Proposal penelitian
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2018
2
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal penelitian
OLEH:
Telah disetujui oleh pembimbing untuk tugas dalam blok Metodologi Penelitian
Semester Pendek
MENGETAHUI,
PEMBIMBING
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi
merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan
tertekan, kehilangan minat terhadap sesuatu, tidak ada energi, perasaan bersalah,
adanya gangguan pada tidur atau selera makan serta konsentrasi yang buruk
(World Health organization, 2012).
Pengertian stres menurut Haber dan Runyon (1984) yang dikutip oleh Siti
Maryam (2016), adalah konflik yang berupa tekanan eksternal dan internal serta
permasalahan lainnya dalam kehidupan. Lazarus dan Folkman (1984)
memberikan pengertian stres adalah keadaan atau situasi yang rumit dan dinilai
sebagai keadaan yang menekan dan membahayakan individu serta telah melampui
sumber daya yang dimiliki individu untuk mengatasinya (Siti Maryam, 2016).
Kejadian stres masih tinggi dan sangat bervariasi pada berbagai kelompok
di Indonesia. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
bahwa 11,6% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan
mental emosional. Pada Riskesdas tahun 2013, angka tersebut menunjukkan
penurunan menjadi 6%. Hasil penelitian pada anggota majelis taklim di Jakarta
Selatan menunjukkan bahwa prevalensi stres mencapai 13,3%. Hasil penelitian
stres pada kelompok pekerja lebih tinggi daripada populasi umum, contohnya di
Jakarta pada eksekutif muda kejadian stres mencapai 25%. Sedangkan pada
penderita penyakit kronis, kejadian stres lebih tinggi lagi, contohnya kejadian
stress pada penderita stroke di Semarang mencapai 79% (Besral, 2015).
Menurut Kohn dan Frazer (1986) menemukan lima penyebab stres yang
paling signifikan yang dialami mahasiswa yaitu nilai akhir, tugas yang berlebihan,
paper, ujian dan belajar untuk ujian. Menurut Misra dan Castillo (2004) stres
akademis diakibatkan oleh frustasi, konflik, tekanan-tekanan, perubahan-
perubahan, dan beban yang dilimpahkan pada diri sendiri. Penyebab lain dari stres
diantaranya adalah tatanan konsep pendidikan yang baru, beradaptasi terhadap
4
tatanan sosial yang baru dan jumlah tugas-tugas yang sangat banyak (Mac
George, Samter, & Gillihan, 2005), kondisi ruangan kelas yang tidak kondusif,
tidak adanya interaksi yang sehat antara dosen dan mahasiswa, disiplin yang tidak
rasional, hukuman fisik, tugas yang berlebihan dan tidak seimbang, metode
mengajar, sikap dosen yang berbeda-beda (Jeanny Rantung, 2015).
Menurut National Safety Council (2004), Efek negatif stres yang dapat
terjadi adalah Efek Stres Secara Emosional, biasanya diekspresikan dalam bentuk
rasa marah atau takut. Apabila dibiarkan, emosi tersebut dapat menimbulkan
keletihan, sikap menutup diri, depresi, dan harga diri rendah. Sedangkan Efek
Stres Secara Fisik seseorang seperti sakit kepala karena tegang, sakit kepala
migrain, temporomandibular joint dysfunction(TMJ), ulkus dan kolitis, irratable
bowel syndrome. Dispepsia, insomnia, asma bronkial, alergi dan artitis rematoid,
pilek dan influenza (National Safety Council, 2004).
Menurut Badan Litbangkes, (2001) sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, konsumsi alkohol, perubahan diet dan pola makan seperti
mengkonsumsi buah-buahan, asinan, makanan berlemak, berbumbu pedas atau
asam merupakan faktor resiko terjadinya berbagai macam penyakit salah satunya
dispepsia dan merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari dimana diperkirakan 30% kasus praktek umum dan 60% pada praktek
gastroenterologis (DepKes,2007).
Dispepsia fungsional adalah sindrom yang mencakup salah satu atau lebih
gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau
rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir,
dengan awal gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis (Murdani
Abdullah, dkk. 2012).
Prevalensi dispepsia di Amerika serikat sebesar 23-25,8 %, di India 30,4
%, New Zealand 34,2%, Hongkong 18,4%, dan Inggris 38-41%. Diperkirakan
bahwa hampir 30 % kasus pada praktek umum dan 60 % pada praktek
gastroenterologist merupakan kasus dispepsia. Menurut data Profil Kesehatan
Indonesia 2007, dispepsia menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit
5
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien
34.029 atau sekitar 1,59% (Rizky Nanda Putri, 2015).
Menurut Ade Tedi Irawan (2015) berdasarkan penelitian pada populasi
umum di dapatkan 15-30% orang dewasa pernah mengalami dispepsia dengan
gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah epigastrium, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang, sendawa (Ade Tedi Irawan, 2015).
Remaja Juga adalah salah satu kelompok yang berisiko untuk terkena
sindrom dispepsia. Pada mahasiswa khususnya mahasiswa perempuan,
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada bentuk tubuh yang dimiliki
oleh mahasiswa serta kesadaran diri dalam menjaga penampilannya membuat
mahasiswa memiliki gambaran tentang diri (body image) yang salah. Selain hal
tersebut di atas, kegiatan mahasiswa dalam mengerjakan berbagai macam tugas
kuliah sangat menyita waktu, hal tersebut akan berdampak pada waktu atau jam
makan sehingga walaupun sudah sampai pada saatnya waktu makan, mahasiswa
sering menunda dan bahkan lupa untuk makan (Sabrine Dwigint, 2015).
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian Hubungan
Tingkat Stress Dengan Kejadian Dyspepsia Fungsional Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh stress dengan kejadian dyspepsia fungsional Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo?
2. Apakah ada hubungan stress dengan kejadian dyspepsia fungsional
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui pengaruh stress dengan kejadian dyspepsia fungsional
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
b. Mengetahui hubungan stress dengan kejadian dyspepsia Fungsional
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh stress dengan kejadian dyspepsia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Stress
Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab
terjadinya gangguan saluran pencernaan. Dispepsia merupakan salah satu
gangguan pencernaan yang paling banyak diderita. Dispepsia merupakan istilah
yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut
(Almatsier, 2004). Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“pencernaan yang jelek”. Dispepsia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri
pada saluran pencernaan terutama bagian atas (Joko Setyono dkk, 2006).
DEFINISI
Dispepsia fungsional didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup satu
atau lebih dari gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat
kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3
9
bulan terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum
diagnosis (Robby Pardiansyah, dkk. 2016).
EPIDEMIOLOGI
Dispepsia fungsional, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki tingkat
prevalensi tinggi, yakni 5% dari seluruh kunjungan ke sarana layanan kesehatan
primer. Bahkan, sebuah studi tahun 2011 di Denmark mengungkapkan bahwa 1
dari 5 pasien yang datang dengan dispepsia ternyata telah terinfeksi H. Pylori
yang terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dispepsia fungsional
dibagi menjadi 2 kelompok, Yakni postprandial distress syndrome dan epigastric
pain syndrome. Postprandial distress syndrome mewakili kelompok dengan
perasaan “begah” Setelah makan dan perasaan cepat kenyang, sedangkan
epigastric pain syndrome merupakan rasa nyeri yang lebih konstan dirasakan dan
tidak begitu terkait dengan makan seperti halnya postprandial distress syndrome
(Robby Pardiansyah, dkk. 2016).
FAKTOR RISIKO
Individu dengan karakteristik berikut ini lebih berisik o mengalami dispepsia:
konsumsi kafein berlebihan, minum minuman beralkohol, merokok, konsumsi
steroid dan OAINS, serta berdomisili di daerah dengan prevalensi H. Pylori tinggi
(Dita Nelvita Sari, Dkk. 2017).
Diet dan faktor lingkungan, Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering
terjadi pada kasus dispepsia fungsional dibanding kasus kontrol Dita
Nelvita Sari, Dkk. 2017).
Psikologis, Adanya stres akut dapat memengaruhi fungsi gastrointestinal
dan mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan
kontraktilitas lambung yang mendahului Keluhan mual setelah pemberian
stimulus berupa stres. Kontroversi masih banyak ditemukan pada upaya
menghubungkan faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom, dan
motilitas. Tidak didapatkan kepribadian yang karakteristik untuk
kelompok dispepsia fungsional ini, walaupun dalam sebuah studi
dipaparkan adanya kecenderungan masa kecil yang tidak bahagia,
10
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik Roma III untuk dyspepsia fungsional, Dispepsia
fungsional Kriteria diagnostik terpenuhi* bila 2 poin di bawah ini seluruhnya
terpenuhi:
1. Salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
b. Perasaan cepat kenyang
c. Nyeri ulu hati
d. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
12
Keterangan :
D. Hipotesis
berikut:
Halu Oleo.
Halu Oleo.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian Analitik Observasional, dimana penelitian ini dilakukan satu waktu dan
satu kali, tidak dilakukan follow up. Desain penelitian ini digunakan untuk
1. Populasi
perkuliahan.
2. Sampel
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
𝑛=
𝐷2
14
Z = Derajat kepercayaan
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
𝑛=
𝐷2
𝑛 = 168
Jadi, jumlah sampel yang di butuhkan pada penelitian ini adalah 168
orang.
D. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi :
2. Kriteria Ekslusi :
b. Kriteria Objektik
kriteria Stress.
2. Dispepsia
Scale 42) yang berfungsi untuk menilai tingkat stress yang dialami oleh
G. Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan data
16
1) Studi lapangan
2) Wawancara
3) Kuisioner
b. Etika Penelitian
penelitian.
H. Alur Penelitian
a. Editing
b. Coding
c. Entry Data
18
masing-masing variabel.
d. Cleaning Data
benar.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
𝑎𝑥𝑑
𝑂𝑅 =
𝑏𝑥𝑐
stress c d c+d
19
Keterangan :
t = total keseluruhan
Untuk menghitung nilai batas bawah dan nilai batas atas tersebut pada
nilai batas atas dengan batas bawah melalui nilai 1 artinya bila nilai bawah
atas < 1 sedangkan nilai batas atas > 1 maka hasil analisis dinyatakan tidak
DAFTAR PUSTAKA