Disusun oleh:
Kelompok D1.1
Kelompok D1.2
Kelompok D1.3
Kelompok D1.4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan Berkat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan dan penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa dengan Seminar Kasus mengenai “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Nn. B Dengan Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial Di Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya” dan “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. A Dengan
Diagnosa Keperawatan Gangguan Citra Tubuh”. Terima kasih kami ucapkan
kepada ibu Dr. Rizky Fitryasari P. K, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku fasilitator dan
kepada teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah laporan seminar ini kami masih menemui
berbagai hambatan dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal
yang berkenan dengan penyajian, namun makalah ini kami tetap berusaha
semaksimal mungkin agar dapat tersusun dengan baik. Oleh karenanya, kami
menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung kepada kami dalam segala proses penyusunan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca agar
lebih memahami mengenai “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. B Dengan
Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya” dan
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. A Dengan Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh”. Tak lupa pula kami memohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan kami juga mengharapkan kritik
serta saran dari para pembaca dan fasilitator agar kami bisa lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya.
Penyusun
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Kelompok D1.1
Kelompok D1.2
Kelompok D1.3
Kelompok D1.4
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB 1 ............................................................................................................................7
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................7
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 10
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11
2.1 Konsep Isolasi Sosial .......................................................................................... 11
2.1.1 Definisi Isolasi Sosial ................................................................................... 11
2.1.2 Etiologi Isolasi Sosial ................................................................................... 11
2.1.3 Faktor Predisposisi........................................................................................ 12
2.1.4 Faktor presipitasi .......................................................................................... 13
2.1.5 Proses Terjadinya Isolasi Sosial ................................................................... 13
2.1.6 Gejala Klinis Isolasi Sosial .......................................................................... 13
2.1.7 Dampak Isolasi sosial ................................................................................... 14
2.1.8 Penatalaksanaan Isolasi Sosial ................................................................... 14
2.1.9 Rentang Respon Sosial .............................................................................. 16
2.1.10 Pohon Masalah Isolasi Sosial ..................................................................... 17
2.1.11 Masalah Keperawatan Isolasi Sosial .......................................................... 18
2.1.12 Data yang Perlu Dikaji pada Pasien Isolasi Sosial ...................................... 18
2.1.13 Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial ........................................... 19
2.1.14 Implementasi pada Pasien Isolasi Sosial .................................................... 21
2.1.15 Terapi aktivitas kelompok (TAK) pada Pasien Isolasi Sosial ...................... 22
2.1.16 Evaluasi pada Pasien Isolasi Sosial ............................................................ 23
2.2 Konsep Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh......................................................... 24
2.2.1 Definisi Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh.................................................. 24
2.2.2 Etiologi Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh.................................................. 25
2.2.3 Tanda dan Gejala Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh ................................... 25
2.2.4 Rentang Respon Konsep Diri ........................................................................ 26
2.2.5 Pohon Masalah Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh ...................................... 27
2.2.6 Penatalaksanaan Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh ..................................... 27
2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh ................................... 28
iv
BAB 3 LAPORAN KASUS .......................................................................................... 35
3.1 Laporan Kasus Isolasi Sosial ................................................................................... 35
Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa ................................................................... 35
Analisa Data .............................................................................................................. 46
Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa ........................................................................ 48
Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Jiwa ............................................ 53
3.2 Laporan Kasus Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh................................................ 56
FORMULIR PENGKAJIAN ..................................................................................... 56
ANALISA DATA ..................................................................................................... 65
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA .................................................. 67
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN................................................... 70
BAB 4 KESIMPULAN ................................................................................................. 75
4.1 Pelaksanaan ......................................................................................................... 75
4.2 Kehadiran ............................................................................................................ 75
4.3 Pertanyaan dan Masukan Mahasiswa ................................................................... 75
4.4 Masukan Dosen................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 79
LAMPIRAN ................................................................................................................. 81
v
BAB 1
PENDAHULUAN
7
disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah isolasi sosial:
menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif kognitif klien (Yuswatiningsih & R,
2021).
Tidak hanya masalah gangguan jiwa saja namun masalah psikososial juga
rentan dialami seseorang terutama di masa pandemi covid-19 ini. Masalah
psikososial merupakan masalah yang bersifat psikologis atau sosial yang timbul
karena adanya tekanan, masalah dan perubahan dalam diri individu yang
memberikan pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi sebagai faktor
penyebab gangguan jiwa. Masalah psikososial dapat diakibatkan oleh berbagai
hal, misalnya karena masalah fisik seperti karena kecelakaan, fraktur, amputasi,
kerusakan penampilan wajah, ulkus, serta kehilangan fungsi bagian tubuh (Keliat,
2015).
Masalah fisik tersebut dapat menyebabkan gangguan konsep diri. Konsep
diri terdiri dari harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri dan citra tubuh. Citra
tubuh merupakan persepsi, perasaan dan sikap individu tentang tubuhnya baik
secara internal maupun eksternal terhadap karakteristik dan kemampuan fisiknya
yang dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan orang lain (Keliat, 2015). Gangguan
citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan
fisik. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering
menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk
menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak,
mengabaikan kebutuhan perawatan diri dan menyembunyikan daerah yang
menimbulkan gangguan citra tubuh. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat
mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi
sosial. Dampak dari gangguan citra tubuh menurut yaitu harga diri rendah, isolasi
sosial, keputuasaan, dan risiko bunuh diri. Jika seseorang mengalami gangguan
citra tubuh dan tidak diatasi atau dibiarkan saja, akan berdampak buruk bagi diri
seseorang tersebut. Beberapa cara untuk mengatasi dampak tersebut yaitu dengan
berpikir positif yang memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat ketidakpuasan
terhadap citra tubuh remaja perempuan (Keliat, 2015).
Tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan
8
jiwa mencakup tindakan psikoterapeutik yang dilakukan kepada klien dengan
menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan
klien dan keluarga agar klien tidak lagi mempunyai gangguan citra tubuh. Begitu
juga pada klien isolasi sosial komunikasi terapeutik juga meningkatkan
kemampuan sosialisasi. Kemampuan sosialisasi tersebut bisa bersumber dari
dukungan sosial. Dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan oleh
masyarakat disekitar tempat tinggal klien isolasi sosial, masyarakat yang berperan
aktif dalam memberikan dukungan sosial akan membantu klien isolasi sosial
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Dukungan yang biasa
diberikan masyarakat dapat berupa saran atau masukan untuk klien isolasi sosial
untuk lebih meningkatkan interaksi dengan orang lain. Dengan adanya saran atau
masukan tersebut klien isolasi sosial merasa lebih dihargai dan diakui
keberadaannya di masyarakat sehingga klien isolasi sosial merasa dirinya mampu
untuk besosialisasi dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya karena
masyarakat sudah terbuka dan mau menerima klien isolasi sosial. Adanya
penerimaan dari masyarakat ini mampu meningkatkan kemampuan sosialisasi
klien isolasi sosial. semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan kepada klien
isolasi sosial maka semakin tinggi juga kemampuan klien isoalasi sosial
(Listiqamah et al., 2018).
Dalam kasus gangguan jiwa, diperlukan intervensi yang holistik untuk
membantu klien bisa lebih baik dan mampu menjalankan perannya baik itu di
keluarga, lingkungan sekitar bahkan masyarakat luas. Tidak selalu dengan strategi
pelaksanaan atau psikofarmaka saja, gabungan antara keduanya ditunjang dengan
terapi modalitas lainnya seperti terapi aktivitas kelompok, terapi perilaku kognitif
dan lain-lain akan semakin meningkatkan angka kesembuhan pada klien gangguan
jiwa. Selain itu, sebagai bentuk pencegahan tersier dan mengurangi stigma
masyarakat maupun keluarga, bisa juga diberikan psikoedukasi komprehensif
kepada masyarakat dan keluarga tentang gangguan jiwa, pengobatan dan
perawatan. Intervensi secara general juga tidak kalah penting dalam memberikan
asuhan pada klien gangguan jiwa. Intervensi generalis adalah suatu intervensi
keperawatan yang dilakukan untuk membantu melaksanakan suatu permasalahan
9
yang dilakukan oleh perawat generalis. Oleh karena itu, untuk memahami lebih
lanjut dalam makalah ini akan dijelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial dan gangguan citra tubuh.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1.3 Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2012) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah
isolasi sosial, antara lain:
1. Faktor tumbuh kembang: Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan
dalam perkembangan respons sosial maladaptif. beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Pada setiap tahapan tumbuh
kembang individu terdapat tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Kurangnya kemampuan
komunikasi disebabkan karena pola asuh keluarga yang kurang
memberikan kesempatan pada klien untuk menyampaikan perasaaan
maupun pendapat.
2. Faktor Psikologis: Klien dengan masalah isolasi social, seringkali
mengalami kegagalan berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini
mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan
berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain. Perilaku isolasi
social terjadi akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan
lingkungan, sehingga klien merasa tidak pantas berada diantara orang lain
di lingkungannya. Kepribadian introvert merupakan tipe kepribadian yang
sering dimiliki klien dengan masalah isolasi social.
3. Faktor sosial budaya: Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam
gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transisi; norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia),
orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
norma – norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif akan diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis: Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk
12
sel – sel dalam limbik dan daerah kortikal.
2.1.4 Faktor presipitasi
Beberapa faktor presipitasi isolasi sosial menurut Direja (2011), meliputi:
1. Faktor eksternal Stress yang ditimbulkan karena menurunnya stabilitas
unit keluarga seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti,
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan
dirawat di rumah sakit atau di penjara.
2. Faktor internal Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya seperti tuntutan
untuk berpisah dengan orang yang terdekat atu kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan.
2.1.5 Proses Terjadinya Isolasi Sosial
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan perasaan tidak berharga yang bisa dialami
klien dengan latar belakang yang penuh permasalahan, ketegangan, kekecewaan,
dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi
atau kemunduran dan mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Seseorang yang mengalami
isolasi sosial merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman untuk
berhubungan dengan orang lain dan individu tersebut mengalami kesulitan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri sendiri, tidak mampu mempertahankan hubungan
dengan orang lain, diisolasi dari lingkungan sosial yang ada (Dalami dkk., 2009).
2.1.6 Gejala Klinis Isolasi Sosial
Menurut Yusuf dkk (2015), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial,
yaitu:
Objektif:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari
orang lain.
13
3. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau
pergi saat diajak bercakap-cakap
7. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan
kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
Subjektif:
1. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
2. Pasien tidak menjawab sama sekali
2.1.7 Dampak Isolasi sosial
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan
tingkah laku masa lalu primitif yaitu: pembicaraan yang autistic, dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat gangguan persepsi
sensori halusinasi, menciderai diri sendiri, orang lain serta lingkungan, serta
penurunan aktivitas yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Damaiyanti,
2012).
2.1.8 Penatalaksanaan Isolasi Sosial
Menurut Zakiyah (2018), penatalaksaan yang dapat diberikan kepada klien
dengan isolasi sosial antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, dan terapi
aktivitas.
1. Psikofarmakologi
a. Chlorpromazine (CPZ)
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
14
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat
mata kabur, tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung.
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis.
2. ECT tipe katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyebab mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
3. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
15
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
4. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien. Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi yang
dilakukan secara individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka
perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
16
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberidan
menerima.
4. Saling tergantung (interdependence) adalah suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
5. Merasa sendiri (aloness) Individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan
dan tersisihkan dari lingkungan.
6. Menarik diri (Withdrawal) Gangguan yang terjadi di mana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan
orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal
ataupun interaksi dengan lingkungannya.
7. Ketergantungan (Dependence) Individu mulai tergantung kepada individu
yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang di milikinya.
8. Manipulasi, individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak
dicapainya tanpa mempedulikan orang lain dan lingkungan dan cenderung
menjadikan orang lain sebagai objek
9. Impulsif, Individu implusif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.
10. Narkisme, pada klien narkisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
2.1.10 Pohon Masalah Isolasi Sosial
Risiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi Efek
17
2.1.11 Masalah Keperawatan Isolasi Sosial
1. Risiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2.1.12 Data yang Perlu Dikaji pada Pasien Isolasi Sosial
1. Risiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
d. Klien merasa makan sesuatu.
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
Subjektif:
a. Klien mengungkapkan tentang perasaan sepi, perasaan tidak aman,
perasaan bosan dan waktu terasa lambat, ketidakmampuan
berkonsentrasi dan perasaan ditolak
b. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Objektif:
18
a. Klien banyak diam, tidak mau bicara, menyendiri, tidak mau
berinteraksi, tanpak sedih, ekspresi datar dan dangkal, kontak mata
kurang
b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Subjektif:
a. Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Obyektif:
a. Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.
2.1.13 Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan hal
berikut:
2) Membina hubungan saling percaya.
3) Menyadari penyebab isolasi sosial.
4) Berinteraksi dengan orang lain.
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya.
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
b) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan
nama panggilan yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan
nama panggilan pasien.
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan lakukan
bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya
di mana.
19
e) Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosialnya
a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
c) Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Anda.
d) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang
teman/anggota keluarga.
e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
20
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
isolasi sosial di rumah.
b. Tindakan
1) Menjelaskan tentang hal berikut.
a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
b) Penyebab isolasi sosial.
c) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi
sosialnya.
d) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
e) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien.
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien.
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.
2.1.14 Implementasi pada Pasien Isolasi Sosial
Klien Keluarga
SP 1 SP I
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi
1. Mendiskusikan masalah yang
sosial klien dirasakan keluarga dalam merawat
3. Berdikusi dengan klien tentang klien
keuntungan berinteraksi dengan
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
orang lain gejala isolasi sosial yang dialami
4. Berdiskusi dengan klien tentang klien beserta proses terjadinya
kerugian tidak berinteraksi dengan
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
orang lain isolasi sosial
5. Mengajarkan klien cara berkenalan
dengan satu orang
6. Menganjurkan klien memasukkan
21
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam
kegiatan harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
1. Melatih keluarga mempraktekkan
harian klien cara merawat klien dengan isolasi
2. Memberikan kesempatan kepada sosial
klien mempraktekkan cara
2. Melatih keluarga melakukan cara
berkenalan dengan satu orang merawat langsung kepada klien
3. Membantu klien memasukkan isolasi sosial
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan1. Membantu keluarga membuat jadwal
harian klien aktivitas di rumah termasuk minum
2. Memberikan kesempatan kepada obat (Discharge planning)
klien berkenalan dengan dua orang2. Menjelaskan follow up klien setelah
atau lebih pulang
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
22
f. Sesi 6 : Bekerja sama
g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
2. Tindakan keperawatan spesialis: Terapisuportif
a. Sesi 1 : Identifikasi masalah dan sumber pendukung didalam dan luar
keluarga
b. Sesi 2 : Latihan menggunakan sistem pendukung dalam keluarga
c. Sesi 3 : Latihan menggunakan sistem pendukung luar keluarga
d. Sesi 4 : Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung
(Keliat, 2020).
2.1.16 Evaluasi pada Pasien Isolasi Sosial
1. Evaluasi kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila pasien dapat:
a. Menjelaskankebiasaan keluarga berinteraksi dengan klien.
b. Menjelaskan penyebab pasien tidak mau berinteraksi dengan orang
lain.
c. Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
d. Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
e. Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, dengan perawat,
keluarga, dan tetangga.
f. Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-hari
g. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
h. Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
i. Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
j. Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial
2. Evaluasi kemampuan keluarga isolasi sosial berhasil apabila keluarga
dapat
a. Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat
klien
b. Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
c. Mendampingi pasien saat melakukan aktivitas rumah tangga dan
kegiatan sosial sambil berkomunikasi
23
d. Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan
sosialisasi di lingkungan
e. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk meningkatkan interaksi sosial
f. Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi Isolasi
sosial
g. Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan
24
persepsi negatif pada tubuh, mengungkapkan keputusan, dan mengungkapkan
ketakutan. Citra tubuh dibagi menjadi dua yaitu citra tubuh positif dan citra tubuh
negatif (Nugroho & Saputro, 2012).
2.2.2 Etiologi Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh
Terdapat beberapa stressor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang.
Stressor-stressor ini dapat berasal dari dalam, yakni dari diri seseorang tersebut,
yaitu adanya perubahan penampilan tubuh, perubahan struktur tubuh, dan
perubahan fungsi bagian tubuh. Selain itu, terdapat juga stressor-stressor dari luar
yakni, reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain dan identifikasi terhadap
orang lain. (Potter et al., 2013). Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul
dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor predisposisi
gangguan citra tubuh, yaitu:
1. Perubahan ukuran tubuh: berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan ukuran: tindakan invasi, seperti operasi, suntikan, pemasangan
alat di dalam tubuh.
3. Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai dengan
pemasangan.
4. Perubahan fungsi: berbagai penyakit dapat merubah sistem tubuh
5. Keterbatasan: gerak,makan, kegiatan.
6. Kemungkinan etiologi (yang berhubungan)
7. Kegagalan yang dirasakan.
8. Harapan-harapan yang realitis
9. Ancaman terhadap keamanan yang gangguan fungsi pada dinamika-
dinamika keluarga.
2.2.3 Tanda dan Gejala Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh
Klien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan
tanda dan gejala sebagai berikut: (Nurhalimah, 2016).
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
25
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
2.2.4 Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu ideal diri,harga diri, peran,
identitas dan salah satunya body image. Rentang individu terhadap konsep diri
berflukuatsi sepanjangrentang respon konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif,
berikut rentang respon menurut struart dalam buku Principles and Practice of
Psychiatric Nursing (2001):
Adaptif Maladaptif
26
2.2.5 Pohon Masalah Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh
(Efek) Risiko Harga diri rendah
Masalah Keperawatan :
1. Gangguan Citra Tubuh
2. Risiko Harga Diri Rendah
2.2.6 Penatalaksanaan Ganguan Konsep Diri: Citra Tubuh
Penatalaksanaan klien dengan gangguan citra tubuh yang pertama berupa
terapi berpikir positif. Terapi berpikir positif mulai dikembangkan oleh para pakar
psikologi positif saat ini. Penelitian (Mukhlis, 2013) juga membuktikan adanya
hubungan kebiasaan berpikir secara negatif dengan rendahnya harga diri.
Penatalaksanaan yang kedua, yaitu menggunakan teknik paradoxical
intention, yaitu teknik yang memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-
detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap kondisi
diri sendiri dan lingkungan. Tekhnik ini juga memanfaatkan salah satu kualitas
khas manusia lainya yaitu humor (sense of humor), khususnya humor terhadap
diri sendiri. Dalam penerapanya tekhnik ini membantu klien untuk menyadari pola
keluhanya, mengambil jarak atas keluhanya itu serta menanggapinya secara
humoris. Pemanfaatan rasa humor ini diharapkan dapat membantu klien untuk
tidak lagi memandang gangguan-gangguanya sebagai sesuatu yang berat
mencekam, tetapi berubah menjadi sesuatu yang ringan dan bahkan lucu. Pada
tekhnik ini lansia di dorong untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuatnya
takut akan tetapi lansia di dorong untuk menghargai citra tubuhnya (Umi
Faridaha, 2017).
Pada masalah yang terkait dengan citra tubuh, ACT terbukti cukup efektif,
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Pearson, Follette, dan Hayes (2012)
ACT mampu menurunkan tingkat kecemasan terkait dengan tubuh dan
27
meningkatkan penerimaan terhadap tubuh. Hal tersebut juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Dwi Riztina, 2016) yang membuktikan bahwa
ACT efektif untuk meredakan kecemasan dan menurunkan tingkat ketidakpuasan
tubuh pada wanita yang mengalami obesitas. Kemudian gangguan citra tubuh
dapat mengikuti layanan konseling kelompok Cognitive Behavior Therapy (CBT)
dengan cognitive restructuring adalah sebuah bentuk intervensi yang akan
dilaksanakan. Cognitive restructuring dengan layanan konseling kelompok
mampu membantu individu untuk meningkatkan konsep ideal citra tubuhnya.
Cognitive restructuring merupakan teknik yang dilakukan dengan menghentikan
pikiran-pikiran negatif yang dimiliki oleh konseli dan membantunya untuk
merestrukturisasi kembali dengan pikiran-pikiran yang positif (Sulistiya et al.,
2017).
2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
1. Pengkajian Keperawatan
Data fokus pada pengkajian keperawatan jiwa yang mugkin dapat ditemui
pada klien dengan gangguan citra tubuh antara lain:
a. Identitas
Gangguan citar tubuh lebih banyak terjadi pada perempuan daripada
laki laki.
b. Keluhan utama
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh, preokupasi
dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan (Nurhalimah, 2016).
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami perubahan kondisi fisik, seperti adanya
fraktur, amputasi, luka bakar yang dapat menimbulkan masalah
psikologis pada klien.
d. Pemeriksaan Fisik
Klien mengeluh mengalami perubahan strktur atau bentuk tubuh, klien
28
mengeluh anggota tubuhnya tidak lagi berfungsi, pusing dan perasaan
lemas mungkin dapat dikeluhkan klien
e. Pengkajian Psikososial
1) Konsep diri
a) Citra tubuh : klien menganggap bagian tubuhnya memalukan
dan tidak menyukainya, menolak melihat dan menyentuh
bagian tubuh yang berubah, Menyembunyikan atau
memamerkan bagian tubuh yang terganggu, tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi, menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh.
b) Identitas diri : klien merasa malu Karena dirinya merasa
mempunyai jiwa yang berbeda dengan jenis kelaminnya,
klien merasa tidak puas/kecewa dengan jenis kelaminnya
c) Harga diri : klien malu besosialisasi dengan orang lain karena
kecacatan tubuhnya
d) Ideal diri : klien berharap cacat pada dirinya dapat sembuh
seperti semula, klien berharap dapat diterima masyarakat
tanpa diolok olok dengan kecacatannya saat ini
e) Peran : klien tidak dapat menjalankan perannya sebagai
bapak/ibu/suami/istri/anak dengan baik karena kecacatannya
yang membuatnya malu (Dwira Mayorin, 2018)
2) Hubungan sosial
Klien akan mengalami aktivitas sosial yang menurun, klien
merasa malu berhubungan dengan orang lain.
f. Status Mental
1) Penampilan
Klien biasanya berusaha menutupi atau malah memamerkan
bagian tubuhnya yang mengalami kecacatan/perubahan.
2) Interaksi selama wawancara
Saat dilakukan wawancara klien dengan gangguan citra tubuh
akan cendereng memiliki kontak mata yang kurang akibat
29
perasaan malu yang dialaminya.
3) Alam perasaan
Klien cenderung memiliki mengungkapkan perasaan takut dan
keputusasaan (Nurhalimah, 2016)
g. Kebutuhan persiapan pulang
Aktivitas diluar rumah : pada klien dnegan gangguan citra tubuh akan
mengalami penurunan aktivitas diluar rumah akibat perasaan malu
pada kecacatan/perubahan anggota tubuhnya dilihat oleh orang lain.
h. Mekanisme koping
Data yang didapatkan melalui wawancara dengan klien dan
keluarganya adalah klien mengatakan jika ada masalah klien
cenderung memendam masalahnya sendiri, klien menghindar dari
masalah yang datang dan penggunaan obat obatan terlarang
i. Pengetahuan
Umumnya klien memiliki pengetahuan yang kurang terhadap koping
yang efektif dalam menghadapi perubahan citra tubuh
j. Aspek medik
Gangguan citra tubuh sering dialami klien dengan kondisi medis
sebagai berikut: Tumor, gangguan kulit, combustiio, post prosedur
amputasi, kelainan bawaan dll.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan Citra Tubuh
b. Koping individu tidak efektif
c. Risiko harga diri rendah situasional
3. Intervensi Keperawatan
a. Individu
Tindakan keperawatan untuk klien dengan gangguan citra tubuh
bertujuan agar klien mampu:
1) Mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
3) Mengidentifikasi aspek positif diri
30
4) Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
6) Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan klien gangguan citra
tubuh berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:
1) Diskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat
ini., perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra
tubuhnya saat ini.
2) Motivasi Klien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan
perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh secara
bertahap.
3) Diskusikan aspek positif diri
4) Bantu Klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu (misalnya menggunakan anus buatan dari hasil
kolostomi).
5) Ajarkan Klien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a) Motivasi Klien untuk melakukan aktivitas yang mengarah
pada pembentukan tubuh yang ideal
b) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang
lainnya sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.
c) Motivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap.
d) Bantu klien menyentuh bagian tersebut.
e) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
i. Susun jadual kegiatan sehari-hari
ii. Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
terlibat dalam aktivitas keluarga dan sosial
iii. Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain
yang berarti atau mempunyai peran penting baginya
iv. Berikan pujian terhadap keberhasilan Klien melakukan
interaksi
31
b. Keluarga
Tujuan umum: Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan
kepercayaan diri klien
Tujuan khusus:
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
2) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
3) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh
4) Keluarga mampu merawat klien gangguan citra tubuh
5) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan klien dan
memberikan pujian atas keberhasilannya.
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan klien gangguan citra
tubuh berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:
1) Jelaskan dengan keluarga tentanggangguan citra tubuh yang
terjadi pada klien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat klien.
4) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan klien dirumah.
5) Menfasilitasi interaksi dirumah.
6) Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
7) Memberikan pujian atas keberhasilan klien.
4. Strategi Pelaksanaan Gangguan Citra Tubuh
a. SP1 Klien : Pengkajian dan Menerima Citra Tubuh dan Latihan
Meningkatkan Citra Tubuh
1) Bina hubungan saling percaya:
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri,
panggil klien sesuai nama panggilan yang disukai.
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian
ketidakberdayaan agar proses penyembuhan lebih cepat.
c) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan
latihan pengendalian Gangguan Citra Tubuh
32
2) Bantu klien mengenal gangguan citra tubuhnya:
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaanya
b) Bantu klien mengenal penyebab Gangguan Citra Tubuhnya
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat Gangguan Citra
Tubuhnya
3) Diskusikan persepsi klien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat
ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra
tubuhnya saat ini.
4) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat
5) Bantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu
6) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehat
7) Bantu pasein melihat, menyentuh bagian tubuh yang terganggu
b. SP 2 Klien : Evaluasi Citra Tubuh dan Latihan Peningkatan Citra
Tubuh dan Bersosialisasi Buatlah sesuai dengan contoh di atas dan
disesuaikan dengan keadaan klien sebenarnya.
1) Pertahankan rasa percaya klien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang citra tubuh dan hasli latihan peningkatan citra
tubuh
c) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh
2) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
3) Ajarkan klien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
a) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin, gunakan pakaian baru (jika diperlukan)
b) Motivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap.
4) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
33
b) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas dalam keluarga dan sosial
c) Dorong untuk mengunjung teman dan orang lain yang berarti
/ mempunyai peran penting baginya
d) Beri pujian terhadap keberhasilan klien melakukan interaksi
34
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. B (L/P) Tanggal Pengkajian: 3 Agustus 2021
Umur: 42 tahun RM No : 2507XXXX
Informan : Kakak klien
35
mulai tidak mau minum obat dan kontrol. Klien juga pernah dekat dengan laki-
laki selama 5 tahun saat berusia 30 tahun namun putus dan laki-laki tersebut sudah
menikah. Saat ditanya alasan putus, klien tidak menjawab dan hanya menangis.
Masalah Keperawatan: Ketidakpatuhan minum obat (D. 0114), koping
individu tidak efektif (D. 0096)
IV. FISIK
1. Tanda vital: TD: 150/100 mmHg Nadi: 90x/menit Suhu: 37oC RR: 16x/menit
2. Ukur : TB: 158 cm BB : 48 kg
3. Keluhan fisik: Ya Tidak
Jelaskan :-
Masalah keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan
36
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
--- : tinggal 1 rumah
: klien
Jelaskan: Kedua orang tua klien telah meninggal. Klien merasa belum bisa
membahagiakan ibunya yang meninggal kemudian saat ayah klien meninggal,
kondisi klien kembali memburuk. Pengambil keputusan dalam keluarga setelah
kedua orang tuanya tiada merupakan kakak perempuannya yang tinggal bersama
klien. Klien menolak semua bantuan dan bujukan dari kakaknya untuk minum
obat dan mendapat perawatan di rumah sakit
Masalah keperawatan: Ketidakmampuan Koping Keluarga (D. 0093)
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien hanya diam saat ditanya. klien tidak pernah
mengatakan tidak menyukai anggota tubuh atau penampilannya,
b. Identitas : klien tidak menjawab saat ditanya. Berdasarkan informasi
dari kakak klien, klien merupakan pribadi yang pendiam namun memiliki
banyak teman di media sosial
c. Peran : klien hanya diam saat ditanya. Berdasarkan informasi dari kakak
klien, klien sebelumnya bekerja sebagai akuntan di sebuah bank ternama
d. Ideal diri : klien tidak menjawab saat ditanya. Menurut kakak klien,
klien sebelumnya merupakan orang yang rajin, perfeksionis dan fokus
pada pekerjaan
e. Harga diri : klien pernah mengatakan pada kakaknya bahwa ia merasa
masih belum bisa membahagiakan ibunya, saat ditanya mengapa
37
berpikiran begitu klien tidak pernah menjawab
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronis (D. 0086), Isolasi sosial
(D. 0121)
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien sangat dekat dengan keluarganya. Saat ini hanya
kakak perempuannya yang masih tinggal bersama klien dan klien hanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Setiap ada kegiatan
yang dilakukan dengan staf, klien menolak untuk ikut dan lebih memilih
duduk termenung di dekat tempat tidurnya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Saat ini klien lebih
sering menyendiri di kamar. Saat ditanya nama klien klien bisa menjawab
namun suaranya sangat pelan
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial (D. 0121)
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : Agama yang dianut pasien adalah agama islam
b. Kegiatan ibadah : Klien sebelumnya rajin beribadah namun semenjak di
rawat jarang beribadah
Masalah Keperawatan : tidak terdapat masalah keperawatan
38
sudah makan atau belum. Saat ditanya nama klien klien bisa menjawab
namun suaranya sangat pelan.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial (D. 0121)
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif
` Jelaskan : Klien tampak lesu dan lemah. Klien jarang melakukan aktivitas
baik di dalam ruang perawatan maupun di luar ruangan. Klien hanya keluar
ruangan untuk BAK/BAB dan makan
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial (D. 0121)
4. Alam Perasaan:
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Agitasi
Jelaskan : Klien tidak pernah mau menjawab bila ditanya apa yang dirasakan
saat ini. Klien hanya diam
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial (D. 0121)
5. Afek:
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Wajah klien terlihat tidak ada perubahan meski perawat
menanyakan hal yang menyedihkan maupun yang menyenangkan
Masalah keperawatan : Isolasi sosial (D. 0121)
6. Interaksi selama wawancara:
Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan : klien tidak mau menatap mata pengkaji, tidak mau menjawab
pertanyaan dan hanya diam. Terkadang langsung meninggalkan pengkaji dan
mengurung diri di ruang perawatannya
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial (D. 0121)
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat tanda-tanda mengalami halusinasi
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
39
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of Ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat tanda-tanda terjadi gangguan proses pikir
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat tanda-tanda gangguan isi pikir atau waham
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat gangguan pada tingkat kesadaran
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
11. Memori
Gg daya ingat jangka panja ng Gg daya ingat jangka
pendekGg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat gangguan pada memori klien
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat gangguan pada tingkat konsentrasi klien
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
40
Jelaskan : klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji apakah
terdapat gangguan pada kemampuan penilaian klien
Masalah Keperawatan : masalah keperawatan tidak dapat terkaji
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: klien tidak menjawab saat ditanya sehingga tidak dapat terkaji
apakah terdapat gangguan pada daya tilik diri klien
Masalah keperawatan: masalah keperawatan tidak dapat terkaji
Keamanan Transportasi
Perawatan kesehatan
Jelaskan: untuk makan klien harus disuapi kakaknya, selama ini klien tidak
bekerja dan semua kebutuhan dipenuhi oleh kakak klien.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri (D. 0109)
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi
BAB/BAK
Kebersihan
Ganti Pakaian
Makan
Jelaskan: Klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut dan
bercukur. Badan klien sangat bau dan kotor, klien hanya melakukan
kebersihan diri jika disuruh.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri mandi dan berhias (D.
41
0109)
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri Ya Tidak
Jika ya, jelaskan alasannya: klien sering menyendiri di ruang perawatannya
Frekuensi makan perhari 3 kali
Frekuensi kudapan perhari 1 kali
Nafsu makan : baik
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan : klien harus selalu diingatkan untuk makan. Terkadang bila klien
mengurung diri di kamar, klien tidak mau mengambil makan dan harus
dibantu oleh perawat untuk makan.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri makan (D. 0109)
c. Tidur
Ya Tidak
Apakah ada masalah
Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur
Apakah ada kebiasaan tidur siang
Apa yang membantu klien untuk tidur
Waktu tidur malam, jam: 21.00, Waktu bangun, jam: 07.00
Beri tanda sesuai dengan keadaan klien:
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnabulisme Berbicara dalam tidur
Jelaskan: klien tidak mengalami gangguan dalam pola tidurnya. Selalu tidur
sekitar pukul 21.00 dan bangun pukul 07.00
Masalah Keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri
42
Mengatur penggunaan obat
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)
Jelaskan: klien hanya diam dan menarik diri saat dikaji sehingga tidak dapat
terkaji kemampuan klien
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial (D. 0121)
4. Klien memiliki sistim pendukung
Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga Teman sejawat
Profesional/terapis Kelompok sosial
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang Ya Tidak
menghasilkan atau hobi
Jelaskan: ………………………………………………………………….
Masalah keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan
43
dukungan kelompok dari keluarga
Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien hanya diam saat ditanya. Menurut
informasi dari kakak klien, klien merasa saat melihat keluarganya di rumah
berkumpul dan tertawa di depannya klien langsung marah dan menuduh keluarga
klien menjelekkan klien
Masalah dengan pendidikan, tidak ada masalah. Berdasarkan data diri klien dan
informasi dari keluarga, klien tidak memiliki masalah dengan pendidikan
Masalah dengan pekerjaan, klien tidak menjawab saat ditanya. Menurut informasi dari
kakak klien, klien sering pindah-pindah pekerjaan karena sering bertengkar dengan
teman kantornya. Klien beranggapan teman-teman kantornya mengejek klien yang
belum menikah di usia yang hampir berkepala 4.
Masalah dengan perumahan, tidak ada masalah. Menurut informasi dari kakak
klien, selama klien tinggal di perumahan tempat tinggalnya, klien tidak memiliki
masalah dengan sesama warga perumahan
Masalah dengan ekonomi, tidak ada masalah. Sebelum mengalami gangguan
kejiwaan, klien bekerja sebagai akuntan di sebuah bank ternama
Masalah dengan pelayanan kesehatan, klien tidak menjawab saat ditanya, Menurut
informasi dari kakak klien, klien menolak minum obat dan kontrol ke dokter
Masalah lainnya, tidak ada masalah
Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif (D. 0096),
Ketidakpatuhan (D. 0114), isolasi sosial (D. 0121)
44
XI. DATA LAIN-LAIN
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
45
Analisa Data
46
POHON MASALAH
Kehilangan
47
Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa
48
Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2. Klien mampu menyebutkan 2. Setelah dilakukan 4-5 kali pertemuan, klien
2.1 Tanyakan pada klien tentang:
penyebabmenarik diri dapat menyebutkan satu penyebab menarik Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien
diri dari: Orang yang paling dekat dengan klien dirumah/ di RS
- Diri sendiri Apa yang membuat klien dekat dengan orangtersebut
- Orang lain Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah/di RS
- Lingkungan Apa yang membuat klien tidak dekat denganorang
tersebut
Upaya yang harus dilakukan agar dekat dengan orang lain
49
Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. Klien mampu menyebutkan 3. Setelah dilakukan 5 kali pertemuan, klien3.1 Tanyakan pada klien tentang:
keuntungan berhubungan dengan dapat menyebutkan keuntungan Manfaat jika berhubungan dengan orang lain
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, misalnya Kerugian jika tidak berhubungan denganorang lain
berhubungan denganorang lain- Banyak teman 3.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
- Tidak kesepian perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang
- Bisa diskusi lain dan kerugian tidak berhubungan denganorang lain
- Saling menolong, dan kerugian tidak 3.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
berhubungan dengan oranglain, misalnya: dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
- Sendiri orang lain
- Kesepian 3.4 Beri pujian terhadap kemempuan klienmengungkapkan
- Tidak bisa diskusi perasaannya
4. Klien dapat melaksanakan 4. Klien dapat melakukan hubungansosial 4.1 Observasi perilaku klien dengan berhubungandengan
hubungan sosial secara bertahap secara bertahap antara: orang lain
- K–P 4.2 Motivasi dan bantu klien untuk berkenalanatau
- K – Perawat lain berkomunikasi dengan:
- K – Klien lain Perawat
- K – Kelompok / masyarakat Perawat lain
Klien lain
Kelompok masyarakat
4.3 Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
4.4 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.5 Beri pujian terhadap kemampuan klienmemperluas
pergaulannya
50
Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
4.6 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan klienbersosialisasi
5. Klien mampu mengungkapan 5. Setelah dilakukan 4 kali pertemuan, klien5.1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaanya setelah berhubungan dapat mengungkapkan perasaanya setelah perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
denganorang lain berhubungan dengan orang lain untuk: 5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah
- Diri sendiri berhubungan dengan orang lain
- Orang lain 5.3 Beri pujian terhadap kemampuan klienmengungkapkan
- Lingkungan perasaannya.
6. Klien dapat dukungan keluarga 6. Keluarga dapat: 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
dalam memperluas hubungan - Menjelaskan cara merawat klien menarik pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
dengan orang lain dan lingkungan diri 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien
- Mengungkapkan rasa puasdalam merawat mengatasi perilaku menarik diri
klien 6.3 Jelaskan cara merawat klien menarik diri yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga
6.4 Motivasi keluarga agar membantu klien untuk
bersosialisasi
6.5 Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatan merawat
klien di rumah sakit
6.6 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang
dilatihkan
51
Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Jiwa
SP 1 (Pasien) S:
o Bina hubungan saling - klien menjawab salam,
percaya menyebutkan nama dengan suara
o Mengidentifikasi penyebab yang pelan
isolasi sosial pasien - klien tidak menjawab saat ditanya
o Berdiskusi dengan pasien penyebab mengapa menarik diri
tentang keuntungan berinteraksi O:
dengan orang lain - klien terlihat apatis
o Berdiskusi dengan pasien - klien kurang memperhatikan
tentang kerugian tidak berinteraksi kebersihan diri
dengan orang lain - klien kurang bersemangat, lemas,
o Mengajarkan pasien cara menghindari kontak mata
mengobrol dengan satu orang - klien tidak mau menceritakan
o Menganjurkan pasien masalahnya
memasukkan kegiatan latihan A : SP1 belum teratasi
berbincang-bincang dengan orang P : lanjutkan intervensi SP1
lain dalam kegiatan harian
53
SP 2 (Pasien) S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan - klien belum mau mengobrol
harian pasien dengan perawat atau keluarga
2. Memberikan kesempatan kepada yang datang berkunjung
pasien mempraktekkan cara - klien tidak tidak mau bertemu
mengobrol dengan satu orang dengan pasien yang lain
3. Membantu pasien memasukkan O:
kegiatan berbincang-bincang - klien terlihat apatis
dengan orang lain sebagai salah - klien kurang memperhatikan
satu kegiatan harian kebersihan diri
- klien kurang bersemangat, lemas,
menghindari kontak mata
- klien tidak mau diajak berbicara
A : SP2 belum teratasi
P : lanjutkan intervensi SP2
SP 3 (Pasien) S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Klien tidak mau diajak berbicara
harian pasien oleh perawat
2. Memberikan kesempatan untuk - Klien tidak mau mengikuti
mengobrol dengan dua orang atau kegiatan harian yang diberikan
lebih O:
3. Menganjurkan pasien memasukkan- klien terlihat apatis
dalam jadwal kegiatan harian - klien kurang memperhatikan
kebersihan diri
- klien kurang bersemangat, lemas,
menghindari kontak mata
54
- klien tidak mau diajak berbicara
A : SP3 belum teratasi
P : lanjutkan intervensi SP3
55
3.2 Laporan Kasus Gangguan Konsep Diri: Citra Tubuh
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNAIR
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. A (L/P) Tanggal Pengkajian :3/8/2021
Umur : 31 tahun RM No : 1983***
Informan : Nn. A
Ya tidak
56
Jelaskan: tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
IV.FISIK
1. Tanda vital: TD: 110/70mmHg Nadi: 82x/menit Suhu: 37 o
C
RR:16x/menit.
2. Ukur : TB:155 cm BB : 58 kg
3. Keluhan fisik: Ya Tidak
Jelaskan:.....................................................................................................
Tidak ada keluhan fisik
4. Konsep diri
a. Gambaran diri: klien tidak menyukai bagian lehernya karena terlihat
membesar dan terdapat luka membuka karena penyakitnya, klien
merasa malu berinteraksi dengan orang lain sehingga klien sering
menutupi lehernya dengan selimut ketika berinteraksi dengan Ners
dan klien lain, klien meminimalkan kontak mata saat dilakukan
pengkajian.
57
b. Identitas: klien mengatakan sebagai seorang anak terakhir yang belum
menikah.
c. Peran: klien di PHK dari pekerjaan sehingga lebih sering dirumah dan
takut tidak dapat bekerja lagi.
d. Ideal diri: klien ingin sembuh dari penyakit NHL
e. Harga diri: klien merasa malu dan tidak percaya diri saat berinteraksi
dengan orang lain karena pembesaran pada lehernya
Masalah Keperawatan: gangguan citra tubuh, harga diri rendah
5. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: ayah, ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: semenjak sakit
klien jarang mengikuti kegiatan diluar
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien lebih sering
dirumah karena sakit
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
6. Spiritual:
f. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan beragama islam
g. Kegiatan ibadah: rajin beribadah
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
VI.STATUS MENTAL
1. Penampilan: Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara
berpakaian Tidak sesuai tidak seperti Biasanya
Jelaskan: penampilan klien rapi dan bersih
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan:
58
Lesu Tegang Gelisah
3. Aktivitas Motorik:
Agitasi Kompulsif
5. Afek:
T
Datar Tumpul
d
Labil Tidak sesuai
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Penghidu
Pengecapan
Jelaskan: klien tidak ada gangguan persepsi
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
59
8. Proses pikir
Kehilangan asosiasi
Sirkumtansial Tangensial Pengulangan
Flight of Ideas pembicaraan/perseverasi
Blocking
Jelaskan: tidak ada gangguan proses pikir
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Waham:
Curiga
Agama Somatik Kebesaran
Kontrol pikir
11. Memori
60
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: klien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Keamanan Transportasi
Perawatan kesehatan v
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi
BAB/BAK
Kebersihan
Ganti Pakaian
Makan
61
Frekuensi makan perhari :3 kali
Frekuensi kudapan perhari : 2 kali
Nafsu makan : baik
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan: tidak ada masalah
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Ya Tidak
Apakah ada masalah
Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur
Apakah ada kebiasaan tidur siang
Apa yang membantu klien untuk tidur
Waktu tidur malam, jam: 21.00 , Waktu bangun, jam: 04.00
Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur V
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
V
Somnabulisme Berbicara dalam tidur
V
Jelaskan: tidak ada gangguan tidur
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri
Mengatur penggunaan obat
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) v
Jelaskan: tidak ada masalah
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
62
Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan: tidak ada masalah
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
63
Terapi medis:
1. IVFD NS 1500cc/24jam,
2. perawatan luka
3. Inj Glaucan 3x1,
4. Po codein 3x10mg
Ttd
ners
64
ANALISA DATA
65
POHON MASALAH
Isolasi sosial
66
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
67
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosis Intervensi Rasional
Tujuan Jangka Panjang Tujuan Jangka Pendek
mengidentifikasi citra 2. Diskusikan dengan klien tiba-tiba atau dari waktu ke
tubuhnya persepsi tentang citra waktu. Perawat yang menerima
tubuh dulu dan saat ini, citra tubuh klien sepenuhnya
perasaan tentang citra membantu klien untuk mulai
tubuhnya dan harapan
menerima situasi saat ini.
terhadap citra tubuhnya
saat ini Informasi persepsi klien tentang
citra tubuh dapat menjadi data
dasar penentuan intervensi yang
tepat sesuai dengan kebutuhan
klien
TUK 3 : Klien dapat 1. Diskusikan potensi bagian Data acuan untuk menentukan
mengidentifikasi potensi tubuh yang lain yang intervensi berdasarkan kebutuhan
(aspek positif) dirinya masih sehat dan kemampuan klien. Potensi
2. Bersama klien membuat atau kemampuan dalam diri klien,
daftar tentang aspek dukungan dari keluarga dan
positif yang dimiliki lingkungan dapat memberikan
klien, keluarga,penguatan positif
lingkungan
3. Beri pujian yang realistis
hindarkan pemberian
penilaian yang negatif
TUK 4 : Klien 1. Diskusikan alternative Pengetahuan yang adekuat
dapat mengetahui dan cara meningkatkan fungsi meningkatkan kepatuhan klien
melakukan cara-cara untuk bagian tubuh yang terhadap intervensi keperawatan
meningkatkan citra tubuh terganggu
68
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosis Intervensi Rasional
Tujuan Jangka Panjang Tujuan Jangka Pendek
TUK 5 : Klien dapat 1. Bantu klien untuk Penolakan bagian tubuh atau
melakukan cara-cara meningkatkan fungsi perasaan negatif tentang citra dan
untuk meningkatkan citra bagian tubuh yang kemampuan tubuh, yang
tubuh terganggu menunjukkan perlunya intervensi
2. Bantu menggunakan dan dukungan emosional
bagian tubuh yang masih
sehat
3. Bantu klien melihat,
menyentuh bagian tubuh
yang terganggu
TUK 6 : Klien dapat 1. Motivasi untuk dapat Dukungan dari orang yang
berinteraksi dengan orang berbicara klien lain (bila dicintai, orang yang penting
lain tanpa terganggu kondisi memungkinkan) dalam kehidupan klien dapat
2. Motivasi untuk memberikan penguatan positif
berinteraksi virtual melaui klien . Komunikasi dengan orang
videocall atau sosial lain (klien lain dalam satu ruangan
media lain dengan orang yang menderita penyakit yang
tuan, suadara, teman atau
sama) dapat menjadikan tempat
orang lain yang berarti
atau mempunyai peran berbagi cerita pengalaman
penting baginya penyakit yang sama dapat
memberikan penguatan positif
klien
69
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN
KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
NERS FKp UNAIR
Nama: Nn.A No. RM: 1983*** Ruangan: edelweis
70
DIAGNOSA/TUK IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
5. Memberikan kesempatan dan tergantung pada orang tua.
mendengarkan klien mengungkapkan O :
perasaan tentang citra tubuhnya dan Klien menjawab salam
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini Klien dapat menjelaskan kembali tentang
kontrak dan tujuan pertemuan hari ini
Pada saat mengatakan persepsi tentang citra
tubuh pada masa sebelum sakit suara terdengar
tegas dan jelas. Pada saat mengatakan persepsi
tentang citra tubuh sekarang suara klien agak
pelan dan kontak mata ke atap ruangan (tidak
melihat perawat)
A : SP 2 teratasi
P : lanjutkan SP 3
Gangguan konsep diri :
citra tubuh
1. Mengucapkan salam dan menyapa klien
dengan nama panggilan yang disukai
S :
Klien mengatakan selamat pagi ners, Ners itu
Ners
TUK 3 , tanggal 5 Agustus secara sopan dan ramah tidak ingkar janji dan tepat waktu ya.
2021 2. Memberikan kesempatan klien Klien mengatakan saya memiliki panca indra
mengungkapkan potensi bagian tubuh yang lengkap, memiliki orang tua dan suadara
yang lain yang masih sehat yang selalu memperhatikan dan mencintai
3. Mendengarkan klien dengan tetap saya. Saya jarang bertemu dengan sahabat dan
mempertahankan kontak mata teman di kampung . Awalnya saya
4. Bersama klien membuat daftar tentang menganggap bahwa mereka menjauhi saya
aspek positif yang dimiliki klien, karena jijik melihat luka saya tetapi mereka
keluarga, lingkungan sering chat saja lewat whatsapp. Tetapi saya
5. Memberikan pujian yang realistis sekarang menyadari kalo pandemi Covid-19
hindarkan pemberian penilaian yang ini memang harus mematuhi protocol
negative kesehatan dengan 6 M. Seharusnya saya
71
DIAGNOSA/TUK IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
bersyukur memiliki semua itu.
O:
Klien tampak menjawab salam dengan
tersenyum dan bersemangat
Klien dapat menjelaskan aspek positif yang
dimilikinya, keluarga maupun lingkungan
Saat mengungkapkan aspek postif kontak mata
klien ke perawat
A : SP 3 teratasi
P : lanjutkan SP 4
Gangguan konsep diri :
citra tubuh
1. Mengucapkan salam dan menyapa klien S :
dengan nama panggilan yang disukai Klien mengatakan pagi ners , kondisi
Ners
TUK 4 , tanggal 6 Agustus secara sopan dan ramah, menanyakan kesehatannya hari ini lebih baik dari kemarin.
2021 bagaimana perasaan klien hari ini Klien mengatakan paham untuk meningkatkan
2. Berdiskusi dengan klien alternative cara dan memulihkan kesehatannya dengan
meningkatkan fungsi bagian tubuh yang mematuhi kemoterapi yang telah
terganggu . diprogramkan, diet gizi seimbang, aktivitas
a. Mematuhi program kemoterapi yang fisik, istirahat cukup dan kelola stress dan
telah ditetapkan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Diet gizi seimbang Klien memilih latihan penguatan otot dan
c. Aktivitas fisik pernafasan dan besok siap mulai latihan
O :
d. Istirahat cukup dan kelola stress
klien tampak mempelajari booklet yang
e. Perilaku hidup bersih dan sehat
diberikan perawat
Alternatif latihan meningkatkan fungsi Klien tampak fokus mempelajari latihan
tubuh yang terganggu : penguatan otot dan pernafasan
a. Latihan penguatan otot A ; SP 4 teratasi
72
DIAGNOSA/TUK IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
b. Latihan pernafasan P : lanjutkan SP 5
c. Latihan lingkup gerak sendi
d. Latihan ketahanan kardiopulmuner
73
DIAGNOSA/TUK IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
videocall atau sosial media lain dengan O:
orang tuan, saudara, teman atau orang lain Klien tampak selesai melakukan videocall
yang berarti atau mempunyai peran dengan ibunya
penting baginya Klien tampak tersenyum ketika klien
disebelahnya melihat ke klien
74
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Pelaksanaan
Hari : Jum’at, 27 Agustus 2021
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Zoomeeting
4.2 Kehadiran
1. Mahasiswa
Mahasiswa yang mengikuti kegiatan seminar kasus merupakan seluruh
anggota kelompok D1, meliputi anggota D1.1, D1.2, D1.3, D1.4 yang
berjumlah 40 mahasiswa.
2. Pembimbing Akademik
Pada kegiatan seminar kasus keperawatan Jiwa kelompok D1,
pembimbing akademik yang hadir sebanyak tiga orang yaitu
a. Dr. Fitri Riskiyasari P.K., S.Kep., Ns., M.Kep
b. RR Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep
c. Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns., M.Kep
3. Pembimbing Klinik
Praktek stase keperawatan jiwa kelompok D1 dilaksanakan secara daring
sehingga tidak ada pembimbing klinik.
4.3 Pertanyaan dan Masukan Mahasiswa
1. Kelompok Psikososial
Widiyas Ulfia Rachma/ 132023143014
Assalamualaikum wr wb ., mohon izin saya Widiyas dari kelompok D1.2
izin bertanya terkait kasus citra tubuh, bagaimana pengaruh body image
terhadap kesehatan mental ? terima kasih
Jawaban:
Ipung Jatmiko/ 132023143021
Beberapa penyebab yang membuat seseorang memiliki body image negatif
terhadap dirinya sendiri, seperti trauma masa kecil, adanya persepsi cantik
75
yang ditampilkan pada media, memiliki kelebihan atau kekurangan berat
badan, dan merasa berbeda dengan orang di sekitarnya. Kondisi kesehatan
mental yang dialami oleh orang-orang dengan body image negatif terhadap
dirinya sendiri, seperti depresi, gangguan makan, Body Dysmorphia
Disorder (BDD), dan gangguan tidur. Umumnya, kondisi ini lebih banyak
dialami oleh wanita dibandingkan pria. Tidak hanya itu, body image
negatif juga menyebabkan seseorang mengalami penurunan rasa percaya
diri, gangguan kecemasan, tidak mau berkumpul dengan orang banyak,
dan memiliki obsesi yang berlebihan terhadap sesuatu.
Mastifah/132023143029
Assalaamu’alaikum saya mastifah dari klpk 1 mohon izin bertanya.
Bagaimana cara membangun self image yang positif ?. terimakasih
Jawaban
Muhammad Abi Zakaria/132023143020
Berikut tips untuk membangun self image
a. Belajar menerima dan mencintai diri sendiri
b. Fokus untuk terus mengembangkan diri dengan hal-hal yang
disenangi
c. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain
d. Perasaan syukur
Apabila seseorang berhasil dalam mencapai konsep dirinya maka mereka
akan merasa puas dengan dirinya maupun terhadap lingkungannya.
Sehinggga akan membuat ia bersikap positif terhadap dirinya dan akan
merasa lebih percaya diri dalam lingkungan.
2. Kelompok RSJ Menur
Fadli Maulana Agitiyo/132023143045
Assalamualaikum wr wb ., mohon izin saya Fadli dari kelompok D1.3 izin
bertanya terkait kasus isolasi sosial, Apakah bisa pasien dengan gangguan
jiwa khususnya isolasi sosial hanya diatasi dengan komunikasi saja tanpa
dibantu Psikofarmaka?., Terima kasih
Jawaban:
76
Widiyas Ulfia Rachma/ 132023143014
Isolasi sosial tidak bisa diatasi hanya dengan komunikasi saja karena
Isolasi sosial merupakan masalah psikososial yang penting untuk
ditangani. Isolasi sosial dapat menyebabkan gangguan fisik seperti pada
kesehatan jantung, merusak self esteem, depresi dan bahkan bunuh diri,
Isolasi sosial dapat memperpanjang hospitalisasi, pengabaian kebutuhan
dasar klien, dan memunculkan masalah baru yaitu halusinasi, dimana hal
tersebut dapat membahayakan atau merugikan diri sendiri, orang sekitar
dan lingkungan oleh karena itu harus dilakukan. Terapi-terapi keperawatan
yang terintegrasi dengan tindakan profesi kesehatan lain yang menangani
isolasi sosial antara lain misalnya psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan
terapi medis berupa terapi psikofarmaka, farmakoterapi bertujuan untuk
mengurangi gejala Psikotik, gejala terkait lainnya misalnya agitasi, agresi
dan gaduh gelisah, mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol,
meminimalisasi risiko kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan.
Ipung Jatmiko/ 132023143021
assalamualaikumwarrohmatullohi wabaroaktuh,, saya ipung jatmiko,,izin
bertanya,, Jika dalam suatu keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa,
apakah keluarga atau keturunan yang lainnya ada kemungkinan mengalami
gangguan jiwa juga?
Jawaban:
Ilham
Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
a. Faktor somatic organo biologisatau somatogenik.
b. Faktorpsikologik (Psikogenik)
c. Faktorsosio-budaya (sosiogenik)
Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari
penyebab gangguan jiwa diantaranya adalah : Genetika. Keturunan
merupakan peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan jiwa,
77
tetapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan
yang tidak sehat, Individu atau anggota keluarga yang memiliki atau yang
mengalami gangguan jiwa akan kecenderungan memiliki keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, akan cenderung lebih tinggi dengan orang
yang tidak memiliki faktor genetik (Yosep, 2013).
4.4 Masukan Dosen
1. Dr. Fitri Riskiyasari P.K., S.Kep., Ns., M.Kep
a. Untuk kelompok psikososial agar bisa mengkaji lebih dalam
mengenai dampak dari klien merasa tidak berguna lagi pada bagian
harga diri
b. Untuk kelompok RSJ Menur harus lebih kreatif dan melengkapi data
yang ada dipengkajian
c. Semua anggota kelompok harus saling kerjasama untuk pembagian
tugas kelompok
2. RR Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep
a. Mahasiswa harus dapat membedakan antara core problem, causa dan
effect
b. Untuk pemberian psikofarmaka tergantung dengan diagnosa medis
klien
3. Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns., M.Kep
a. Pada masa pandemi covid-19 ini walaupun praktik dilaksanakan
secara daring kita harus tetap kreatif dalam pengelolaan kasus.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., Saputra, Y., & Vioneery, D. (2019). Pengaruh Edukasi Keluarga
Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Isolasi
Sosial. Journal of Telenursing (JOTING), 1(1), 96–105.
Dermawan and Rusdi (2013) Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Direja, Ade Herma. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Efendi, S., Rahayuningsih, A., & Muharyati, W. (2012). Pengaruh Pemberian
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien
Isolasi Sosial. NERS JURNAL KEPERAWATAN, 8(2), 105–114.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayatullah, T. (2017). Hubungan Gangguan Citra Tubuh Dengan Tingkat Stress
Pada Klienpasca Operasi Bedah Mayor Di Ruang Bedah RSUD Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2017. STIKES Perintis Padang.
Jannah, A. R. et al. (2020) . Kecemasan Klien COVID-19: A Systematic Review.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume 11, pp. 33-37 DOI:
http://dx.doi.org/10.33846/sf11nk406.
Jiwa’, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, pp. 1–366. doi: ISBN 978-xxx-
xxx-xx-x.
Keliat et al. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Course). E-Journal Keperawatan (EKP).
Keliat, B. A. (2013). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.
Keliat, B.A dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2015). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.
KemenkesRI (2019) Infodatin - Kesehatan Jiwa. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.
Listiqamah, L., Syarniah, & Mulyani, Y. (2018). Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Kemampuan Sosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal Citra
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjaramasin, 6(1), 1–9.PPNI. 2017.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Mayorin. D (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Fraktur Terbuka
Ekstremitas Bawah Dengan Gangguan Citra Tubuh Di Ruang Trauma
Center RSUP Dr. Mdjamil Padang.
Mukhlis, A. (2013). Pengaruh Pelatihan berpikir positif pada ketidakpuasan
terhadap citra tubuh (body Image Dissatisfaction). Psikoislamika Psikologi
Islam, 10(1), 5–14. https://doi.org/10.18860/psi.v10i1.6357
Nugroho, D. W. I., & Saputro, H. (2012). Fakultas ilmu keperawatan program
studi magister ilmu keperawatan depok juli 2012. Asuhan Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
79
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa
(1st ed.). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan . Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 5. Salemba Medika
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamental of
Nursing Eight Edition. In Elsevier. https://doi.org/10.1109/ISCA.2016.31
PPNI. (2017) . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnosis. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.
Roswinda, D. (2016) ‘Asuhan Keperawatan pada Bapak S yang Mengalami
Isolasi Sosial di Ruang Elang RSJ Daerah Atma Husada Mahakam
Samarinda’, 53(9), pp. 1689–1699.
Septiani, S. F. (2017) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Suhron. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Mitra Wacana
Media.
Sulistiya, E., Yuwono, D., & Sugiharto, P. (2017). Dampak Konseling Kelompok
Cognitive Behavior Therapy (CBT) Teknik Cognitive Restructuring untuk
Meningkatkan Body Image. Jurnal Bimbingan Konseling, 6(2), 135–140.
Suwarni, S. and Rahayu, D. A. (2020) ‘Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada
Pasien Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Sesi 1-3’, Ners Muda, 1(1), p. 11. doi: 10.26714/nm.v1i1.5482.
Tobing, D. L., Novianti, E., & Sitorus, S. (2018). Pengaruh Terapi Social Skill
Training terhadap Kemampuan Bersosialisasi Klien Skizofrenia di RS
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia,
1(2), 29–43.
Umi Faridaha, D. P. P. (2017). Logoterapi (Tekhnik Paradoxical Intention)
Terhadap Citra Tubuh (Body Image) Pada Lansia. MIS Quartely, 27(1),
19–49.
Wati, T. F. D. & Jannah, S. R.. (2018) . Body Image On Women Patient
Undertaking Chemotherapy. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 4(3), pp. 37-44.
Yosep, I. (2011) Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Adhitama.
Yunalia, E. M. & Mahyuvi, T. (2017) . Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Gangguan Citra Tubuh Pada Penderita Kusta. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(2), pp. 22-28
Yusuf, A.H, F. and ,R & Nihayati, H. . (2015) ‘Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan
Yuswatiningsih, E., & R, I. M. H. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Dengan Interaksi Sosial Pada Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Kesehatan,
9(2), 166–174.
Zakiyah, Hamid, A.Y. S., Susanti, H. 2018. Penerapan Terapi Generalis, Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi, dan Social Skill Training Pada Pasien
Isolasi Sosial. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia. Vol. 2(1):21-2
80
LAMPIRAN
81
Timestamp Nama Lengkap NIM Kehadiran
27/08/2021 10:07:52 Siti Zulaihah 132023143055 Hadir
82
83
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA KLIEN DENGAN
ISOLASI SOSIAL
Oleh:
Kelompok 1
DEFINISI
Faktor tumbuh
kembang Faktor sosial budaya
Faktor Presipitasi
Apatis, Sedih dan Afek Berdiam diri di kamar Kontak mata kurang Menghindari orang lain
Tumpul
Penatalaksanaan
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. B (L/P) Tanggal Pengkajian : 3 Agustus 2021
Umur : 42 tahun RM No : 2507XXXX
Informan : Kakak klien
ALASAN MASUK
Klien dibawa keluarga karena keluyuran, berbicara sendiri dan tidak tidur
selama 3 hari sebelum MRS. Klien kambuh saat mulai tidak mau minum obat
dan kontrol ke dokter.
FAKTOR PREDISPOSISI
3. Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan Korban, Usia 30 tahun
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan no 1,2,3 : Klien sudah 2x MRS. 3 tahun lalu MRS pertama karena tiba-tiba
melempar barang-barang di rumah dan sudah mendapat pengobatan serta rutin kontrol dan
minum obat. Kali kedua MRS di waktu yang berdekatan dengan kematian ayahnya. MRS kali
ini karena klien kambuh saat mulai tidak mau minum obat dan kontrol. Klien juga pernah
dekat dengan laki-laki selama 5 tahun saat berusia 30 tahun namun
putus dan laki-laki tersebut sudah menikah. Saat ditanya alasan putus, klien tidak menjawab
dan hanya menangis.
Masalah Keperawatan: Ketidakpatuhan minum obat (D. 0114), koping individu tidak
efektif (D. 0096)
FAKTOR PREDISPOSISI
- - -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Klien juga pernah dekat dengan laki-laki
selama 5 tahun saat berusia 30 tahun namun putus dan laki-laki tersebut sudah menikah. Saat
ditanya alasan putus, klien tidak menjawab dan hanya menangis.
Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif (D. 0096)
FISIK
1. Tanda vital: TD: 150/100 mmHg Nadi: 90x/menit Suhu: 37oC RR: 16x/menit
2. Ukur : TB: 158 cm BB : 48 kg
3. Keluhan fisik: Ya Tidak √
Jelaskan :-
Masalah keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan
PSIKOSOSIAL
Jelaskan: Kedua orang tua klien telah meninggal. Klien merasa belum bisa membahagiakan
ibunya yang meninggal kemudian saat ayah klien meninggal, kondisi klien kembali memburuk.
Pengambil keputusan dalam keluarga setelah kedua orang tuanya tiada merupakan kakak
perempuannya yang tinggal bersama klien. Klien menolak semua bantuan dan bujukan dari
kakaknya untuk minum obat dan mendapat perawatan di rumah sakit
Masalah keperawatan: Ketidakmampuan Koping Keluarga (D. 0093)
PSIKOSOSIAL
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien hanya diam saat ditanya. klien tidak pernah mengatakan tidak menyukai
anggota tubuh atau penampilannya,
b. Identitas : klien tidak menjawab saat ditanya. Berdasarkan informasi dari kakak klien, klien
merupakan pribadi yang pendiam namun memiliki banyak teman di media sosial
c. Peran : klien hanya diam saat ditanya. Berdasarkan informasi dari kakak klien, klien sebelumnya
bekerja sebagai akuntan di sebuah bank ternama
d. Ideal diri : klien tidak menjawab saat ditanya. Menurut kakak klien, klien sebelumnya merupakan
orang yang rajin, perfeksionis
dan fokus pada pekerjaan
Harga diri : klien pernah mengatakan pada kakaknya bahwa ia merasa
masih belum bisa membahagiakan ibunya, saat ditanya mengapa berpikiran begitu klien tidak pernah
menjawab
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronis (D. 0086), Isolasi sosial (D. 0121)
PSIKOSOSIAL
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Saat ditanya klien diam, Menurut kakak klien, klien sangat dekat dengan keluarganya. Saat ini
hanya kakak perempuannya yang masih tinggal bersama klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Setiap ada kegiatan yang dilakukan dengan staf, klien menolak
untuk ikut dan lebih memilih duduk termenung di dekat tempat tidurnya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Saat ini klien lebih sering menyendiri di kamar. Saat ditanya nama
klien klien bisa menjawab namun suaranya sangat pelan
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial (D. 0121)
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : Agama yang dianut pasien adalah agama islam
b. Kegiatan ibadah : Klien sebelumnya rajin beribadah namun semenjak di rawat jarang beribadah
Masalah Keperawatan : tidak terdapat masalah keperawatan
STATUS MENTAL
STATUS MENTAL
STATUS MENTAL
STATUS MENTAL
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Jelaskan: Ketika makan klien disuapi kakaknya, selama ini klien tidak bekerja dan tinggal bersama kakaknya. Semua
kebutuhan dibantu oleh kakak klien.
Jelaskan: Klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut dan bercukur. Badan klien sangat bau dan
kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri mandi dan berhias (D. 0109)
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Jelaskan: Klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut dan bercukur. Badan klien sangat bau dan
kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri mandi dan berhias (D. 0109)
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
• Masalah dengan dukungan kelompok, tidak ada masalah. Klien memiliki dukungan kelompok dari keluarga
• Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien hanya diam saat ditanya. Menurut informasi dari kakak klien,
klien merasa saat melihat keluarganya di rumah berkumpul dan tertawa di depannya klien langsung marah dan
menuduh keluarga klien menjelekkan klien
• Masalah dengan pendidikan, tidak ada masalah. Berdasarkan data diri klien dan informasi dari keluarga, klien
tidak memiliki masalah dengan pendidikan
• Masalah dengan pekerjaan, klien tidak menjawab saat ditanya. Menurut informasi dari kakak klien, klien sering
pindah-pindah pekerjaan karena sering bertengkar dengan teman kantornya. Klien beranggapan teman-teman
kantornya mengejek klien yang belum menikah di usia yang hampir berkepala 4.
• Masalah dengan perumahan, tidak ada masalah. Menurut informasi dari kakak klien, selama klien tinggal di
perumahan tempat tinggalnya, klien tidak memiliki masalah dengan sesama warga perumahan
• Masalah dengan ekonomi, tidak ada masalah. Sebelum mengalami gangguan kejiwaan, klien bekerja sebagai
akuntan di sebuah bank ternama
• Masalah dengan pelayanan kesehatan, klien tidak menjawab saat ditanya, Menurut informasi dari kakak klien,
klien menolak minum obat dan kontrol ke dokter
• Masalah lainnya, tidak ada masalah
Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif (D. 0096), Ketidakpatuhan (D. 0114), isolasi sosial
(D. 0121)
Aspek Medis
Dosen Fasilitator:
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 1 (D.1)
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)
b. NIP : 196701012000031002
c. Jabatan/Golongan : Lecture
d. Program Studi : Profesi Ners
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga
f. Bidang Keahlian : Keperawatan Jiwa
g. Alamat Kantor/ : Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Jl.
Telp/Faks/Surel Mulyorejo (Kampus C Unair), Kel. Mulyorejo,
Kec. Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur
60115/(031) 5913754/-/nk-alita@fkp.unair.ac.id
4. Anggota Tim
Pengusul
(Mahasiswa)
a. Citra Danurwendah Rahmah, S.Kep
b. Fitrianti Umayroh Mahardika, S.Kep.
c. Emmalia Adhifitama, S.Kep.
d. Hayu Ulfaningrum, S.Kep
e. Farah Aulia Nugrahini,S.Kep
f. Rusulustin Mustikaria,S.Kep
g. Zulfatin, S.Kep
h. Maria Diana Durbin, S.Kep
i. Ninin Herlinawati, S.Kep
j. Arlesiane Bida Njurumbaha, S.Kep
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Masyarakat mampu memahami tentang burnout (kejenuhan) pada
mahasiswa pada masa pandemic Covid-19
1.1.3 MASALAH
Bagaimana manjemen burnout (kejenuhan) pada mahasiswa pada masa
pandemi Covid-19?”
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Masyarakat mampu memahami tentang burnout (kejenuhan) pada
mahasiswa pada masa pandemi Covid-19
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian burnout pada mahasiswa
2. Masyarakat mengetahui ciri-ciri burnout pada mahasiswa
3. Masyarakat mengetahui faktor penyebab burnout pada mahasiswa
4. Masayarakat mengetahui hubungan pembelajaran daring dengan burnout
pada mahasiswa
5. Masyarakat mengetahui manajemen burnout pada mahasiswa
1.2 Sasaran
Masyarakat dan mahasiswa pengguna media sosial instagram
1.3 Materi
1.3.1 Pengertian burnout pada mahasiswa
1.3.2 Ciri-ciri burnout pada mahasiswa
1.3.3 Faktor penyebab burnout pada mahasiswa Masalah yang sering muncul
pada pasien terkofirmasi Covid 19
1.3.4 Hubungan pembelajaran daring dengan burnout pada mahasiswa
1.3.5 Manajemen burnout pada mahasiswa
1.4 Metode
Pendidikan kesehatan dilakukan melalui media sosial (Instagram) dengan
media video edukasi
1.5 Media
Video edukasi
1.6 Pelaksanaan
Tanggal 24 Agustus 2021 jam 10.00 WIB dilakukan pengunggahan video
edukasi di Instagram @kel1_jiwa_ profesib22 dan sosial media fkp_unair
1.7 Pengorganisasian
1.7.1 Penyusun SAP
1. Fitrianti Umayroh, S.Kep
2. Zulfatin, S,Kep
3. Ninin Herlinawati, S.Kep
4. Arlesiane Bida Jurumbaha,S.kep
1.7.2 Konsep Video edukasi
1. Emmalia Adhifitama, S.Kep
2. Farah Aulia Nugrahini,S.Kep
3. Citra Danurwendah rahmah,S.Kep
4. Rusulustin Mustikaria,S.Kep
5. Maria Diana Durbin, S.Kep
B. Ciri-ciri Burnout
1. Memiliki rasa khawatir atau takut yang berlebihan sehingga berpikir yang tidak
rasional
2. Memiliki pikiran negatif terhadap orang yang memiliki tanda-tanda penderita
3. Mencari berita mengenai covid-19 yang berlebihan sehingga tidak dapat
memilah berita yang akurat dan dapat memunculkan kecemasan yang membuat
seseorang mengalami sulit tidur
4. Kehilangan energy. Ditandai dengan perasaan selalu lelah walaupun saat kamu
sudah tidur cukup
5. Perilaku gugup. Ditandai dengan gejala gemetar dan berkeringat saat harus
melakukan suatu aktivitas.
6. Sakit secara fisik. Mengalami nyeri pada bagian pundak, punggung atau bagian
lain pada tubuh.
7. Insomnia. Ditandai sulit tidur dan jika tidur pun tidak nyenayk atau sering
terbangun.
8. Merasa putus asa. Ditandai dengan merasa tidak mampu dan tidak berdaya
dalam menjalani aktivitas yang ada
9. Kurang termotivasi. Di fase ini akan merasa lelah hingga tidak termotivasi saat
melakukan suatu aktivitas
10. Depresi. Ditandai dengan gejala seperti sulit berkonsentrasi dan tidak berdaya
dalam menjalani aktivitas apapun.
-
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Muslim. 2020. Manajemen Stress pada Masa Pandemi Covid-19” . ESENSI:
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 23 No. 2
https://rencanamu.id/post/how-to/cara-mencegah-burnout-selama-masa-perkuliaha
n
PROPOSAL KEPERAWATAN JIWA
Dosen Fasilitator :
Kelompok 1 (D.1)
Citra Danurwenda Rahmah, S.Kep (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika, S.Kep (132023143004)
Emmalia Adhifitama, S.Kep (132023143005)
Hayu Ulfaningrum, S.Kep (132023143008)
Farah Aulia Nughraini, S.Kep (132023143031)
Maria Diana Durbin, S.Kep (132023143025)
Ninin Herlinawati, S.Kep (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha, S.Kep (132023143016)
Rusulustin Mustikaria, S.Kep (132023143053)
Zulfatin, S.Kep (132023143054)
Disusun Oleh:
Kelompok 1 (D.1)
Citra Danurwenda Rahmah, S.Kep (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika, S.Kep (132023143004)
Emmalia Adhifitama, S.Kep (132023143005)
Hayu Ulfaningrum, S.Kep (132023143008)
Farah Aulia Nughraini, S.Kep (132023143031)
Maria Diana Durbin, S.Kep (132023143025)
Ninin Herlinawati, S.Kep (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha, S.Kep (132023143016)
Rusulustin Mustikaria, S.Kep (132023143053)
Zulfatin, S.Kep (132023143054)
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
I. TOPIK
TAK Stimulasi persepsi : mendengarkan lagu relaksasi
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien mampu mengenal ansietas.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b. Klien mampu menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
c. Klien mampu mendengarkan lagu yang diputarkan oleh terapis
d. Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mendengarkan lagu
IV. KRITERIA
1. Kriteria klien:
a. Berusia antara 18 sampai 55 tahun
b. Bersedia untuk berpartisipasi penuh selama mengikuti terapi.
c. Klien yang kooperatif
d. Klien dengan kecemasan
2. Proses seleksi
a. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
b. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKS meliputi: menjelaskan
tujuan TAKS pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok (Eko prabowo, 2014:243).
2. Antisipasi Masalah
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau klien yang lain
3) Menanyakan kepada klien kendala yang sedang dialami
4) Memberikan feedback berupa solusi atas kendala yang klien alami
VI. PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : 28 Agustus 2021
Waktu : Pukul 09.00 WIB
Tempat : Zoom meeting
Jumlah Peserta : 5 orang
Alokasi waktu :
1. Perkenalan dan pengarahan (10menit)
2. Terapi kelompok (15menit)
3. Penutup (5menit)
B. Pengorganisasian
Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
1. Leader :
Citra Danurwendah Rahmah, S.Kep
Fitrianti Umayroh Mahardika, S.Kep
2. Co.Leader:
Farah Aulia Nughraini, S.Kep
Maria Diana Durbin, S.Kep
3. Fasilitator
Ninin Herlinawati, S.Kep
Arlesiane Bida Ndjurumbaha, S.Kep
4. Observasi
Rusulustin Mustikaria, S.Kep
Zulfatin, S.Kep
5. Operator
Emmalia Adhifitama, S.Kep
Hayu Ulfaningrum, S.Kep
Klien peserta TAKS sebagai berikut:
Peserta TAKS ini diambil dari klien yang mengalami cemas, jumlah peserta TAKS adalah
6orang.
C. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin terapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
2. Co-leader
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses terapi
3. Fasilitator Tugas
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
a. Memotivasi klien yang kurang aktif.
b. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalanya terapi.
4. Observasi
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien selama kegiatan
berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
(Eko prabowo, 2014: 241 - 243)
D. Setting
1. Pasien dan Terapis berada dalam zoom meeting sesuai jadwal yang ditentukan/ sesuai
kontrak yang telah disepakati.
2. Tempat peserta masing-masing ( yang nyaman dan tenang)
E. Alat
1. Laptop
2. Room Zoom Meeting
3. Musik dengan lagu yang ceria dan relaksasi
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan pasien
F. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Kemampuan verbal
No Aspek yang Nama Klien
dinilai
1 Mengidentifikasi
dan
menguraikan
perasaannya
2 Menjelaskan
situasi yang
timbul akibat
kecemasan
3 Menjelaskan
penyebab
kecemasan
4 Menyebutkan
perilaku akibat
cemas
Jumlah
Jumlah
Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda [V] jika ditemukan pada
pasien atau tanda [x] jika tidak ditemukan
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4 pasien mampu ;jika
nilai <2 pasien dianggap belum mampu
I. DOKUMENTASI
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAKS pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan menyampaikan topik masalah pribadi yang
akan dipercakapkan 3, Memilih dan memberi pendapat – pendapat 2 , dan kemampuan
nonverbal 4. Untuk itu, catatan keperawatannya adalah klien mengikuti TAKS sesi5, pasien
mampu menyampaikan masalah pribadi yang ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan
memberi pendapat, tapi non verbal baik. Anjurkan / latih pasien untuk bercakap-cakap
tentang masalah pribadi dengan perawat dan klien lain diruang rawat (buat jadwal) (Eko
prabowo, 2014: 266 - 268).
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN ISOLASI MANDIRI
COVID-19
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)
dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang. Menurut WHO
terutama pada pasien yang dinyatakan positif Covid 19. Meskipun sejauh ini belum
namun sejumlah penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS)
dilaporkan di 192 negara atau wilayah. Di antara kasus tersebut, sudah ada beberapa
(Kemenkes, 2020)
dapat mengalami emosi bersalah jika keluarga mereka membantu aktivitas hidup
jarak Isolasi mandiri yang lama pada pandemi COVID-19, dapat memicu
dukungan yang dapat diberikan kepada penderita dampak psikososial yang timbul
pada pasien cukup berat bagi dirinya, lingkungan, maupun keluarga penderita.
Penanganan holistik harus diterapkan. Bukan hanya penyembuhan fisik, tetapi juga
TUJUAN
Mandiri Covid-19
3 Masyarakat mengetahui masalah yang sering timbul pada pasien isolasi mandiri
Covid 19
4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien terkonfirmasi Covid-
19
5 Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi mandiri
1.1.3 MASALAH
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Masyarakat mampu memahami tentang dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi
Mandiri Covid-19
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian virus Covid-19
2. Masyarakat mengetahui pengertian pasien terkonfirmasi Covid 19
3. Masyarakat mengetahui masalah yang sering muncul pada pasien
terkonfirmasi Covid 19
4. Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
5. Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi
1.2 Sasaran
Masyarakat pengguna media sosial instagram
1.3 Materi
1.3.1 Pengertian virus Covid-19
1.3.2 Pengertian pasien terkonfirmasi Covid-19
1.3.3 Masalah yang sering muncul pada pasien terkofirmasi Covid 19
1.3.4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
1.3.5 Kegiatan yang dapat dilakukan selama Isolasi mandiri
1.4 Metode
Pendidikan kesehatan dilakukan melalui media sosial (Instagram)
1.5 Media
Videoanimasi
1.6 Pelaksanaan
Tanggal 13 Agustus 2021 jam 10.00 WIB dilakukan pengunggahan videoanimasi
di Instagram @kel1_jiwa_ profesib22 dan sosial media fkp_unair
1.7 Pengorganisasian
1.7.1 Penyusun SAP
1. Fitrianti Umayroh, S.Kep
2. Zulfatin, S,Kep
3. Ninin Herlinawati, S.Kep
4. Arlesiane Bida Jurumbaha,S.kep
-
Daftar Pustaka
IASC. 2020. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah COVID-
19 Versi 1.0. IHSC MHPSS Reference Group
IPKJI. 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid 19. Jakarta : PPNI
Kemenkes, 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada Masa Pandemi
Covid 19. Jakarta: Direktorat Jendral Pencegahan Dan Pengendalian penyakit.