FAKULTAS KEDOKTERAN
2015
Wanita 45 tahun
Keluar darah dari jaln lahir sedikit-sedikit
Setelah berhubungan
Riwayat keputihan berbau
B. Pertanyaan
Uterus
Dinding terdiri dari perimetrium di sebelah luar,
miometrium di tengah, dan endometrium di sebelah dalam.
Endometrium terbagi menjadi stratum functionale dan
stratum basale. Selama daur haid bulanan, stratum
functionale terlepas menjadi darah haid. Morfologi
endometrium berespon terhadap estrogen dan progesterone
serta fungsi ovarium.fase proliferative berawal dari akhir fase
haid setelah pelepasan estrogen. Estrogen ovarium
menyebabkan pertumbuhan endometrium dan pembentukan
stratum functionale yang baru. Fase sekretori dimulai setelah
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Fase menstruasi
dimulai ketika oosit yang berovulasi tidak dibuahi dan tidak
terjadi implantasi. Stratum basale tetap utuh saat menstruasi
dan membantu regenerasi stratum functionale yang baru.
Serviks
Endoserviks atau kanalis servikalis dilapisi oleh epitel
kolumner tinggi penghasil mucus yang berbeda dari epitel
uterus, yang bersambung dengannya. Epitel serviks juga
dilapisi oleh kelenjar serviks tubular bercabang meluas yang
membentuk sudut terhadap kanalis servikalis kedalam lamina
propria. Sebagian kelenjar serviks mungkin tersumbat dan
berkembang menjadi kista glandular kecil. Jaringan ikat di
lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
Pembuluh darah, saraf dan kadang kala nodulus limfoid
mungkin terlihat.
Vagina
Epitel permukaan adalah epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Kebanyakan sel superficial di epitel vagina
tampak kosong karena banyaknya timbunan glikogen dalam
sitoplasmanya. Selama pembuatan sediaan histologik,
glikogen diekstraksi oleh zat kimiawi. Lamina propria
mengandung jaringan ikat padat tidak teratur. Lamina propria
tidak memiliki kelenjar tetapi mengandung banyak pembuluh
darah dan limfosit. (2, 3)
C. FISIOLOGI
Sistem hormon wanita
Fungsi reproduksi pada wanita diatur oleh
interaksi berbagai hormon dari hipotalamus, hipofisis
anterior, dan ovarium. Beberapa hormone ditemukan
baik pada pria maupun wanita.
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) adalah
faktor pembebas dari hipotalamus yang merangsang
sekresi follicle-stimullating hormone (FSH) dan
luteinizing hrmone (LH) dari hipofisis anterior.
Pelepasan GnRH dihambat oleh estrogen dan
progesterone.
LH disekresikan oleh sel basofilik kelenjar hipofisis
anterior dan merangsang perkembangan korpus
luteum diovarium.
FSH disekresikan dari sel basofilik kelenjar hipofisis
anterior sebagai respons terhadap GnRH dan
merangsang perkembangan folikel di ovarium.
Estrogen dan progesterone adalah hormon steroid
yang disekresikan oleh folikel dan korpus luteum
ovarium.
Periode 28 hari pada siklus seksual wanita ditemukan oleh
waktu yang diperlukan untuk membentuk folikel dan korpus
luteum setelah haid dan efek umpan-balik hormon-hormon
yang disekresikan keduanya pada hipotalamus.
Perkembangan Folikel
OVULASI
Folikel matang yang telah sangat membesar ini
menonjoldari permukaan ovarium, menciptakan suatu daerah
tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat
ovulasi.Pecahnya folikel ditandai oleh pelepasan enzim-
enzimdari sel folikel untuk mencerna jaringan ikat di
dindingfolikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut
melemahsehingga semakin menonjol hingga ke tahap di
mana dindingtersebut tidak lagi mampu menahan isi folikel
yang cepat membesar.
Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan
pembelahanmeiotik pertamanya. Ovum (oosit sekunder),
masih dikelilingioleh zona pelusida yang lekat dan sel-sel
granulosa (kini dinamai korona radiata, yang berarti
"mahkota memancar"),tersapu keluar folikel yang pecah ke
dalam rongga abdomenoleh cairan antrum yang bocor .
Ovumyang dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba
uterina,tempat fertilisasi dapat terjadi.Folikel-folikel lain yang
sedang berkembang namun gagalmencapai kematangan dan
berovulasi kemudian mengalamidegenerasi dan tidak pernah
menjadi aktif kembali.Kadang-kadang dua (atau mungkin
lebih) folikel mencapaikematangan dan berovulasi hampir
secara bersamaan. Jikakeduanya dibuahi maka dihasilkan
kembar saudara (fraternal twins). Karena kembar saudara
berasal dari ovum yangberbeda dan dibuahi oleh sperma
yang berbeda maka merekasama seperti saudara kandung
namun dengan tanggal lahiryang sama. Kembar identik,
sebaliknya, berasal dari satu ovum yang dibuahi yang
membelah sempurna pada awalmasa perkembangannya
menjadi dua mudigah yang secaragenetis identik.Pecahnya
folikel saat ovulasi menandakan berakhirnyafase folikular dan
dimulainva fase luteal.
Fase luteal ditandai dengan pembentukan korpus
luteum
Folikel yang pecah yang rertinggal di ovarium setelah
mengeluarkan ovum segera mengalami perubahan. Sel-sel
granulose dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula-
mula kolapske dalam ruang antrum yang kosong dan telah
terisi sebagianoleh bekuan darah.
FASE HAID
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh
pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina.
Berdasarkan perjanjian hari pertama haid dianggap sebagai
permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan
pengakhiran fase fluteal ovarium dan dimulainya fase
folikuler. Sewaktu corpus luteum bergenerasi karena tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan
selama siklus sebelumnya, kadar progesterone dan estrogrn
darah turun tajam. Karena efek akhir progesterone dan
estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk
implantasi ovum yang dibuahi maka terhentinya sekresi
kedua hormone ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang
kaya vaskuler ini menyebabkan kehilangan hormone-
hormonpenunjangnya.
Turunnya kadar hormom ovarium juga merangsang
pembebasan suatu prostaglandin uterus yang menyebabkan
vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium,
menghambat aliran darah ke endometrium. Penurunan
penyaluran O2 yang terjadi kemudian menyebabkan
kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya.
Pendarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah
ini membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam
lumen uterus. Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas
selama haid kecuali sebuah lapisan dalam yang tipis berupa
sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi
endometrium. Prostaglandin uterus yang sama juga
merangsang kontraksi ritmik ringan myometrium uterus.
Kontraksi ini membantu mengeluarkan daran dan sisa
endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina
sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat
akibat produksi berlebihan prostaglandin menyebabkan kram
hadi (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita.
FASE PROLIFERATIF
Kemudian, darah haid terhenti, dan fase proliferative
siklus uterus dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase
folikuler ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri
dan berproliferasi di bawah pengaruh estrogen dari folikel-
folikel yang baru berkembang. Saat aliran darah haid
terhenti, yang tersisa adalah lapisan endometrium tipis
dengan ketebalan kurang dari 1mm. Estrogen merangsan
proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah
endometrium, meningkatkan ketebalan lapisan ini menjadi 3-
5 mm. Fase proliferatif yang didominasi oleh estrogen ini
berlangsung dari akhir haid hingga ovulasi. Kadar puncak
estrogen memicu lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi
.
c. Infeksi HPV
Infeksi HPV yang tidak sembuh bisa menyebabkan kanker
serviks pada beberapa perempuan. HPV adalah penyebab
dari hampir semua kanker serviks. Infeksi HPV sebenarnya
hal yang biasa terjadi. Virus ini ditularkan dari satu orang
ke orang lain melalui kontak seksual. Kebanyakan orang
dewasa telah terinfeksi HPV pada suatu saat dalam
kehidupan mereka, tetapi kebanyakan infeksi sembuh
dengan sendirinya. Beberapa jenis HPV dapat
menyebabkan perubahan sel di leher rahim. Jika
perubahan ini ditemukan lebih awal, kanker serviks dapat
dicegah dengan mengangkat atau membunuh sel-sel yang
berubah sebelum mereka bisa menjadi sel-sel kanker
d. Jumlah paritas lebih banyak lebih beresiko mengalami
kanker
Jumlah paritas yang tinggi merupakan salah vsatu factor
risiko terkena kanker serviks. Golongan wanita yang
bersalin 6 kali atau lebih mempunyai resiko menderita
kanker servik 1,9 kali lebih besar dari pada golongan
wanita yang bersalin antara 1-5 kali. Kehamilan dan
eprsalinan yang melebihi 3 orang dan jarak kehamilan
yang terlalu dekat akan meningkatkan kejadian kanker
serviks.
e. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (lebih dari 5
tahun)
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.Dari beberapa
penelitian menemukan bahwa resiko kanker serviks
meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil KB, dan cenderung akan
menurun pada saat pil tersebut dihentikan(Bosch
et.al,1992). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa
pemakaian pil KB akan menyebabkan wanita lebih
sensitive terhadap HPV sehingga makin meningkatkan
resiko terkena kanker serviks.
f. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bials eorang wanita membunyai saudara kandung atau ibu
yang mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai
kemungkina 2-3 kali lebih besar untuk juga mempunyai
kanker serviks dibandingkan dengan orang normal.
g. Berganti-ganti pasaangan seksual
Perilaku seksual berupa berganti pasangan seks akan
menigkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang
ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus(HPV)
telah terbukti dapat menigkatkan timbunya kanker
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih.
h. Merokok
Wanita eorokok memiliki 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lender serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya aygnada
rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya
tahanserviks disamping merupakan ko-karsinogen infeksi
virus.
i. Defisiensi zat gizi
Defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya
dysplasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
menignkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita
yang makanannya redah beta karotan dan retinol (vitamin
A).
4. Patomekanisme setiap gejala adalah :
a. Peran HPV
Terjadinya keganasan akibat infeksi dari HPV harus
memahami terlebih dahulu tentang genom dari HPV.
Bangun HPV terdiri atas 3 sebagian yaitu:
a) URR (Upstein Regulatory Region)
b) ER (Early Region)
c) LR (Late Region)
1. Ovulasi
2. Menjelang & setelah haid
3. Rangsangan seksual
4. Kehamilan
1. Infeksi
a. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur
Candida albicans umumnya dipicu oleh faktor dari
dalam maupun luar tubuh seperti :
Kehamilan
Obesitas / kegemukan
Pemakaian pil KB
Obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotic
Riwayat diabetes / penyakit kencing manis
Daya tahan tubuh rendah
Iklim, panas, kelembaban
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih
kekuningan, seperti kepala susu (cottage cheese),
berbau khas dan menyebabkan rasa gatal yang
hebat pada daerah intim-vulva dan sekitarnya
sehingga disebut vulvovaginitis. Rasa gatal sering
merupakan keluhan yang dominan dirasakan.
b. Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri
dari bakteri ”baik” yang berfungsi dalam
keseimbangan ekosistem sekaligus menjaga
keasaman / pH yang normal serta beberapa
bakteri lain dalam jumlah kecil seperti Gardnerella
vaginalis , mobiluncus, bacteroides dan
Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan,
penggunaan spiral / IUD (intra uterine device),
hubungan seksual, promiskuitas dapat memicu
ketidakseimbangan flora normal vagina dimana
pertumbuhan bakteri ”jahat” menjadi berlebihan.
Keputihan yang disebabkan oleh bakteri
Gardnerella dsb disebut sebagai bacterial
vaginosis / BV. Sebanyak 50% dari wanita dengan
bacterial vaginosis bersifat asimtomatik yaitu
tidak memberikan gejala yang berarti.
Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-
abuan dan berbau amis (fishy odor). Bau tercium
lebih menusuk setelah melakukan hubungan
seksual dan menyebabkan darah menstruasi
berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah
vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan
daripada keputihan yang disebabkan oleh
Candida albicans atau Trichomonas vaginalis.
c. Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk
dalam golongan penyakit menular seksual (PMS)
karena penularan terutama terjadi melalui
hubungan seksual namun juga dapat melalui
kontak dengan perlengkapan mandi, bibir kloset
yang telah terkontaminasi.Keputihan berupa
sekret berwarna kuning-hijau, kental, berbusa dan
berbau tidak enak (malodorous). Kadang
keputihan yang terjadi menimbulkan rasa gatal
dan iritasi pada daerah intim.
2. Non-Infeksi
Biasa disebakan iritasi akibat alat kontrasepsi dan
cairan antiseptik (mengandung bahan kimia).
3. Neoplasma
Mitosis berlebihan akibat sel normal yang tidak
matur.
c. Patomekanisme perdarahan kontak
2.Penganiayaaan seksual
3.Peradangan vagina
4.Infeksi rahim
Definisi
Epdemiologi
Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri merupakan
salah satu penyebab utama kematian wanita yang
berhubungan dengan kanker. Di Indonesia insidens kanker
serviks di perkirakan 40.000 kasus per tahun dan merupakan
kanker wanita tersering. Dari jumlah itu, 50% kematian
terjadi di Negara-negara berkembang. Hal itu karena pasien
datang dengan stadium lanjut.
Menurut data Department Kesehatan RI, penyakit
kanker leher rahim saat ini menempu urutan pertama daftar
kanker yang didertita kaum wanita. Selama kurun waktu 5
tahun, usia penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara
45-50 tahun. Peridoe laten dari fase prainvasif untuk menjadi
invasive memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari
wanita usia <35 tahun menunjukkkan kanker serviks
yanginvasif pada saat di diagnosis, sedangkan 53% dari KIS
(kanker in situ) terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun
Etiologi
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan
salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan atau
multi step, dimulai dari karsinogenesis awal sampai
terjadinya perubahan morfologi sehingga terjadi kanker
invasif studi epidemiologi menunjukan lebih dari 90% kangker
serviks dihubungkan degan jenis human papiloma virus
(HPV)> Beberapa bukti menunjukan kangker dengan HPV
negative ditemukan pada wanita yang lebih tua dan di
kaitkan dengan proknosis yang buruk. HPV merupakan factor
inisiator kangker serfiks. Onkop protein E6 dan E7 yang
berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi
keganasan. Onkop Protein E6 akan mengikat p53 sehingga
TSG (tumor suppressor gene) p53 akan kehilanggan
fungsinya. Sedangkan ankop protein E7 akan menggikat TSG
Rb,ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan
factor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa control.
Patogenesis dan Patofisiologi
Karsinoma serviks biasanya timbul didaerah yang
disebut squamo – columnar junction (SCJ), yaitu batasan
antara epitel yang melapisi ektosefiks (porsio) dan edosefiks
kanalis serfiks, dimana secara histologik terjadi perubahan
dari epitel ektoseviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan
epitel endoserviks yaitu epitel kuboit / kolumnar pendek
selapis bersilia. Letak SCJ di pengaruhi oleh faktor usia,
aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita mudah SCJ berada
diluar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita
berusia diatas 35 tahun SCJ berada didalam analis serfiks.
Oleh karena itu pada wanita mudah, SCJ yang berada diluar
ostium uteri eksternum, ini rentang terhadap faktor luar
berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SCJ
tersebut. Pada wanita dengan aktifitas seksual tinggi, SCJ
terletak diostium eksternum karena trauma atau retrasi otot
oleh prostaglandin
Gejala klinik
- Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik
(karsinoma insitu dan mikro invasif) belum dijumpai
gejala-gejala yang spesifik bahkan sering tidak dijumpai
gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal,kemudian menjadi
merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan
sampai dapat tercium oleh seisi rumah penderita. Bau ini
timbul karena ada jaringan nekrosis
(Aziz,M.F.,Saifuddin,A.B., 2006)
- Perdarahan Pervaginam
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah
perdarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit
yang makin lama makin banyak atau perdarahan terjadi di
antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya
pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret
berbau busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin
sering akan mnyebabkan penderita menjadi sangat
anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada
penderita kanker serviks stadium lanjut (Aziz,M.F. dan
Saifuddin,A.B., 2006).
- Perdarahan Kontak
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif,
biasanya timbul perdarahan setelah bersenggama. Hal ini
terjadi akibat trauma pada permukaan serviks yang telah
mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2008).
- Nyeri
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah
sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat
progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah
lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan
miksi dan berat badan semakin lama semakin menurun
khususnya pada penderita stadium lanjut.
- Konstipasi
Apabila tumor meluas sampai pada dinding rektum,
kemudian terjadi keluhan konstipasi dan fistula
rectoingional (Thomas, R.,2002).
- Inkontinensia Urin
Gejala ini sering dijumpai pada stadium lanjut yang
merupakan komplikasi akibat terbentuknya fistula dari
kandung kemih ke vagina ataupun fistula dari rektum ke
vagina karena proses lanjutan metastase kanker serviks
(Thomas, R., 2002)
- Gejala-gejala lain
Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit,
penderita akan menjadi kurus, anemis karena perdarahan
terus-menerus, malaise, nafsu makan hilang, syok dan
dapat sampai meninggal dunia (Rahmat, Y, 2001).
II. KARSINOMA ENDOMETRIUM
a. Pengertian
Karsinoma endometrium berasal dari endometrium
karena berasal dari korpus uteri, juga disebut karsinoma
korpus uteri. Karsinoma endometrium menempati 20-30%,
bersama karsinoma servik uteri, karsinoma ovarium
merupakan 3 jenis keganasan ginekologi yang paling
sering ditemukan.
Karena kekhususan lokasi anatominya, kavum uteri dan
vagina berhubungan dengan dunia luar, gejala awal
karsinoma endometrium seperti perdarahan pervaginam
dapat cepat menarik perhatian dokter maupun pasien,
mudah ditemukan dini. Umumnya kasus ditegakkan
diagnosis lesi masih terbatas pada uteru, selain itu
terdapat lapisan otot cukup tebal menyelimuti
endometrium sehingga tidak mudah menyebar, metastasis
relative baik, survival 5 tahun total antara 60-70%.
b. Epidemilogi
Karsinoma endometrium merupakan keganasan yang
paling sering ditemukan dan menempati urutan ke-2 atau
ke-3 dari karsinoma servik uteri atau karsinoma ovarium.
Di seluruh dunia kasus baru karsinoma endometrium
setiap tahun berjumlah 150.000. perbandingan insiden di
dunia, Amerika Utara, Eropa Utara, memiliki insiden
tertinggi dan kawasan Asia lebih rendah.
Meskipun kanker endometrium dapat timbul pada
semua usia, tapi pada dasarnya merupakan penyakit
wanita lansia, usia rata-rata kejadian adalah sekitar 55
tahun, 10 tahun lebih lanjut disbanding karsinoma servik
uteri. RS Kanker Univ. Zhongshan menghimpun data dari
688 kasus, rata-rata usia timbul penyakit 52,7 tahun. Yang
berusia 50-59 tahun adalah 52,5%.
Dalam 20 tahun terakhir kejadian karsinoma
endometrium di laporkan cenderung meningkat, ratio
insiden karsinoma endometrium terhadap karsinoma
servik uteri dari 1:5-10 di tahun 1950-an naik menjadi 1:1-
3. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yakni
peningkatan taraf hidup rakyat, usia harapan hidup rakyat,
usia harapan hidup manusia terus memanjang, lebih
banyak wanita yang memasuki usia resiko tinggi
karsinoma endometrium, upaya besar-besaran penapisan
kanker servik uteri dan keluarga berebcana menyebabkan
insiden kankerservik uteri menurun sedangkan karsinoma
endometrium relative meningkat, penggunaan meluas
hormone estrogen eksogen menambah resiko timbulnya
karsinoma endometrium. Namun perlu dikemukakan
bahwa hubungan penggunaan estrogen dan resiko
timbulnya karsinoma endometrium berkaitan dengan
factor dosis dan cara penggunaan, rasionalitas, lama
penggunaan, kandungan reseptor di dalam sitoplasma
individual, dll.
c. Etiologi
Penyebab karsinoma endometrium masih belum jelas.
Melalui survey epidemiologi dan eksperimen serta
penelitian klinik dianggap etiologinya mungkin berkaitan
dengan factor berikut :
1. Stimulasi berlebihan jangka panjang hormone estrogen
Endometrium di bawah pengaruh berlebihan hormon
estrogen dalam jangka panjang dapat timbul
hyperplasia, termasuk hyperplasia sederhana,
hyperplasia kompleks, hingga hyperplasia atipikal yaitu
lesi neoplastik intraepitel endometrium, akhirnya
berubah menjadi keganasan. Ratio perubahan
keganasan dari hyperplasia atipik ringan, sedang, berat
endometrium adalah 15%, 24%, dan 45%.
2. Factor nutrisi
Kelebihan masukan protein hewani, lemak dan hidrat
arang berbanding langsung dengan kejadian karsinoma
endometrium, overnutrisi dapat menyebabkan obesitas,
sedangkan lemak berdaya storasi dan sintesis estrogen
mejadi meningkat, sehingga menginduksi timbulnya
karsinoma endometrium . tapi mekanisme penagruh ini
bersifat kompleks.
3. Factor lainnya
Defek imunitas herediter, karsinomatosis, riwayat,
iradiasi kavum pelvis dll. Dianggap sebagai berkaitan
dengan timbulnya karsinoma endometrium.
d. Manifestasi klinik
Gejala Klinik
Pasien karsinoma endometrium stadium dini dapat tak
memiliki gejala khas. Sejalan denga progresif penyakit,
dapat timbul gejala berikut :
1. Perdarahan abnormal pervaginam
Ini adalah gejala paling utama dari karsinoma
endometrium, insiden mencapai 100%, yang dating
dengan keluhan utama ini mencapai 80%.
Manifestasi dapat berupa perdarahan pervaginam
pasca menopause, kekacauan siklus haid pada
wanita usia reproduksi, masa haid memanjang,
menoragi bahkan peradarahan massif dll.
2. Seksresi abnormal pervaginam
Manifestasi berupa sekresi sanguineus atau seperti
air, ini disebabkan lelehan atau perdarahan dari
tumor, bila disertai dengan infeksi dapat timbul
secret purulan dan berbau busuk. Gejala ini itmbul
lebih awal dari perdarahan pervaginam, umumnya
pada pasien pasca menopause sedangkan pada
pasien premenopause gejala ini jarang ditemukan.
3. Nyeri
Pasien stadium dini tak nyeri atau ringan atau
terabaikan dengan progresif penyakit, dapat timbul
nyeri tegang abdomen bawah atau nyeri intermitten
umunya berkaitan dengan retesi darah atau pus
dalam kavum uteri atau infeksi sekunder. Juga
dapat dikarenakan pertumbuhan tumor, uterus
membesar jelas, atau beradhesi dan terfiksasi
dengan organ pelvis, mendesak pleksus saraf sacral,
hingga timbul nyeri tungkai bawah atau
lumbosakral. Yang belakangan biasanya timbul
stadium lanjut.
Tanda fisik
Karsinoma endometrium stadium dini tanpa
tanda fisik yang jelas. Tanda fisik yang utama
adalah pembesaran uterus, sering berupa uterus
membesar ringan sampai sedang. Data dari RS
Kanker Univ. Zhongshan menunjukkan ukuran
uterus normal menempati 38,8%, ukuran uterus
agak membesar tapi lebih kecil dari gravid 8
minggu menempati 10,3%. Maka pada waktu
pemeriksaan fisik pasien karsinoma endometrium
bila menemukan uterus membesar abnormal,
harus menggabungkan riwayat penyakit,
konsistensi uterus, mobilitas dan kondisi lain
dalam analisis terpadu , perlu di pikirkan apakah
disertai miom, adenomioma uterus. Tumor
stadium lanjut dapat menembus tunika serosa
uterus, di permukaan uterus membentuk massa
atau menginvasi parametrium atau adneksa
e. Gambaran histopatologi
Pada tahun 1988 ISGP (International Society of
Ginecological Pathologist) mengemukakan klasifikasi
patologi keganasan endometrium menurut tipe histology
tumor menjadi :
1. Adenokarsinoma endometrium: jenis ini paling sering
ditemukan diantara karsinoma endometrium sekitar
80%, seringkali terkait dengan pemakaian berlebihan
jangka panjang estrogen, obesitas dan hyperplasia
endometrium. Pada adenokarsinoma endometrium,
sering tampak metaplasia epitel skuamous, jika di
dalam adenokarsinoma tampak metaplasia jinak epitel
skuamous disebut sebagai adenokarsinoma keratinisasi
atau adenokantokarsinoma, bila menemukan epitel
skuamous ganas maka merupakan
adenoskuamouskarsinoma, prognosis keduanya
berbeda jauh.
2. Adenokarsinoma serosa papillar. Kejadian tidak terkait
dengan estrogen dan merupakan tipe keganasan
tertinggi dari karsinoma endometrium,sangat mudah
terjadi invasi di otot lapisan uteri dan vascular,
penyebaran intraperitoneal dan metastasis ke kelenjar
limfe juga tak sensitive dengan terapi progestin.
3. Karsinoma sel jernih : secara histologist mirip
karsinoma sel jernih ovarii, prognosis buruk, survival 5
tahun 33-42%.
4. Adenokarsinoma musinosa: secara histo mirip
adenokarsinoma musinosa servik uteri, komponen
utama terdiri atas struktur glandular berdiferensiasi
baik, prognosis relative baik.
5. Karsinoma sel skuamosa : sumbernya mungkin terkait
dengan metaplasia skuamous kelenjar endometrium,
mungin juga langsung berasal dari sel reservasi, dalam
diagnosis harus memperhatikan dua hal :
menyingkirkan karsinoma skuamos servik uteri,
adenoskuamokarsinoma endometrium. Penyakit ini
umumnya pada wanita lansia, prognosisnya sangat
buruk sekali.
6. Karsinoma tak berdiferensiasi : secara histology
menyerupai karsinoma tak berdiferensiasi dari organ
lain, pada diagnosis harus di bedakan dengan limfoma,
sarcoma atau kariokarsinoma, tumor ini sangat jarang
di temukan, prognosis sangat buruk.
Karsinoma Vulva
Definisi
Kanker vulva adalah tumor ganas di dalam vulva. Vulva
merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita,
yang meliputi labia, lubang uretra dan klitoris.
Epidemiologi
80-85% terdapat pada wanita pascamenopause
,terutama dalam decade ke-7 sebagai puncak
insidensi, mengenai 30% pada wanita berusia 50-70
tahun, dan merupakan 3-4% dari semua keganasan
ginekologik.
Karsinoma vulva jarang di temukan pada golongan
umur kurang dari 45 tahun dan jauh lebih jarang lagi
pada wanita hamil. Umumnya di temukan pada
golongan social ekonomi rendah dengan hegiene
seksual yang kurang mendapat perhatian, obesitas
dan hipertensi (kurang dari 50%) . paritas suku dan
ras tidak mempunyai peran. Iritasi menahun seperti
pada limfogranuloma inguinale, kondiloma
akuminata, kondilomalata, kondisi distrophia kulit
vulva seperti pada lichen sclerosus et atrophicus,
leukoplakia, dan kraurosis diduga sebagai pemicu
timbulnya karsinoma vulva (lesi pra neoplastik).
Etiologi
Belum di ketahui diduga mengenai factor etiologi jenis
tumor ganas ini, meskipun di sebut tentang lambatnya
menarce (15-17 tahun) dan awalnya menopause (40
tahun) dalam riwayat penyakitnya. Factor etnik tak
berpengaruh meskipun lesi granulomatosa sering di
temukan pada suku negro.
Patologi
Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif
(ulcero granulating) atau sebagai tumbuhan eksotifik
(wart/kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia
mayora, labia minora, klitoris, dan komisura posterior.
Dapat lesi bilateral, bahkan dapat simetris karena
(kissing). Histologik lebih dari 80% adalah epidermoid
dengan diferensiasi baik, sedang sisanya yang 10%
karsinoma basoselulare, adenokarsinoma,
fibrosarkoma, atau miosarkoma, tumor campuran
(silndroma dan melanoblastoma) yang merupakan 1-
2% dari karsinoma vulva.
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
(*) Keluhan utama:
- Pruritus
- Timbul benjolan di vulva
- Rasa nyeri
- Perdarahan
- Disuria
- Keputihan
- Ulkus.
(*) Keluhan lainnya :
- Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
Histopatologi
- Karsinoma sel skuamosa (86%).
- Melanoma malignum (4,8%).
- Sisanya, adenokarsinoma yang bersamaan dengan
penyakit paget dari vulva, karsinoma verukosa,
karsinoma kelenjar bartholini, karsinoma sel basal
dan sarkoma
Penanganan
Penanganan dilakukan berdasarkan tingkat klinik atau
stadium klinik penyakit.
7. Prinsip tatalaksana diagnosis sementara adalah :
a. Terapi untuk karsinoma intraepitel (CIN)
Terdiri atas terapi konservatif, konisasi dan
histerektomi total.
1. CIN I : menurut data statistik hanya 15% pasien CIN I
mengalami progresivitas lesi, 20% lesi menetap , 65% lesi
lenyap spontan. Maka dapat dipilih terapi fisika atau
observasi dan tindak lanjut.
1. Terapi Operasi
2. Radioterapi
1) Radioterapi radikal
Dapat digunakan untuk terapi karsinoma serviks
stadium I-IV , khususnya sesuai untuk karsinoma
serviks uteri stadium IIB – IV. Tujuannya adalah agar
lesi primer serviks uteri dan lesi sekunder yang
mungkin timbul semuanya mendapat dosis radiasi
maksimal, tapi tidak melebihi dosis toleransi radiasi
organ dalam abdomen dan pelvis. Formula
radioterapi baku adalah iradiasi eksternal kavum
pelvis ditambah radioterapi intrakavital jarak dekat,
dosis titik A 80-85Gy , titib B 50-55Gy ( titik A
terletak 2cm di atas forniks lateral, titik potong
dengan aksis tengah uteru ke lateral 2cm, titik B
terletak pada satu bidang dengan titik A, 3cm di
lateral A).
2) Radioteraapi praoperasi
Digunakan untuk stadium IB2/IIA dengan lesi serviks
uteri >4cm, atau tumor serviks tipe tumbuh
kedalam, kanalis servikaslis sangat jelas membesar.
Radioterapi membuat lesi mengecil, meningkatkan
keberhasilan operasi, menurunkan vitalitas sel
kanker dan penyebaran intraoperatif, sehingga
mengurangi risiko timbulnya rekurensi sentral.
3) Radioterapi pasca operasi
Untuk pasien yang secara patologik terbukti
terdapat meastasis di kelenjar limfe kavum pelvis,
kelenjar limfe para-aorta abdominal,jaringan
parametrium, tumor menginvasi lapisan otot dalam
serviks uteri, tampak tumor residif di vaginal
residual.
3. Kemoterapi
DAFTAR PUSTAKA
1. Wan Desen. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta:
FKUI, 2013.
2. Victor P. Eroschenko. Atlas Histologi diFiore dengan
Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC, 2010.
3. Luiz Carlos Junqueira. Histologi Dasar. Jakarta: EGC, 2007.
4. F. M. Aziz. Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005.
5. Wiknjosastro Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2011.
6. Nugroho Kampono. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011. pp 314.
7. Llewellyn Jones D. Malignancy of the Female Genital Tract
in Fundamentals of Obstetric & Gynaecology. Edisi 6.
1999.
8. Arif Rahman. Jurnal Universitas Sumatera Utara. 2011.
9. WHO. Comprehensive Cervical Cancer Control. Geneva:
2014. pp 366-378.