Anda di halaman 1dari 155

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL : ANSIETAS
DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
MINGGU 1 DAN 2 ( 2-14 AGUSTUS 2021)

Pembimbing Akademik
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
132023143016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus asuhan keperawatan jiwa (gangguan


jiwa) pada klien dengan diagnosa keperawatan Waham

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini di buat dan di ambil oleh Arlesiane
Bida Ndjurumbaha NIM.132023143016 mahasiswa B22
Program stusi pendidikan Profesi Ners

Pada praktek Tanggal 02 – 13 Agustus 2021

Surabaya, 13 Agustus 2021


Pembimbing Akademik

Dr. Hanik Endang Nihayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 197606162014092006
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang

samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon

(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut

dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan

tentang bahaya akan datang memperkuat individu mengambil tindakan

menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan,

persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik

dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya

kecemasan atau ansietas (Yusuf et al, 2015). Ansietas merupakan kondisi

emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas

dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI DPP,

2017).

B. Etiolog

a. Faktor predisposisi

Stress predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam

kehidupan tersebut dapat berupa:

1. Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang di alami individu baik krisis

perkembangan atau situasiona.


2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak

terselesaikan dengan baik, dan super ego atau antar

3. Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidak mampuan

individu berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan

kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

mempengaruhi konsep diri

individu.

6. Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress

akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap

konflikyang di alami karena pola mekanisme koping individu

banyak di pelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap

konflik dan mengatasi kecemasannya (Zaini, 2019)

b. Faktor prespitasi

Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi

kecemasan di kelompokkan menjadi du abagian, yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam

integritas fisik yang meliputi:


a) Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubhan biologis

normal

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan

nutrisi, tidakadekuatnya tempat tinggal

2. Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal

a) Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisisk juga dapat

mengancam harga diri

b) Sumber eksternal orang yang dicinta berperan, perubahan

status pekerjaan

tekanan kelompok social (Azizah et al., 2016)

Penyebab dari ansietas menurut (Tim Pokja SDKI DPP, 2017), yaitu:

1. Krisis situasional

2. Kebutuhan tidak tepenuhi

3. Krisis maturasional

4. Ancaman terhadap konsep diri

5. Ancaman terhadap kematian

6. Kekhawatiran mengalami kegagalan


7. Disfungsi sistem keluarga

8. Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan

9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

10. Penyalahgunaan zat

11. Terpapar bahaya lingkungan (misal: toksin, polutasi, dan lain-lain)

12. Kurang terpapar informasi

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ansietas dibagi menjadi mayor dan minor, yaitu (Tim Pokja

SDKI DPP, 2017) :

Tanda Gejala Mayor Tanda Gejala Minor

Subyektif: Subyektif:

1. Merasa bingung 1. Mengeluh pusing

2. Merasa khawatir dengan 2. Anoreksia, palpitasi

akibat dari kondisi yang


3. Merasa tidak berdaya
dihadapi
Obyektif:
3. Sulit berkonsentrasi
1. Frekuensi napas meningkat
Obyektif:
2. Frekuensi nadi meningkat
1. Tampak gelisah
3. Tekanan darah meningkat
2. Tampak tegang
4. Diaforesis
3. Sulit tidur
5. Tremor
6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar

8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

D. Rentang respon ansietas menurut (Stuart, 2016)

Respon Adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

a. Respons adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan

mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan,

motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan sarana

untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya

digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan

berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan

teknik relaksasi (Stuart, 2016)

b. Respons maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme

koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya.


Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif,

bicara tidak jelas isolasi diri, banyak

c. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahanpersepsinya.

d. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah.

e. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya

kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik

dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.

f. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa

diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan

pengarahan (Stuart, 2016)

E. Pohon masalah

Efek : Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Core problem: Gangguan perilaki : Ansietas

Causa: Koping individu tidak efektif

Stessor
F. PENGKAJIAN

Masalah Data yang Perlu Dikaji


Keperawatan
Ansietas Subyektif:

1. Klien merasa bingung

2. Klien merasa khawatir dengan akibat dari


kondisi yang dihadapi
3. Klien sulit berkonsentrasi

4. Klien mengeluh pusing

5. Klien anoreksia

6. Klien merasa tidak berdaya

Obyektif:
Tampak gelisah

1. Tampak tegang

2. Sulit tidur

3. Tremor

4. Muka tampak pucat

5. Suara bergetar

6. Kontak mata buruk

7. Berorientasi pada masa lalu


Koping individu tidak Subyektif:
efektif
1. Mengungkapkan tidak mampu

mengatasi masalah

2. Tidak mampu memenuhi kebutuhandasar

3. Klien merasa khawatir

Obyektif:

1. Tidak mampu memenuhi peran yang

diharapkan (sesuai usia)

2. Menggunakan mekanisme koping yang

tidak sesuai

3. Penyalahgunaan zat

4. Memanipulasi orang lain untuk

memenuhi keinginannya sendiri

5. Perilaku tidak asertif

6. Partisipasi sosial kurang

Risiko mencederai diri Subyektif:


sendiri, orang lain, dan
Klien mengatakan pernah marah-marahdan
lingkungan
membuang alat-alat rumah tangga

Obyektif:

Klien tampak gelisah,sering diam dan

pandangan kosong.
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

dibuktikandengan merasa bingung, tampak gelisah, dan tegang.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan untuk pasien:

1. Tujuan

1) Pasien mampu mengenal ansietas

2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi

untukmengatasi ansietas

2. Tindakan keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya

2) Bantu pasien mengenal ansietas

3) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa

percayadiri

4) Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas

muncul

Tindakan keperawatan untuk keluarga:

1. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota

keluarganya
2) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami

ansietas

4) Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan

ansietas

5) Keluarga mampu merujuk angota keluarga yang mengalami ansietas.

2. Tindakan keperawatan

1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2) Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala

3) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas

4) Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan

mengajarkan teknikrelaksasi

5) Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk

danbagaimana merujuk pasien.


I. IMPLEMENTASI

PASIEN KELUARGA

SP 1 SP 1

1. Membina hubungan 1. Diskusikan masalah yang

salingpercaya dirasakankeluarga dalam

2. Menyebutkan penyebab ansietas merawat klien

2. Jelaskan pengertian, tanda dan


3. Menyebutkan situasi
gejala ansietas yang dialami
yang menyertai ansietas
klien beserta proses terjadinya
4. Menyebutkan perilaku
3. Jelaskan cara-cara merawat klien
terkait ansietas
ansietas
5. Melakukan teknik
SP 2
pengalihansituasi

SP 2 1. Mengajarkan keluarga cara

merawat dan melatih klien


1. Melakukan teknik tarik napas
ansietasuntuk mengalihkan
dalam
situasi
SP 3
2. Mengajarkan keluarga cara
1. Melakukan teknik relaksasi otot
merawat dan melatih klien tarik
SP 4
napas dalam

1. Melakukan teknik relaksasi SP 3

lima jari
1. Mengajarkan keluarga cara

merawat dan melatih klien

mengerutkan dan mengendurkan


otot

SP 4

1. Mengajarkan keluarga cara

merawat dan melatih klien untuk

melakukan teknik relaksasi lima

jari

2. Mengajarkan keluarga

cara merujuk klien bila

ansietasnya datang kembali

J. EVALUASI

1. Menyebutkan penyebab ansietas

2. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas

3. Menyebutkan perilaku terkait ansietas

4. Melakukan teknik pengalihan situasi

5. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas

6. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas

7. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi


Daftar Pustaka

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka.

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik KEPERAWATAN KESEHATAN

JIWA. In International Journal of Social Psychiatry (Vol. 63, Issue 1).

Tim Pokja SDKI DPP, P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Yusuf et al, 2015. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku Ajar

Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx

Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan

Klinis dan Komunitas. In 1.


LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. W DENGAN WAHAM
DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Dosen Pembimbing:
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
132023143016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
TRIGGER CASE

Nn. W (22tahun) dibawa ke Psychiatric Ward karena di rumah selalu bicara melantur dan
mudah marah. Pada pengkajian awal W berkata “ aku ini adalah bidadari suster, masa sih
suster tidak tahu, yaaa memang sih bidadari yang tidak terlalu cantik…. Tapi bidadari !!!”
Menurut keluarga W berperilaku spt itu sejak
1 bulan yang lalu. Sebelumnya W sering berperilaku aneh seperti mengumpulkan pakaian
berwarna putih, kalung mutiara putih dan bandana yang semua berwarna putih. Dan W sering
memakainya didalam rumah. W adalah mahasiswa sebuah akademi pariwisata di Kota S,
selama kuliah W jarang punya teman dekat, menurut W “teman-temanku itu semua cantik,
menarik dan kaya, aku ingin seperti mereka, langsing dan cantik, nanti kalau sudah cantik
baru aku mau berteman dengan mereka, kalau sekarang mana mau mereka berteman sama
bidadari kere seperti aku”
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Ruangan Rawat: Ruang Melati Tanggal Dirawat : 3 Agustus 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn W. (L/P) Tanggal Pengkajian : 4 Agustus 2021
Umur : 22 tahun RM No : 713XXX
Informan : Nn. W & Ibu
II. ALASAN MASUK
Nn. W dibawa ke Psychiatric Ward oleh ibunya karena di rumahnya sering berbicara
ngelantur dan mudah marah sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Nn. W sering mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang bidadari. Nn. W sering berperilaku aneh seperti mengumpulkan
pakaian berwarna putih, kalung mutiara putih, dan bandana putih.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya √ Tidak

2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil Kurang berhasil Tidak Berhasil


3.
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan √ 22 th
Kekerasan dalam Keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan no 1,2,3 : Klien tidak memiliki teman dekat selama kuliahnya. Klien
merasa temannya menjauhinya karena klien tidak cantik dan berasal dari keluarga yang
kurang mampu.

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:  ya Tidak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Nenek dari klien Suka berbicara sendiri Tidak pernah dirawat
............................... ............................ ......................................................
Jelaskan: Nenek klien telah meninggal dunia ketika klien masih baayi
..........................................................................................................................
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Klien merasa rendah diri karena tidak cukup cantik dan berasal dari kalangan kurang
mampu. Sehingga klien selama kuliah tidak memiliki teman
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD:100/80 Nadi: 80x/mnt Suhu: 37⸰C RR: 20 x/mnt
2. Ukur : TB: 157 cm BB : 49 kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan
:................................................................................

Tidak ada masalah fisik


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

: perempuan

: Meninggal

: Klien (Nn.W)

: Tinggal serumah
Jelaskan: Klien tinggal bersama ayah dan ibunya. Kedua orang tua klien merupakan orang
yang bekerja kantoran sehingga klien ketika pulang kuliah akan sendirian dirumah. Klien
tidak memiliki teman bermain di dekat tempat tinggalnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri: Klien menggambarkan dirinya sebagai bidadari.

b. Identitas : Sebelum sakit klien selalu merasa sendiri.

c. Peran : seperti bidadari

d. Ideal diri : Klien ingin memiliki wajah yang cantik dan kaya agar memiliki teman.

e. Harga diri : Klien merasa tidak ada yang mau berteman dennganya karena klien
merasa jelek dan miskin.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Orang tua (ayah dan ibu)
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien tidak pernah mengikuti
kegiatan apapun di kelompok ataupun masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak percaya diri ketika
bertemu dengan orang baru
Masalah Keperawatan: Gangguan Interaksi Sosial
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien merasa Allah tidak adil sehingga tidak mau beribadah
kepada Allah
b. Kegiatan ibadah : jarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan: Tidak rapi √ Caraberpakaian
Penggunaan pakaian
Tidak sesuai
tidak seperti
Biasanya
Jelaskan: Klien sering mengenakan pakaian berwarna putih dan kalung putih karena
merasa dirinya adalah bidadari.
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham

2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap √ Inkoheren
Apatis Lambat Tidak mampu Membisu
Memulai pembicaraan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu Tegang  Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan lesu dan gelisah karena terlalu teropsesi


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Alam Perasaan:
 Sedih Ketakutan √ Putus asa √ Khawatir √ Agitasi

Jelaskan kadang-kadang merasa sedi, kadan-kadang ceria


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek:
Datar √ Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan kadang tidak ingin berbicara


Masalah keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal

6. Interaksi selama wawancara:


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung
√ Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan............................................................................................................................. .
Masalah Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan: ...............................................................................................................
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
√ Flight of Ideas Blocking Pengulanganpembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Klien merasa dirinya seorang bidadari.
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham

9. Isi Pikir

√ Obsesi Fobia Hipokondria


Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham:
Agama Somatik √ Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan klien mengatakan dirinya adalah bidadari


Klien menganggap dirinya sebagai serang bidadari
Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham

10. Tingkat kesadaran


√ Bingung Sedasi Stupor Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan tidak fokus


Masalah Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham

11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini √ Konfabulasi

Masalah keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


√ Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : perkataan selalu berganti-ganti topik


Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir: Waham

13. Kemampuan penilaian


√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan menganggap diri seperti bidadari


Masalah keperawatan : Perubahan Proses Pikir: Waham

14. Daya tilik diri


√ Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: klien tidak merasa dirinya sakit


Masalah keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak
Makanan √ Pakaian √

Keamanan √ Transportasi √

Tempat tinggal √ Uang √

Perawatan kesehatan √
Jelaskan: ...........................................................................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi
BAB/BAK √
Kebersihan √
Ganti Pakaian √
Makan √

Jelaskan..............................................
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri √ Ya Tidak

Frekuensi makan perhari : 3 kali


Frekuensi kudapan perhari : 3 kali
Nafsu makan : baik
Diet khusus : baik
Jelaskan makan selalu tepat waktu
Masalah keperawatan : Tidak ada
c. Tidur
Ya Tidak
Apakah ada masalah √
Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur √
Apakah ada kebiasaan tidur siang √
Apa yang membantu klien untuk tidur
Waktu tidur malam, jam: 21.00 , Waktu bangun, jam: 06.00
Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur √
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnabulisme Berbicara dalam tidur √

Jelaskan kadang pasien sulit tidur dan kadang terbangun sendiri


Klien terkadang saat tidur mengigao menyebut dirinya bidadari
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) √
Jelaskan: makan dan mandi dilakukan sendiri
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki sistim pendukung


Ya Tidak Ya Tidak
Keluarga √ Teman sejawat √
Profesional/terapis √ Kelompok sosial √
Jelaskan: keluarga sering menemani dan mengajak bicara
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang Ya Tidak


menghasilkan atau hobi √

Jelaskan: klien suka berdandan


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/berlebih
Teknik reloksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif √ menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan: suka mengindari keramaian dan tidak fokus
Masalah keperawatan: Koping Individuu Inefektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik Klien merasa harga dirinya rendah
Karena teman-temanny yang cantik, langsing dan kaya
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Klien jarang bersosialisasi dengan
lingkungan di sekitarnya
Masalah dengan pendidikan, spesifik tidak ada
Masalah dengan pekerjaan, spesifik tidak ada
Masalah dengan perumahan, spesifik Klien tinggal dengan orang tuanya.
Masalah dengan ekonomi, spesifik Ekonomi keluarga klien tergolong
keluarga yang kurang mampu
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik tidak ada
Masalah lainnya, spesifik tidak ada
Masalah Keperawatan: Koping Individu Inefektif

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


√ Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
√ Faktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping Obat-obatan

Lainnya Tidak ada


Masalah Keperawatan: Defisit pengetahuan

XI. DATA LAIN-LAIN


Tidak ada

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosa medis: Perubahan Proses Pikir: Waham

Terapi medis:
CPZ 3x1
THP 3x1
HDL 3x1

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perubahan proses pikir: waham
2. Harga diri rendah
3. Gangguan interaksi sosial
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Koping individu inefektif
6. Defisit pengetahuan

Surabaya, 4 Agustus 2021

Arlesiane Bida Ndjurumbaha


ANALISA DATA

Nama: Nn. W No. RM: 713XXX Ruangan: Ruang Melati


MASALAH
DATA-DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN TT
Data subyektif: Koping individu inefektif Harga diri rendah
- Klien mengatakan bahwa ↓
temannya cantik, langsing, kaya, Persepsi yang
sedangkan klien tidak
merendahkan diri sendiri
Data obyektif : ↓
- Klien terlihat murung dan
sering merendahkan diri Menghindari orang lain
- Klien terlihat putus asa karena merasa tidak pantas
berteman dengan orang
lain

Harga diri rendah

Data subyektif: Koping individu inefektif Perubahan


- Klien mengatakan bahwa ↓ prosespikir: waham
dirinya adalah seorang Terhadap lingkungan sosial
bidadari

Data obyektif : Harga diri rendah
- Isi pikiran tidak sesuai ↓
kenyataan Perubahan proses pikir:
- Bicara ngelantur waham
- Afek tumpul
Data subyektif: Koping individu inefektif Gangguan
- Klien mengatakan tidak ↓ interaksisocial
memiliki teman karena klien
merasa jelek dan tidak kaya
Lebih nyaman jika tidak
bertemu dengan orang lain
Data obyektif : ↓
- Berdiam diri dirumah karena Interaksi sosial menurun
tidak memiliki teman di daerah ↓
tempat tinggal
- Klien tidak pernah mengikuti Gangguan interaksi
kegiatan di sekitar tempat sosial
tinggalnya
- Klien tidak percaya diri ketika
bertemu dengan orang yang
baru
Data subyektif: - Koping individu inefektif Gangguan
↓ komunikasiverbal
Data obyektif : Harga diri rendah
- Afek tumpul

- Berbicara ngelantur
- Tidak mampu menjawab
pertanyaan dengan tepat Gangguan proses fikir:
Waham

Berbicara tidak sesuai

Kesulitan menjawab
pertanyaan dari orang lain

Gangguan
komunikasi verbal
Data subyektif: Masa lalu yang tidak Koping individu
- Klien merasa harga dirinya menyenangkan inefektif
rendah Karena teman-temanny ↓
yang cantik, langsing dan kaya
Tidak mampu
mengekspresikan
Data obyektif : kesedihan
- Klien merasa jelek dan tidak ↓
berasal dari keluarga yang kaya
Tidak mampu
menyelesaiakan
permasalahan hidup

Koping individu
inefektif
Data subyektif:- Gangguan proses pikir : Defisit pengetahuan
Waham

Data obyektif :
- Klien tidak mnegetahui Tidak menyadari kondisi
mengenai faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung dan kesehatan sekarang
penyakit jiwa ↓

Tidak mengetahui
penyebab kondisi sakit

Defisit pengetahuan

POHON MASALAH

Perubahan proses pikir: waham



Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Koping individu inefektif

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN (sesuai prioritas)


1. Perubahan proses pikir: waham b.d HDR
2. HDR b.d koping individu inefektif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS
KEPERAWATAN UNAIR

Inisial Klien : Nn. W Ruangan : Ruang Melati


No RM : 713XXX

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional


Tujuan jangka Tujuan jangka
panjang pendek
Perubahan Klien mau Klien dapat Bina hubungan saling BHSP
proses pikir berbicara membina percaya merupakan
: Waham dengan perawat hubungan saling - Beri salam kunci dalam
percaya dengan - Perkenalkan diri, tanyakan setiap asuhan
perawat nama serta nama panggilan keperawatan
yang disukai. yang diberikan
- Jelaskan tujuan interaksi kepada klien
- Yakinkan dia dalam
keadaan aman dan perawat
siap menolong dan
mendampingin ya
- Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien akan
tetap terjaga
- Tunjukkan sikap terbuka
dan jujur
- Perhatikan kebutuhan dasar
dan beri bantuan untuk
memenuhinya

Klien dapat Klien dapat Bantu klien untuk Dengan


bercerita mengidentifikasi mengungkapkan perasaan dan mengungkapka
mengenai perasaan yang pikirannya. n perasaan dan
pikirannya. muncul secara - Diskusikan dengan klien pikirannya
berulang dalam pengalaman yang dialami akan membuat
pikiran klien. selama ini termasuk klien lebih lega
hubungan dengan orang karena
yang berarti, lingkungan , berbagai
sekolah, dan keluarganya masalah
- Dengarkan pernyataan dengan orang
klien dengan empati tanpa lain.
mendukung / menentang
pernyataan wahamnya
Klien Klien dapat Bantu klien untuk Mengetahui
mengetahui mengidentifik asi mengidentifikasi kebutuhan penyebab dari
penyebab stressor/pence tus yang tidak terpenuhi serta kondisi yang
timbulnya wahamnya. kejadian yang menjadi fakktor diderita klien
waham pada (Triggers Factor) pencetus. selama ini
dirinya. - Diskusikan dengan klien
tentang kejadian- kejadian
transmatik yang
menimbulkan rasa takut,
anxietas maupun perasaan
tidak dihargai.
- Diskusikan dengan klien
cara-cara mengatasi
situasi tersebut.
- Diskusikan dengan klien
apakah ada halusinasi yang
meningkatkan
pikiran / perasaan yang
terkait
wahamnya.
- Hubungkan kejadian
kejadian tersebut dengan
wahamnya.

Klien dapat Klien dapat Bantu klien mengidentifikasi Untuk


mengetahui mengidentifikasi keyakinannya yang salah membantu
wahamnya. wahamnya tentang situasi yang nyata (bila klien dalam
klien sudah siap). mengidentifika
- Diskusikan dengan klien si mengenai
pengalaman wahamnya tentang
tanpa berargumentasi wahamnya.
- Katakan kepada klien akan
keraguan perawat terhadap
pernyataan klien.
- Diskusikan dengan klien
respon perasaan terhadap
wahamnya.
- Diskusikan frekuensi,
intensitas dan durasi
terjadinya waham.
Bantu klien membedakan situasi
nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
Klien mau Klien dapat Diskusikan dengan klien Membuat klien
diajak mengidentifik asi pengalaman pengalaman yang berfikir secara
berdiskusi konsekuensi dari tidak menguntungkan sebagai logis bahwa
tetang wahamnya (2x akibat dari wahamnya seperti: kondisi yang
pengalaman interaksi). - Hambatan dalam dialami
nya mengenai berinteraksi dengan orang merupakan
waham lain dampak negatif
- Perubahan dalam prestasi dari gangguan
sekolah proses pikir
- Ajak klien melihat bahwa
waham tersebut adalah
masalah yang
membutuhkan bantuan dari
orang lain
Diskusikan dengan klien
orang/tempat ia minta bantuan
apabila wahamnya timbul / sulit
dikendalikan.
Klien Klien dapat - Motivasi klien memilih dan
melakukan melakukan melakukan aktivitas yang Tekhnik
teknik distraksi aktivitas yang membutuhkan perhatian dan distraksi dapat
sbg cara konstruktif yang ketrampilan fisik mengurangi
menghentikan dapat - Bicara dengan klien topik- keluhan yang
pikiran yg mengalihkan topik yang nyata ada
terpusat pada fokus klien dari - Diskusikan hobi/aktivitas
wahamnya wahamnya, yang disukainya
- Ikut sertakan klien dalam
aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu luang
- Bertanggung jawab secara
personal dalam
mempertahankan /
meningkatkan kesehatan dan
pemulihannya
- Beri penghargaan bagi setiap
upaya klien yang positif
Klien Klien dapat - Diskusikan dengan keluarga Dukungan
mendapatkan dukungan tentang : keluarga dan
dukungan dari keluarga  Pengertian waham pengetahuan
lingkungan  Penyebab yang baik
sekitar  Gejala mengenai
 Cara merawat gangguan jiwa
 Follow up dan obat akan
membantu
keluarga dalam
memberikan
perawatan
kepada klien
dengan tepat

Klien dan - Klien dengan kesadaran Menggunakan


keluarga dapat sendiri mau mentaati obat yang
menggunakan program terapi medik benar salah
obat dengan - Jelaskan dengan klien / satu kunci
benar keluarga pentingnya obat untuk
bagi kesehatan klien meningkatkan
- Diskusikan dengan klien kesembuhan
jenis obat, cara klien
penggunaannya, side efek
obat serta kapan dia harus
minta pertolongan apabila
terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan sebagai dampak
pemakaian obat
- Jelaskan kepada klien /
keluarga bahwa
pemberhentian / perubahan
dosis harus sepengetahuan
dan saran dari dokter yang
merawat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Kamis, 5 Agustus 2021


Waktu : 08.00
Pertemuan : 1 (TUK 1)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan: Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
4. Tindakan keperawatan:
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang
disukai.
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Meyakinkan dia dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan
mendampinginya
e. Meyakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
f. Menunjukkansikap terbuka dan jujur
g. Memperhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk memenuhinya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Perkenalkan nama saya Arinda, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari pukul 07.00-14.00 nanti. Saya yang akan merawat
mbak hari ini. Nama mbak siapa, senangnya dipanggil apa?”
2. Kontrak :
a. Topik :
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang mbak W rasakan
sekarang?”
b. Waktu :
“Kira-kira berapa lama mbak W mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
c. Tempat :
“Dimana enaknya kita berbincang bincang, mbak? Bagaimana jika di
teras depan kamar mbak?
B. KERJA
1. “Bagaimana perasaan dan keadaan mbak W hari ini? Apakah ada yang
dikeluhakan atau ditanyakan sebelum kita berbincang bincang?”
2. “Mbak W tidak perlu khawatir karena kita berada di tempat yang aman, saya
dan perawat-perawat disini akan selalu menjadi teman dan membantu
mbak”
3. “Mbak, bisa saya bertanya tentang identitas mbak, baik alamat, keluarga,
hobi atau mungkin keinginan saat ini?”
4. “Bagus sekali mbak sudah dapat menceritakannnya dengan sangat detil.
Mbak dulu kegiatannya apa? “
5. “Wah terimakasih mbak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan
sekarang saya akan memberitahu identitas saya, mbak mau mendengarkan
kan?
6. “Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi
mbak tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya,
mbak mau kan berteman dengan saya?”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?”
Obyektif:
Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah perawat.
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan dengan mbak dan mbak sudah
bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan
berteman dengan saya.”,
“Baiklah sesuai dengan janji saya di awal, hari ini kita berbincang bincang
selama 15 menit dan ternyata waktunya habis. Jika ada yang ingin mbak
bicarakan mbak bisa mencari saya diruang perawat”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita berbincang bincang tentang pengalaman mbak dan kemampuan
yang pernah mbak miliki”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau nanti jam 12.30 berbincang lagi selama 20 menit
mbak?”
c. Tempat:
“Mau di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Kamis, 5 Agustus 2021


Waktu : 12.30
Pertemuan : 2 (TUK 2)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung dan
bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikiran klien.
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk
hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsb.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
sat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannnya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri)
d. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung / menentang
pernyataan wahamnya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak W, apa kabar siang ini?”
2. Evaluasi pertemuan sebelumnya :
“Tadi kita sudah berkenalan. Mbak W masih ingat dengan nama saya?
bagus sekali mbak masih mengingat nama saya.”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Melanjutkan pertemuan kita pagi tadi dan sesuai dengan kesepakatan
kita, sekarang kita akan membicarakan tentang pengalaman dan
kemampuan yang dimiliki mbak”
b. Waktu :
“Kita ngobrol 20 menit siang ini, bagaimana mbak?
c. Tempat :
“Bagaimana kalau ngobrolnya di teras depan kamar mbak saja sama
seperti tadi pagi?”
B. FASE KERJA
1. “Penampilan mbak W hari ini bagus, rapi dan bersih. Bagus sekali, mbak.
Hal seperti ini harus dipertahankan”
2. “Mbak sudah mandi tadi? Mbak kelihatan segar sekali”
3. “Mbak seperti yang sudah saya sampaikan tadi pagi, sekarang kita akan
membicarakan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh mbak.
Mbak sering melakukan apa? Bagaimana dengan teman-teman ketika
mbak melakukan kegiatan itu?”
4. “Wah bagus sekali mbak sudah mau bercerita pengalaman mbak, lalu saya
ingin tahu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh mbak apa saja?
Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri, dll”
5. “Wah hebat sekali. Selain itu apa lagi mbak?
6. “Bagus sekali ternyata mbak pandai menari ya. Kalau dirumah sering
menari juga ya?
7. “Kalau dirumah aktivitas sehari-hari apa yang mbak kerjakan? Terima
kasih sudah mau berbagi cerita kepada saya”
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?
Mbak tadi sudah mampu menceritakan pengalaman dan kemampuan
mbak”
Obyektif:
Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu berkenalan dengan teman serta perawat lainnya meskipun masih
agak canggung.
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Sementara cukup disini dulu ya pembicaraan kita. Saya senang mbak mau
mengobrol dengan saya. Tadi mbak sudah bagus bisa mengungkapkan
pengalaman dan kemampuan apa yang mbak miliki dengan baik,
pertahankan ya mbak?”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita akan berbincang bincang besok tentang kebutuhan mbak yang
belum terpenuhi, pikiran mbak, dan perasaan mbak, mbak setuju?”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau besok saya datang kembali? bagaimana jika besok
kita berbicara jam 09.00 selama 20 menit mbak?”
c. Tempat:
Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau didepan loby?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Jumat, 6 Agustus 2021


Waktu : 09.00
Pertemuan : 3 (TUK 3)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung dan
bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi stressor/pencetus wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian transmatik yang
menimbulkan rasa takut, anxietas maupun perasaan tidak dihargai.
b. Hubungkan kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak, mbak W terlihat rapi sekali hari ini”
2. Evaluasi pertemuan sebelumnya
“Mbak masih ingat dengan saya? bagus sekali mbak masih ingat saya,
mbak bagaimana perasaan mbak pagi hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Kita akan mengobrol tentang apa yang mbak pikirkan atau rasakan”
b. Waktu :
“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara pukul 09.00 selama 20 menit”
c. Tempat :
“Bagaimana kalau kita ngobrolnya didepan loby saja”
B. FASE KERJA
1. “Apa yang ada di pikiran mbak saat ini? Mbak bisa ceritakan kepada saya
tentang pikiran/perasaan mbak yang muncul secara berulang-ulang itu”
2. “Saya mengerti mbak W merasa bahwa mbak W adalah bidadari, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya bidadari tidak ada di
dunia, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus mbak?”
3. “Tampaknya mbak W gelisah sekali, bisa mbak W ceritakan apa yang
mbak rasakan?”
4. “O jadi mbak W merasa teman-teman mbak W itu cantik, menarik, dan
kaya, Kalau mbak W sendiri inginnya seperti apa?”
5. “Apa yang menyebabkan mbak memiliki perasaan/pikiran seperti itu?”
6. “Apa yang mbak rasakan ketika mbak merasakan pikiran-pikiran itu? Wah
menarik sekali, terima kasih sudah mau mengungkapkan perasaan kepada
saya”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Setelah ngobrol tadi, apa yang mbak rasakan setelah kita bicara? Mbak
masih ingat dengan apa yang kita bicarakan tadi ?
Obyektif:
Klien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan mengenai apa yang
dirasakan dan dipikirkan
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Mbak kita sudah 20 menit ngobrolnya, sekarang mbak bisa istirahat,
terima kasih”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Bagaimana jika kita membiccarakan pengalaman-pengalaman mbak
yang lain?”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau kita nanti berbincang lagi jam 13.00? Kita nanti
ngobrol ngobrolnya 15 menit ya mbak?”
c. Tempat:
“Bagaimana jika kita ngobrolnya disini lagi mbak W?. Kalau begitu
sampai bertemu nanti ya mbak, terima kasih”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Jumat, 6 Agustus 2021


Waktu : 13.00
Pertemuan : 4 (TUK 4)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, ajak
berjabat tangan, ciptakan lingkungan yang terapeutik, jelaskan tujuan.
b. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasi.
c. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien.
d. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya.
e. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan
salah oleh klien.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat siang mbak W, bagaimana kabarnya siang ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Masih ingat dengan saya?”
“Baik mbak W masih ingat dengan saya. Apa yang mbak rasakan siang
hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik : “Sesuai dengan janji saya ke mbak tadi, sekarang kita ngobrol
tentang pengalaman – pengalaman yang mbak alami.
b. Waktu : “Berapa lama mbak W mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit tentang hal tersebut?”
c. Tempat : “Mbak kita ngobrolnya didepan loby saja ya mbak?”
B. FASE KERJA
1. “Mbak, bisa tidak mbak menceritakan kembali tentang pengalaman –
pengalaman mbak yang lain seperti yang mbak ceritakan kemarin?
Bagaimana perasaan mbak saat menghadapi pengalaman itu?”
2. “Pengalaman apa saja yang paling sering mbak alami?”
3. “Jadi mbak merasa harus cantik dan bisa berteman dengan teman teman
mbak? saya kurang yakin kalau mbak adalah seorang Bidadari, sekarang
coba mbak tanyakan kepada perawat lain, atau teman di ruangan ini, apakah
mereka setuju dengan apa yang mbak katakan tadi.”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Mbak, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan mbak
sekarang?”
Obyektif :
Klien dapat mengidentifikasi wahamnya, kontak mata ada.
2. Tindak Lanjut (PR untuk Klien)
“Sepertinya pertemuan kita hari ini sudah cukup, sekarang mbak bisa
beristirahat, kalau mbak mau bercerita lagi / hal lain yang ingin
disampaikan, mbak bisa cari saya, atau mencari perawat yang lainnya.”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
“Mbak bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi, tentang pengalaman
mbak, setuju?
b. Waktu :
“Berapa lama mbak W besok mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit jam 08.00 tentang hal tersebut?”
c. Tempat :
“Mbak besok kita ngobrolnya di sini lagi saja ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Sabtu, 7 Agustus 2021


Waktu : 08.00
Pertemuan : 5 (TUK 5)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, tenang, memakai pakaian serba putih,
kalung dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasi konsekuensinya dari wahamnya
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dank lien
b. Buat kontrak (topic, waktu, tempat) yang jelas
c. Hambatan dalam berinteraksi dg orang lain
d. Perubahan dalam prestasi kerja / sekolah
e. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang
membutuhkan bantuan dari orang lain
f. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit dikendalikan.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak W, tampak segar sekali mbak W pagi ini ya?
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana mbak? Apakah sudah mencoba mengisi waktu dengan
perawat?”
3. Kontrak
a. Topik :
“Seperti janji saya kemarin, sekarang kita akan mengobrol tentang
pengalaman mbak”
b. Waktu :
“Ya seperti janji kita kemarin kita bicara 15 menit
c. Tempat :
“Bagaimana kalau kita ngobrolnya didepan loby saja ya?”
B. FASE KERJA
1. “Kalau saya lihat selama di ruangan ini mbak sering sendirian. Apa yang
mbak rasakan saat berinteraksi dengan orang lain?”
2. “Mbak saya disini sebagi perawat bisa menemani mbak, mbak juga bisa
dengan keluarga mbak”
3. “Oh ya disini mbak juga bisa melakukan banyak kegiatan, tempat ini bisa
dianggap rumah sendiri jadi harus dipertahankan kemampuan yang
dimiliki. Terus mbak bisa juga menonton tv, melakukan aktivtias seperti
dirumah ataupun merawat diri seperti”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Mbak, setelah ngobrol – ngobrol tadi bagaimana perasaan mbak
sekarang?”
Obyektif :
“Klien dapat menjawab dan tidak meninggalkan tempat”
2. Tindak lanjut
“Sepertinya pertemuan kita sudah cukup, sekarang mbak bisa beristirahat,
kalau mbak mau bercerita lagi / hal lain yang ingin disampaikan, mbak
bisa cari saya, atau mencari perawat yang lainnya.”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
“Mbak bagaimana kalau nanti kita ngobrol lagi tentang membuat hari-
hari semakin menyenangkan?
b. Waktu :
“Berapa lama mbak W nanti mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau jam 12.00 selama 15 menit tentang hal tersebut?”
c. Tempat :
“Mbak kita ngobrolnya di pinggir lapangan saja ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Sabtu, 7 Agustus 2021


Waktu : 12.00
Pertemuan : 6 (TUK 6)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : ( penampilan, pakaian, apa yang dilakukan klien)
Secara keseluruhan klien tampak rapi, memakai pakaian serba putih, kalung
dan bandana putih, klien tampak menyendiri
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang terpusat
4. Tindakan keperawatan
a. Motivasi klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik
b. Bicara dengan klien topik-topik yang nyata
c. Diskusikan hobi/aktivitas yang disukainya
d. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu luang
e. Bertanggung jawab secara personal dalam mempertahankan /
meningkatkan kesehatan dan pemulihannya
f. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum mbak, mbak lagi apa?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana mbak? Apakah sudah mencoba mengisi waktu dengan
perawat dan sudah melakukan aktivitas diluar kamar?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sekarang kita diskusi tentang membuat hari hari mbak semakin
menyenangkan?
b. Waktu :
“Berapa lama waktu mbak bisa? Bagaimana kalau 15 menit?
c. Tempat :
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di pinggir lapangan?”
B. FASE KERJA
1. “Mbak sudah mandi tadi? Mbak kelihatan segar sekali”
2. “Mbak seperti yang sudah saya sampaikan tadi, kita akan membicarakan
bagaimana hari hari menyenangkan, mbak suka apa saja? “
3. “Wah mbak suka menonton tv ya?, apa yang sering mbak tonton di tv
tersebut mbak?
4. “Mbak juga senang melipat baju ya? Itu sangat bagus”
5. “Jika mbak suka mbak bisa menonton tv ketika sendirian dan bisa melipat
baju ketika sedang tidak ada kegiatan ya mbak?”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak W setelah berbincang-bincang dengan saya?”
Obyektif:
Klien mampu menjawab pertanyaan
2. Tindakan lanjut (PR untuk klien)
“Sementara cukup disini dulu ya pembicaraan kita. Saya senang mbak mau
mengobrol dengan saya. Tadi mbak sudah bagus bisa mengungkapkan hal
hal dan aktivitas yang mbak sukai, pertahankan”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik:
”Kita akan berbincang bincang lagi tentang obat mbak W dan cara
minum obat yang benar”
b. Waktu:
“Bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali? Jam 08.00 lagi
ya?”
c. Tempat:
Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di depan kamar
mbak W?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Minggu, 8 Agustus 2021


Waktu : 08.00
Pertemuan : 7 (TUK 7)

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : -
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : klien mendapatkan dukungan dan perawatan dari keluarga
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dan klien
b. Buat kontrak (topic, waktu, tempat) yang jelas
c. Perkenalkan nama, nama panggialan dan tujuan perawat berinteraksi
d. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi waham
e. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
f. Jelaskan pengertian, penyebab dan cara mewawat klien dengan waham
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
g. Ajarkan cara merawat klien dalam menangani pasien dengan waham
h. Peragakan cara merawat klien dengan waham
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Arinda, saya perawat
yang dinas di ruang Anggrek ini. Saya yang merawat mbak W selama ini.
Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
-
3. Kontrak :
a. Topik :
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah
mbak W dan cara merawat mbak W di rumah?”
b. Waktu :
“Berapa lama waktu bapak dan ibu bisa? Bagaimana kalau 30 menit?
c. Tempat :
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
B. FASE KERJA
1. “Pak, bu, apa masalah yang bapak atau ibu rasakan dalam merawat mbak
W? Apa yang sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak
ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai bidadari, hal tersebut
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali bapak dan ibu
mendengar bahwa ia seorang bidadari dengan mengatakan:
2. “Pertama : Bapak/ibu mengerti bahwa W merasa seorang Bidadari, tapi
sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami Bidadari
tidak ada di dunia”
3. “Kedua : bapak dan ibu harus lebih sering memuji mbak W jika ia
melakukan hal-hal yang baik”
4. “Ketiga : hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan mbak W”
5. “Bapak/ibu dapat bercakap-cakap dengan W tentang kebutuhan yang
diinginkan oleh W, misalnya : “Bapak/ibu percaya W punya kemampuan
dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu.”
6. “Keempat: Bagaimana kalau dicoba sekarang?” (Jika mau mencoba
berikan pujian)”
7. “Sekarang anggap saya mbak W yang sedang mengaku-ngaku sebagai
bidadari, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang bener bila mbak
W sedang dalam keadaan yang seperti ini”
8. “Bagus, betul begitu caranya”
9. “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki mbak W. Bagus”
10. “Sekarang coba cara memotivasi mbak W minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
11. “Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat mbak
W”
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
cara merawat mbak W di rumah?”
Obyektif :
“Keluarga mau menjawab pertanyaan perawat dan tidak meninggalkan
tempat”
2. Tindak Lanjut (PR untuk Klien)
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung ke rumah sakit”
3. Kontak yang akan datang
a. Topik :
-
b. Waktu :
-
c. Tempat :
-
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Senin, 9 Agustus 2021


Waktu : 08.00
Pertemuan : 8 (TUK 8 )
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : Kondisi klien tenang, lebih suka menyendiri, kooperatif
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
d. Motivasi klien untuk meminum obat secara benar dan sesuai program yang
telah ditetapkan
e. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan klien.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum mbak W, bagaimana kabarnya hari ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Mbak W, masih ingat dengan saya?”
“Baik mbak w masing ingat dengan saya. Apa yang mbak rasakan pagi
hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau
sekarang kita membicarakan tentang obat yang mbak W minum dan
cara meminum obat yang benar?”
b. Waktu :
“Berapa lama mbak W mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
c. Tempat :
“Mbak kita ngobrolnya di teras depan kamar mbak saja ya?”
B. FASE KERJA
1. “Mbak, berapa macam obat yang mbak minum setiap harinya?”
2. “Mbak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
3. “Obatnya ada tiga macam mbak, yang warnanya orange namanya CPZ,
gunanya agar mbak bisa tidur, yang putih ini namanya THP, gunanya agar
rileks agar tidak kaku, dan yang merah jambu ini namanya HDL, gunanya
agar pikiran jadi tenang. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam”
4. “Bila nanti setelah minum obat mulut mbak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya mbak bisa lebih banyak minum”
5. “Sebelum minum obat ini mbak mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama mbak tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
6. “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya mbak
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif :
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang tentang obat
yang mbak minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obatnya”
Obyektif :
Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali bertanya hal-hal
yang belum jelas
2. Tindak Lanjut
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan mbak. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat yang
jaga. Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan yang mbak”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik
“Mbak bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi, kita akan
membicarakan tentang pentingnya mengonsumsi obat-obat sesuai
program dokter, setuju?”
b. Waktu
“Besok jam 09.00 kita ngobrolnya mbak mau berapa lama?
Bagaimana kalau selama 15 menit?”
c. Tempat
“Mbak, dimana nanti kita ngobrolnya? mbak mau di teras sini lagi?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Selasa,10 Agstus 2021


Waktu : 09.00
Pertemuan : 9 (TUK 8 )

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : Kondisi klien tenang, lebih suka menyendiri, kooperatif
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Klien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan.
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
d. Motivasi klien untuk meminum obat secara benar dan sesuai program yang
telah ditetapkan
e. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan klien.
II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Selamat pagi mbak , bagaimana kabar mbak hari ini?”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? apakah mbak sudah minum obat?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sesuai janji yang sudah kita sepakati kemarin, sekarang kita akan
membahas tentang obat yang mbak konsumsi selama dirawat di sini
dan betapa pentingnya mengonsumsi obat sesuai program”.
d. Waktu :
“Sesuai janji saya kemarin kita berbincang-bincang 15 menit ya
e. Tempat :
“Mbak kita ngobrolnya di teras depan kamar mbak saja ya?”
B. FASE KERJA
1. “Adakah seseorang yang menemani atau mengingatkan mbak untuk
minum obat? mbak bisa jelaskan kapan saja mbak minum obat?”
2. “Ya sekarang saya jelaskan ya, obat ini diminum sesudah makan sebanyak
tiga kali dalam sehari”.
3. “Apakah mbak paham dengan tulisan 3x1 pada obat ini? 3x1 artinya dalam
24 jam mbak minum obat sebanyak tiga kali yaitu pagi, sore, dan malam”.
4. “Mari saya bantu meminumkan obatnya”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif :
“Setelah kita ngobrol tadi selama 15 menit, bagaimana apakah mbak W
sudah mengerti?”
Obyektif :
“Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan tampak antusias untuk
bertanya hal-hal yang belum jelas”.
2. Tindak Lanjut
“Mbak, sesuai dengan janji kita latihannya hanya 15 menit. Jangan lupa
minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat
yang jaga.”
4. Kontrak yang akan datang
a. Topik
-
d. Waktu
-
e. Tempat
-
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA SETIAP HARI
Gangguan Proses Pikir: Waham

Hari, Tanggal : Rabu,11 Agutus 2021


Waktu : 08.00
Pertemuan 10

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien : -
2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pola pikir: Waham
3. Tujuan khusus : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
4. Tindakan keperawatan
a. Beri salam terapeutik kepada keluarga dan klien
b. Buat kontrak(topik,waktu,tempat) yang jelas
c. Jelaskan tujuan perawat berinteraksi
d. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
untuk mengatasi waham
e. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi waham
f. Jelaskan pengertian, penyebab dan cara merawat klien dengan waham
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
I. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum pak, bu, karena Mbak W sudah boleh pulang, maka
kita bicarakan jadwal mbak W selama di rumah”
2. Evaluasi (Pertemuan sebelumnya):
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat mbak W?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah?”
b. Waktu :
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik selama 30 menit saja,
sebelum bapak dan ibu menyelesaikan administrasi di depan”
c. Tempat :
“Mari pak, bu di ruangan saya”
B. FASE KERJA
a. “Pak, bu, ini jadwal mbak W selama di rumah sakit. Coba perhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa
memperhatikan mbak W, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan
jangan lupa memberi tanda M (mandiri, B (bantuan), atau T (tidak
mau melaksanakan)”
b. “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak bapak dan ibu selama di rumah. Kalau misalnya
mbak W mengaku sebagai seorang bidadari terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi Puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak,
yang akan membantu memantau perkembangan mbak W selama di
rumah”
C. TERMINASI
1. Evaluasi (evaluasi respons terhadap tindakan keperawatan)
Subyektif :
Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak
dan ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
Obyektif :
Keluarga dapat menjawab pertanyaan dan menganggukkan kepala
2. Tindak Lanjut
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk puskesmas tempat
ibu dan bapak tinggal guna mempermudah dalam merawat anak ibu
dan bapak. Kalau ada apa-apa bapak dan ibu boleh juga menghubungi
kami. Silahkan”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik
-
b. Waktu
-
c. Tempat
-
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN ISOLASI MANDIRI
COVID-19

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Pengmas : Dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi
Mandiri Covid-19

2. Nama Mitra Pengmas : Masyarakat Pengguna Media Sosial Instagram


3. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Dr. Hanik Endang Nihayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep
b. NIP : 197606162014092006
c. Jabatan/Golongan : Lecture /
d. Program Studi : Profesi Ners
e. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga
f. Bidang Keahlian : Keperawatan Jiwa
g. Alamat Kantor/ : Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga, Jl.
Telp/Faks/Surel Mulyorejo (Kampus C Unair), Kel. Mulyorejo,
Kec. Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur
60115/(031) 5913754/-/nk-alita@fkp.unair.ac.id
4. Anggota Tim
Pengusul
(Mahasiswa)
a. Citra Danurwendah Rahmah, S.Kep
b. Fitrianti Umayroh, S.Kep.
c. Emmalia Adhifitama, S.Kep.
d. Hayu Ulfaningrum, S.Kep
e. Farah Aulia Nugrahini,S.Kep
f. Rusulustin Mustikaria,S.Kep
g. Zulfatin, S.Kep
h. Maria Diana Durbin, S.Kep
i. Ninin Herlinawati, S.Kep
j. Arlesiane Bida Njurumbaha, S.Kep
5. Luaran yang : Masyarakat mampu memahami dukungan
Dihasilkan Psikososial Pada Pasien Isolasi Mandiri Covid-19
6. Jangka Waktu : 1 Hari
Pelaksanaan
Surabaya,13 Agustus 2021
Pembimbing Akademik

Dr. Hanik Endang Nihayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 197606162014092006
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pandemi COVID-19 merupakan bencana non alam yang dapat memberikan

dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang. Menurut WHO

(2020), munculnya pandemi menimbulkan stres pada berbagai lapisan masyarakat,

terutama pada pasien yang dinyatakan positif Covid 19. Meskipun sejauh ini belum

terdapat ulasan sistematis tentang dampak COVID-19 terhadap kesehatan jiwa,

namun sejumlah penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS)

menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kesehatan mental penderitanya

Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi

COVID-19 sejumlah 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) yang

dilaporkan di 192 negara atau wilayah. Di antara kasus tersebut, sudah ada beberapa

petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi COVID-19. Pada tanggal 12 April

2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 4.241 kasus.

(Kemenkes, 2020)

COVID‑19 dapat memicu kecemasan dan merasa terisolasi dan bahkan

dapat mengalami emosi bersalah jika keluarga mereka membantu aktivitas hidup

sehari-hari, yang dapat bertentangan rekomendasi dari pemerintah untuk menjaga

jarak Isolasi mandiri yang lama pada pandemi COVID-19, dapat memicu

kecemasan, mudah marah dan depresi . Isolasi mandiri di rumah 'menyebabkan

kesepian. (Tsamakis, 2020), Dalam upaya pencegahan dampak psikologis yang

berakibat negative pada pasien maka diperlukan informasi tentang pengelolaan

dukungan yang dapat diberikan kepada penderita dampak psikososial yang timbul
pada pasien cukup berat bagi dirinya, lingkungan, maupun keluarga penderita.

Penanganan holistik harus diterapkan. Bukan hanya penyembuhan fisik, tetapi juga

kesejahteraan jiwa harus menjadi bagian dalam penanggulagan Covid-19

TUJUAN

1.1.1 Tujuan Umum

Masyarakat mampu memahami tentang dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi

Mandiri Covid-19

1.1.2 Tujuan Khusus

1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian virus Covid-19

2 Masyarakat mengetahui pengertian pasien terkonfirmasi Covid -19

3 Masyarakat mengetahui masalah yang sering timbul pada pasien isolasi mandiri
Covid 19
4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien terkonfirmasi Covid-
19
5 Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi mandiri

1.1.3 MASALAH

“Bagaimana bentuk dukungan masyarakat pada pasien isolasi mandiri Covid-19?”


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Jiwa


Tema : Dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi Mandiri Covid 19
Sasaran : Masyarakat Pengguna Media Sosial Instagram
Tempat : Instagram
Hari/Tanggal : Sabtu , 13 Agustus 2021

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Instruksional Umum
Masyarakat mampu memahami tentang dukungan Psikososial Pada Pasien Isolasi
Mandiri Covid-19
1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1. Masyarakat mengetahui tentang pengertian virus Covid-19
2. Masyarakat mengetahui pengertian pasien terkonfirmasi Covid 19
3. Masyarakat mengetahui masalah yang sering muncul pada pasien
terkonfirmasi Covid 19
4. Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
5. Masyarakat mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan selama melakukan
isolasi
1.2 Sasaran
Masyarakat pengguna media sosial instagram
1.3 Materi
1.3.1 Pengertian virus Covid-19
1.3.2 Pengertian pasien terkonfirmasi Covid-19
1.3.3 Masalah yang sering muncul pada pasien terkofirmasi Covid 19
1.3.4 Peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien konfirmasi Covid 19
1.3.5 Kegiatan yang dapat dilakukan selama Isolasi mandiri
1.4 Metode
Pendidikan kesehatan dilakukan melalui media sosial (Instagram)
1.5 Media
Videoanimasi
1.6 Pelaksanaan
Tanggal 13 Agustus 2021 jam 10.00 WIB dilakukan pengunggahan videoanimasi
di Instagram @kel1_jiwa_ profesib22 dan sosial media fkp_unair
1.7 Pengorganisasian
1.7.1 Penyusun SAP
1. Fitrianti Umayroh, S.Kep
2. Zulfatin, S,Kep
3. Ninin Herlinawati, S.Kep
4. Arlesiane Bida Jurumbaha,S.kep

1.7.2 Konsep Videoanimasi

1. Emmalia Adhifitama, S.Kep


2. Farah Aulia Nugrahini,S.Kep
3. Citra Danurwendah rahmah,S.Kep
4. Rusulustin Mustikaria,S.Kep
5. Maria Diana Durbin, S.Kep

1.7.3 Publikasi dan administrasi


1. Hayu Ulfaningrum,S.Kep

1.8 Uraian tugas


1.8.1 Penyusun SAP
Mengumpulkan literatur materi, menyusun konsep acara penyuluhan,
membuat laporan penyuluhan
1.8.2 Konsep Video Animasi
Membuat konsep materi dalam bentuk videoanimasi yang menarik dan mudah
dipahami oleh sasaran penyuluhan
1.8.3 Publikasi
Mengungah videoanimasi melalui media sosial
1.8.4 Administrasi
Mengunggah postingan melalui media sosial, memberikan tanggapan bila ada
komentar pada postingan.
1.9 Evaluasi
1.9.1 Evaluasi Struktur
1. Tersedianya materi
2. Tersedianya SAP
3. Tersedianya media videoanimasi
4. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
5. Metode dan waktu penyuluhan sesuai perencanaan
6. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan melalui media sosial instagram
7. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
1.9.2 Evaluasi Proses
1. Pengungahan videoanimasi sesuai dengan jadual
2. Peserta yang melihat unggahan memberikan tanda suka
3. Peserta yang melihat unggahan memberikan komentar yang positif
4. Admin memberikan umpan balik yang positif terhadap komentar yang
diberikan oleh peserta
1.9.3 Evaluasi Hasil
1. Peserta yang memberikan tanda suka 10 orang
2. Peserta yang memberikan komentar 2 orang
BAB 2
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Virus Corona


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah
virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa
coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia (WHO, 2020).
B. Pasien Konfirmasi Covid 19
Pasien dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui rangkaian pemeriksaan
PCR dan diumumkan oleh pemerintah secara resmi.
C. Masalah Yang Sering Timbul Pada Pasien Konfirmasi Covid 19
1. Takut jatuh sakit dan meninggal
2. Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular
saat dirawat
3. Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi,
dan dikeluarkan dari pekerjaan
4. Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan
penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau dianggap
berasal dari, tempat-tempat terdampak)
5. Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut
kehilangan orang-orang terkasih karena virus yang menyebar
6. Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan
karantina
7. Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah,
penyandang disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi, karena
orang tuanya atau pengasuhnya dikarantina
8. Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi
9. Takut mengalami pengalaman wabah sebelumnya
D. Peningkatan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada Pasien Konfirmasi Covid 19
1. Fisik Rileks
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
beberapa latihan fisik seperti : latihan tarik nafas dalam, relaksasi otot
progresif, dan latihan peregangan otot.
2. Membangun emosi positif
Emosi terdiri dari dua jenis yaitu emosi positif terdiri dari perasaan bahagia
dan kepuasan hati, sedangkan emosi negatif terdiri dari stres, depresi dan
cemas.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
a) Melakukan kegiatan dan hobi yang disukai
b) Mempertahankan komunikasi dengan sanak keluarga dengan topik
yang menyenangkan melalui media daring
3. Membangun pikiran positif
Proses penyimpangan berpikir terjadi bukan karena peristiwa yang negatif
tetapi karena persepsi dan pikiran tentang suatu peristiwa.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Latihan berfikir positif
b) Pikirkan pengalaman yang positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan
c) Memotivasi diri sendiri dengan menggunakan tulisan yang positif
d) Melakukan latihan menghentikan pikiran negatif
4. Berperilaku positif
Berperilaku posistf dapat dilakukan untuk diri sendiri, keluarga, orang lain
dan lingkungan.
5. Menciptakan Relasi positif
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
a) Memberi salam
b) Memberi pujian
c) Memberi harapan
d) Saling tolong menolong
e) Berbagi hal positif
f) Menghindari diskusi hal-hal negatif
6. Membangun Spiritual Positif
E. Kegiatan yang dapat dilakukan selama isolasi
1. Olahraga (mis. yoga, tai chi, pelenturan otot)
2. Pelatihan kognitif
3. Olahraga relaksasi (mis., latihan pernapasan, meditasi, mindfulness )
4. Membaca buku dan majalah
5. Mengurangi waktu melihat gambar-gambar menakutkan di TV
6. Mengurangi waktu mendengarkan rumor
7. Mencari informasi dari sumber-sumber terpercaya
8. Mengurangi waktu mencari informasi (1-2 kali per hari, bukan setiap jam)
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN KESEHATAN

Evaluasi Struktur Evaluasi Proses Evaluasi Hasil


a. Pengumpulan SAP Pelaksanaan: a. Peserta yang
dilakukan satu hari a. Menggunggah Videoanimasi pada memberikan
sebelum Instagram@kel 1_Jiwa_profesib22 tanda suka 10
pelaksanaan pada hari jumat, 13 Agustus 2021 orang. Peserta
penyuluhan jam 10.00 dengan hashtag anggota yang memberikan
b. Penyelenggaraan kelompok dan fkp_unair, komentar positif 2
penyuluhan b. Mengajukan permohonan orang.
dilakukan oleh pemuatan Videoanimasi di media b. Pemberian umpan
mahasiswa sosial ners setelah materi dan poster balik positif pada
c. Materi dan metode, di setujui oleh pembimbing komentar.
waktu sesuai akademik ke email c. Pemuatan
dengan info@fkp.unair.ac.id publikasi di
perencanaan media sosial fkp
d. Pengorganisasian diupload pada
penyelenggaraan tanggal
penyuluhan Agustus 2021 .
dilakukan sebelum
penyuluhan
dilaksanakan

-
Daftar Pustaka
IASC. 2020. Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah COVID-
19 Versi 1.0. IHSC MHPSS Reference Group

IPKJI. 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid 19. Jakarta : PPNI
Kemenkes, 2020. Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada Masa Pandemi
Covid 19. Jakarta: Direktorat Jendral Pencegahan Dan Pengendalian penyakit.
PROPOSAL KEPERAWATAN JIWA
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI :
MENONTON VIDEO AKTIVITAS FISIK RINGAN PADA PASIEN
ISOLASI MANDIRI COVID-19

Dosen Fasilitator :
Dr. Hanik Endang Nihayati, S.Kep., Ns., M.Kep
Kelompok 1 (D.1)
Citra Danurwenda Rahmah (132023143010)
Fitrianti Umayroh Mahardika (132023143004)
Emmalia Adhifitama (132023143005)
Hayu Ulfaningrum (132023143008)
Farah Aulia Nughraini (132023143031)
Maria Diana Durbin (132023143025)
Ninin Herlinawati (132023143026)
Arlesiane Bida Ndjurumbaha (132023143016)
Rusulustin Mustikaria (132023143053)
Zulfatin (132023143054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Munculnya pandemi menimbulkan stres pada berbagai lapisam masyarakat.
Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang dampak COVID-19
terhadap kesehatan jiwa, namun sejumlah penelitian terkait pandemi (antara lain flu
burung dan SARS) menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kesehatan
mental penderitanya (Yueniwati, 2021).
Kasus novel coronavirus (COVID-19) pertama kali didapatkan pada bulan
Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Angka kejadian orang yang
terinfeksi virus ini terus meningkat secara pesat, baik secara global maupun
nasional. Sejak dideklarasikannya COVID-19 sebagai pandemi global oleh (WHO)
pada Januari 2020 lalu, dalam hitungan 6 (enam) bulan telah terkonfirmasi kasus
positif COVID-19 sebanyak 17.064.064 dengan angka kematian hingga 668.073
jiwa. Angka ini tersebar di 216 negara1. Bahkan Indonesia menjadi salah satu
negara dengan jumlah kasus serta angka kematian yang paling tinggi di Asia.
Hingga akhir Juli 2020, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
menyatakan bahwa 116.000 kasus positif dan sebanyak 7.169 orang diantaranya
meninggal dunia (Yueniwati, 2021).
Kondisi kesehatan masyarakat terkait penularan virus corona dibagi menjadi
orang tanpa gejala, orang dengan pemantauan, pasien dengan pengawasan, dan
orang yang menderita COVID-19. Belum ada penelitian yang mengukur masalah
kesehatan jiwa dan psikososial masyarakat terkait dengan pandemi ini, namun
berdasarkan hasil penelitian WHO (2005) saat bencana tsunami, maka perlu segera
dilakukan promosi kesehatan jiwa dan psikososial, pencegahan terjadinya masalah
kesehatan jiwa dan psikososial, serta mendeteksi dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa dan psikososial (Yurianto, 2020).
Mengingat adanya risiko peningkatan masalah kesehatan jiwa dan gangguan
kejiwaan akibat COVID-19 di masyarakat, maka perlu dilakukan terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi sensori pada pasien isolasi mandiri Covid-19 sehingga
dapat memberikan pilihan kepada masyarakat dalam hal dukungan kesehatan jiwa
dan psikososial.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk pasien dengan
gangguan persepsi sensori dimana peserta dapat melakukan kegiatan
positif dan mengekspresikan perasaannya.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Klien mampu mengekspresikan perasaan terhadap isolasi mandiri
Covid-19
b. Klien mampu memperhatikan video aktivitas fisik ringan yang
diputarkan
c. Klien memahami apa yang disampaikan terapis yaitu motivasi selama
isolasi mandiri di rumah
d. Klien mampu mengekspresikan perasaannya terhadap kegiatan yang
sudah dilakukan yaitu aktivitas fisik ringan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Psikososial di Masa Pandemi Covid-19


Wabah pandemi ini memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan
psikologis individu dan masyarakat. Dampak psikologis selama pandemi
diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder),
kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa
tidak berdaya. Orang-orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 pun harus
menjalani isolasi mandiri baik itu dirumah maupun rumah sakit. Tentunya,
menjalani isolasi mandiri bukanlah hal yang mudah. Timbul rasa cemas, gelisah,
takut bahkan harga diri rendah dalam menjalani perawatan. Bahkan beberapa
psikiatris dan psikolog mencatat hampir semua jenis gangguan mental ringan
hingga berat dapat terjadi dalam kondisi pandemik ini. Bahkan kasus xenofobial
dan kasus bunuh diri karena ketakutan terinfeksi virus sudah mulai bermunculan
(Adiati, 2020). Berikut adalah macam-macam masalah psikososial yang rentan
dialami masyarakat selama menjalani isolasi mandiri :
1. Tanda gejala awal
Gejala awal yang terjadi adalah khawatir, gelisah, panik, takut mati, takut
kehilangan kontrol, takut tertular, dan mudah tersinggung. Jantung berdebar lebih
kencang, nafas sesak, pendek dan berat, mual, kembung, diare, sakit kepala, pusing,
kulit terasa gatal, kesemutan, otot otot terasa tegang, dan sulit tidur yang
berlangsung selama dua minggu atau lebih (Yurianto, 2020).
2. Kecemasan
Gejala cemas terutama yang berkaitan dengan kesehatan individu meningkat
selama masa pandemi ini. Gejala kecemasan ini sebagai akibat dari coronafobia.
Gejala cemas terkait kesehatan pada individu bermanifestasi pada perilaku
maladaptif seperti konsultasi medis yang berulang-ulang, menghindari perawatan
kesehatan walaupun telah jelas ada gejala klinis, dan menimbun barang-barang
terkait kesehatan seperti handsanitizer, masker, dan sebagainya. Pada masyarakat
yang lebih luas, gejala cemas ini muncul dalam ketidakpercayaan pada otoritas atau
pemerintah dan menyalahkan pihak-pihak yang dianggap bertanggungjawab pada
munculnya pandemi ini (Yueniwati, 2021).
3. Penyakit gangguan jiwa sebelumnya
Pasien dengan adanya gangguan jiwa sebelumnya rentan untuk mengalami
kekambuhan gejala selama masa pandemi ini. Selama masa pandemi, akses layanan
kesehatan relatif berkurang untuk kesehatan jiwa sehingga banyak pasien yang
tidak mendapatkan obat atau layanan psikiatrik semestinya yang berkontribusi pada
kekambuhan gejala (Yueniwati, 2021).
4. Tanda gejala masalah psikososial jika tidak ditangani
Semua orang yang terkonfirmasi positif infeksi virus Covid-19 pastinya ingin
segera sembuh. Namun apabila masalah psikososial selama isolasi mandiri seperti
kecemasan, ketakutan dan adanya harga diri rendah akibat stigma masyarakat tidak
ditangani dengan tepat akan menimbulkan dampak lebih serius. Dampak tersebut
meliputi kecemasan kronik, depresi, insomnia, dan distress psikososial. Kondisi
kesejahteraan dan kesehatan mental berupa hilangnya gejala gangguan mental dan
baiknya kualitas hidup dapat dicapai dengan penanganan multidimensional dari
tenaga medis, paramedis, pemerintah, dan stakeholder terkait (Yurianto, 2020).
Sebuah survei yang dilakukan pada masyarakat sipil di China selama wabah
COVID-19 ditemukan adanya dampak psikologis yang dialami masyarakat seperti
depresi sedang hingga berat, dan kecemasan sedang hingga berat dengan presentase
hingga 58.3 %. Bahkan orang-orang menjadi paranoid satu sama lain, baik dengan
rekan kerja, anggota keluarga, maupun teman dekat. Rasa paranoid atau curiga yang
berlebihan ini muncul akibat rasa takut yang teramat sangat akan terinfeksi virus,
apalagi jika bertemu atau berdekatan dengan orang-orang yang mempunyai keluhan
yang mirip dengan tanda dan gejala terinfeksi COVID-19 seperti batuk dan flu
meskipun itu hanya batuk dan flu biasa (Yueniwati, 2021).

2.2 Tatalaksana Masalah Psikososial di Masa Pandemi Covid-19


1. Sikap Responsif
Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur, mencari tahu apa
yang harus dilakukan dan memberikan respons yang tepat dan wajar. Sikap
responsif dapat dikembangkan agar tidak terjadi masalah kesehatan jiwa dan
psikososial (Yurianto, 2020).
2. Kegiatan keluarga konstruktif
Kegiatan keluarga yang konstruktif semakin menguatkan ikatan emosional dan
keluarga semakin harmonis. Keluarga dapat merencanakan kegiatan 5B: belajar,
beribadah, bermain, bercakap-cakap dan berkreasi bersama (Yurianto, 2020).
3. Bijak informasi
Virus COVID-19 telah menyebar di seluruh dunia tanpa memandang letak
geografis, agama, etnis, dan kebangsaan. Maka masyarakat harus bisa bersikap
empati terhadap pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 beserta keluarganya.
Mereka layak mendapatkan dukungan, kasih sayang, dan kebaikan dari masyarakat.
Jangan melabeli pasien sebagai “Korban COVID-19” atau “Keluarga COVID-
19”12. Sangat penting untuk mengurangi stigma yang berkembang di masyarakat,
karena stigma memiliki dampak negatif pada kesehatan mental seseorang
(Yueniwati, 2021).
Penting bagi masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya
seperti platform kesehatan resmi baik lokal, nasional, maupun internasional. Hal ini
bertujuan agar data yang kita dapat merupakan data fakta yang valid dan akurat,
bukan data rumor yang dapat menimbulkan misinformasi atau mispersepsi. Batasi
paparan berita COVID-19 yang menimbulkan ketakutan, kekhawatiran, stres, dan
depresi. Lindungi diri, keluarga, dan orang lain melalui penerapan protokol
kesehatan yang ketat. Perhatikan dan beri dukungan tetangga yang mungkin
membutuhkan bantuan tambahan selama karantina mandiri berlangsung. Sebarkan
informasi positif mengenai pasien yang pulih dari COVID-19 (Yueniwati, 2021).
4. Dukungan sosial
a. Dukungan oleh tetangga
Bentuk-bentuk dukungan dari tetangga yang tampak dari sisi dukungan
moril adalah memberikan semangat, support, memberikan kenyamanan di
lingkungan rumah dengan tidak mengucilkan penderita, mendoakan
kesembuhan, dan menawarkan bantuan. Adapun bentuk dukungan dari sisi
materil yang dilakukan tetangga adalah dengan membantu mencukupi
penyintas dan caregiver Covid-19 dengan kebutuhan pokok seperti sembako,
makanan, kebutuhan rumah tangga, juga pemenuhan obat. Tetangga juga
melakukan disinfektan di lingkungan desa serta menutup portal jalan agar
penyebaran virus tidak kian masif (Rahmatina, 2021).
b. Dukungan oleh rekan kerja
Adapun bentuk dukungan yang dilakukan rekan kerja pada umumnya
adalah bantuan logistik dan finansial, juga terdapat dukungan moral. Teman
kerja memberi motivasi, support, dan mendoakan dengan harapan-harapan
baik, serta membantu keperluan administrasi seperti melaporkan status positif
penyintas kepada pihak desa, serta memberikan layanan swab gratis ketika
diketahui salah satu teman kerja diketahui positif Covid-19. Dukungan sosial
sangat dibutuhkan oleh individu untuk membantu menurunkan efek kesepian
di masa pandemi karena isolasi, berpengaruh pada kesehatan mental dan dapat
meningkatkan kualitas individu di masa pandemi Covid-19 (Rahmatina, 2021).
5. Kegiatan bermanfaat
Tentunya seseorang yang menjalani isolasi mandiri akan merasa membosankan
dan berdampak ke masalah psikososial jika seseorang tersebut hanya berdiam diri
atau banyak overthingking terhadap kondisinya (Razi et al., 2020). Berikut adalah
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pasien dengan isolasi mandiri covid-19
(Razi et al., 2020) :
a. Jika pasien bekerja dengan sistem WFH atau work from home maka tetap
produktif dengan melakukan pekerjaan tersebut. Tentunya berikan
apresiasi diri ketika berhasil menyelesaikan target pekerjaan dengan baik
b. Meningkatkan amal ibadah, seperti tilawah, muraja’ah, hafalan Al Qur’an,
membaca Al Qur’an, hafalan hadist dan lain-lain
c. Membaca buku, menulis di blog pribadi dan aktivitas lain yang membuat
otak tetap berfikir
d. Salurkan kreativitas dengan menggambar, melukis, dekor rumah dan hal
kreatif lainnya
e. Membersihkan dan merapikan rumah
f. Berolahraga dengan pilihan olahraga yang bisa dilakukan di rumah seperti
yoga, senam, peregangan tubuh dan jenis olahraga lainnya. Olahraga
tersebut bisa dipandu dengan menggunakan tutorial video youtube atau
tergabung dalam kelompok olahraga melalui zoom meeting.
g. Bercocok tanam di area rumah
h. Mencoba memasak menu baru dan sehat
i. Menghabiskan waktu berkualitas dengan anggota keluarga di rumah
j. Tetap menyambung silaturahmi dengan orang lain melalui telepon, video
call, zoom meeting dan aplikasi lainnya
2.3 Konsep TAK Stimulasi Sensori
1. Definisi TAK Stimulasi Sensori
Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi sensosi merupakan terapi yang diberikan
dengan menstimulus semua panca indra pada pasien sehingga terjadi perubqahan
perilaku dan memberikan respon yang adekuat (Nurafifah, 2018). Terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori merupakan aktivitas yang digunakan untuk
memberikan stimulasi pada sensori pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori
pasien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka,
ucapan.
2. Tujuan TAK Stimulasi Sensori
1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah klien dapat berespon terhadap stimulus pasnca
indera yang diberikan secara adekuat.
2) Tujuan Khusus
 Dapat meningkatkan kemampuan sensosi pasien.
 Pasien dapat mengontrol perasaannya
 Aktivitas dan Indikasi
 Klien mampu menikmati video hingga selesai
Terapi Aktivtas Stimulasi Sensori terdiri dari 3 sesi, yaitu sesi 1:
mendengarkan musik, sesi 2: menggambar, dan sesi 3: menonton
tv/video (A. B. Keliat, 2012).
3. Tahapan TAK Stimulasi Sensori

Fase Pre Interaksi 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai


indikasi : klien menarik diri, harga diri rendah
2. Mempersiapkan tempat : pasien berkumpul di
tempat yang telah ditentukan
3. Mempersiapkan alat
a. Laptop
b. CD yang berisi video yang akan di putar
melalui zoom meeting
4. Mempersiapkan metode : pemutaran video
melalui aplikasi zoom meeting
Fase Orientasi 1. Salam Terapeutik
a. Salam dari terapis
b. Perkenalan nama dan panggilan terapis
c. Menanyakan nama dan panggilan klien
2. Evaluasi
Terapis menanyakan pengalaman klien
sebelumnya
3. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan dilakukannya
kegiatan menonton video melalui zoom
meeting
b.Menjelaskan aturan kegiatan, yaitu:
 Masing-masing klien memperkenalkan
diri: nama, nama panggilan
 Jika ada klien yang mau meninggalkan
kelompok harus meminta izin pada
terapis
 Lama kegiatan 50 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan
menonton video dari awal sampai akhir
Fase Kerja 1. Membaca “ Basmalah : bagi yang beragama
islam”, dan memulai tindakan dengan baik.
2. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan dalam
proses menonton video
3. Menjelaskan pentingnya teknik distraksi:
menonton video
4. Memberikan contoh melakukan gerakan dan
menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur.
5. Memberikan pujian kepada masing-masing
klien setelah berhasil melakukan kegiatan
aktivitas kelompok.
Fase Terminasi Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah
melihat video yang ditayangkan melalui
zoom meeting
2. Terapis memberikan pujian kepada klien atas
pencapaian mengikuti kegiatan menonton
video dari awal hingga akhir
Tindak Lanjut
1. Terapi menganjurkan klien melaksankan
kegiatan yang dicontohkan didalam video
secara rutin sebagai media distraksi.
Kontrak yang akan datang
1. Terapi membuat kesepakatan dengan klien
untuk kegiatan TAK berikutnya
2. Terapis membuat kesepakatan dengan klien
dan tempat dilakukannya TAK selanjutnya
3. Mmebaca hamdalah setelah kegiatan selesai
dilakukan
4. Mengakihiri pertemuan dengan baik:
mengucapkan salam
5. Membereskan alat yang telah digunakan
6. Melakukan cuci tangan
Evaluasi
1. Evaluasi Proses : Evaluasi dilakukan saat
proses terapi berlangsung, khususnya pad
atahap fase kerja. Keaktifan klien,
keterlibatan klien dan proses pelaksanaan
kegiatan menonton video secara keseluruhan
2. Evalausi Struktur
 Setting sesuai rencana
 Pelaksanaan tepat pada waktu yang
telah ditentukan
 Terapis melakukan tugas sesuai dengan
pengorganisasiannya
 Peserta dapat mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir dengan tertib
3. Evaluasi Hasil
 70% mampu memberikan pendapat
maupun tanggapan terhadap kegiatan
menonton video Bersama secara virtual
 70% klien mampu mengikuti kegiatan
sampai selesai.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan dan respon klien
terhadap terapi menonton video yang dilakukan.
Selain itu pada catatan proses keperawatan klien
mampu menyebutkan pentingnya aktivitas
distraksi seperti menonton video serta membuat
jadwal harian untuk melakukan aktivitas.
BAB 3
TAK STIMULASI SENSORI : MENONTON VIDEO AKTIVITAS FISIK
RINGAN PADA PASIEN ISOLASI MANDIRI COVID-19

3.1 Uraian Pembagian Tugas TAK Stimulasi Sensori : Menonton Video


1. Leader (Rusulustin Mustikaria, Farah Aulia Nughraini, Maria Diana
Durbin)
a. Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok: menonton vido dan
peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum.
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
c. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
e. Menjelaskan aturan dan posisi peserta
2. Co- Leader ( Zulfatin dan Ninin Herlinawati )
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas
klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang atau tidak sesuai
aturan yang sudah ditetapkan
3. Fasilitator ( Citra Danurwenda Rahmah dan Emmalia Adhifitama)
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan

4. Observer ( Fitrianti Umayroh, Hayyu Ulfaningrum, dan Arlesiane Bida


Ndjurumbaha)
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung
c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
3.2 Tujuan
Tujuan umum TAK stimulasi sensori adalah klien memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya selain
itu pemberian video juga digunakan sebagai teknik distraksi yang dapat mengurangi
kecemasan. Sedangkan untuk tujuan khusunya adalah :
1. Pasien mampu mengenali video yang didengar dan dilihat
2. Pasien mampu memberi respon terhadap video yang didengar
3. Pasien mampu melakukan gerakan yang ditampilkan didalam video, serta
mampu mengekspresikan perasaannya
3.3 Setting
1. Pasien dan Terapis berada dalam zoom meeting sesuai jadwal yang
ditentukan/ sesuai kontrak yang telah disepakati.
2. Tempat peserta masing-masing ( yang nyaman dan tenang)
3.4 Alat
1. Jadwal Kegiatan
2. CD yang berisi video yang telah disepakati sebelumnya
3. Room zoom meeting yang telah disediakan
3.5 Metode
1. Dinamika kelompok
2. Menonton video bersama-sama melalui zoom meeting
3. Melakukan gerakan yang terdapat didalam video sesuai intruksi
4. Bermain stimulus
3.6 Tahapan TAK Stimulasi Sensori : Menonton Video
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK ( Terapi Aktivitas
Kelompok).
b. Mempersiapkan alat dan waktu yang telah disepakati sebelumnya
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Menanyakan penerapan TAK yang pernah dilakukan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menonton video bersama-sama.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan room zoom meeting,
harus meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 50 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Tentukan video yang akan ditonton.
Terapis dapat mempersiapkan video dari berbagai sumber, database,
yotube maupun social media yang lain. Jenis video dapat bermacam-
macam, tetapi harus memiliki aspek positif terhadap kesehatan jiwa
atau kesehatan pada umumnya. Terapis harus sudah memahami isi dan
tujuan video yang akan ditayangkan tersebut dan seta mengidentifikasi
nilai positif video yang ditampilkan, sehingga dapat direfleksikan
kepada klien saat melaksanakan TAK.
b. Tanyakan pendapat salah satu klien mengenai video yang ditampilkan.
c. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
d. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberikan
pendapat.
e. Ulangi c,d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.
f. Beri kesimpulan tentang video yang sudah ditayangkan
Pada saat memberikan kesimpulan, selain merangkum pendapat klien,
terapis juga memberikan tambahan pendapat terapis jika yang
disampaikan oleh klien kurang. Terapis menekankan aspek positif
perilaku untuk dapat diadopsi oleh klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan melakukan ativitas
seperti yang diperlihatkan dalam video yang sudah ditayangkan
serta mepergakan dengan orang lain
2) Membuat jadwal lanjutan
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
b) Menyepakati waktu dan tempat.
3.7 Evaluasi dan Dokumentasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yag dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi sensosri Sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah peserta mampu melakukan aktivitas seperti yang ditayangkan dalam
video tersebut, memberi tanggapan terhadap video yang sudah ditayangkan,
dan mengikuti kegiatan samapi selesai.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Kemampuan sensori: menonton video
No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Memberi pendapat tentang video


yang sudah ditayangkan
2. Kemampuan menyerap informasi
maupun aktivitas yang terdapat
didalam video
3. Mengikuti kegiatan sampai selesai
Jumlah
Petunjuk:
1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut
TAK.
2) Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√)
jika ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan: Klien mengiktuti TAK
stimulasi sensori (melihat, dan mendengar), klien mampu memberi
pendapat tentang video yang sudah ditayangkan, dan memberi tanggapan
terhadap pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai, anjurkan klien
melakukan informasi dan aktivitas yang terdapat didalam video (Keliat and
Akemat, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Adiati, H. (2020). Efektivitas Terapi Warna Terhadap Penurunan Kecemasan Pada
Tenaga Kesehatan Terkonfirmasi Covid 19. LPPM – Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, November, 430–434.
Keliat, B. A. and Akemat (2014) Keperawatan jiwa: Terapi aktivitas kelompok,
Cetakan 2016,
Rahmatina, Z. (2021). Social Support for Families Tested Positive for Covid-19 :
Dukungan Sosial Pada Keluarga yang Divonis Positif Covid-19. Proceding of
Inter-Islamic University Conference on Psychology, 1(1), 1–8.
Razi, F., Yulianty, V., Amani, S. A., & Fauzia, J. H. (2020). COVID-19 : Buku
Kesehatan Mandiri Untuk Sahabat. PD Prokami Kota Depok, 27.
Yueniwati, Y. (2021). The Covid Pedia (Opini-Refleksi-Review-Praktik Baik) (N.
Susanti, Riskiyah, & Z. S. Ulhaq (eds.); 1st ed.). Bukit Cemara Tidar.
Yurianto, A. (2020). Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada
Pandemi Covid-19. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa Dan Napza, Direktorat Jenderal Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI.
LOGBOOK KEGIATAN MAHASISWA PROFESI PENDIDIKAN NERS

Nama/NIM : Arlesiane Bida Ndjurumbha/132023143016


Program : Profesi Ners B22-2019
Periode praktik : 2 Agustus – 14 Agustus
Tahun 2021

Hari/Tanggal Jam Kegiatan Keterangan


Senin, 2 Agustus 2021 10.00 Diskusi tugas profesi keperawatan jiwa Selesai
19.00 Mengisi logbook Selesai
Senin, 2 Agustus 2021 09.10 Melakukan pembagian topik tugas Laporan Selesai
Pendahuluan
10.00 Mengerjakan Laporan Pendahuluan dengan Selesai
topik “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
Isolasi Sosial: Menarik Diri”
19.30 Mengisi logbook Selesai
Rabu, 3 Agusstus 2021 15.00 Preconference dengan ibu Hanik Selesai
16.15 Mengerjakan LK (askep kasus) Selesai
20.00 Mengisi logbook Selesai
Kamis, 4 Agustus 2021 06.00 Mengerjakan LK (askep kasus) Selesai
08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.00 Mengerjakan LP anak Selesai
07.00 Pembagian tugas kelompok Selesai
08.00 Mencari referensi mengenai “PHBS pada Selesai
keluarga saat pandemik Covid-19”
18.00 Mengisi Logbook Selesai
Jumat, 6 Agustus 2021 07.00 Mengerjakan Lk (askep kasus) Selesai
09.00 Mengerjakan SPTK Selesai
13.00 Mengerjakan LP anak Selesai
16.00 Mengerjakan materi SAP tentang “PHBS pada Selesai
keluarga saat pandemic covid-19”
19.15 Mengisi logbook Selesai
Sabtu, 7 Agustus 2021 07.00 Mengerjakan Lk (askep kasus) Selesai
08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
13.00 Mengerjakan SAP Selesai
17.00 Mengisi logbook Selesai
Minggu, 8 Agustus 2021 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
17.00 Mengisi logbook Selesai
Senin, 9 Agustus 2021 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
18.00 Mengisi logbook Selesai
Selasa, 10 Agustus 2021 09.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.00 Mengisi logbook Selesai
Rabu, 11 Agustus 2021 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.30 Mengisi logbook Selesai
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Periode 16-28 Agustus 2021

Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ah Yusuf S. S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh:

Arlesiane Bida Ndjurumbaha

NIM.132023143016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan laporan kasus asuhan keperawatan jiwa (gangguan jiwa) pada
klien dengan diagnosa keperawatan Isolasi sosial : menarik diri

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini di buat dan di ambil oleh Arlesiane Bida
Ndjurumbaha NIM.132023143016 mahasiswa B22
Program stusi pendidikan Profesi Ners

Pada praktek Tanggal 16 – 28 Agustus 2021

Surabaya, 28 Agustus 2021


Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ah Yusuf S, S.Kep.,M.Kep


NIP. 19670101 200003 1 002
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Menarik diri merupakan sebuah representative adanya kerusakan interaksi

sosial yang merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan ditrima

sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negative yang

mengancam.

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang

karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida,2012).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang

lain karena merasa kehilangan keakraban dan tidak mempunyai kesempatan

untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Seseorang mengalami kesulitan

dalam berhubungan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan

mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman

dengan orang lain (Dermawan,2013).

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya

(Yusuf,A.H&,R &Nihayati,2015)

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Berbagai faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif.

Walaupun banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang

mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan

yang spesifik tentang penyebab gangguan ini (Nyumirah,2013). Gangguan

ini mungkin disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor seperti:

a. Faktor Psikologis (Perkembangan)


Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan yang diuraikan

diatas akan mencetuskan sesorang sehingga mempunyai masalah

Respons sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu,tidak berhasil

memisahkan dirinya dari orangtua, norma keluarga tidak mendukung

hubungan dengan pihak luar, peran keluarga tidak jelas, orang tua

pencandu alkohol dan penganiayaan anak.

b. Faktor Biologi

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada

bukti terdahulu tentang terlibat neurotranmiter dalam perkembangan

gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

c. Faktor Sosio kultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat

dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap oranglain; atau

tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,

seperti:lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi

karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari

kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap

hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

2. Faktor Presipitasi

a. Stressor fisik

1) Mengalami kehilangan yang hebat seperti keguguran dapat memicu

perilaku menarik diri.

2) Menderita penyakit kronik dapat mengakibatkan penderita malu dan

dia akan menarik diri dari orang lain.

b. Stressor psikologi

1) Menarik diri dapat terjadi jika individu pada masa lalunya


mempunyai masalah dan mengakibatkan malu dan rasa sangat

bersalah.

2) Kurang kepercayaan diri akan mengakibatkan seseorang menarik diri

3) Kurangnya cinta, kasih sayang dan perasaan kehilangan juga dapat

memicu terjadinya menarik diri.

c. Stressor intelektual

1) Kurangnya pemahaman diri dan ketidakmampuan untuk berbagi

pikiran dan perasaan yang mengganggu perkembangan hubungan

dengan orang lain.

2) Klien dengan "kegagalan" dan tidak mampu untuk membangun rasa

kepercayaan dirinya akan berisiko untuk menarik diri.

d. Stressor sosio kultural

Kurangnya penghargaan atas dirinya dari lingkungan sekitarnya dapat

menyebabkan seseorang menarik diri, misalnya mendapat perlakuan

selalu direndahkan oleh orang-orang disekitarnya.

C. TANDADANGEJALA

1. Gejala subjektif

a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c. Klien merasa bosan

d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

e. Klien merasa tidak berguna

2. Gejala objektif

a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu“ya”atau“tidak” dengan


pelan

b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada

c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri

d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun

e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara

berulang-ulang

f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)

g. Ekspresi wajah tidak berseri

h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk

j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia,2011).

D. PATOPSIKOLOGI

Individu yang mengalami isolasi sosial sering kali beranggapan bahwa

sumber/penyebab isolasi sosial itu berasal dari lingkungannya. Padahalnya

rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik

terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut

dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat

mengancam harga diri (selfestreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan

kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengaan

ansietas diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat. Sumber-sumber

koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, teknik

pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai model

ekonomi dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang

menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yangberhasil.


Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa

kelebihan personal yang mungkin meliputi : aktivitas keluarga, hobi, seni,

kesehatan, dan perawatandiri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal.

Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motivasi

berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk

meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart,2007;Direja,2011).

E. POHONMASALAH

(Efek) : Risiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi

(Core Problem) : Isolasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

(Causa) : Koping tidak efektif

F. MASALAH KEPERAWATAN

MasalahKeperawatan Datayang Perlu Dikaji

Risiko Perilaku Kekerasan Subyektif:

1. Klien mengancam

2. Klienmengumpat dengan kata-kata

kotor

3. Klien mengatakan dendam dan jengkel

4. Klien mengatakan ingin berkelahi

5. Klien menyalahkan dan menuntut

6. Klien meremehkan
Isolasi Sosial: Menarik Diri Subyektif

1. Sukardi dapati jika klien menolak

berkomunikasi. Beberapa data

subyektif adalah menjawab pertanyaan

dengan singkat, seperti kata-

kata“tidak”,“iya”,“tidak tau”

2. Mengungkapkan perasaan tidak

berguna dan penolakan oleh

lingkungan

3. Mengungkapkan keraguan tentang

kemampuan yang dimiliki

Obyektif

1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

2. Menghindar dari orang lain

(menyendiri)

3. Komunikasi kurang atau tidak ada

4. Tidak ada kontak mata, klien lebih

sering menunduk

5. Berdiam diri dikamar atau tempat

terpisah

6. Menolak berhubungan dengan orang

lain

7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari

Gangguan Konsep Diri: Harga Subyektif

Diri Rendah 1. Klien merasa tidak berguna

2. Klienm engungkapkan perasaan


Obyektif

1. Kehilangan minat melakukan aktivitas

2. Klien lebih suka sendiri dan bingung

G. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Isolasi Sosial: Menarik Diri
H. RENCANA INTERVENSI

Diagnosa Perencanaan
Intervesi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

Isolasi sosial Klien dapat Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling

membina menunjukan rasa senang, ada dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan

hubungan kontak mata, mau berjabatan komunikasi terapeutik dasar untuk

saling percaya tangan, mau menjawab salam, a. Sapa klien dengan ramah baik kelancaranhu bungan

klien mau duduk verbal maupun non verbal interaksi selanjutnya

berdampingan dengan perawat, b. Perkenalkan diri dengan sopan

mau mengutarakan masalah yang c. Tanyakan nama lengkap klien dan

dihadapi. nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukan sifat empati dari

menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien

dan

h. Perhatikan kebutuhan dasar klien


Klien dapat Klien dapat menyebutkan 2. Kaji pengetahuan klien tentang Diketahuinya

menyebutkan penyebab menarik diri yang perilaku menarik diri dan tanda- penyebab akan dapat

penyebab berasal dari: tandanya dihubungkan dengan

menarik diri - Diri sendiri 3. Beri kesempatan kepada klien untuk faktor resipitasi yang

- Orang lain mengungkapkan perasaan penyebab dialami klien

- Lingkungan menarik diri atau tidak mau bergaul

4. Diskusikan dengan klien tentang

perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

5. Berikan pujian terhadap kemampuan

Klien dalam menggunakan

perasaannya

Klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Klien harus di coba

menyebutkan keuntungan berhubungan dengan manfaat dan keuntungan berhubungan berinteraksi secara

keuntungan orang lain dengan orang lain bertahap agar terbiasa

berhubungan 2. Beri kesempatan dengan klien untuk membina hubungan


Dengan orang mengungkapkan perasaan tentang yang sehat dengan

lain dan kerugian keuntungan berhubungan dengan orang lain.

tidak oranglain

berhubungan 3. Diskusikan bersama klien tentang

dengan orang lain keuntungan berhubungan dengan orang

lain

4. Beri reinforcement positif terhadap

kemampuan pengungkapan perasaan

tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain

Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat Mengevaluasi manfaat

kerugian tidak berhubungan dan kerugian tidak berhubungan yang dirasakan klien

dengan orang lain dengan orang lain sehingga timbul

2. Beri kesempatan kepada klien untuk motivasi untuk

mengungkapkan perasaan tentang berinteraksi

kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

3. Diskusikan bersama klien tentang


kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

4. Beri reinforcement positif terhadap

kemampuan pengungkapan perasaan

tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

Klien dapat Klien dapat mendemonstrasikan 1. Klien mampu membina hubungan

melaksanakan hubungan sosial secara dengan orang lain

hubungan sosial bertahap, antara: 2. Dorong dan bantu klien untuk

secara bertahap K-P berhubungan dengan orang lain melalui

K-P-K-K tahap:

P-Kel-K K-P

P-Klp K-P-P Lain

K-P-P Lain–K Lain


K-P-Kel/Klp/Masy

3. Beri reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai

4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat

berhubungan

5. Diskusikan jadwal harian yang dapat

dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan

ruangan

7. Beri reinforcement atas kegiatan klien

Dalam ruangan

Klien dapat Klien dapat mengungkapkan 1. Dorong klien untuk mengungkapkan

mengungkapka perasaannya setelah perasaannya bila berhubungan dengan

perasaanya berhubungan dengan orang orang lain

setelah lain: 2. Diskusikan dengan klien tentang

berhubungan - Diri sendiri perasaan manfaat berhubungan dengan

dengan orang - Orang lain orang lain

lain 3. Beri reinforcement positif atas


kemampuan klien mengungkapkan

manfaat berhubungan dengan orang

lain

Klien dapat Keluarga dapat: 1. Bisa berhubungan salin Keterlibatankeluargasa

memberdayakan  Menjelaskan perasaannya percaya dengan keluarga: ngatmendukungterhad

sistem  Menjelaskan cara merawat  Salam, perkenalkan diri ap

pendukung atau klien menarik diri  Sampaikan tujuan proses

keluarga mampu  Mendemosntrasikan cara  Buatkontrak perubahanperilakuklie

mengembangkan perawatan klien menarik  Eksplorasiperasaankeluarga n

kemampuan diri 2. Diskusikan dengan anggota keluarga

klien untuk  Berpartisipasi dalam tentang:

berhubungan perawatan klien menarik  Perilaku menarik diri


dengan orang diri.  Penyebab perilaku menarik diri
lain  Akibat yang akan terjadi jika
perilaku menarik diri tidak

ditanggapi

 Cara keluarga menghadapi klien

menarik diri

3. Dorong anggota keluarga untuk

memberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain

4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin

dan bergantian menjenguk klien

minimal satu minggu sekali

5. Beri reinforcement atas hal-hal yang

telah dicapai oleh keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Gosyen Publising.

Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medica

Kusumawati, faridadan HartonoYudi.2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika

Nyumirah,S.(2013). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku)

Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif Di Rsj Dr Amino Gondohutomo Semarang.

Keperawatan Jiwa, 2, 121–128. Retrieved from http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-

journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/45

Trimelia.(2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi.Jakarta: TIM

W.Stuart,G.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi5. Buku saku kedokteran. Jakarta:EGC.

Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika
LAPORAN KASUS STASE KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Stase Keperawatan Jiwa
Periode 16 – 28 Agustus 2021

Pembimbing Akademik
Prof. Dr. Ah Yusuf S. S.Kp.,M.Kes

DisusunOleh:

Arlesiane Bida Ndjurumbaha


132023143016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSIT ASAIRLANGGA
SURABAYA
2021
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Ruangan Rawat: Kenari Tanggal Dirawat :17 Agustus 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn.M (P) Tanggal Pengkajian :18 Februari 2021
Umur : 37 Tahun RM No : 135xxx
Informan : Kakak Klien

II. ALASAN MASUK


Nona M dibawa oleh kakanya karena keluyuran, suka berbicara sendiri dan tidak tidur
beberapa hari. Kakak klien bercerita jika klien dilarang pergi dari rumah maka klien akan
marah-marah dengan memukul kakak dan keluarganya serta merusak barang-barang
rumah.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? √ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil √ Kurang berhasil Tidak Berhasil
3.
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya Fisik - - - - - -
Aniaya Seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam Keluarga - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -

Jelaskan no1,2,3 :
Klien sudah 2 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dan ini merupakan kali ke 3 masuk Rumah
Sakit Jiwa, sebelumnya klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa 3 tahun yang lalu dengan keluhan
klien tiba-tiba melempar barang-barang dirumah, sejak saat itu klien meminum obat yang
diresepkan oleh dokter.Klien saat itu rutin kontrol dan minum obat. Tahun kedua klien masuk
Rumah Sakit Jiwa lagi, saat itu berdekatan dengan ayahnya meninggal. Dan saat ini klien mulai
kambuh karena tidak mau minum obat dan kontrol.

4. Adakah anggota keluargayangmengalamigangguanjiwa: Ya √ Tid ak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
(Tidak (Tidak ada) (Tidak ada)
ada)Jelaska
n:-
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Kakak mengatakan klien sebelumnya pernah dekat dengan laki-laki saat berusia 30 tahun
namun hubungan tersebut berakhir setelah 5 tahun. Laki-laki tersebut sudah menikah, saat
ditanya alasan putus, klien hanya diam dan menangis. Sejak saat itu klien menjadi sering
melamun,dan berpindah-pindah pekerjaan karena sering bertengkar dengan teman kantornya.
Klien beranggapan teman-teman kantornya mengejek klien yang belum menikah.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK
1. Tanda vital: TD:140/90 mmHg Nadi:90x/mnt Suhu: 370C RR:20x/mnt
2. Ukur :TB:162cm BB:50kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan: Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan:

Perempuan

Laki- laki

Meninggal
Klien

Tinggal satu rumah

Jelaskan: Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, klien tinggal bersama ayah, ibu dan
kakak perempuannya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri: Klien diam dan menunduk

b. Identitas : Seorang yang pendiam belum menikah diusia hampir berkepala 4

c. Peran : Bekerja sebagai akuntan di Bank ternama, sekarang sudah tidak


bekerja dan sering tinggal dirumah.

d. Ideal diri : Klien merupakan orang yang rajin dan perfeksionis, klien sangat
fokus dengan pekerjaannya

e. Harga diri : Klien merasa masih belum bisa membahagiakan ibunya dan klien
menganggap keluarga dan teman kantor mengejek belum menikah

Masalah Keperawatan: Gangguan identitas diri, Harga diri rendah kronis


3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Ayah dan ibunya yang sudah meninggal, klien mempunyai teman
atau orang terdekat untuk menceritakan masalahnya yaitu dengan kakak perempuannya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien tidak pernah mengikuti


kegiatan di lingkungan/ masyarakat dan saat di RSJ klien menolak untuk ikut dan
memilih duduk termenung didekat tempat tidur

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Saat dikaji klien hanya diam dan
menunduk, sesekali mengangguk saat ditanya sudah makan atau belum dan klien bisa
menjawab ketika ditanya mengenai namanya namun suaranya sangat pelan.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial: Menarik Diri

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan: Klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah: Klien sejak kecil merupakan anak yang rajin beribadah
MasalahKeperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan: √ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
Tidak sesuai tidak seperti
biasanya
Jelaskan: Klien jarang mau mandi dan tidak terlalu merawat diri,terlihat berantakan,
rambutnya tidak disisir,bau mulut dan terlihat kotor
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat √ Membisu √ Tidak mampu
Memulai pembicaraan
Jelaskan: Klien hanya diam dan menunduk, sesekali mengangguk saat ditanya sudah
makan atau belum dan menjawab dengan pelan ketika ditanya mengenai namanya.
Saat diajak bicara klien masih nyambung, namun klien cenderung diam dan tidak
banyak bicara
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial: Menarik Diri

3. Aktivitas Motorik:
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan: Klien tampak lesu tidak mau mengikuti kegiatan dan lebih memilih menyendiri
disudut ruangan/kamar
Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial

4. Alam Perasaan:
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Agitasi
Jelaskan: Saat ditanya alasan putus pada klien, klien hanya menangis
Masalah Keperawatan: Tidak ada
5. Afek:
√ Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan: Wajah klien terlihat tidak ada perubahan meski perawat menanyakan hal
menyedihkan maupun yang menyenangkan

Masalah keperawatan: Isolasi Sosial: Menarik Diri

6. Interaksi selama wawancara:


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata(-) Defensif Curiga

Jelaskan: Klien hanya diam dan menunduk


Masalah Keperawatan : Hambatan Interaksi Sosial
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan: Bicara Sendiri
Masalah keperawatan: Risiko GangguanPersep siSensori: Halusinasi

8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilanganasosiasi
FlightofIdeas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan:Saat diajak bicara klien masih nyambung
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik SisipPikir Siarpikir Kontrolpikir
Jelaskan:Kliendiamdan menunduk
Masalah Keperawatan: Tidak terkaji

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan: Klien dapat menyebutkan tempat,waktu,danorang


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
Gg day aingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: Klien diam dan menunduk
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: Klien diam dan menunduk


Masalah keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: Klien diam dan menunduk


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


Mengingkaripenyakityang diderita Menyalahkanhal-haldiluardirinya

Jelaskan: Klien diam dan menunduk


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak

Makanan √ Pakaian √

Keamanan √ Transportasi √

Tempat tinggal √ Uang √

Perawatan kesehatan √
Jelaskan: Klien memilik sisistem pendukung yaitu keluarga
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal BantuanTotal
Mandi √
BAB/BAK √
Kebersihan

Ganti Pakaian
Makan √

Jelaskan: Jarang mandi tidak terlalu merawat
diri
Masalah keperawatan: Defisit Perawat Diri
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien Ya Tidak
Apakah klien memisahkan diri Ya Tidak
Jika ya, jelaskan alasannya:-
Frekuensi makan perhari - kali
Frekuensi kudapan perhari - kali
Nafsu makan : Tidak Terkaji
Diet khusus : Tidak Terkaji
Jelaskan: Klien masuk Rumah Sakit karena tidak tidur selama beberapa hari
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Ya Tidak
Apakah ada masalah √
Apakah klien merasa segar setelah bangun
Apakah ada kebiasaan tidur siang
Apa yang membantu klien untuk tidur

Waktu tidur malam, jam: - ,Waktu bangun, jam: -


Beritanda“V” sesuai dengan keadaan klien:
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnabulisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan: Klien masuk Rumah Sakit Jiwa karenatidak tidur selama beberapa hari
Masalah Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan (followup) √

Jelaskan: Klien minum obat diawasi karena beberapa kali menolak minum obat
Masalah Keperawatan: Ketidakpatuhan

4. Klien memiliki sistim pendukung

Ya Tidak
Keluarga √
Profesional/terapis

Teman sejawat √
Kelompok sosial √

Jelaskan: Klien tinggal dengan kakak perempuan dan diawasi olehnya


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang Ya Tidak


menghasilkan atau hobi

Jelaskan: Sejak putus kliensering melamun dan pindah-pindah pekerjaan karena sering
bertengkar dengan teman kerja
Masalah keperawatan: Tidak terkaji
VIII. Mekanisme Koping Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

Jelaskan: Klien marah-marah saat keluarga/teman kantor berkumpul dan tertawa dan menuduh
mereka mengejek klien
Masalah keperawatan: Koping Individu Tidak Efektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik Klien beranggapan teman-temannya mengejek
karena belum menikah

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Klien menolak ikut kegiatan dan memilih
duduk termenung didekat tempat tidur

Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
pendidikannya

Masalah dengan pekerjaan, spesifik Klien dulu bekerja sebagai akuntan di bank ternama.
Sekarang klien tidak bekerja dan lebih sering tinggal dirumah

Masalah dengan perumahan, spesifik Klien tinggal dengan orang tua dan kakak perempuannya

Masalah dengan ekonomi, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah ekonomi

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, spesifik Klien sering termenung duduk didekat tempat tidurnya

Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping √ Obat-obatan
Lainnya: Klien menolak minum obat karena merasa hannya menambah sakit
Masalah keperawatan: Defisit Pengetahuan

XI. DATA LAIN-LAIN


Tidak ada
XII. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis: Tidak Terkaji
Terapi medis: Tidak Terkaji
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial: Menarik Diri
2. Defisit Perawatan Diri
3. Hambatan Interaksi Sosial
4. Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
5. Gangguan Pola Tidur
6. Ketidakpatuhan
7. Koping Individu Tidak Efektif
8. Defisit Pengetahuan

Surabaya,18 Agustus 2021

(Arlesiane Bida Ndjurumbaha)


ANALISADATA

Nama: Nn.M No.RM:135xxx Ruangan: Kenari

DATA ETIOLOGI MASALAH TT


KEPERAWATAN
Data subyektif: Defisit Perawatan Diri Isolasi Sosial:
Klienmenolak ikut kegiatan Menarik Diri
Dan memilih duduk termenung
Isolasi Sosial:
didekat tempat tidur
Menarik diri

Data obyektif:
Afek datar,menyendiri Harga Diri Rendah
dikamar,menunduk tidak ada Kronis
kontak mata

Datasubyektif: Isolasi Sosial: Harga Diri Rendah


Klien beranggapan teman- Menarik Diri Kronis
temannya mengejek
karenaklienbelummenikahd
Harga Diri
iusiakepala 4 Rendah Kronis

Data obyektif:
Berbi cara pelan,diam Koping Tidak Efektif
Menunduk sering menyendiri di
kamar

Datasubyektif: Pemeliharaan Defisit Perawatan Diri


Jarang mau mandi, tidak terlalu kesehatan tidak
Merawat diri, rambut efektif
tidak disisir
Defisit
Data obyektif: PerawatanDiri
Terlihat berantakan,bau mulut,
Terlihat kotor
Isolasi Sosial:
Menarik Diri
POHONMASALAH

(Effect) Defisit Perawatan Diri

(CoreProblem) Isolasi Sosial: Menarik Diri

(Causa) Harga Diri Rendah Kronis

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Isolasi Sosial: Menarik Diri


2. Defisit Perawatan Diri
3. Harga Diri Rendah Kronis
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR

Inisial Klien: Nn.M Ruangan: Kenari NoRM:135xxx

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosis Tujuan Jangka Intervensi Rasional
Tujuan Jangka Pendek
Panjang
Isolasi Sosial: Klien mau TUK 1 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
Menarik Diri bersosialisasi Klien dapat membina percaya dengan merupakan langkah
dengan orang lain hubungan saling percaya menggunakan prinsip awalm enentukan
setelah dilakukan tindakan komunikasi terapeutik keberhasilan rencana
keperawatan 2 kali interaksi a. Sapa klien dengan nama perawatan selanjutnya.
klien menunjukkan: baik verbal maupun non Kepercayaan klien
1. Ekspresi wajah bersahabat verbal mempermudah perawat
2. Menunjukkan rasa senang b. Perkenalkan diri dengan sopan melakukan pendekatan dan
3. Mau berjabat tangan c. Tanyakan nama lengkap dan memperlancar proses interaksi
4. Mau menyebutkan nama panggilan yang disukai
nama dan menjawab klien
salam d. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji
berdampingan dengan f. Tunjukkan sikap empati
perawat dan orang dan menerima klien apa
lain adanya
6. Mau mengutarakan g. Berikan perhatian kepada
masalah yang klien dan perhatian kebutuhan
dihadapi dasar klien
TUK 2 2. Kaji pengetahuan klien Mengetahui tanda-tanda dan
Klien dapat menyebutkan tentang perilaku menarik diri gejala menarik diri
penyebab, tanda dan dan tandanya selanjutnya sebagai dasar
gejalaisolasi sosial setelah 2 3. Tanyakan pada klien tentang: menentukan intervensi
kali interaksi klien a. Orang yang tinggal serumah Sebagai salah satu cara
menunjukkan: dengan klien membina hubungan saling
1. Penyebab isolasi sosial b. Orang yang paling percaya
a. Diri sendiri dekat dengan klien
b. Keluarga dirumah
c. Orang lain c. Apa yang membuat klien
2. Tanda dan gejala isola dekat dengan orang
sisosial tersebut
a. Tidak mau berinteraksi d. Orang yang tidak dekat
dengan orang lain dengan klien dirumah atau
b. Ekspresi sedih, diruangan perawat
afek datar e. Apa yang membuat klien
c. Menghindari orang tidak dekat dengan orang
lain dan memisahkan tersebut
diri dari orang lain f. Upaya yang sudah dilakukan
d. Menyendiri dikamar, agar dekat dengan orang
berdiam diri tersebut
e. Tidak ada kontak 3. Diskusikan dengan klien
mata,sering menunduk penyebab menarik diri/tidak mau
Tidak melakukan kegiatan bergaul dengan orang lain
sehari-hari, perawatan diri 4. Diskusikan dengan klien apa
kurang
saja tanda dan gejala menarik
diri
b. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 1. Kaji pengetahuan klien tentang Memotivasi klien untuk
Klien mampu menyebutkan keuntungan memiliki teman dan berhubungan sosial setelah
keuntungan hubungan sosial kerugian bila tidak berinteraksi mengetahui manfaat
dan kerugian menarik diri dengan orang lain hubungan sosial dan kerugian
setelah 2 kali interaksi klien 2. Beri kesempatan kepada klien menarik diri
dapat menyebutkan: untuk berinteraksi dengan Klien harus dicoba
1. Keuntungan orang lain berinteraksi secara bertahap
berhubungansosial 3. Diskusi bersama klien tentang agar terbiasa membina
a. Banyak teman Keuntungan berinteraksi Hubungan yang sehat dengan
b. Tidak kesepian dengan orang lain dan tentang orang lain.
c. Dapat berdiskusi, dll kerugian bila tidak berinteraksi
2. Kerugian menarik diri dengan orang lain
a. Sendiri,tidak memiliki 4. Beri pujian terhadap
teman kemampuan klien
b. Kesepian mengungkapkan perasaannya
Tidak bisa diskusi

TUK4 Melatih klien berhubungan


1. Kaji kemampuan klien
Klien dapat melaksanakan sosial secara bertahap
membina hubungan dengan
hubungan sosial secara Meningkatkan rasa percaya
orang lain
bertahap sosial diri klien
2. Beri motivasi dan bantu klien
secarabertahap setelah 2 Mengevaluasi manfaat yang
untuk berkenalan / berkomunikasi
kali interaksi dengan: dirasakan klien sehingga timbul
dengan perawat lain, klien lain,
1. Perawat motivasi untuk berinteraksi
kelompok
2. Perawat lain
3. Libatkan klien dalam terapi
3. Kelompok
aktivitas kelompok
sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai jadwal
Defisit Perawatan Klien dapat TUK1 1. Diskusikan dengan klien:
Diri : Mandi dan melakukan Klien mengetahui pentingnya a. Penyebab klien tidak
Berpakaian perawatan diri perawatan diri setelah 2 kali merawat diri
secara mandiri interaksi dengan klien b. Manfaat menjaga perawatan
menyebutkan: diri untuk keadaan fisik,
1. Penyebab tidak mental dan sosial
merawatdiri c. Tanda-tanda perawatan diri
2. Manfaat menjaga perawatan Yang baik
diri d. Penyakit atau gangguan
3. Tanda-tanda bersih kesehatan yang bisa dialami
dan rapi oleh klien bila perawatan diri
3. Gangguan yang dialami jika tidak adekuat
perawatan diri tidak 2. Beri pujian untuk setiap respon
diperhatikan klien yang positif

TUK2 1. Diskusikan frekuensi menjaga


Klien mengetahui cara perawatan diri: mandi, gosok
perawatan diri, setelah 2 kali gigi, keramas, berpakaian,
interaksi dengan kriteria hasil: berhias, gunting kuku
1. Klien menyebutkan 2. Diskusikan cara praktek
frekuensi perawatan diri: perawatan diri yang baik dan
frekuensi mandi, gosok benar: mandi, gosok gigi,
gigi, keramas, ganti keramas, berpakaian,
pakaian, berhias, berhias, gunting kuku
gunting kuku 3. Berikan pujian untuk
2. Klien menjelaskan cara setiap respon klien yang
perawatan diri: cara positif
mandi, gosok gigi,
keramas, berpakaian,
berhias, dan gunting
kuku
TUK3 1. Bantu klien saat perawatan diri:
Klien dapat melaksanakan mandi, gosok gigi, keramas,
perawatan diri dengan bantuan berpakaian, berhias, gunting
perawat, setelah 2 kali kuku
interaksi 2. Beri pujian setelah klien
1. Mandi selesai melaksanakan
2. Gosok gigi perawatan diri
3. Keramas
4. Berpakaian
5. Berhias
4. Gunting kuku
TUK4 1. Pantau klien dalam melaksanakan
Klien dapat melaksanakan perawatan diri: mandi, gosok
perawatan diri secara mandiri, gigi, keramas, berpakaian,
setelah 2 kali interaksi, dengan berhias, guntung kuku
kriteria hasil: 2. Beri pujian saat klien
1. Mandi 2x sehari melaksanakan perawatan dari
2. Gosok gigi 2x sehari secara mandiri
3. Keramas 2x seminggu
4. Ganti pakaian 1x sehari
5. Berhias setelah mandi
6. Gunting kuku saat mulai
panjang
Harga diri rendah: Klien dapat TUK 1 1. Diskusikan kemampuan dan
kronis melakukan Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
aktivitasnya kemampuan dan aspek positif kliendan buat daftarnya jika klien
sehari-hari yang dimiliki, setelah 2 kali tidak mampu mengidentifikasi
interaksi,dengan kriteria: maka dimulai oleh perawat untuk
1. Kemampuan yang memberi pujian pada aspek positif
dimiliki klien yang dimemiliki klien
2. Aspek positif keluarga 2. Setiap bertemu klien
3. Aspek positif hindarkan memberi penilaian
lingkungan yang negatif
dimiliki klien 3. Utamakan memberi pujian
yang realistis

TUK 2 1. Diskusikan dengan klien


Klien dapat menilai kemampuan yang masih
kemampuan yang dimiliki dapat dilaksanakan selama
yang dapat digunakan sakit
2. Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya
TUK 3 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat membuat beberapa aktivitas yang dapat
rencana kegiatan harian dilakukan dan dipilih sebagai
sesuai kemampuan kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
2. Bantu klien menetapkan
aktivitas yang dapat dilakukan
setiap harisesuai kemampuan
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
sebagian
c. Kegiatan yang membutuhkan
bantuan total
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan
4. Susun bersama klien dan buat
daftar aktivitas kegiatan
sehari-hari
TUK 4 1. Beri kesempatan pada klien
Klien melakukan kegiatan untuk mencoba kegiatan
sesuai kondisi dan yang telah direncanakan
kemampuannya 2. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
TUK 5 1. Beri pendidikan kesehatan
Klien memanfaatkan sistem pada keluarga tentang cara
pendukung yang ada merawat klien dengan harga
dikeluarga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien
dirawat
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FKp UNAIR

Inisial Klien: Nn.M Ruangan: Kenari No RM: 135xxx

TGL DIAGNOSA TTD


IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
18/08/20 Isolasi sosial : SP1 S:
21 Menarik diri 1. Membina hubungan saling percaya - Klien mengatakan”pagi”
a. Mengucapkan salam saat bertemu dengan - “Nama sayaB”.
pasien. O:
b. Memperkenalkan diri kepada pasien - Klien mau berjabat tangan saat
dengan sopan. kenalan
c. Menjelaskan tujuan pertemuan. - Klien selalu menghindar dari
d. Menanyakan nama lengkap dan nama Orang lain
panggilan - Klien selalu menyendiri dan
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial Memilih tidur
3. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan - Klien tampak apatis dan afek
bila berhubungan dengan orang lain datar
4. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian - Klien tidak banyak bicara, klien
bilatidak berhubungan dengan orang lain menunduk kontak mata
5. Mengajarkan klien cara berkenalan kurang
6. Menganjurkan klien memasukan kegiatan A: SP1 belum teratasi
latihan berkenalan kedalam kegiatan harian.
P: Tingkatkan BHSP dan lanjutkan SP 1
19/08/20 Isolasi sosial : SP1 S:
21 Menarik pen diri 1. Membina hubungansalingpercaya - Klien mengatakan selamat pagi
dengaran a. Mengucapkan salam saat bertemu dengan dan menjawab salam dengan
pasien. baik.
b. Memperkenalkan diri kepada pasien - Saat ditanya penyebab
dengan sopan. menarikdiri klien mengatakan
c. Menjelaskan tujuan pertemuan. malas dan tidak suka berbicara
d. Menanyakan nama lengkap dan nama dengan orang lain dan supaya
panggilan tidak emosi.
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial - Pasien mengatakan tidak mau
berkenalan dengan orang lain.
3. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan O:
bila berhubungan dengan orang lain -Pasien tampak menyendiri.
4. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian -Saat diajak bicara pandangan
bilatidak berhubungan dengan orang lain kearahlain.
5. Mengajarkan klien cara berkenalan - Klien diam saat diajak berdiskusi
6. Menganjurkan klien memasukan kegiatan - Klien menolak berjabat tangan
latihan berkenalan kedalam kegiatan harian. dengan pasien lain.
A: SP1 belum teratasi

P: Tingkatkan BHSP, lanjutkan SP1

20/08/20 Isolasi sosial : SP1 S:


21 Menarik diri 1. Membina hubungan saling percaya -Klien menjawab salam,
- Mengucapkan salam saat bertemu dengan menceritakan tinggal bersama
pasien. kakaknya dan penyebab
- Memperkenalkan diri kepada pasien menyendiri karena takut diejek
dengan sopan. dan ditertawakan karena belum
- Menjelaskan tujuan pertemuan. Menikah
- Menanyakan nama lengkap dan nama - Klien mengatakan bersedia
panggilan Berkenalan dengan orang lain
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial - Klien mengatakan berusaha
3. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berbincang-bincang dengan orang
bila berhubungan dengan orang lain lain.
4. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain O:
5. Mengajarkan klien cara berkenalan - Pasien menjelaskan keuntungan
6. Menganjurkan klien memasukan kegiatan dan kerugian bila tidak
latihan berkenalan kedalam kegiatan harian. berinteraksi dengan orang lain
- Saat diajak bicara klien menatap
lawan bicara

A: SP1 teratasi

P: Intervensi dilanjutkan ke SP2


21/08/20 Isolasi Sosial: SP2 S:
21 Menarik diri 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan takut berkenalan
2. Memberikan kesempatan klien dengan orang lain
mempraktekan cara - Klien mengatakan berusaha
berkenalan berbincang-bincang dengan
3. Mengajarkan klien berkenalan orang lain.
dengan orang pertama
O:
4. Menganjurkan klien
- Klien sering terlihat
memasukkan kedalam kegiatan
menyendiri atau memilih tidur
harian.
A : SP2 belum teratasi

P: Lanjutkan SP 2 implementasi 2,3 dan


4

22/08/20 Isolasi Sosial: SP2 S:


21 Menarik diri 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan tadi
2. Memberikan kesempatan klien berkenalan dengan P
mempraktekan cara berkenalan - “asalnya dari Lamongan”
3. Mengajarkan klien berkenalan dengan
orang pertama O:
4. Menganjurkan klien memasukkan kedalam - Klien berkenalan dengan pasien
kegiatan harian. lain
- Klien tampak berbincang –
bincang dengan pasien lain.
- Klien tidak menyendiri, ikut
bergabung dengan pasien lain
- Klien terlihat berkenalan dengan
pasien lain sambil berjabat tangan
- Klien terlihat berbicara dengan
pasien lain walaupun Cuma
sebentar dan masih sering
terlihat menyendiri atau memilih
tidur
A : SP2 teratasi

P: Lanjutkan SP3

23/08/20 Isolasi Sosial: SP3: S:


21 Menarik diri 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien - Klien mengatakan tadi
2. Memberikan kesempatan klien berkenalan dengan perawat M
mempraktekan cara berkenalan dengan
orang pertama O:
- Klien duduk dengan perawat M.
3. Melatih klien berinteraksi secara
- Klien dan perawat M tampak
bertahap dengan orang kedua
tidak saling bicara.
4. Menganjurkan klien memasukkan
- Klien tersenyum waktu
kedalam kegiatan harian.
berbicara dengan petugas.
- Klien tampak tenang.

A: SP3 implementasi1dan 2 teratasi

P: Lanjutkan SP3 implementasi 1, 3 dan 4


24/08/20 Isolasi Sosial: SP3: S:
21 Menarik diri 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien - Klien mengatakan senang
2. Melatih klien berinteraksi secara bisa berbicara dengan perawat
bertahap dengan orang kedua M
O:
3. Menganjurkan klien memasukkan
- Klien tampak ceria
kedalam kegiatan harian. - Klien tampak tenang
-
A: SP3 implementasi 1,3 dan 4 berhasil

P: Intervensi dihentikan
1. danmenari
LAPORAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Stase Keperawatan Jiwa


Periode 16-28 Agustus 2021

Pembimbing Akademik
Prof. Dr. Ah Yusuf S. S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh:

Arlesiane Bida Ndjurumbaha


132023143016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA HARIAN

Hari/Tanggal : Rabu, 18 Agustus 2021


Waktu : 09.00 WIB
Pertemuan ke-1 (TUK 1)
PROSES KEPERAWATAN PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Kondisi klien Diam, a. Orientasi
menunduk, menyendiri Salam terapeutik
dikamar, belum mandi, bau “Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya Arlesiane Bida
mulut, rambut tidak disisir, Ndjurumbaha ,bisa dipanggil Arlene, saya mahasiswa
terlihat kotor dan berantakan. keperawatan unair. Saya praktek disini mulai hari ini
b. Diagnosa sampai tanggal 28 Agustus 2021 dari jam 08.00-14.00
keperawatan Isolasi WIB. Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
sosial Evaluasi
c. Tujuan khusus: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
Klien dapat membina Kontrak
hubungan saling percaya “saya ingin berkenalan dengan Ibu, bagaimana kalau
d. Tindakan keperawatan kita berbincang-bincang sekarang untuk saling lebih
Membina hubungan saling mengenal.
percaya Waktu
“Berapa lama Ibu ingin berbincang-bincang?
Bagaimana kalau selama 15 menit saja?”
Tempat
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya?
Kita bisa berbincang disini sajakalau Ibu mau”
Tujuan
“Saya ingin berbincang-bincang tentang penyebab Ibu
menyendiri”
b. Kerja
“Apakah Ibu masih suka menyendiri?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang
menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan orang lain?”
c. Terminasi
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
bincang tadi?”
Objektif
“ Coba Ibu ceritakan perasaanIbu saat ini”
Tindak lanjut
“tadi saya sudah berkenalan dengan Ibu, saya harap
ibu mengingat nama saya dan dapat berbicara dengan
saya dipertemuan selanjutnya.”
Kontrak yang akan datang
“Saya senang bisa berkenalan dengan Ibu hari ini,
bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang untuk
lebih saling mengenal? ”
Waktu
“Kapan Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya? Berapa lama Ibu ingin berbincang-
bincang? Bagaimana kalau jam 09.00 selama 15 menit
saja?”
Tempat
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya?
Kita bisa berbincang disini saja kalau Ibu mau”
Tujuan
“Saya ingin berbincang-bincang kembali tentang
penyebab Ibu menyendiri”
Hari/Tanggal: Kamis, 19 Agustus 2021
Waktu : 09.00 WIB
Pertemuan ke-2 (TUK1 dan TUK 2)
PROSES KEPERAWATAN PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Kondisi klien a. Orientasi
Klien mengangguk,menjawab Salam terapeutik
salam, menyendiri di kamar, “Selamat pagi Ibu (Nn.M), masih mengingat saya,
belum mandi, bau mulut, nama saya Arlesiane Bida Ndjurmbaha, bisa dipanggil
rambut tidak disisir, terlihat Arlene, saya mahasiswa keperawatan unair. Saya
kotor dan berantakan. praktek disini mulai hari ini sampai tanggal 28
b. Diagnosa Agustus 2021 dari jam 08.00-14.00 WIB”
keperawatan Isolasi Evaluasi
sosial “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
c. Tujuan khusus: Kontrak
- Klien dapat membina “sesuai dengan janjian kita kemarin, hari ini saya ingin
hubungan saling mendengarkan penyebab Ibu menyendiri”
percaya Waktu
- Klien menyebutkan “sesuai dengan janji, kita akan membicarakan selama
penyebab isolasi sosial 15 menit”
d. Tindakan keperawatan Tempat
membina hubungan saling “sesuai kesepakatan ,kita berbincang-bincang disini”
percaya Tujuan
e. Mengidentifikasi penyebab “Saya ingin berkenalan dengan Ibu dan mengetahui
isolasi sosial klien penyebab Ibu menyendiri”
b. Kerja
“Dengan siapa ibu tinggal serumah?”
“Siapa yang paling dekat dengan ibu?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
ketika bergaul dengan orang lain?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan orang lain?”
c. Terminasi
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
bincang tadi?”
Objektif
“Coba Ibu ceritakan perasaan Ibu saat ini”
Tindak lanjut
Ibu mengingat nama saya dan dapat berbicara tentang
penyebab Ibu menyendiri dengan saya di pertemuan
selanjutnya.”
Kontrak yang akan datang
“Saya senang bisa berkenalan dengan Ibu hari ini,
bagaimana kalua besok kita berbincang-bincang untuk
lebih saling mengenal?”
Waktu
“Kapan Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya? Berapa lama Ibu ingin berbincang-
bincang? Bagaimana kalau jam 09.00 selama 15 menit
saja?
Tempat
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya?
Kita bisa berbincang disini saja kalau Ibu mau”
Tujuan
“Saya ingin berbincang-bincang
Kembali tentang penyebab Ibu menyendiri dan
Keuntungan berinteraksi dengan orang lain”
Hari/Tanggal: Jumat, 20 Agustus 2021
Waktu : 09.00WIB
Pertemuan ke-3 (TUK 2 dan TUK 3)
PROSES KEPERAWATAN PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Kondisi klien a. Orientasi
Klien mengangguk, kontak Salam terapeutik
mata saat menjawab salam, “Selamat pagi Ibu (Nn.M), masihmengingat saya,
menyendiri dikamar, belum nama saya Arlesiane Bida Ndjurumbaha, bisa
mandi, bau mulut, rambut dipanggil Arlene, saya mahasiswa keperawatan unair.
tidak disisir, terlihat kotor dan Saya praktek disini mulai hari ini sampai tanggal 28
berantakan. Agustus 2021 dari jam 08.00-14.00WIB.
b. Diagnosa Evaluasi
keperawatan Isolasi “Bagaimana perasaan Ibuhari ini?”
sosial Kontrak
c. Tujuan khusus: “sesuai dengan janjian kita kemarin, hari ini saya ingin
- Klien dapat membina mendengarkan penyebab Ibu menyen diri dan
hubungan saling keuntungan berhubungan dengan orang lain” Waktu
percaya “sesuai dengan janji, kita akan membicarakan selama
- Klien menyebutkan 15 menit”
penyebab isolasi sosial Tempat
- Klien menyebutkan “sesuai kesepakatan ,kita berbincang-bincang disini”
keuntungan Tujuan
berhubungan sosial “Saya ingin berkenalan dengan Ibu, mengetahui
d. Tindakan keperawatan penyebab Ibu menyendri, dan berbincang tentang
- Membina keuntungan berhubungan dengan orang lain”
hubungan saling b.Kerja
percaya “Dengan siapa ibu tinggal serumah?”
- Mengidentifikasi “Siapa yang paling dekat dengan ibu?”
penyebab Isolasi “Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
sosial klien ketika bergaul dengan oranglain?”
- Mendiskusikan “Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau
dengan klien tentang bercakap-cakap dengan orang lain?”
keuntungan “Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai
berinteraksi dengan teman?”
orang lain. “Kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan
keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain, yaitu
Ibu punya banyak teman, saling bercerita, dan tidak
selalu sendirian”
c. Terminasi
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
bincang tadi?”
Objektif
“Coba Ibu ceritakan kembali keuntungan berhubungan
dengan orang lain”
Tindak lanjut
“Ibu tadi sudah bercerita tinggal bersama kakaknya
dan menyendiri karena takut diejek dan ditertawakan
karena belum menikah. Saya harap Ibu dapat
menceritakan kembali keuntungan punya teman
dengan saya dipertemuan selanjutnya.”
Kontrak yang akan datang
“Saya senang bisa berkenalan dengan Ibu
hari ini, bagaimana kalu besok kita
berbincang-bincang untuk lebih saling
mengenal?”
Waktu
“Kapan Ibu punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya? Berapa
lama Ibu ingin berbincang-bincang?
Bagaimana kalau jam 09.00 selama 15
menit saja?
Tempat
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang
dengan saya? Kita bisa berbincang disini
saja kalau Ibu mau”
Tujuan
“Saya ingin berbincang-bincang kembali
tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain dan kerugiannya menyendiri,
serta mengajarkan cara berkenalan dengan
perawat lain”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
ketika bergaul dengan orang lain?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan orang lain?”
“Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai
teman?”
“Kalau Ibu tidak tahu saya akan
memberitahukan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain, yaitu Ibu
punya banyak teman, saling bercerita, dan
tidak selalu sendirian”
Hari/Tanggal: Sabtu, 21 Agustus 2021
Waktu :09.00WIB
Pertemuan ke-4 (TUK 3 dan TUK 4)
PROSES KEPERAWATAN PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Kondisi klien a. Orientasi


Klien mengangguk, wajah Salam terapeutik
tersenyum, kontak mata saat “Selamat pagi Ibu (Nn.M), masih mengingat saya,
menjawab salam, menyendiri nama saya Arlesiane Bida Ndjurumbaha, bisa
di kamar, belum mandi, bau dipanggil Arlene, saya mahasiswa keperawatan unair.
mulut, rambut tidak disisir, Saya praktek disini mulai hari ini sampai tanggal 28
terlihat kotor dan berantakan. Agustus 2021 dari jam 08.00-14.00WIB.
b. Diagnosa Evaluasi
keperawatan Isolasi “Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
sosial Kontrak
c. Tujuan khusus: “sesuai dengan janjian kita kemarin, hari ini saya ingin
- Klien dapat membina Ibu menceritakan kembali keuntungan berhubungan
hubungan saling dengan orang lain, kerugian menyendiri, dan
percaya
mengajarkan cara berkenalan”
- Klien menyebutkan
keuntungan Waktu
berhubungan sosial dan “sesuai dengan janji, kita akan membicarakan selama
kerugian menarik diri 15 menit”
- Klien dapat
Tempat
melaksanakan hubungan
sosial dengan perawat “sesuai kesepakatan, kita berbincang-bincang disini”
lain Tujuan
d. Tindakan keperawatan “Saya ingin Ibu menceritakan keuntungan
- Membina hubungan berhubungan dengan orang lain, kerugian menyendiri,
saling percaya dan mengajarkan cara berkenalan”
- Mendiskusikan b. Kerja
dengan klien tentang “Menurut ibu apa keuntungan kita kalau
keuntungan mempunyai teman?”
berinteraksi dengan “Wah benar, kita mempunyai teman untuk
orang lain dan bercakap-bercakap.”
kerugian menarik “Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan
diri beberapa)”
- Mengajarkan “Kalaubegitu ingin ibu belajar berteman dengan orang
klien cara lain?”
berkenalan “KalauIbu tidak mau, kerugian tidak mau
dengan perawat lain berinteraksi dengan orang?”
“Ibu tidak punya teman, tidak bisa saling
bercerita.”
c. Terminasi
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
bincang tadi?”
Objektif
“Coba Ibu ceritakan kembali keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian menyendiri”
Tindak lanjut
“tadi saya sudah mendengar Ibu bercerita keuntungan
berhubungan dengan orang, bisa mempunyai teman
dan bisa curhat, saya harap Ibu dapat menceritakan
kerugian menyendiri dengan saya dan mau berkenalan
dengan perawat lain dipertemuan selanjutnya.”
Kontrak yang akan datang
“Saya senang bisa berkenalan dengan Ibu hari ini,
bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang untuk
lebih saling mengenal?”
Waktu
“Kapan Ibu punya waktu untuk berbincang- bincang
dengan saya? Berapa lama Ibu ingin berbincang-
bincang? Bagaimana kalau jam 09.00 selama 15 menit
saja?
Tempat
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya?
Kita bisa berbincang disini saja kalau Ibu mau”
Tujuan
“Saya ingin berbincang-bincang kembali tentang
kerugian menyendiri dan mengajarkan cara berkenalan
dengan perawat lain”
SATUAN ACARA KEGIATAN
“MANAJEMEN MENJAGA KESEHATAN JIWA SELAMA PANDEMI COVID-19”

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ah Yusuf S, S.Kp.,M.Kep

Oleh:
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
NIM 132023143016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
Latar Belakang

Gangguan kesehatan jiwa pada pasienjiwa bermacam-macam, salah satunya adalah

menarik diri. Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik

perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada

mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam

berhubungan dengan orang lain. Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan atau

stimulus yang adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan

terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan

kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri

kurang dan kegiatan hidup sehari-hari kurang adequat. Klien menarik diri juga mengalami

penurunan harga diri karena kurangnya kepercayaan diri.Kecenderungan menarik diri

merupakan gejala penyimpangan sosial yang tidak asertif lagi bagi remaja dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kecenderungan menarik diri ditandai dengan

perilaku anak yang melarikan diri dari kelompok, penyendiri, suka mengasingkan diri,

pendiam dan cenderung introvert.

Berdasarkan penelitian terdahulu perilaku menarik diri terjadi dibeberapa instansi baik

sekolah menengah pertama maupun menengah atas. Fenomena menarik diri ini bukan

merupakan sebuah perilaku yang diturunkan atau dibawa sejak lahir melainkan perilaku yang

dihasilkan oleh pengintegrasian antara pola pikir dan perilaku. Perilaku ini merugikan

individu dalam hal perkembangan pribadi, sosial, dan moral karena individu tidak bisa secara

optimal dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini dapat diatasi dengan

cara mengubah pola berpikir yang positif agar terbentuk perilaku yang adaptif, yaitu dengan

menggunakan konseling kelompok kognitif perilaku berupa strategi cognitive restructuring

dan self monitoring.

Dampak menarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia yang dikaji menggunakan

teori Abraham Maslow antara lain adalah secara fisiologis individu tidak memiliki motivasi

untuk makan, minum dan kurang memperhatikan kebutuhan lain seperti kebutuhan istirahat
dan tidur, karena asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada minat untuk

memperhatikan diri dan keberhasilannya. Secara psikologis individu yang menarik diri

cenderung merasa cemas, gelisah, takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak

aman dan cenderung memisahkan diri dari orang lain. Dari segi harga diri individu

mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna, serta mengkritik diri sendiri.

Dalam hal aktualisasi diri individu akan merasa tidak percaya diri, merasa dirinya tidak

pantas menerima pengakuan dan penghargaan dari orang lain dan klien akan merasa rendah

diri untuk meminta pengakuan dari orang lain.


SATUAN ACARA KONSELING

Topik : Kesehatan Jiwa


Sub Topik : Manajemen Menjaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi Covid-19
Sasaran : Masyarakat pengguna media sosial (Instagram, Facebook)
Tempat : Media sosial
Hari ,Tanggal : Rabu, 27 Agustus 2021
Waktu : 10 Menit

1. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Diharapkan masyarakat dapat memahami materi mengenai manajemen menjaga

kesehatan jiwa selama pandemi covid-19

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

a. Masyarakat dapat mengetahui definisi kesehatan jiwa

b. Masyarakat dapat mengetahui dampak pandemi covid-19 pada kesehatan jiwa

c. Mesnyarakat dapat mengetahui bagaimana menjaga kesehatan jiwa selama

pandemi covid-19

3. SASARAN

Masyarakat pengguna media sosial

4. MATERI

a. Definisi Kesehatan Jiwa

b. Dampak Pandemi Covid-19 Pada Kesehatan Jiwa

c. Menjaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi Covid-19

5. METODE

Diskusi / Tanya Jawab melalui kolom komentar

6. MEDIA

Poster
7. EVALUASI

1. Evaluasi struktur

Penyampaian materi dengan media poster di sosial media

2. Evaluasi proses

Masyarakat sangat antusias melihat poster yang sudah di upload di sosial media

Masyarakat mengajukan pertanyaan dan menjawab di kolom komentar di sosial

media

3. Evaluasi hasil

Masyarakat mampu memahami tentang kesehatan jiwa


MATERI PENYULUHAN
“MANAJEMEN MENJAGA KESEHATAN JIWA SELAMA PANDEMI COVID-19”

A. Definisi Kesehatan Jiwa

Kesehatan mental merupakan kondisi individu yang terbebas dari segala bentuk

gejala hangguan mental. Individu yang sehat secara mental akan dapat berfungsi secara

normal dalam menjalankan kehidupan dan dapat beradaptasi untuk menghadapi masalah

masalah sepanjang kehidupan dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres

(Putri et al., 2015). Kesehatan mental lebih dari sekedar gangguan mental. Dimensi

positif kesehatan mental yang ditekankan oleh WHO sebagaimana tertuang dalam

konstitusinya bahwa kesehatan adalah keadaan yang lengkap kesejahteraan fisik,

mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Konsep

kesehatan mental meliputi kesejahteraan, self efficacy yang dirasakan, otonomi,

kompetensi dan pengakuan untuk mewujudkan potensi intelektual dan emosional

(WHO, 2003).

Penyakit mental yang paling umum adalah kecemasan dan gangguan depresi.

Paling ekstrim orang dengan gangguan depresi mungkin tidak dapat bangun dari

tempat tidur atau merawat dirinya secara fisik dan orang dengan gangguan kecemasan

tertentu mungkin tidak dapat meninggalkan rumah atau mungkin memiliki ritual

kompulsif untuk membantu meringankan ketakutan (Departement of Health Australia,

2017).

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga terpaksa mengadakan adaptasi atau

penyesuaian diri untuk menaggulangi stresor (tekanan mental) yang timbul. Namun

tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasinya sehingga

menimbulkan gangguan jiwa. Jenis stresor psikososial, yaitu perkawinan misalnya

pertengkaran, perpisahan, perceraian, ketidaksetiaan, kematian salah satu pasangan


kemudian problem oang tua meliputi tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan

anak dan anak sakit. Hubungan Interpersonal dimana gangguan ini dapat berupa

konflik dengan rekan kerja, konflik dengan atasan dan bawahan kemudian masalah

lingkungan hidup meliputi pindah tempat tinggal dan penggusuran. Pekerjaan meliputi

kehilangan pekerjaan, pensiun, pekerjaan terlalu banyak kemudian keuangan,

perkembangan, penyakit fisik atau cidera, faktor keluarga dan lain-lain (Kemenkes RI,

2019).

B. Dampak Pandemi Covid-19 Pada Kesehatan Jiwa

Menurut WHO (2020) munculnya pandemi menimbulkan stres pada berbagai

lapisan masyarakat. Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan sistematis tentang

dampak COVID 19 terhadap kesehatan mental, namun sejumlah penelitian terkait

pandemi menunjukkan adanya dampak negative terhadap kesehatan mental

penderitanya (Kemenkes RI, 2020a). Ketakutan, kekhawatiran dan stres adalah respons

normal terhadap ancaman yang dirasakan atau nyata dan pada saat dihadapkan pada

ketidakpastian atau yang tidak diketahui (WHO, 2020c). Pandemi covid-19

merupakan bencanan non alam yang dapat memberikan dampak pada kondisi

kesehatan jiwa dan psikososial (Kemenkes RI, 2020a). Pada masa pandemi covid-

19 respon umum dari masyarakat yang terdampak baik secara langsung atau tidak

langsung adalah takut sakit dan meninggal, tidak mau datang ke fasilitas layanan

kesehatan karena takut tertular saat dirawat, takut kehilangan mata pencaharian karena

tidak dapat bekerja selama isolasi dan dikeluarkan dari pekerjaan, takut diasingkan

masyarakat/dikarantina karena dikaitkaitkan dengan penyakit, merasa tidak berdaya

untuk melindungi keluarga dan takut kehilangan karena virus yang menyebar, takut

terpisah dengan keluarga karena aturan karantina, menolak untuk mengurusi anak

kecil yang sendirian atau terpisah, penyadang disabilitas atau orang berusia lanjut

karena takut infeksi, merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi (Committee,

2020).
Paparan informasi tentang virus corona yang berlebihan dapat memicu rasa

cemas, khawatir serta stres. Bahkan, tak jarang tubuh seperti merasakan gejala mirip

covid-19 setelah menerima informasi terkait gejala infeksi virus corona. Gejala yang

muncul sebenarnya adalah manisfestasi dari gangguan psikosomatik dimana beberapa

menisfestasinya seperti sesak nafas yang merupakan manisfestasi infeksi covid-19.

Psikosomatik merupakan gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang

menyerupai penyakit fisik yang disebabkan karena faktor psikologi atau peristiwa

psikososial tertentu. Hal ini diakibatkan karena kurangnya kemampuan adaptasi

dalam menghadapi stres. Psikosomatik dapat terjadi melalui proses emosi berupa stres

yang tidak mampu diadaptasi dengan baik (Sofia, 2020).

Selain itu, bagi tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan faktor penyebab

stres tambahan selama wabah covid-19 dapat menjadi lebih berat diantaranya

stigmatisasi terhadap orang yang menangani pasien covid-19 dan jenazahnya, langkah-

langka biosecurity yang ketat, alat pelindung diri yang membatasi gerak, isolasi fisik

sehingga mempersulit upaya menolong orang yang sakit atau tertekan, kesiagaan dan

kewaspadaan yang terus menerus, tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi termasuk

waktu kerja yang lama dengan jumlah pasien yang meningkat serta praktik terbaru

yang berubah seiring perkembangan informasi COVID 19, stigma masyarakat terhadap

petugas garis terdepan yang merawat pasien COVID 19, kurang informasi tentang

paparan jangka panjang pada orang-orang yang terinfeksi COVID 19 dan rasa takut

petugas garis depan akan menularkan COVID 19 karena pekerjaannya (Committee,

2020).

Komunikasi resiko dan pemberdayaan masyarakat merupakan komponen

penting yang tidak dapat dipisahkan dalam penaggulangan tanggap darurat kesehatan

masyarakat. Komunikasi resiko dan pemberdayaan masyarakat dapat membantu

mencegah diseminasi yang salah/hoax, membangun kepercayaan publik terhadap

kesiapsiagaan dan respon pemerinth sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi


dengan baik dan mengikuti anjuran pemerintah sehingga meminimalkan

kesalahpahaman dan mengelola isu/hoax terhadap kondisi maupun resiko kesehatan

salah satunya gangguan kesehatan mental (Kemenkes RI, 2020b).

C. Menjaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi Covid-19

WHO dan public health authorities membuat rangkaian pesan yang dapat

digunakan dalam komunikasi untuk mendukung mental dan kesejahteraan psikososial

selama pandemi covid-19. Pesan untuk masyarakat umum, meliputi :

1. Saat merujuk pada orang dengan covid-19 jangan melekatkan penyakit tersebut

pada etnis tertentu atau kebangsaan, berempati kepada semua orang yang

terpengaruh karena mereka berhak mendapatkan dukungan, kasih sayang dan

kebaikan.

2. Jangan menyebut orang dengan penyakit sebagai kasus covid-19, korban, keluarga

covid-19 atau yang sakit, orang yang mengidap covid-19, orang yang dirawat covid-

19 dan setelah pulih dari COVID 19 penting untuk memisahkan seseorang dari

memiliki identitas covid-19 untuk mengurangi stigma.

3. Kurangi menonton, membaca atau mendengarkan berita tentang covid-19 yang

membuat kecemasan atau tertekan, mencari informasi hanya dari sumber terpercaya

karena fakta dapat membantu meminimalkan ketakutan

4. Lindungi diri dan bersikap supportif kepada orang lain, bekerja sama sebagai satu

kesatuan komunitas dapat membantu menciptakan solidaritas dalam menangani

covid-19 bersama-sama.

5. Menemukan peluang untuk memperkuat cerita positif dan penuh harapan serta

citra positif dari seseorang yang pernah mengalami Covid-19

6. Hormatilah penjaga dan petugas kesehatan yang merawat pasien covid-19 dan akui

peran mereka dalam menyelamatkan nyawa (WHO, 2020d).

Kemudian pesan untuk petugas kesehatan, meliputi :

1. Mengelola mental kesehatan dan psikososial selama ini sama pentingnya dengan
mengelola fisik.

2. Gunakan strategi penaggulangan yang membantu seperti memastikan kecukupan

istirahat dan istirahat selama bekerja atau diantara shift, makan makanan yang cukup

dan sehat, terlibat dalam aktivitas fisik dan tetap berhubungan dengan keluarga

dan teman, hindari menggunakan strategi koping yang tidak membantu seperti

penggunaan tembakau, alkohol atau obat lain yang dapat memperburuk mental dan

fisik.

3. Beberapa petugas kesehatan mungkin mengalami penghindaran oleh keluarga atau

komunitas karena stigma atau ketakutan, jika memungkinkan tetap terhubung dengan

orang sekitar termasuk melalui metode digital untuk mempertahankan kontak.

4. Gunakan cara yang dapat dimengerti untuk berbagi pesan dengan orang yang

kompeten secara intelektual, kognitif dan orang yang mengalami disabilitas

psikososial.

5. Mengetahui bagaimana memberikan dukungan kepada orang yang terkena covid-

19 dengan sumber daya yang tersedia dan ini sangat penting bagi mereka yang

membutuhkan kesehatan mental dan dukungan psikososial. Stigma yang terkait

dengan masalah kesehatan mental dapat menyebabkan keenganan untuk melakukan

atau mencari dukungan untuk COVID 19 dan kondisi kesehatan mental (WHO,

2020).

Jika kecemasan berubah menjadi ketakutan, perasaan tidak berdaya, panik

maka kendalikan kecemasan dengan cara :

1. Jangan coba menangkal perasaan cemas; menangkal perasaan cemas tidak akan

membantu mengelola stres, semakin tidak menerima kecemasan maka semakin

banyak kecemasan.

2. Jangan hanya fokus pada informasi negatif; pikiran cemas cenderung berasal dari

informasi negative.
3. Batasi koneksi dengan media sosial; bergantung pada media sosial sebagai sumber

informasi tentang COVID 19 akan meningkatkan kecemasan sebaiknya masyarakat

menerima informasi dari kementerian masyarakat, WHO atau ahli epidemiologi

kesehatan masyarakat yang terpercaya.

4. Tetap aktif bergerak; berolahraga atau bermeditasi dapat melawan beberapa gejala

fisiologis dari kecemasan.

5. Makan makanan seimbang dan tidur tepat waktu; berusaha menjaga pola tidur akan

benar-benar meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengatasi stress.

6. Tetap berhubungan dengan keluarga dan teman (Kemenkes RI, 2020b).

Saran yang dapat dilakukan selama periode pandemi covid-19 adalah

1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang teratur bermanfaat bagi tubuh dan pikiran, dapat menurunkan tekanan

darah tinggi, membantu mengatur berat badan dan mengurangi resiko penyakit jantung,

stroke, diabetes yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap COVID 19, baik untuk

kesehatan mental, mengurangi resiko depresi, penurunan kognitif dan menunda timbulnya

dimensia

2. Menjaga kesehatan mental

Adanya perubahan besar pada rutinitas harian yang diakibatkan karna pembatasan pergerakan

sebagai bagian dari upaya mengurangi orang yang terinfeksi covid-19, menjaga kesehatan

mental dengan cara tetap terinformasi dengan tetap mengikuti saran dan rekomendasi dari

otoritas kesehatan dan ikuti saluran berita terpercaya dari WHO, miliki rutinitas atau buat

rutinitas baru, meminimalkan umpan berita yang dapat membuat cemas atau tertekan, kontak

sosial, hindari menggunakan alkohol dan narkoba sebagai vara untuk mengatasi ketakutan,

kecemasan, kebosanan dan isolasi mandiri, media sosial dengan memperomosikan cerita

positif dan penuh harapan, bantu orang lain dan dukung petugas kesehatan melalui komunitas

untuk berterima kasih kepada petugas kesehatan dan semua yang menangani covid-19

3. Berhenti merokok
Perokok memiliki resiko lebih tinggi terkena virus corona dan beresiko lebih besar

mengalami gejala yang berat karena fungsi paru-paru yang terganggu.

4. Pola asuh yang sehat

Akibat penyebaran penyakit coronavirus (covid-19), anak-anak dipengaruhi oleh jarak fisik,

karantina dan penutupan sekolah dimana beberapa anak dan remaja merasa terisolasi,

cemas, bosan, takut dan sedih akibat dampak virus tersebut hal tersebit dapat diatasi dengan

memperkenalkan anak pada konten kreatif yang akan menghibur dan memberikan pengalihan

yang sangat dibutuhkan kedunia imajinasi yang menyenangkan.

5. Pola makan sehat

Dengan makan makanan yang sehat sangat penting selama pandemi covid-19,

meskipun tidak ada makanan atau suplemen makanan yang dapat mencegah atau

menyembuhkan infkesi covid-19, pola makan sehat penting untuk mendukung sistem

kekebalan (WHO, 2020).


DAFTAR PUSTAKA

Committee, I. S. (2020). Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah. Feb,1–
20.

Departement of Health Australia. (2017). What is mental illness ?


www.health.gov.au/mentalhealth.

Kemenkes RI. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia (pp. 1–12). Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2020a). Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi
COVID 19.

Kemenkes RI. (2020b). Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease (covid-
19) revisi ke-4. Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Sub Direktorat Penyakit
Infeksi Emerging.

Putri, A. W., Wibhawa, B., Gutama, A. S., Indonesia, D., Mental, G. K., & Masyarakat, P.
(2015). Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia ( Pengetahuan dan Keterbukaan
Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental ). 252–258.

Sofia, N. A. (2020). Pakar UGM Berikan Tips Cegah Psikosomatis di Tengah Pandemi Covid-

19. https://www.ugm.ac.id/id/berita/199 37-pakar-ugm-berikan-tips-cegahpsikosomatis-


di-tengah-pandemicovid-19.\

WHO. (2003). Investing in Mental Health.

WHO. (2020a). Clinical Management of COVID 19 Interim Guidance 27 May 2020.


https://www.who.int/publications/i/i tem/clinical-management-of-covid19.

WHO. (2020b). Looking After your Physical & Mental Health during COVID-19.
https://www.who.int/campaigns/con necting-the-world-to combat corona virus/healthy
at home? gclid=C _GbOo8FTWvIGuGUQ3v8VI3Mo WiRjEdj69yRUY nvVo XY3
27JTWQFEP MaAtNnEALw_wcB.

WHO. (2020c). Mental health & COVID-19. https://www.who.int/teams/mentalhealth-and-


substance-use/covid-19.

WHO. (2020d). Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak
(Issue March).
Profesi stase keperawatan jiwa D.1

Menjaga kesehatan jiwa pada saat


pandemi covid-19
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
NIM 132023143016

Apa saja dampak yang


timbul pada saat
Apa itu kesehatan jiwa ??
pandemi covi-19 ???
Kesehatan mental merupakan kondisi
individu yg terbebas dari segala
bentuk gejala gangguan mental. org yg Takut sakit
sehat mampu untuk beradaptasi
dengan masalah yang dihadapi

Takut kehilangan
pekerjaan

Bosan, kesepian,
depresi
TIPS MENJAGA KESEHATAN
JIWA PADA ERA PANDEMI

Lakukan
aktivitas fisik

Berpikir
positif

Berhenti
merokok

Perkenalkan anak
konten positif

Makan makanan
sehat
LOGBOOK KEGIATAN MAHASISWA PROFESI PENDIDIKAN NERS

Nama/NIM : Arlesiane Bida Ndjurumbha/132023143016


Program : Profesi Ners B22-2019
Periode praktik : 16 Agustus – 28 Agustus
Tahun 2021

Hari/Tanggal Jam Kegiatan Keterangan


Senin, 16 Agustus 2021 10.00 Diskusi tugas profesi keperawatan jiwa Selesai
19.00 Mengisi logbook Selesai
Senin, 17 Agustus 2021 09.10 Melakukan pembagian topik tugas Laporan Selesai
Pendahuluan
10.00 Mengerjakan Laporan Pendahuluan dengan Selesai
topik “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
Isolasi Sosial: Menarik Diri”
19.30 Mengisi logbook Selesai
Rabu, 18 Agusstus 2021 15.00 Preconference dengan Prof. Yusuf Selesai
16.15 Mengerjakan LK (askep kasus) Selesai
20.00 Mengisi logbook Selesai
Kamis, 19 Agustus 2021 06.00 Mengerjakan LK (askep kasus) Selesai
08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.00 Mengerjakan LP Selesai
07.00 Pembagian tugas kelompok Selesai
08.00 Mencari referensi mengenai “PHBS pada Selesai
keluarga saat pandemik Covid-19”
18.00 Mengisi Logbook Selesai
Jumat, 20 Agustus 2021 07.00 Mengerjakan Lk (askep kasus) Selesai
09.00 Mengerjakan SPTK Selesai
13.00 Mengerjakan LP Selesai
16.00 Mengerjakan materi SAP tentang “menjaga Selesai
kesehatan jiwa saat pandemic covid-19”
19.15 Mengisi logbook Selesai
Sabtu, 21 Agustus 2021 07.00 Mengerjakan Lk (askep kasus) Selesai
08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
13.00 Mengerjakan SAP Selesai
17.00 Mengisi logbook Selesai
Minggu, 22 Agustus 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
2021 17.00 Mengisi logbook Selesai
Senin, 23 Agustus 2021 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
18.00 Mengisi logbook Selesai
Selasa, 24 Agustus 2021 09.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.00 Mengisi logbook Selesai
Rabu, 25 Agustus 2021 08.00 Mengerjakan SPTK Selesai
19.30 Mengisi logbook Selesai
Jumat, 27 Agustus 2021 09.00 Seminar Kasus
11.00 Penutupan seminar kasus

Anda mungkin juga menyukai