Anda di halaman 1dari 2

UNIT Diketahui Oleh : Disahkan Oleh :

Dokter Penanggung Kepala Puskesmas


PELAYANAN MEDIS Jawab Padang

No.Dokumen :
PKM PADANG No.Revisi : dr.Wiryawan Pradipto Drg.Widi Tri Winarno
Tanggal NIP.19830719 200903 NIP.19630214 199003
LUMAJANG Terbit : 2 Januari 2014 1 008 1 005
SOP Nefrotik Sindrom

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan sindroma nefrotik dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Ruang Lingkup
Pasien dengan nefrotik sindrom yang datang ke Puskesmas Padang

3. Uraian Umum
3.1 Sindroma Nefrotik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria,
hipoalbuminemia, oedema dan hiperlipidemia, insiden tertinggi pada usia 3-4 tahun. Rasio
laki & perempuan 2 : 1
3.2 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umumnya dibagi menjadi :
3.2.1 Sindroma Nefrotik Primer
4.2.1.1. Sindrom nefrotik kongenital, diturunkan sebagai resesif autosom atau karena
reaksi fetomaternal
4.2.1.2. Sindrom nefrotik Idiopatik
3.2.2 Sindrom Nefrotik Sekunder disebabkan oleh
4.2.2.1. Penyakit metabolic (diabetes, miksedema, dll)
4.2.2.2. Infeksi (malaria, lepra, hepatitis B, sifilis, dll)
4.2.2.3. Toksin/ Alergi (trimetadion, panadion, penisilamin, garam emas, raksa, dll)
4.2.2.4. Penyakit sistemik
4.2.2.5. Keganasan
3.3 Manifestasi klinis
Episode pertama penyakit sering mengikuti sindrom seperti influenza, bengkak periobital
dan oliguria. Dalam beberapa hari oedema semakin jelas & menjadi anasarka, malaise
ringan, sakit perut. Bila oedema berat dapat timbul dyspneu akibat efusi plura.
3.4 Pemeriksaan penunjang
3.4.1 Proteinuria
3.4.2 Albumin plasma rendah, lipid meningkat
3.4.3 Ig M dapat meningkat, Ig G menurun
3.5 Komplikasi
3.5.1 Peritonitis
3.5.2 Trombosis karena Hiperkoagulabilitas
3.5.3 Shok
3.5.4 Gagal Ginjal akut
3.6 Prognosa
Prognosa baik bila penyakit memberikan respon yang baik terhadap kartikosteroid & jarang
terjadi relaps

4. Keterampilan Petugas
4.1 Dokter
4.2 Perawat

5. Alat dan bahan


5.1 Alat
5.1.1 Tensimeter
5.1.2 Stetoskop
5.1.3 Termometer
5.1.4 Infus set
5.1.5 IV cateter
UNIT Diketahui Oleh : Disahkan Oleh :
Dokter Penanggung Kepala Puskesmas
PELAYANAN MEDIS Jawab Padang

No.Dokumen :
PKM PADANG No.Revisi : dr.Wiryawan Pradipto Drg.Widi Tri Winarno
Tanggal NIP.19830719 200903 NIP.19630214 199003
LUMAJANG Terbit : 2 Januari 2014 1 008 1 005
SOP Nefrotik Sindrom

5.2 Bahan
5.2.1 Cairan RL, NaCl 0,9 %, Glukosa 10 %
5.2.2 Obat-obatan yang diperlukan

6. Instruksi Kerja
Instruksi Kerja Petugas
6.1 Melakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit pasien Perawat
6.2 Melakukan pemeriksaan fisik Dokter
6.3 Membatasi asupan Natrium sampai ± 1 gr/hari, diet protein 2-3 gr/kg Dokter
BB/hari
6.4 Bila oedema tidak berkurang dengan pembatasan garam dapat diberi
diuretic, furosemid 1-2 mg/Kg BB/kali tergantung dari berat oedema
& respon pengobatan
6.5 Bila oedema refraktor dapat digunakan hidroklortiazid (25-50
mg/hari)
6.6 Selama pengobatan diuretic perlu dipantau kemungkinan
Hypokalemia, alkalosis metabolic, atau kehilangan cairan intra
vascular berat
6.7 Pemberian kartikosteroid berdasarkan ISKDC (International Study of
Kidney Diseases In Children)
Prednison dosis penuh 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2
mg/KgBB/hari (maksimal 80 mg/hari) selama 4 minggu dilanjutkan
2/3 dosis penuh yang diberikan 3 hari berturut-turut dengan 1 minggu
(intermiften dose) atau selang sehari (alternatife dose) selama 4
minggu kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh
6.8 Antibiotik diberikan bila ada infeksi
6.9 Pasien dianjurkan tirah baring sampai oedema berkurang
6.10 Observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital (T, N, S, Perawat
Oedema, intake dan Output)
6.11 Menganjurkan diet tinggi protein, rendah garam, cairan terbatas
6.12 Nasehat /penyuluhan : Dokter/
6.12.1 Penyuluhan mengenai sindroma nefrotik Perawat
6.12.2 Kontrol dan minum obat secara teratur

7. Indikator Kinerja
Pasien dengan sindroma nefrotik dapat diterapi sesuai SOP dan tidak terjadi komplikasi

8. Rekaman Mutu
8.1 KRI/ KRJ
8.2 Form catatan harian dokter
8.3 Form instruksi dan pelaksanaan keperawatan
8.4 Form asuhan keperawatan
8.5 Form rujukan

9. Referensi
9.1 Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 2007

Anda mungkin juga menyukai