OLEH : SUTEJO
NIM : 131911123050
KELAS AJ 2
ii
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebaran COVID - 19 terjadi cepat dan meluas karena dapat menular
melalui kontak dari manusia ke manusia. Pada 11 Maret 2020 WHO menetapkan
COVID-19 sebagai pandemi. Semua negara waspada dan siaga menghadapi
COVID- 19 yang belum ditemukan obat dan vaksinnya. Berdasarkan data dari
WHO diakses pada tanggal 9 April 2020 korban virus korona di dunia terus
bertambah, sudah 209 negara telah mengkonfirmasi adanya COVID-19 , ada
1.518.719 kasus konfirmasi , 88.502 kematian, dan 330.589 telah dinyatakan
sembuh. Sedangkan di Indonesia terdapat 2.956 kasus konfirmasi, 240
kematian , dan 222 kasus sembuh ( Gugus Tugas COVID-19/9 April 2020). IGD
RS Haji sebagai salah satu layanan kesehatan lini depan dalam penanggulangan
bencana pandemi COVID-19 di Jawa Timur diharapkan kesiapsiagaannya.
Kesiapsiagaan perawat IGD sangat penting dalam hal deteksi dini dan respon
terhadap COVID -19. Pemilahan pasien yang berobat ke IGD harus dilakukan
dengan hati - hati , apalagi keluhan pasien rata – rata sesak, batuk , dan panas
yang identik dengan flu like syndroms. Hal ini akan beresiko terhadap penyebaran
infeksi dan tatalaksana perawatan yang tidak sesuai. Diperlukan pengetahuan dan
sikap yang baik dalam melaksanakan informasi pedoman kesiapsiagaan
penanggulangan dan pengendalian COVID -19 dari Kemenkes RI. Pengetahuan
perawat IGD sangat penting karena perawat merupakan ujung tombak utama
dalam sebuah pelayanan kesehatan. Jika tingkat pengetahuan perawat tersebut
kurang, maka perawat akan memiliki sikap negatif sehingga perawat kurang siap
dalam menghadapi wabah penyakit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Juliandi menyimpulkan bahwa variabel yang mempunyai
hubungan terhadap kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi bencana wabah
suatu penyakit yaitu pengetahuan dan sikap (Mahdi 2014). Bagaimana Hubungan
pengetahuan dan sikap perawat dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana
pandemi COVID-19 di IGD RS Haji surabaya belum dapat dijelaskan.
3
syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-Coronavirus (MERS-
CoV)
3
4
dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (1000-an kasus MERS dan 8000-an
kasus SARS). Tingkat Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan MERS
lebih tinggi yaitu sekitar 40%. Sedangkan Covid 19 memiliki tingkat mortalitas
5- 6% , di Indonesia mencapai 8-9 % ( 9 April 2020). Berdasarkan informasi
pedoman kesiapsiagaan Covid 19 (KEMENKES 2020a) petugas kesehatan di
layanan kesehatan berperan dalam surveilans dan respon , manajemen Klinis,
pencegahan dan pengendalian Infeksi , pengelolaan Spesimen dan konfirmasi
Laboratorium, serta komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pengetahuan informasi tentang pedoman kesiapsiagaan COVID-19 wajib
diketahui oleh perawat. Pengetahuan ini sangat diperlukan perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal. Sehingga perawat yang
berada di lini depan instalasi gawat darurat dapat bersikap positif dalam
penanggulangan COVID-19.
menghadapi wabah flu burung di IGD RS Zainul Abidin Banda Aceh (Mahdi
2014).
.
7
2.2 Kesiapsiagaan
2.2.1 Definisi kesiapsiagaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kemdikbud KBBI 2016) : Siaga /si-a-
ga bermakna siap sedia . Kesiapsiagaan /ke-si-ap-si-a-ga-an bermakna keadaan
siap siaga.
tombak kesehatan pada saat bencana terjadi selama dalam kondisi kritis dan gawat
darurat (Zarea 2014).
b. Kebijakan
e. Mobilisasi sumberdaya
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
a. Faktor internal adalah berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini
individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,
serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima. Sehingga individu
merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor internal terdiri dari faktor motif,
faktor psikologis, dan faktor fisiologis.
13
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus
untuk mengubah dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung
dan tidak langsung. Faktor eksternal terdiri dari faktor pengalaman, situasi,
norma, hambatan, dan pendorong.
2.5 Perawat
2.5.1 Pengertian Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik didalam negeri maupun di luar negeri yang diakui oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku (UU No.
38 2014)
Perawat IGD adalah seseorang yang memiliki peran dan fungsi berdasarkan
ewenang dan tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan di instalasi gawat
darurat. Adapun peran perawat gawat darurat di IGD antara lain: care giver,
advocate, educator, koordinator, kolaborator, dan konsultan .
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu
56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus.
Corona virus memiliki kapsul partikel berbentuk bulat atau elips, sering
pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200 m. Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom
RNA sangat panjang.
variasi antigen baru dan populasi tidak memiliki imunitas terhadap strain mutan
virus sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Pada kasus ini ditemukan
kasus “super-spreader” yaitu dimana virus bermutasi atau beradaptasi di
dalam tubuh manusia sehingga memiliki kekuatan transmisi yang sangat kuat
dan sangat infeksius.
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi ( PDPI ,2020 ) :
a. Tidak berkomplikasi
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas.
c. Pneumonia berat
● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
● Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi
atau penurunan kesadaran; atau kejang)
3. Bronkoskopi
● Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
● Fungsi ginjal
● Elektrolit
2. Manajemen Klinis
2) Orang dengan demam (≥38° C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
1) Orang yang mengalami demam (≥38° C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan tidak
ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
Kasus Konfirmasi
a. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat dan distress
pernapasan, hipoksemia, atau syok.
21
- Terapi oksigen dimulai dengan pemberian 5 L/menit dengan nasal kanul dan
titrasi untuk mencapai target SpO2 ≥90% pada anak dan orang dewasa yang
tidak hamil serta SpO2 ≥ 92%-95% pada pasien hamil.
- Pada anak dengan tanda kegawatdaruratan (obstruksi napas atau apneu, distres
pernapasan berat, sianosis sentral, syok, koma, atau kejang) harus diberikan terapi
oksigen selama resusitasi untuk mencapai target SpO2 ≥94%;
- Semua pasien dengan ISPA berat dipantau menggunakan pulse oksimetri dan
sistem oksigen harus berfungsi dengan baik, dan semua alat-alat untuk
menghantarkan oksigen (nasal kanul, sungkup muka sederhana, sungkup
dengan kantong reservoir) harus digunakan sekali pakai.
b. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa
syok. Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberian cairan
intravena, karena resusitasi cairan yang agresif dapat memperburuk
oksigenasi, terutama dalam kondisi keterbatasan ketersediaan ventilasi mekanik.
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan
droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko
terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau
yang merawat pasien COVID-19.
▪ Batasi jumlah petugas kesehatan memasuki kamar pasien COVID-19 jika tidak
terlibat dalam perawatan langsung. Pertimbangkan kegiatan gabungan (misal
periksa tanda-tanda vital bersama dengan pemberian obat atau mengantarkan
makanan bersamaan melakukan perawatan lain).
▪ Idealnya pengunjung tidak akan diizinkan tetapi jika ini tidak memungkinkan.
batasi jumlah pengunjung yang melakukan kontak dengan suspek atau
konfirmasi terinfeksi COVID-19 dan batasi waktu kunjungan. Berikan instruksi
yang jelas tentang cara memakai dan melepas APD dan kebersihan tangan untuk
memastikan pengunjung menghindari kontaminasi diri.
• Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan memberi perawatan
kepada pasien terutama kasus konfirmasi untuk menjaga kesinambungan
pencegahan dan pengendalian serta mengurangi peluang ketidakpatuhan
menjalankannya yang dapat mengakibatkan tidak adekuatnya perlindungan
terhadap pajanan.
• Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruangan atau daerah
isolasi kecuali diperlukan secara medis. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah
bila menggunakan peralatan X-ray dan peralatan diagnostik portabel penting
25
• Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk pengunjung) harus dicatat
(untuk tujuan penelusuran kontak).
• Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril,
(beberapa prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril).
26
• Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume cairan
yang tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.
• Membatasi jumlah orang yang berada di ruang pasien sesuai jumlah minimum
yang diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien.
Pesan kunci yang perlu disampaikan kepada masyarakat umum di negara yang
bersiap menghadapi kemungkinan wabah:
a. Health Advice:
2. Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci
dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada
fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80% handrub.
3. Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk menggunakan tisu, atau
sisi dalam lengan atas. Tisu yang digunakan dibuang ke tempat sampah dan cuci
tangan setelahnya.
4. Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke fasilitas
layanan kesehatan.
b. Travel Advice
4. Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran
napas.
7. Setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke dokter jika terdapat gejala
demam atau gejala lain dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan
masker untuk mencegah penularan penyakit.
a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau
menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol (hand sanitizer).
b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
d. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
e. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau
dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan
Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatan imunitas diri pada orang yang
terpapar COVID-19, yaitu sebagai berikut:
c. Istirahat cukup
d. Suplemen vitamin
e. Tidak merokok
29
Bencana
Faktor Alam : Gempa, Faktor Non Alam: Pandemi COVID Faktor Sosial
Tsunami,dll 19
Kesiapsiagaan BNPB:
Perawat Pedoman kesiapsiagaan
Kebijakan,
Surveilans dan respon Covid -19 untuk Nakes
Variabel Dependen Rencana tanggap
Manajemen klinis , pengelolaan lab
darurat, Sistim
Pencegahan & pengendalian infeksi
peringatan
Komunikasi Resiko & Pemberdayaan masy
bencana,
Mobilisasi
sumberdaya
Masyarakat
Pengetahuan dan Sikap Perawat Variabel Independen
Ketahanan Bencana
31
Keterangan :
3.2 Hipotesis
Hipotesis (H1) :
Sampel
a. Anonimity
34
b. Beneficience (kemanfaatan)
c. Non-maleficience
d. Confidentiality (kerahasiaan)
e. Veracity (kejujuran)
f. Justice (keadilan)
35
Daftar Pustaka
Aminudin. 2013. Mitigasi Dan Kesiapan Bencana Alam. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Robbins, SP. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. 2nd ed. Jakarta: Salemba.
UU No. 38, Tahun 2014. 2014. Salinan Undang Undang No 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan. Indonesia: Presiden RI.