Pembimbing Akademik
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
132023143016
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini di buat dan di ambil oleh Arlesiane
Bida Ndjurumbaha NIM.132023143016 mahasiswa B22
Program stusi pendidikan Profesi Ners
A. Definisi
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut
emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas
2017).
B. Etiolog
a. Faktor predisposisi
kecemasan.
individu.
b. Faktor prespitasi
normal
eksternal
status pekerjaan
Penyebab dari ansietas menurut (Tim Pokja SDKI DPP, 2017), yaitu:
1. Krisis situasional
3. Krisis maturasional
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ansietas dibagi menjadi mayor dan minor, yaitu (Tim Pokja
Subyektif: Subyektif:
7. Suara bergetar
9. Sering berkemih
a. Respons adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
b. Respons maladaptif
meningkatkan lahanpersepsinya.
E. Pohon masalah
Stessor
F. PENGKAJIAN
5. Klien anoreksia
Obyektif:
Tampak gelisah
1. Tampak tegang
2. Sulit tidur
3. Tremor
5. Suara bergetar
mengatasi masalah
Obyektif:
tidak sesuai
3. Penyalahgunaan zat
Obyektif:
pandangan kosong.
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tujuan
untukmengatasi ansietas
2. Tindakan keperawatan
percayadiri
muncul
1. Tujuan
keluarganya
2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
ansietas
ansietas
2. Tindakan keperawatan
mengajarkan teknikrelaksasi
PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
lima jari
1. Mengajarkan keluarga cara
SP 4
jari
2. Mengajarkan keluarga
J. EVALUASI
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Yusuf et al, 2015. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku Ajar
Dosen Pembimbing:
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
132023143016
Nn. W (22tahun) dibawa ke Psychiatric Ward karena di rumah selalu bicara melantur dan
mudah marah. Pada pengkajian awal W berkata “ aku ini adalah bidadari suster, masa sih
suster tidak tahu, yaaa memang sih bidadari yang tidak terlalu cantik…. Tapi bidadari !!!”
Menurut keluarga W berperilaku spt itu sejak
1 bulan yang lalu. Sebelumnya W sering berperilaku aneh seperti mengumpulkan pakaian
berwarna putih, kalung mutiara putih dan bandana yang semua berwarna putih. Dan W sering
memakainya didalam rumah. W adalah mahasiswa sebuah akademi pariwisata di Kota S,
selama kuliah W jarang punya teman dekat, menurut W “teman-temanku itu semua cantik,
menarik dan kaya, aku ingin seperti mereka, langsing dan cantik, nanti kalau sudah cantik
baru aku mau berteman dengan mereka, kalau sekarang mana mau mereka berteman sama
bidadari kere seperti aku”
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn W. (L/P) Tanggal Pengkajian : 4 Agustus 2021
Umur : 22 tahun RM No : 713XXX
Informan : Nn. W & Ibu
II. ALASAN MASUK
Nn. W dibawa ke Psychiatric Ward oleh ibunya karena di rumahnya sering berbicara
ngelantur dan mudah marah sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Nn. W sering mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang bidadari. Nn. W sering berperilaku aneh seperti mengumpulkan
pakaian berwarna putih, kalung mutiara putih, dan bandana putih.
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD:100/80 Nadi: 80x/mnt Suhu: 37⸰C RR: 20 x/mnt
2. Ukur : TB: 157 cm BB : 49 kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan
:................................................................................
Keterangan :
: Laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Klien (Nn.W)
: Tinggal serumah
Jelaskan: Klien tinggal bersama ayah dan ibunya. Kedua orang tua klien merupakan orang
yang bekerja kantoran sehingga klien ketika pulang kuliah akan sendirian dirumah. Klien
tidak memiliki teman bermain di dekat tempat tinggalnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: Klien menggambarkan dirinya sebagai bidadari.
d. Ideal diri : Klien ingin memiliki wajah yang cantik dan kaya agar memiliki teman.
e. Harga diri : Klien merasa tidak ada yang mau berteman dennganya karena klien
merasa jelek dan miskin.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Orang tua (ayah dan ibu)
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien tidak pernah mengikuti
kegiatan apapun di kelompok ataupun masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak percaya diri ketika
bertemu dengan orang baru
Masalah Keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien merasa Allah tidak adil sehingga tidak mau beribadah
kepada Allah
b. Kegiatan ibadah : jarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan: Tidak rapi √ Caraberpakaian
Penggunaan pakaian
Tidak sesuai
tidak seperti
Biasanya
Jelaskan: Klien sering mengenakan pakaian berwarna putih dan kalung putih karena
merasa dirinya adalah bidadari.
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap √ Inkoheren
Apatis Lambat Tidak mampu Membisu
Memulai pembicaraan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif
4. Alam Perasaan:
Sedih Ketakutan √ Putus asa √ Khawatir √ Agitasi
Jelaskan............................................................................................................................. .
Masalah Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan: ...............................................................................................................
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
√ Flight of Ideas Blocking Pengulanganpembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Klien merasa dirinya seorang bidadari.
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
9. Isi Pikir
Waham:
Agama Somatik √ Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir
11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini √ Konfabulasi
Keamanan √ Transportasi √
Perawatan kesehatan √
Jelaskan: ...........................................................................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi
BAB/BAK √
Kebersihan √
Ganti Pakaian √
Makan √
√
Jelaskan..............................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri √ Ya Tidak
Terapi medis:
CPZ 3x1
THP 3x1
HDL 3x1
Kesulitan menjawab
pertanyaan dari orang lain
↓
Gangguan
komunikasi verbal
Data subyektif: Masa lalu yang tidak Koping individu
- Klien merasa harga dirinya menyenangkan inefektif
rendah Karena teman-temanny ↓
yang cantik, langsing dan kaya
Tidak mampu
mengekspresikan
Data obyektif : kesedihan
- Klien merasa jelek dan tidak ↓
berasal dari keluarga yang kaya
Tidak mampu
menyelesaiakan
permasalahan hidup
↓
Koping individu
inefektif
Data subyektif:- Gangguan proses pikir : Defisit pengetahuan
Waham
↓
Data obyektif :
- Klien tidak mnegetahui Tidak menyadari kondisi
mengenai faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung dan kesehatan sekarang
penyakit jiwa ↓
Tidak mengetahui
penyebab kondisi sakit
↓
Defisit pengetahuan
POHON MASALAH
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan: Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
4. Tindakan keperawatan:
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang
disukai.
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Meyakinkan dia dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya
e. Meyakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
f. Menunjukkansikap terbuka dan jujur
g. Memperhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhinya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Perkenalkan nama saya Arinda, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari pukul 07.00-14.00 nanti. Saya yang akan merawat
mbak hari ini. Nama mbak siapa, senangnya dipanggil apa?”
2. Kontrak :
a. Topik :
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mbak W rasakan
sekarang?”
b. Waktu :
“Kira-kira berapa lama mbak W mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
c. Tempat :
“Dimana enaknya kita berbincang bincang, mbak? Bagaimana jika di
teras depan kamar mbak?
B. KERJA
1. “Bagaimana perasaan dan keadaan mbak W hari ini? Apakah ada yang
dikeluhakan atau ditanyakan sebelum kita berbincang bincang?”
2. “Mbak W tidak perlu khawatir karena kita berada di tempat yang aman, saya
dan perawat-perawat disini akan selalu menjadi teman dan membantu
mbak”
3. “Mbak, bisa saya bertanya tentang identitas mbak, baik alamat, keluarga,
hobi atau mungkin keinginan saat ini?”
4. “Bagus sekali mbak sudah dapat menceritakannnya dengan sangat detil.
Mbak dulu kegiatannya apa? “
5. “Wah terimakasih mbak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan
sekarang saya akan memberitahu identitas saya, mbak mau mendengarkan
kan?
6. “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi
mbak tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya,
mbak mau kan berteman dengan saya?”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?”
Obyektif:
Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah perawat.
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan dengan mbak dan mbak sudah
bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan
berteman dengan saya.”,
“Baiklah sesuai dengan janji saya di awal, hari ini kita berbincang bincang
selama 15 menit dan ternyata waktunya habis. Jika ada yang ingin mbak
bicarakan mbak bisa mencari saya diruang perawat”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita berbincang bincang tentang pengalaman mbak dan kemampuan
yang pernah mbak miliki”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau nanti jam 12.30 berbincang lagi selama 20 menit
mbak?”
c. Tempat:
“Mau di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung dan
bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikiran klien.
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk
hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsb.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
sat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannnya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri)
d. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung / menentang
pernyataan wahamnya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak W, apa kabar siang ini?”
2. Evaluasi pertemuan sebelumnya :
“Tadi kita sudah berkenalan. Mbak W masih ingat dengan nama saya?
bagus sekali mbak masih mengingat nama saya.”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Melanjutkan pertemuan kita pagi tadi dan sesuai dengan kesepakatan
kita, sekarang kita akan membicarakan tentang pengalaman dan
kemampuan yang dimiliki mbak”
b. Waktu :
“Kita ngobrol 20 menit siang ini, bagaimana mbak?
c. Tempat :
“Bagaimana kalau ngobrolnya di teras depan kamar mbak saja sama
seperti tadi pagi?”
B. FASE KERJA
1. “Penampilan mbak W hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, mbak.
Hal seperti ini harus dipertahankan”
2. “Mbak sudah mandi tadi? Mbak kelihatan segar sekali”
3. “Mbak seperti yang sudah saya sampaikan tadi pagi, sekarang kita akan
membicarakan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh mbak.
Mbak sering melakukan apa? Bagaimana dengan teman-teman ketika
mbak melakukan kegiatan itu?”
4. “Wah bagus sekali mbak sudah mau bercerita pengalaman mbak, lalu saya
ingin tahu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh mbak apa saja?
Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri, dll”
5. “Wah hebat sekali. Selain itu apa lagi mbak?
6. “Bagus sekali ternyata mbak pandai menari ya. Kalau dirumah sering
menari juga ya?
7. “Kalau dirumah aktivitas sehari-hari apa yang mbak kerjakan? Terima
kasih sudah mau berbagi cerita kepada saya”
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?
Mbak tadi sudah mampu menceritakan pengalaman dan kemampuan
mbak”
Obyektif:
Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu berkenalan dengan teman serta perawat lainnya meskipun masih
agak canggung.
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Sementara cukup disini dulu ya pembicaraan kita. Saya senang mbak mau
mengobrol dengan saya. Tadi mbak sudah bagus bisa mengungkapkan
pengalaman dan kemampuan apa yang mbak miliki dengan baik,
pertahankan ya mbak?”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita akan berbincang bincang besok tentang kebutuhan mbak yang
belum terpenuhi, pikiran mbak, dan perasaan mbak, mbak setuju?”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau besok saya datang kembali? bagaimana jika besok
kita berbicara jam 09.00 selama 20 menit mbak?”
c. Tempat:
Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau didepan loby?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung dan
bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian transmatik yang
menimbulkan rasa takut, anxietas maupun perasaan tidak dihargai.
b. Hubungkan kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak, mbak W terlihat rapi sekali hari ini”
2. Evaluasi pertemuan sebelumnya
“Mbak masih ingat dengan saya? bagus sekali mbak masih ingat saya,
mbak bagaimana perasaan mbak pagi hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Kita akan mengobrol tentang apa yang mbak pikirkan atau rasakan”
b. Waktu :
“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara pukul 09.00 selama 20 menit”
c. Tempat :
“Bagaimana kalau kita ngobrolnya didepan loby saja”
B. FASE KERJA
1. “Apa yang ada di pikiran mbak saat ini? Mbak bisa ceritakan kepada saya
tentang pikiran/perasaan mbak yang muncul secara berulang-ulang itu”
2. “Saya mengerti mbak W merasa bahwa mbak W adalah bidadari, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya bidadari tidak ada di
dunia, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus mbak?”
3. “Tampaknya mbak W gelisah sekali, bisa mbak W ceritakan apa yang
mbak rasakan?”
4. “O jadi mbak W merasa teman-teman mbak W itu cantik, menarik, dan
kaya, Kalau mbak W sendiri inginnya seperti apa?”
5. “Apa yang menyebabkan mbak memiliki perasaan/pikiran seperti itu?”
6. “Apa yang mbak rasakan ketika mbak merasakan pikiran-pikiran itu? Wah
menarik sekali, terima kasih sudah mau mengungkapkan perasaan kepada
saya”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Setelah ngobrol tadi, apa yang mbak rasakan setelah kita bicara? Mbak
masih ingat dengan apa yang kita bicarakan tadi ?
Obyektif:
Klien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan mengenai apa yang
dirasakan dan dipikirkan
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Mbak kita sudah 20 menit ngobrolnya, sekarang mbak bisa istirahat,
terima kasih”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Bagaimana jika kita membiccarakan pengalaman-pengalaman mbak
yang lain?”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau kita nanti berbincang lagi jam 13.00? Kita nanti
ngobrol ngobrolnya 15 menit ya mbak?”
c. Tempat:
“Bagaimana jika kita ngobrolnya disini lagi mbak W?. Kalau begitu
sampai bertemu nanti ya mbak, terima kasih”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, ajak
berjabat tangan, ciptakan lingkungan yang terapeutik, jelaskan tujuan.
b. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi.
c. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien.
d. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan
salah oleh klien.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat siang mbak W, bagaimana kabarnya siang ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Masih ingat dengan saya?”
“Baik mbak W masih ingat dengan saya. Apa yang mbak rasakan siang
hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik : “Sesuai dengan janji saya ke mbak tadi, sekarang kita ngobrol
tentang pengalaman – pengalaman yang mbak alami.
b. Waktu : “Berapa lama mbak W mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit tentang hal tersebut?”
c. Tempat : “Mbak kita ngobrolnya didepan loby saja ya mbak?”
B. FASE KERJA
1. “Mbak, bisa tidak mbak menceritakan kembali tentang pengalaman –
pengalaman mbak yang lain seperti yang mbak ceritakan kemarin?
Bagaimana perasaan mbak saat menghadapi pengalaman itu?”
2. “Pengalaman apa saja yang paling sering mbak alami?”
3. “Jadi mbak merasa harus cantik dan bisa berteman dengan teman teman
mbak? saya kurang yakin kalau mbak adalah seorang Bidadari, sekarang
coba mbak tanyakan kepada perawat lain, atau teman di ruangan ini, apakah
mereka setuju dengan apa yang mbak katakan tadi.”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Mbak, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan mbak
sekarang?”
Obyektif :
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya, kontak mata ada.
2. Tindak Lanjut (PR untuk Klien)
“Sepertinya pertemuan kita hari ini sudah cukup, sekarang mbak bisa
beristirahat, kalau mbak mau bercerita lagi / hal lain yang ingin
disampaikan, mbak bisa cari saya, atau mencari perawat yang lainnya.”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
“Mbak bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi, tentang pengalaman
mbak, setuju?
b. Waktu :
“Berapa lama mbak W besok mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit jam 08.00 tentang hal tersebut?”
c. Tempat :
“Mbak besok kita ngobrolnya di sini lagi saja ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, tenang, memakai pakaian serba putih,
kalung dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi konsekuensinya dari wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dank lien
b. Buat kontrak (topic, waktu, tempat) yang jelas
c. Hambatan dalam berinteraksi dg orang lain
d. Perubahan dalam prestasi kerja / sekolah
e. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang
membutuhkan bantuan dari orang lain
f. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit dikendalikan.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak W, tampak segar sekali mbak W pagi ini ya?
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana mbak? Apakah sudah mencoba mengisi waktu dengan
perawat?”
3. Kontrak
a. Topik :
“Seperti janji saya kemarin, sekarang kita akan mengobrol tentang
pengalaman mbak”
b. Waktu :
“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit
c. Tempat :
“Bagaimana kalau kita ngobrolnya didepan loby saja ya?”
B. FASE KERJA
1. “Kalau saya lihat selama di ruangan ini mbak sering sendirian. Apa yang
mbak rasakan saat berinteraksi dengan orang lain?”
2. “Mbak saya disini sebagi perawat bisa menemani mbak, mbak juga bisa
dengan keluarga mbak”
3. “Oh ya disini mbak juga bisa melakukan banyak kegiatan, tempat ini bisa
dianggap rumah sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang
dimiliki. Terus mbak bisa juga menonton tv, melakukan aktivtias seperti
dirumah ataupun merawat diri seperti”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Mbak, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan mbak
sekarang?”
Obyektif :
“Klien dapat menjawab dan tidak meninggalkan tempat”
2. Tindak lanjut
“Sepertinya pertemuan kita sudah cukup, sekarang mbak bisa beristirahat,
kalau mbak mau bercerita lagi / hal lain yang ingin disampaikan, mbak
bisa cari saya, atau mencari perawat yang lainnya.”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
“Mbak bagaimana kalau nanti kita ngobrol lagi tentang membuat hari-
hari semakin menyenangkan?
b. Waktu :
“Berapa lama mbak W nanti mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau jam 12.00 selama 15 menit tentang hal tersebut?”
c. Tempat :
“Mbak kita ngobrolnya di pinggir lapangan saja ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang terpusat
4. Tindakan keperawatan
a. Motivasi klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik
b. Bicara dengan klien topik-topik yang nyata
c. Diskusikan hobi/aktivitas yang disukainya
d. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu luang
e. Bertanggung jawab secara personal dalam mempertahankan /
meningkatkan kesehatan dan pemulihannya
f. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum mbak, mbak lagi apa?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana mbak? Apakah sudah mencoba mengisi waktu dengan
perawat dan sudah melakukan aktivitas diluar kamar?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sekarang kita diskusi tentang membuat hari hari mbak semakin
menyenangkan?
b. Waktu :
“Berapa lama waktu mbak bisa? Bagaimana kalau 15 menit?
c. Tempat :
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di pinggir lapangan?”
B. FASE KERJA
1. “Mbak sudah mandi tadi? Mbak kelihatan segar sekali”
2. “Mbak seperti yang sudah saya sampaikan tadi, kita akan membicarakan
bagaimana hari hari menyenangkan, mbak suka apa saja? “
3. “Wah mbak suka menonton tv ya?, apa yang sering mbak tonton di tv
tersebut mbak?
4. “Mbak juga senang melipat baju ya? Itu sangat bagus”
5. “Jika mbak suka mbak bisa menonton tv ketika sendirian dan bisa melipat
baju ketika sedang tidak ada kegiatan ya mbak?”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?”
Obyektif:
Klien mampu menjawab pertanyaan
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Sementara cukup disini dulu ya pembicaraan kita. Saya senang mbak mau
mengobrol dengan saya. Tadi mbak sudah bagus bisa mengungkapkan hal
hal dan aktivitas yang mbak sukai, pertahankan”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita akan berbincang bincang lagi tentang obat mbak W dan cara
minum obat yang benar”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali? Jam 08.00 lagi
ya?”
c. Tempat:
Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di depan kamar
mbak W?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : -
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : klien mendapatkan dukungan dan perawatan dari keluarga
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dan klien
b. Buat kontrak (topic, waktu, tempat) yang jelas
c. Perkenalkan nama, nama panggialan dan tujuan perawat berinteraksi
d. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi waham
e. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
f. Jelaskan pengertian, penyebab dan cara mewawat klien dengan waham
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
g. Ajarkan cara merawat klien dalam menangani pasien dengan waham
h. Peragakan cara merawat klien dengan waham
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Arinda, saya perawat
yang dinas di ruang Anggrek ini. Saya yang merawat mbak W selama ini.
Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
-
3. Kontrak :
a. Topik :
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
mbak W dan cara merawat mbak W di rumah?”
b. Waktu :
“Berapa lama waktu bapak dan ibu bisa? Bagaimana kalau 30 menit?
c. Tempat :
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
B. FASE KERJA
1. “Pak, bu, apa masalah yang bapak atau ibu rasakan dalam merawat mbak
W? Apa yang sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak
ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai bidadari, hal tersebut
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali bapak dan ibu
mendengar bahwa ia seorang bidadari dengan mengatakan:
2. “Pertama : Bapak/ibu mengerti bahwa W merasa seorang Bidadari, tapi
sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami Bidadari
tidak ada di dunia”
3. “Kedua : bapak dan ibu harus lebih sering memuji mbak W jika ia
melakukan hal-hal yang baik”
4. “Ketiga : hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan mbak W”
5. “Bapak/ibu dapat bercakap-cakap dengan W tentang kebutuhan yang
diinginkan oleh W, misalnya : “Bapak/ibu percaya W punya kemampuan
dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu.”
6. “Keempat: Bagaimana kalau dicoba sekarang?” (Jika mau mencoba
berikan pujian)”
7. “Sekarang anggap saya mbak W yang sedang mengaku-ngaku sebagai
bidadari, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang bener bila mbak
W sedang dalam keadaan yang seperti ini”
8. “Bagus, betul begitu caranya”
9. “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki mbak W. Bagus”
10. “Sekarang coba cara memotivasi mbak W minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
11. “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat mbak
W”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
cara merawat mbak W di rumah?”
Obyektif :
“Keluarga mau menjawab pertanyaan perawat dan tidak meninggalkan
tempat”
2. Tindak Lanjut (PR untuk Klien)
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung ke rumah sakit”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
-
b. Waktu :
-
c. Tempat :
-
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : Kondisi klien tenang, lebih suka menyendiri, kooperatif
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan.
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
d. Motivasi klien untuk meminum obat secara benar dan sesuai program yang
telah ditetapkan
e. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan klien.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak , bagaimana kabar mbak hari ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? apakah mbak sudah minum obat?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sesuai janji yang sudah kita sepakati kemarin, sekarang kita akan
membahas tentang obat yang mbak konsumsi selama dirawat di sini
dan betapa pentingnya mengonsumsi obat sesuai program”.
d. Waktu :
“Sesuai janji saya kemarin kita berbincang-bincang 15 menit ya
e. Tempat :
“Mbak kita ngobrolnya di teras depan kamar mbak saja ya?”
B. FASE KERJA
1. “Adakah seseorang yang menemani atau mengingatkan mbak untuk
minum obat? mbak bisa jelaskan kapan saja mbak minum obat?”
2. “Ya sekarang saya jelaskan ya, obat ini diminum sesudah makan sebanyak
tiga kali dalam sehari”.
3. “Apakah mbak paham dengan tulisan 3x1 pada obat ini? 3x1 artinya dalam
24 jam mbak minum obat sebanyak tiga kali yaitu pagi, sore, dan malam”.
4. “Mari saya bantu meminumkan obatnya”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif :
“Setelah kita ngobrol tadi selama 15 menit, bagaimana apakah mbak W
sudah mengerti?”
Obyektif :
“Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan tampak antusias untuk
bertanya hal-hal yang belum jelas”.
2. Tindak Lanjut
“Mbak, sesuai dengan janji kita latihannya hanya 15 menit. Jangan lupa
minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat
yang jaga.”
4. Kontrak yang akan datang
a. Topik
-
d. Waktu
-
e. Tempat
-
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : -
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dan klien
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan tujuan perawat berinteraksi
d. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi waham
e. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
f. Jelaskan pengertian, penyebab dan cara merawat klien dengan waham
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
I. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum pak, bu, karena Mbak W sudah boleh pulang, maka
kita bicarakan jadwal mbak W selama di rumah”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat mbak W?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah?”
b. Waktu :
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik selama 30 menit saja,
sebelum bapak dan ibu menyelesaikan administrasi di depan”
c. Tempat :
“Mari pak, bu di ruangan saya”
B. FASE KERJA
a. “Pak, bu, ini jadwal mbak W selama di rumah sakit. Coba perhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa
memperhatikan mbak W, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan
jangan lupa memberi tanda M (mandiri, B (bantuan), atau T (tidak
mau melaksanakan)”
b. “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak bapak dan ibu selama di rumah. Kalau misalnya
mbak W mengaku sebagai seorang bidadari terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi Puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak,
yang akan membantu memantau perkembangan mbak W selama di
rumah”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif :
Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak
dan ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
Obyektif :
Keluarga dapat menjawab pertanyaan dan menganggukkan kepala
2. Tindak Lanjut
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk puskesmas tempat
ibu dan bapak tinggal guna mempermudah dalam merawat anak ibu
dan bapak. Kalau ada apa-apa bapak dan ibu boleh juga menghubungi
kami. Silahkan”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik
-
b. Waktu
-
c. Tempat
-
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN ISOLASI MANDIRI
COVID-19
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)
dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang. Menurut WHO
terutama pada pasien yang dinyatakan positif Covid 19. Meskipun sejauh ini belum
namun sejumlah penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS)
dilaporkan di 192 negara atau wilayah. Di antara kasus tersebut, sudah ada beberapa
(Kemenkes, 2020)
dapat mengalami emosi bersalah jika keluarga mereka membantu aktivitas hidup
jarak Isolasi mandiri yang lama pada pandemi COVID-19, dapat memicu
dukungan yang dapat diberikan kepada penderita dampak psikososial yang timbul
pada pasien cukup berat bagi dirinya, lingkungan, maupun keluarga penderita.
Penanganan holistik harus diterapkan. Bukan hanya penyembuhan fisik, tetapi juga
TUJUAN
Mandiri Covid-19
3 Masyarakat mengetahui masalah yang sering timbul pada pasien isolasi mandiri
Covid 19
4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien terkonfirmasi Covid-
19
5 Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi mandiri
1.1.3 MASALAH
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Masyarakat mampu memahami tentang dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi
Mandiri Covid-19
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian virus Covid-19
2. Masyarakat mengetahui pengertian pasien terkonfirmasi Covid 19
3. Masyarakat mengetahui masalah yang sering muncul pada pasien
terkonfirmasi Covid 19
4. Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
5. Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi
1.2 Sasaran
Masyarakat pengguna media sosial instagram
1.3 Materi
1.3.1 Pengertian virus Covid-19
1.3.2 Pengertian pasien terkonfirmasi Covid-19
1.3.3 Masalah yang sering muncul pada pasien terkofirmasi Covid 19
1.3.4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
1.3.5 Kegiatan yang dapat dilakukan selama Isolasi mandiri
1.4 Metode
Pendidikan kesehatan dilakukan melalui media sosial (Instagram)
1.5 Media
Videoanimasi
1.6 Pelaksanaan
Tanggal 13 Agustus 2021 jam 10.00 WIB dilakukan pengunggahan videoanimasi
di Instagram @kel1_jiwa_ profesib22 dan sosial media fkp_unair
1.7 Pengorganisasian
1.7.1 Penyusun SAP
1. Fitrianti Umayroh, S.Kep
2. Zulfatin, S,Kep
3. Ninin Herlinawati, S.Kep
4. Arlesiane Bida Jurumbaha,S.kep
-
Daftar Pustaka
IASC. 2020. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah COVID-
19 Versi 1.0. IHSC MHPSS Reference Group
IPKJI. 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid 19. Jakarta : PPNI
Kemenkes, 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada Masa Pandemi
Covid 19. Jakarta: Direktorat Jendral Pencegahan Dan Pengendalian penyakit.
PROPOSAL KEPERAWATAN JIWA
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI :
MENONTON VIDEO AKTIVITAS FISIK RINGAN PADA PASIEN
ISOLASI MANDIRI COVID-19
Dosen Fasilitator :
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 1 (D.1)
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)
Pembimbing Akademik
Disusun Oleh:
NIM.132023143016
Laporan pendahuluan dan laporan kasus asuhan keperawatan jiwa (gangguan jiwa) pada
klien dengan diagnosa keperawatan Isolasi sosial : menarik diri
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini di buat dan di ambil oleh Arlesiane Bida
Ndjurumbaha NIM.132023143016 mahasiswa B22
Program stusi pendidikan Profesi Ners
A. DEFINISI
sosial yang merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan ditrima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negative yang
mengancam.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida,2012).
mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Yusuf,A.H&,R &Nihayati,2015)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
hubungan dengan pihak luar, peran keluarga tidak jelas, orang tua
b. Faktor Biologi
karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
2. Faktor Presipitasi
a. Stressor fisik
b. Stressor psikologi
bersalah.
c. Stressor intelektual
C. TANDADANGEJALA
1. Gejala subjektif
2. Gejala objektif
berulang-ulang
D. PATOPSIKOLOGI
terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut
dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk
E. POHONMASALAH
F. MASALAH KEPERAWATAN
1. Klien mengancam
kotor
6. Klien meremehkan
Isolasi Sosial: Menarik Diri Subyektif
kata“tidak”,“iya”,“tidak tau”
lingkungan
Obyektif
(menyendiri)
sering menunduk
terpisah
lain
G. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Isolasi Sosial: Menarik Diri
H. RENCANA INTERVENSI
Diagnosa Perencanaan
Intervesi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Isolasi sosial Klien dapat Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
membina menunjukan rasa senang, ada dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
saling percaya tangan, mau menjawab salam, a. Sapa klien dengan ramah baik kelancaranhu bungan
dan
menyebutkan penyebab menarik diri yang perilaku menarik diri dan tanda- penyebab akan dapat
menarik diri - Diri sendiri 3. Beri kesempatan kepada klien untuk faktor resipitasi yang
perasaannya
Klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Klien harus di coba
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan manfaat dan keuntungan berhubungan berinteraksi secara
tidak oranglain
lain
Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat Mengevaluasi manfaat
kerugian tidak berhubungan dan kerugian tidak berhubungan yang dirasakan klien
orang lain
orang lain
K-P-K-K tahap:
P-Kel-K K-P
berhubungan
waktu
ruangan
Dalam ruangan
lain
ditanggapi
menarik diri
Dermawan Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medica
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/45
W.Stuart,G.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi5. Buku saku kedokteran. Jakarta:EGC.
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
LAPORAN KASUS STASE KEPERAWATAN JIWA
Pembimbing Akademik
Prof. Dr. Ah Yusuf S. S.Kp.,M.Kes
DisusunOleh:
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn.M (P) Tanggal Pengkajian :18 Februari 2021
Umur : 37 Tahun RM No : 135xxx
Informan : Kakak Klien
Jelaskan no1,2,3 :
Klien sudah 2 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan ini merupakan kali ke 3 masuk Rumah
Sakit Jiwa, sebelumnya klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa 3 tahun yang lalu dengan keluhan
klien tiba-tiba melempar barang-barang dirumah, sejak saat itu klien meminum obat yang
diresepkan oleh dokter.Klien saat itu rutin kontrol dan minum obat. Tahun kedua klien masuk
Rumah Sakit Jiwa lagi, saat itu berdekatan dengan ayahnya meninggal. Dan saat ini klien mulai
kambuh karena tidak mau minum obat dan kontrol.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan:
Perempuan
Laki- laki
Meninggal
Klien
Jelaskan: Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama ayah, ibu dan
kakak perempuannya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: Klien diam dan menunduk
d. Ideal diri : Klien merupakan orang yang rajin dan perfeksionis, klien sangat
fokus dengan pekerjaannya
e. Harga diri : Klien merasa masih belum bisa membahagiakan ibunya dan klien
menganggap keluarga dan teman kantor mengejek belum menikah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Saat dikaji klien hanya diam dan
menunduk, sesekali mengangguk saat ditanya sudah makan atau belum dan klien bisa
menjawab ketika ditanya mengenai namanya namun suaranya sangat pelan.
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan: Klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah: Klien sejak kecil merupakan anak yang rajin beribadah
MasalahKeperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat √ Membisu √ Tidak mampu
Memulai pembicaraan
Jelaskan: Klien hanya diam dan menunduk, sesekali mengangguk saat ditanya sudah
makan atau belum dan menjawab dengan pelan ketika ditanya mengenai namanya.
Saat diajak bicara klien masih nyambung, namun klien cenderung diam dan tidak
banyak bicara
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan: Klien tampak lesu tidak mau mengikuti kegiatan dan lebih memilih menyendiri
disudut ruangan/kamar
Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial
4. Alam Perasaan:
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Agitasi
Jelaskan: Saat ditanya alasan putus pada klien, klien hanya menangis
Masalah Keperawatan: Tidak ada
5. Afek:
√ Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan: Wajah klien terlihat tidak ada perubahan meski perawat menanyakan hal
menyedihkan maupun yang menyenangkan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilanganasosiasi
FlightofIdeas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan:Saat diajak bicara klien masih nyambung
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik SisipPikir Siarpikir Kontrolpikir
Jelaskan:Kliendiamdan menunduk
Masalah Keperawatan: Tidak terkaji
11. Memori
Gg day aingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: Klien diam dan menunduk
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Makanan √ Pakaian √
Keamanan √ Transportasi √
Perawatan kesehatan √
Jelaskan: Klien memilik sisistem pendukung yaitu keluarga
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal BantuanTotal
Mandi √
BAB/BAK √
Kebersihan
√
Ganti Pakaian
Makan √
√
Jelaskan: Jarang mandi tidak terlalu merawat
diri
Masalah keperawatan: Defisit Perawat Diri
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri Ya Tidak
Jika ya, jelaskan alasannya:-
Frekuensi makan perhari - kali
Frekuensi kudapan perhari - kali
Nafsu makan : Tidak Terkaji
Diet khusus : Tidak Terkaji
Jelaskan: Klien masuk Rumah Sakit karena tidak tidur selama beberapa hari
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Ya Tidak
Apakah ada masalah √
Apakah klien merasa segar setelah bangun
Apakah ada kebiasaan tidur siang
Apa yang membantu klien untuk tidur
Jelaskan: Klien masuk Rumah Sakit Jiwa karenatidak tidur selama beberapa hari
Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan (followup) √
Jelaskan: Klien minum obat diawasi karena beberapa kali menolak minum obat
Masalah Keperawatan: Ketidakpatuhan
Ya Tidak
Keluarga √
Profesional/terapis
Teman sejawat √
Kelompok sosial √
Jelaskan: Klien marah-marah saat keluarga/teman kantor berkumpul dan tertawa dan menuduh
mereka mengejek klien
Masalah keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Klien menolak ikut kegiatan dan memilih
duduk termenung didekat tempat tidur
Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
pendidikannya
Masalah dengan pekerjaan, spesifik Klien dulu bekerja sebagai akuntan di bank ternama.
Sekarang klien tidak bekerja dan lebih sering tinggal dirumah
Masalah dengan perumahan, spesifik Klien tinggal dengan orang tua dan kakak perempuannya
Masalah dengan ekonomi, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah ekonomi
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan
Masalah lainnya, spesifik Klien sering termenung duduk didekat tempat tidurnya
Data obyektif:
Afek datar,menyendiri Harga Diri Rendah
dikamar,menunduk tidak ada Kronis
kontak mata
Data obyektif:
Berbi cara pelan,diam Koping Tidak Efektif
Menunduk sering menyendiri di
kamar
A: SP1 teratasi
P: Lanjutkan SP3
P: Intervensi dihentikan
1. danmenari
LAPORAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
Pembimbing Akademik
Prof. Dr. Ah Yusuf S. S.Kp.,M.Kes
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ah Yusuf S, S.Kp.,M.Kep
Oleh:
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
NIM 132023143016
menarik diri. Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada
mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan atau
stimulus yang adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan
terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan
kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri
kurang dan kegiatan hidup sehari-hari kurang adequat. Klien menarik diri juga mengalami
merupakan gejala penyimpangan sosial yang tidak asertif lagi bagi remaja dalam
perilaku anak yang melarikan diri dari kelompok, penyendiri, suka mengasingkan diri,
Berdasarkan penelitian terdahulu perilaku menarik diri terjadi dibeberapa instansi baik
sekolah menengah pertama maupun menengah atas. Fenomena menarik diri ini bukan
merupakan sebuah perilaku yang diturunkan atau dibawa sejak lahir melainkan perilaku yang
dihasilkan oleh pengintegrasian antara pola pikir dan perilaku. Perilaku ini merugikan
individu dalam hal perkembangan pribadi, sosial, dan moral karena individu tidak bisa secara
optimal dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini dapat diatasi dengan
cara mengubah pola berpikir yang positif agar terbentuk perilaku yang adaptif, yaitu dengan
Dampak menarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia yang dikaji menggunakan
teori Abraham Maslow antara lain adalah secara fisiologis individu tidak memiliki motivasi
untuk makan, minum dan kurang memperhatikan kebutuhan lain seperti kebutuhan istirahat
dan tidur, karena asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada minat untuk
memperhatikan diri dan keberhasilannya. Secara psikologis individu yang menarik diri
cenderung merasa cemas, gelisah, takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak
aman dan cenderung memisahkan diri dari orang lain. Dari segi harga diri individu
mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna, serta mengkritik diri sendiri.
Dalam hal aktualisasi diri individu akan merasa tidak percaya diri, merasa dirinya tidak
pantas menerima pengakuan dan penghargaan dari orang lain dan klien akan merasa rendah
pandemi covid-19
3. SASARAN
4. MATERI
5. METODE
6. MEDIA
Poster
7. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
Masyarakat sangat antusias melihat poster yang sudah di upload di sosial media
media
3. Evaluasi hasil
Kesehatan mental merupakan kondisi individu yang terbebas dari segala bentuk
gejala hangguan mental. Individu yang sehat secara mental akan dapat berfungsi secara
normal dalam menjalankan kehidupan dan dapat beradaptasi untuk menghadapi masalah
(Putri et al., 2015). Kesehatan mental lebih dari sekedar gangguan mental. Dimensi
positif kesehatan mental yang ditekankan oleh WHO sebagaimana tertuang dalam
mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Konsep
(WHO, 2003).
Penyakit mental yang paling umum adalah kecemasan dan gangguan depresi.
Paling ekstrim orang dengan gangguan depresi mungkin tidak dapat bangun dari
tempat tidur atau merawat dirinya secara fisik dan orang dengan gangguan kecemasan
tertentu mungkin tidak dapat meninggalkan rumah atau mungkin memiliki ritual
2017).
penyesuaian diri untuk menaggulangi stresor (tekanan mental) yang timbul. Namun
anak dan anak sakit. Hubungan Interpersonal dimana gangguan ini dapat berupa
konflik dengan rekan kerja, konflik dengan atasan dan bawahan kemudian masalah
lingkungan hidup meliputi pindah tempat tinggal dan penggusuran. Pekerjaan meliputi
perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan lain-lain (Kemenkes RI,
2019).
lapisan masyarakat. Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang
penderitanya (Kemenkes RI, 2020a). Ketakutan, kekhawatiran dan stres adalah respons
normal terhadap ancaman yang dirasakan atau nyata dan pada saat dihadapkan pada
merupakan bencanan non alam yang dapat memberikan dampak pada kondisi
kesehatan jiwa dan psikososial (Kemenkes RI, 2020a). Pada masa pandemi covid-
19 respon umum dari masyarakat yang terdampak baik secara langsung atau tidak
langsung adalah takut sakit dan meninggal, tidak mau datang ke fasilitas layanan
kesehatan karena takut tertular saat dirawat, takut kehilangan mata pencaharian karena
tidak dapat bekerja selama isolasi dan dikeluarkan dari pekerjaan, takut diasingkan
untuk melindungi keluarga dan takut kehilangan karena virus yang menyebar, takut
terpisah dengan keluarga karena aturan karantina, menolak untuk mengurusi anak
kecil yang sendirian atau terpisah, penyadang disabilitas atau orang berusia lanjut
karena takut infeksi, merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi (Committee,
2020).
Paparan informasi tentang virus corona yang berlebihan dapat memicu rasa
cemas, khawatir serta stres. Bahkan, tak jarang tubuh seperti merasakan gejala mirip
covid-19 setelah menerima informasi terkait gejala infeksi virus corona. Gejala yang
menyerupai penyakit fisik yang disebabkan karena faktor psikologi atau peristiwa
dalam menghadapi stres. Psikosomatik dapat terjadi melalui proses emosi berupa stres
Selain itu, bagi tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan faktor penyebab
stres tambahan selama wabah covid-19 dapat menjadi lebih berat diantaranya
stigmatisasi terhadap orang yang menangani pasien covid-19 dan jenazahnya, langkah-
langka biosecurity yang ketat, alat pelindung diri yang membatasi gerak, isolasi fisik
sehingga mempersulit upaya menolong orang yang sakit atau tertekan, kesiagaan dan
kewaspadaan yang terus menerus, tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi termasuk
waktu kerja yang lama dengan jumlah pasien yang meningkat serta praktik terbaru
yang berubah seiring perkembangan informasi COVID 19, stigma masyarakat terhadap
petugas garis terdepan yang merawat pasien COVID 19, kurang informasi tentang
paparan jangka panjang pada orang-orang yang terinfeksi COVID 19 dan rasa takut
2020).
penting yang tidak dapat dipisahkan dalam penaggulangan tanggap darurat kesehatan
WHO dan public health authorities membuat rangkaian pesan yang dapat
1. Saat merujuk pada orang dengan covid-19 jangan melekatkan penyakit tersebut
pada etnis tertentu atau kebangsaan, berempati kepada semua orang yang
kebaikan.
2. Jangan menyebut orang dengan penyakit sebagai kasus covid-19, korban, keluarga
covid-19 atau yang sakit, orang yang mengidap covid-19, orang yang dirawat covid-
19 dan setelah pulih dari COVID 19 penting untuk memisahkan seseorang dari
membuat kecemasan atau tertekan, mencari informasi hanya dari sumber terpercaya
4. Lindungi diri dan bersikap supportif kepada orang lain, bekerja sama sebagai satu
covid-19 bersama-sama.
5. Menemukan peluang untuk memperkuat cerita positif dan penuh harapan serta
6. Hormatilah penjaga dan petugas kesehatan yang merawat pasien covid-19 dan akui
1. Mengelola mental kesehatan dan psikososial selama ini sama pentingnya dengan
mengelola fisik.
istirahat dan istirahat selama bekerja atau diantara shift, makan makanan yang cukup
dan sehat, terlibat dalam aktivitas fisik dan tetap berhubungan dengan keluarga
dan teman, hindari menggunakan strategi koping yang tidak membantu seperti
penggunaan tembakau, alkohol atau obat lain yang dapat memperburuk mental dan
fisik.
komunitas karena stigma atau ketakutan, jika memungkinkan tetap terhubung dengan
4. Gunakan cara yang dapat dimengerti untuk berbagi pesan dengan orang yang
psikososial.
19 dengan sumber daya yang tersedia dan ini sangat penting bagi mereka yang
atau mencari dukungan untuk COVID 19 dan kondisi kesehatan mental (WHO,
2020).
1. Jangan coba menangkal perasaan cemas; menangkal perasaan cemas tidak akan
banyak kecemasan.
2. Jangan hanya fokus pada informasi negatif; pikiran cemas cenderung berasal dari
informasi negative.
3. Batasi koneksi dengan media sosial; bergantung pada media sosial sebagai sumber
4. Tetap aktif bergerak; berolahraga atau bermeditasi dapat melawan beberapa gejala
5. Makan makanan seimbang dan tidur tepat waktu; berusaha menjaga pola tidur akan
1. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur bermanfaat bagi tubuh dan pikiran, dapat menurunkan tekanan
darah tinggi, membantu mengatur berat badan dan mengurangi resiko penyakit jantung,
stroke, diabetes yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap COVID 19, baik untuk
kesehatan mental, mengurangi resiko depresi, penurunan kognitif dan menunda timbulnya
dimensia
Adanya perubahan besar pada rutinitas harian yang diakibatkan karna pembatasan pergerakan
sebagai bagian dari upaya mengurangi orang yang terinfeksi covid-19, menjaga kesehatan
mental dengan cara tetap terinformasi dengan tetap mengikuti saran dan rekomendasi dari
otoritas kesehatan dan ikuti saluran berita terpercaya dari WHO, miliki rutinitas atau buat
rutinitas baru, meminimalkan umpan berita yang dapat membuat cemas atau tertekan, kontak
sosial, hindari menggunakan alkohol dan narkoba sebagai vara untuk mengatasi ketakutan,
kecemasan, kebosanan dan isolasi mandiri, media sosial dengan memperomosikan cerita
positif dan penuh harapan, bantu orang lain dan dukung petugas kesehatan melalui komunitas
untuk berterima kasih kepada petugas kesehatan dan semua yang menangani covid-19
3. Berhenti merokok
Perokok memiliki resiko lebih tinggi terkena virus corona dan beresiko lebih besar
Akibat penyebaran penyakit coronavirus (covid-19), anak-anak dipengaruhi oleh jarak fisik,
karantina dan penutupan sekolah dimana beberapa anak dan remaja merasa terisolasi,
cemas, bosan, takut dan sedih akibat dampak virus tersebut hal tersebit dapat diatasi dengan
memperkenalkan anak pada konten kreatif yang akan menghibur dan memberikan pengalihan
Dengan makan makanan yang sehat sangat penting selama pandemi covid-19,
meskipun tidak ada makanan atau suplemen makanan yang dapat mencegah atau
menyembuhkan infkesi covid-19, pola makan sehat penting untuk mendukung sistem
Committee, I. S. (2020). Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah. Feb,1–
20.
Kemenkes RI. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia (pp. 1–12). Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2020a). Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi
COVID 19.
Kemenkes RI. (2020b). Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-
19) revisi ke-4. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Sub Direktorat Penyakit
Infeksi Emerging.
Putri, A. W., Wibhawa, B., Gutama, A. S., Indonesia, D., Mental, G. K., & Masyarakat, P.
(2015). Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia ( Pengetahuan dan Keterbukaan
Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental ). 252–258.
Sofia, N. A. (2020). Pakar UGM Berikan Tips Cegah Psikosomatis di Tengah Pandemi Covid-
WHO. (2020b). Looking After your Physical & Mental Health during COVID-19.
https://www.who.int/campaigns/con necting-the-world-to combat corona virus/healthy
at home? gclid=C _GbOo8FTWvIGuGUQ3v8VI3Mo WiRjEdj69yRUY nvVo XY3
27JTWQFEP MaAtNnEALw_wcB.
WHO. (2020d). Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak
(Issue March).
Profesi stase keperawatan jiwa D.1
Takut kehilangan
pekerjaan
Bosan, kesepian,
depresi
TIPS MENJAGA KESEHATAN
JIWA PADA ERA PANDEMI
Lakukan
aktivitas fisik
Berpikir
positif
Berhenti
merokok
Perkenalkan anak
konten positif
Makan makanan
sehat
LOGBOOK KEGIATAN MAHASISWA PROFESI PENDIDIKAN NERS