Dibidang reproduksi, ketidakberdayaan perempuan
itu terlihat dari hubungan yang tidak berimbang antara laki-laki dan
perempuan dalam hal seksual dan reproduksi seperti tercermin dalam
kasus pemkasaan hubungan kelamin yang dapat mengakibatkan
kehamilan yang tidak diinginkan yang apabila terjadi pada remaja
dapat menyebabkan hamil di usia muda.
56
pemungkin, dan pendorong terhadap perilaku seksual di SMA
Asuhan Daya Medan didapatkan bahwa responden yang berperilaku
seks ringan sebanyak 67 responden (73,6%), sedangkan yang
berperilaku seks berat sebanyak 24 responden (26,4%) dikarnakan
pada penelitian ini tingkat keyakinan agama pada seluruh responden
masih tergolong kuat. Menurut asumsi peneliti remaja yang memiliki
tingkat agama yang tinggi, maka keyakinan serta ketaan terhadap
ajaran agama akan mengendalikan aktivitasnya terutama aktivitas
seksual remaja yang tidak memiliki tingkat keyakinanyang kuat,
ajaran agama, atau norma, tidak batasan dalam beraktivitas apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan
57
negative gaya cinta remaja maka semakin tinggi pula tingkat seks
pranikah pada remaja dan sebaliknya.
6.5.2. Hubungan gender attitude dengan perilaku seks pranikah
Berdasarkan hasil uji Chi Square bahwa P value 0,000 < 0,05
maka dapat dinyatakan Ho ditolak artinya ada hubungan antara
Gender Attitude dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMK
Swasta Tahun 2019.
Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa tingkat gaya
cinta seseorang akan mempengaruhi dirinya dalam melakukan seks
pranikah. Hal ini dapat ditujukan dengan semakin tinggi perilaku
negative gender attitude responden maka perilaku seks pranikah
responden semakin tinggi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda
Boediarsih (2016) dengan judul Persepsi Remaja tentang Peran
Gender dan Gender Seksualitas, didapatkan bahwa terdapat
hubungan antara persepsi peran gender dan gender seksualitas
dengan pengalaman seksual dalam pacaran, dengan nilai v palue
0,005(<0,05). Peneliti berasumsi bahwa semakin negative persepsi
gender Attitude remaja maka semakin tinggi pula tingkat
penyimpangan seks pranikah pada remaja dan sebaliknya.
Menurut Suwarni & Arfan (2015) permasalahan hubungan
gender yang asimetris masih tetap mengganjal dan dianggap sebagai
sebab utama dari permasalahan-permasalahan perempuan saat ini
termasuk yang berkaitan dengan hak dan kesehatan reproduksi.
Dibidang reproduksi, ketidakberdayaan perempuan itu terlihat dari
hubungan yang tidak berimbang antara laki-laki dan perempuan
dalam hal seksual dan reproduksi seperti tercermin dalam kasus
pemakasaan hubungan kelamin yang dapat mengakibatkan
kehamilan yang tidak diinginkan yang apabila terjadi pada remaja
dapat menyebabkan hamil di usia muda.
58
DAFTAR PUSTAKA
*Buku
Hidayat, K., & Azra, A. (2013). Pancasila Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah
59
Notoatmodo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Purwoastuti, E., & Elisabeth, S.W. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kebidanan. Jakarta: Pustaka Baru Press
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing
Taylor, S.E., Letitia, A.P., & David O.S. (2009).Psikologi Sosial. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
*Jurnal
Banun, F.O.S.S. (2012). Perilaku Seks Bebas Pada Anggota Club Motor X Kota
Semarang. Jurnal of health Educatio
Ficker, J., & Moore, S. (2002). Relationship Satisfaction: The Role of Love Styles
and Attachment Styles. Current Research in Social Psychology (CRISP)
Hendrick, C., & Hendrick, S.S. (1986).Theory and Methods of Love. Journal of
Personality and Social Psychology
Ningsih, P., Utami, S., & Huda, N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Permainan Redi (Roda Edukasi Dan Insprirasi) Terhadap
Pengetahuan Remaja Putri Untuk Mencegah Seks Pranikah.JOM FKp.
Volume 5 No. 2 Juli-Desember 2018
Rahmawati, D.C., & Devy, R.S. (2016). Dukungan Sosial Yang Mendorong
Perilaku Pencegahan Seks Pranikah Pada Rema SMA X Di Kota
Surabaya.Jurnal Promkes. Volume 4 No. 2 Desember 2016
Sari, N.D., Darmana, A., & Muhammad.I. (2018). Pengaruh Faktor Predisposisi,
Pemungkin, Dan Pendorong Terhadap Perilaku Seksual Di SMA Asuhan
Daya Medan. Jurnal Kesehatan Global. Volume 1 No. 2 Mei 2018
Suwarni, L., & Arfan, I. (2015). Hubungan Antara Lovestyle, Sexual Attitude,
Gender Attitude Dengan Perilaku Seks Pra-Nikah. Jurnal Vokasi
Kesehatan. Volume 1 No. 1 Januari 2015
*Skripsi
Parihat, D.R. (2015). Perilaku Berisiko dan Faktor Risiko Kejadian Seks Pranikah
Pada Siswa/Siswi SMA Sederajat Di Kota Tangerang Selatan Tahun
2015.Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin. (2015).
http://kesga.kemkas.go.id/images/pedoman/buku%20saku%20kesprodiaks
es 20 April 2019
B. KUESIONER (B)
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda check list (√)
pada kolom jawaban yang anda anggap sesuai dengan diri anda.
2. Setiap peryantaan terdiri dari 2 kolom, dengan keterangan sebagai berikut:
S : Setuju berarti anda melakukan tindakan sesuai pernyataan
pernyataan
3. Apabila anda ingin mengganti pilihan jawaban anda berilah tanda = pada
jawaban yang anda pilih sebelumnya, kemudian berikan tanda check list
(√) pada jawaban yang baru.
4. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewati.
5. Setelah anda selesai memberi pilihan untuk seluruh pernyataan,
diharapkan untuk segera mengembalikannya.
“SELAMAT MENGERJAKAN”
No Pernyataan S TS
1. Saya dan pacar saya saling berarti dan saling membutuhkan
satu sama lain.
2. Jenis hubungan cinta yang paling baik tumbuh dari hubungan
persahabatan yang lama
3. Yang terbaik adalah mencintai seseorang yang mempunyai
latar belakang yang hampir sama dengan kita
4. Ketika pacar/pasangan saya tidak memberikan perhatian
kepada saya, maka saya merasa menderita (sakit)
5. Satu pertimbangan penting dalam memilih pasangan apakah
dia memikirkan karir saya
6. Saya berusaha menggunakan kemampuan saya untuk
membantu pasangan saya melewati masa yang sulit
7. Pasangan saya akan marah jika dia mengetahui beberapa hal
yang saya lakukan bersama dengan orang lain.
8. Saya menikmati hubungan percintaan dengan beberapa
pasangan (lawan jenis)
9. Ketika pasangan mengacuhkan saya, terkadang saya
melakukan hal bodoh demi mendapatkan perhatiannya
10. Lebih baik saya menderita dibandingkan pacar/pasangan saya
yang menderita
C. KUESIONER (C)
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda check list(√) pada
kolom jawaban yang anda anggap sesuai dengan diri anda.
2. Setiap peryantaan terdiri dari 2 kolom, dengan keterangan sebagai berikut:
S : Setuju berarti anda melakukan tindakan sesuai pernyataan
pernyataan
3. Apabila anda ingin mengganti pilihan jawaban anda berilah tanda = pada
jawaban yang anda pilih sebelumnya, kemudian berikan tanda check list
(√) pada jawaban yang baru.
4. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewati.
“SELAMAT MENGERJAKAN”
No Pernyataan S TS
1. Perempuan mempunyai kesempatan yang sama dengan
laki-laki dalam semua bidang didalam kehidupannya
2. Laki-laki dan perempuan seharusnya dihargai dengan cara
yang berbeda
3. Laki-laki kedudukannya adalah sebagai pemegang
kekuasaan (pemimpin)
4. Keperawanan perempuan lebih diutamakan daripada
keperjakaan laki-laki sebelum menikah
5. Laki-laki boleh mempunyai pasangan seks lebih banyak
karena sudah menjadi kodratnya
6. Dalam suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki
ketidaksetiaan sama diantara keduanya
7. Laki-laki dan perempuan yang menikah seharusnya
pendidikannya seimbang
D. KUESIONER (D)
Berikan tanda check list (√) pada jawaban berikut sesuai pengalaman teman-
teman.
Pernah Berpacaran 1. Ya ( )
2. Tidak ( )
“SELAMAT MENGERJAKAN”
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda pernah pergi berduaan dengan pacar
anda ?
2. Apakah anda pernah menggandeng tangannya saat
jalan berdua ?
3. Apakah anda pernah merangkul pacar anda ?
4. Apakah anda pernah berpelukan dengan pacar anda
?
5. Apakah anda pernah mencium kening/pipi pacar
anda ?
6. Apakah anda pernah mencium bibir pasangan anda
?
7. Pernakah anda berciuman (mencium bibir, leher dan
sekitarnya) sampai berpelukan ?
8. Apakah anda pernah meraba payudara, paha dan
organ kelamin pasangan anda ?
9. Pernahkah anda melakukan onani atau masturbasi
ketika dorongan seks meninggi ?
10. Pernahkah anda menempelkan/menggesek-gesekan
alat kelamin anda kepada pasangan anda dengan
memakai pakaian atau tidak memakai pakaian ?
11. Pernahkah anda melakukan hubungan intim ?
12. Dalam menjalin hubungan percintaan (pacaran),
apakah anda pernah melakukan mengulum alat
kelamin pasangan (seks oral) ?