Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN POST SECTION CAESAREA

DI RUANG ONYX RS BALIMED

BULELENG

OLEH :

KOMANG MIA MELIANI, S.Kep

NIM. C2223105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU
DENGAN SECTION CAESAREA (SC)

BAB I KONSEP DASAR SECTION CAESAREA


A. Anatomi Fisiologi
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi kopulasi, Internal: fungsi
ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus,
kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan/dipengaruhi oleh hormon-
hormon gondaotropin/steroid dari poros hormonal thalamus-hipothalamus -
hipofisis-adrenal-ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/
ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi: payudara, kulit daerah
tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. Genitalia Eksterna

Gambar 1. Sistem Reproduksi Wanita

a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
1) Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
2) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
3) Labia minor
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung
serabut saraf.
b. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
c. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium,
yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
d. Introitus /orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu: selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen
normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis
adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia internal.

e. Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
f. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Genitalia Interna

Gambar 2. Sistem Reproduksi Wanita


a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi
dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi
dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Dinding
rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar
2) Lapisan otot (lapisan miometrium), di tengah
3) Lapisan mukosa (endometrium), di dalam.
Fungsi utama uterus:
1) Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya
perubahan dan pelepasan dari endometrium
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang
3) Tempat melekatnya plasenta
4) Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk
lancarnya persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
a) Serviks uteri (mulut rahim)
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos,
jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri
(dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida)
berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-
posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung
glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai
garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
b) Corpus uteri (batang/badan rahim)
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum
uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh
hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica
urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
c) Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri,
ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum,
ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
1) Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga
panggul dan dasar panggul, seolah-olah menggantung pada
tuba. Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh
jaringan yang longgar disebut parametrium dimana berjalan
arteria, vena uterina pembuluh limpa dan ureter.
2) Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insersi tuba, kedua ligamen ini melelui kanalis inguinalis
kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot
polos dan jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan
uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil mengalami
hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
3) Ligamentum Infundibulo Pelvikum (Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium,
ligamen ini menggantungkan uterus pada dinding panggul.
Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii
propium.

4) Ligamentum Kardinale (lateral pelvic


ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum
ke dinding panggul. Ligamen ini membantu
mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah
(menghalangi pergerakan ke kanan ke kiri) dan mencegah
prolap.

5) Ligamentum Sakro Uterinum


Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke
sakrum mengelilingi rektum.
6) Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
d) Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
1) Arteri uterine
Berasal dari arteria hypogastrica yang melalui ligamentum
latum menuju ke sisi uterus kira-kira setinggi OUI dan
memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan
mengadakan anastomose dengan arteria ovarica.
2) Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke ligamen latum melalui ligamen
infundibulo pelvicum dan memberi darah pada ovarium,
tuba dan fundus uteri. Darah dari uterus dialirkan melalui
vena uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan arterinya
hanya vena ovarica kiri tidak masuk langsung ke dalam vena
cava inferior, tetapi melalui vena renalis sinistra.
b. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan
sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya.
1) Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter
uterotuba pengendali transfer gamet.
2) Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini.
3) Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
“menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
4) Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
c. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan
jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital
ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi
hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron
oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
“menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Fungsi ovarium
adalah:
1) Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone
2) Mengeluarkan sel telur setiap bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum dan
jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis
inferior terhadap arteri renalis.

d. Vagina
Vagina merupakan liang atau saluran yang menghubungkan vulva
dan rahim, terletak diantara kandung kencing dan rectum. Dinding
depan vagina panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm.
Dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae,
sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna
rugarum. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu: lapisan mukosa
yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan
dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral
kanan kiri, forniks anterior dan posterior.
Bagian dari serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio.
Suplai darah vagina diperoleh dari arteria uterina, arteria vesikalis
inferior, arteria hemoroidalis mediana san arteria pudendus interna.
Fungsi penting vagina adalah:
1) Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari
Rahim
2) Alat untuk bersenggama dan Jalan lahir pada waktu bersalin.

B. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012).Sectio
Caesareaadalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatann pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina(Mochtar, 1998 dalam Siti,
dkk 2013)
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/
padadinding perut atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk
melahirkanjanji dan dalam rahim (Mochtar, 2018).
Pre Eklampsi adalah suatu penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan itu
sendiri, pre eklampsia yang teiah lanjut atau pre eklampsia berat
menunjukangejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria
Masa nifas ataupost parfum adalah masa pulih kembali, mulai danpersalinan
selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai keadaansebelum
hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 2018 : 115). Berdasarkan pengertian di
atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwapost sectio caesaria dengan indikasi
pre eklampsia adalah masa pulihnya alat-alatreproduksi setelah kelahiran janin
melaluiinsisi dinding abdomen dan uterusdisebabkan kehamilan itu sendiri
dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, danproteinuria.

C. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
primi para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik
(disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I –II, komplikasi kehamilan yang
disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan
mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).

D. Manifetasi Klinis
Tekanan darah tinggi, edema meluas meliputi muka, tangan dan daerah lambo
sacral, protein lebih dari 5 gram/liter, sakit kepala, penglihatan kabur, mual
muntah, perasaan nyeri ulu hati, oliguria kurang dari 400 ml/jam, rahim kecil
tidak sesuai dengan umur kehamilan. (Depkes RI,2016)
Biasanya tanda-tanda pre-eklamsia timbul dalam urutan pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinnuria. Pada
pre-eklamsia berat ditemukan sakit kepala, skotoma diplopia, penglihatan kabur,
nyeri daerah epigastrium, mual dan muntah. (Wiknjosastro, 2017)

E. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan
Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesareamenjadi salah satu pilihan
persalinan (Sugeng, 2010).Adanyabeberapa hambatan ada proses persalinan yyang
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa,
rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama),
pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien
tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan
saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi

F. Pathway
Plasenta privea, rupture sentralis dan latealis, Panggul sempit,
preeklamsia, partus lama, riwayat operasi sc

Section caesarea

Post operasi
Pra operasi Intra operasi
.aringan terputus .aringan terbuka
Ketakutan Insisi abdomen

Keluarnya darah Merangsang area Proteksi kurang


Peningkatan nadi
sensorik
Nadi meningkat, TD a

Ansietas Nyeri Akut


Resiko
perdarahan Resiko infeksi

G. Klasifikasi
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan iniadalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang
pada segmen atas uterus.
a. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporalakan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
b. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

1) Atonia uteri

2) Plasenta accrete

3) Myoma uteri

4) Infeksi intra uteri berat

H. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagimenjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikitkembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paruyang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisaterjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

I. Pemeriksaan Penunjang/ diagnostik


1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi
Nanda 2015)

K. Penalaksanaan
1. Pre-eklamsia ringan
Istirahat baik fisik maupun psikis. Jika dianggap perlu dengan istirahat baring,
karena dapat menurunkan gejala dan tekanan darah. Pengaturan diet, rendah
garam tinggi protein, zat besi dan vitamin Pemberian obat diuretic
2. Pre-eklamsia berat
Pada dasarnya penanganan pre-eklamsia berat untuk mencegah timbulnya
eklampsia, dan menyelamatkan janin. Dalam waktu perawatan diusahakan
untuk mencegah segala rangsangan pada penderita baik dari luar maupum dari
dalam. Bila kehamilan lebih dari 36 minggu kadang-kadang diadakan
persalinan anjuran atau sectio caesarea untuk menyelamatkan janin dan
mengakhiri per-eklapsia. (Depkesh RI, 1996)
3. Indikasi janin
a. Letak sungsang
b. Letak lintang
c. Presentasi dahi muka Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
d. Gamely
BAB II KONSEP ADAPTASI (Post SC)
A. Konsep Fisiologis
1. Pengertian Adaptasi
Menurut Meinarno (2011) adaptasi adalah proses penyesuaian diri
terhadap lingkungan dan keadaan sekitar. Adaptasi adalah suatu penyesuaian
pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri
pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah
lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi. Adaptasi memiliki dua arti yaitu
adaptasi pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya
sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan kedua disebut penyesuaian diri
yang allopstatis (allop artinya yang lain, statis artinya bentuk). Jadi adaptasi
dalam arti “pasif” yaitu kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan.
Sedangkan dalam arti “aktif” yaitu pribadi mempengaruhi lingkungan.
Dengan demikian adaptasi dapat diartikan suatu proses untuk menyesuaikan
diri dari keadaan sebelumnya ke keadaan yang baru yang dalam hal ini
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
Begitu pula bagi ibu hamil juga membutuhkan adaptasi dalam masa
kehamilannya, terutama bagi ibu primigravida yang sebelumnya belum
pernah memiliki pengalaman hamil.
2. Adaptasi Fisiologis
Selama Kehamilan Kejadian fertilisasi dan konsepsi menyebabkan
perubahan terhadap tubuh ibu selama kehamilan. Perubahan ini terjadi guna
mendukung perkembangan janin, persiapan seorang ibu pada saat bayi telah
lahir dan mempertahankan kesehatan ibu sepanjang periode childbearing
(hamil, melahirkan dan nifas). Perubahan tersebut membuat ibu merasa tidak
nyaman serta dapat mempengaruhi aktifitas ibu sehari-hari. Kondisi tersebut
terkadang membutuhkan beberapa bantuan dan informasi guna membantu ibu
untuk menerima keadaannya. Dengan demikian ibu dapat menjadi lebih sehat,
lebih tenang dengan kondisinya saat ini dan diharapkan kehamilannya dapat
bertahan hingga aterm. Berikut gambaran perubahan sistemorgan yang terjadi
selama kehamilan :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan
cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2) Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimalselama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative
minimal (Prawirohardjo, 2008).
3) Tuba Falopi Selama kehamilan otot-otot yang meliputi tuba
mengalami hipertropi dan epitelium mukosa tuba menjadi
gepeng.pad tuba falopi terjadi peningkata estrogen dan progesteron
yang menyebabkan rambut silia menjadi lebih aktif sehingga mampu
menghantarkan sel zigot menuju kavum uteri dalam waktu yang tepat.
Faktor lain yang dapat menggerakkan silia (rambut getar) adalah
kalori yang dirubah menjadi energi yang dihasilkan dari metabolisme
sel (Manurung, 2011).
4) Vagina Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga
pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan
tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos
(Prawirohardjo, 2008).
b. Sistem Kardiovaskuler
1) Cardiac Output Cardiac output maternal meningkat sekitar 30
sampai 50% selama kehamilan. cardiac output mencapai kadar
maksimum selama trimester pertama atau kedua kehamilan dan
tetap tinggi sampai persalinan. Cardia posisi output tergantung
pada posisi ibu. Jika ibu posisi telentang, uterus yang membesar
menekan vena cava inferior, mengurangi aliran balik vena ke
jantung sehingga menurunkan cardiac output. Pengaruh ini lebih
besar pada saat kehamilan aterm. Antara 1 sampai 10 persen ibu
hamil mengalami supine hypotension syendrome/ sindrom
hipotensi pada saat berbaring telentang dan mengalami penurunan
tekanan darah disertai gejala – gejalan seperti pusing, pening,
mual dan rasa akan pingsan (Indrayani, 2011).
2) Tekanan Darah Penurunan tehanan vaskular prefier selama
kehamilan terutama disebabkan karena relaksasi otot polos
sebagai akibat pengaruh hormon progesteron. Penurunan dalam
peripheral vascular resistance, mengakibatkan penurunan darah
delama trimester pertama kehamilan. tekanan sistolik turun sekitar
5 sampai 10 mmHg dan distolik 10 sampai 15 mmHg. Setelah usia
kehamilan 24 minggu, tekanan darah sedikit demi sedikit naik dan
kembali kepada tekanan darah sebelum hamil pada saat aterm
(Indrayani, 2011).
3) Volume dan Komposisi Darah Volume drah meningkat sekitar
1.500 ml (nilai normal : 85% - 9% berat badan). Peningkatan
terdiri atas 1.000 ml plasma ditambah 450 ml sel darah merah
(SDM). Peningkatan volume mulai terjadi pada sekitar minggu
ke-10 sampai ke-12, mencapai puncak sekitar 30%- 50% di atas
volume tidak hamil pada minggu ke-20 sampai ke-26. Peningkatan
volume merupakan mekanisme protektif. Keadaan ini sangat
penting untuk : 1. Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi
akibat pembesaran uterus 2. Hidrasi jaringan janin fan ibu yang
adekuat saat ibu berdiri atau telentang 3. Cadangan cairan untuk
mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan dan
puerperium. Walaupun volume darah meningkat, tetapi nilai
hemoglobin normal (12-16 g/dl di dalam darah) dan nilai normal
hematokrit (37%-47%) menurun secara drastis. Kondisi ini disebut
anemia fisiologis. Penurunan terlihat jelas pada trimester ke-2 saat
terjadi ekspansi volume darah yang cepat. Apabila nilai
hemoglobin turun sampai 10 g/dl atau lebih atau bila hematokrit
turun sampai 35% atau lebih, maka wanita dalam keadaan anemi
(Indrayani, 2011).
c. Sistem Pernapasan Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil
bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan janin.
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan
uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen
dan kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.
Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang. Tinggi diafragma
bergeser 4 cm selama masa hamil. dengan semakin tuanya kehamilan dan
seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernafasan dada
menggantikan pernafasan perut. Peningkatan vaskularisasi yang
merupakan respon terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada
traktus pernapasan atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah edema
dan hyperemia di hidung, faringm laring, trakea, dan bronkus. Kongesti
di dalam jaringan traktus respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa
kondisi yang umum terlihat selama hidung berdarah (epistaksis),
perubahan suara, danrespon peradangan menyolok bahkan terhadap
infeksi pernapasan bagian atas yang ringan sekalipun. Wanita hamil
bernafas lebih dalam (meningkatkan volume tidal, volume gas beergerak
masuk atau keluar traktus respiratorius pada setiap terikan nafas). Karena
volume tidal meningkat maka PO2 meningkat dan PCO2 menurun.
Keadaan ini memberikan keuntungan bagi janin sehingga benyak oksigen
yang ditransfer melalui plasenta ke sirkulasi ibu. Progesteron dan oksigen
diduga menyebabkan peningkatan sensitivitas pusat pernafasan terhadap
karbondioksida (Indrayani, 2011). 4) Sistem Perkemihan Ginjal pada saat
kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm,
volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil.
Filtrasi glomelurus meningkat sekitar 69% selama kehamilan
peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi sampai aterm dan akan
kembali normal pada 20 minggu post partum. Pada kehamilan ureter
membesar untuk menampung bayaknya pembentukan urine, terutama
pada ureter kanan karena peristaltic ureter terhambat karena pengaruh
progesterone, tekanan rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke
kanan disebabkan karena terdapat kolon dan sigmoid di sebelah kiri.
Kandung kemih atau blass pada masa kehamilan tertekan oleh uterus
karena posisi blass berada di depan uterus sehingga akan meningkatkan
frekuensi buang air kecil.
Terutama pada trimester I, trimester II tekanan uterrus terhadap blass
berkurang. Karena uterus sudah mulai keluar dari rongga panggul dan
pada trimester III sering terjadi rangsangan kembali karena bagian
terendah janin turun ke rongga panggul. Selain itu vaskularisasi pada
blass menyebabkan tonus otot turun. Terjadinya hemodilusi juga
menyebabkan metabolisme air meningkat sehingga pembentukan urine
bertambah dan kapasitas blass sampai 1.500 ml (Indrayani, 2011). Sistem
Persyarafan Menurut Indrayani (2011) perubahan fisiologis spesifik akibat
kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan
neuromuskular.
Gejala – gejala tersebut antara lain :
1) Kompresi syaraf panggul atau statis vaskular Akibat dari pembesaran
uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
2) Lodisus doesolumbar Dapat mengakibatkan nyeri akibat tarikan pada
syaraf atau kompresi akar syaraf.
3) Edema pada syaraf perifer Dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama trimester III kehamilan. Edema menekan syaraf
median di bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Syindrom
ini ditandai oleh parastesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar
akibat gangguan pada sistem syaraf sensori) dan nyeri pada tangan
yang menjalar ke siku. Tangan yang dominan yang paling banyak
yang biasanya terkena.
4) Akroestesia (Rasa baal dan gatal di tangan) Akibat dari posisi bahu
yang membungkuk dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil.
Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus brakialis.
5) Nyeri kepala Akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa
cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Dan dapat juga
dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti kesalahan refleksi,
sinusitis atau migrain.
6) Nyeri kepala ringan Rasa ingin pingsan dan bahkan sering terjadi
pada awal kehamilan. ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural
atau hipoglikemia mungkin merupakan keadaan yang menyebabkan
gejala ini.
7) Hipokalsemia Dapat menimbulkan masalah Neuromuskular seperti
kram otot atau tetani. Adanya tekanan pada syaraf menyebabkan kaki
menjadi oedema. Hal ini disebabkan karena meningkatnya tekanan
vena dibagian yang lebih rendah dari uterus akibat sumbatan parsial
venakava oleh uterus yang hamil. Penurunan tekanan osmotik koloid
intertisial yang ditimbulkan oleh kehamilan normal juga cenderung
menimbulkan oedema pada akhir kehamilan.
8) Sistem Pencernaan Peningkatan hormonal pada awal kehamilan
berdampak terhadap perubahan sistem pencernaan.
d. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil antara lain : mual muntah, sekresi
saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak, motilitas lebih rileks,
distensi vaskuler pada daerah gusi (epulsi).
Peningkatan frekuensi mual dan muntah yang dialami oleh ibu hamil
berpengaruh terhadap menurunnya cairan elektrolit di dalam tubuh.
Namun perubahan tersebut tidak selalu dialami oleh ibu hamil. Beberapa
refenrensi menyatakan bahwa ibu primi gravida, usia remaja dan
kehamilan yang tidak diinginkan beresiko ibu mengalami hiperemesis.
Kesiapan psikologi menghadai perubahan fisik selama hamil membuat
ibu lebih tenang menghadapi kehamilan. ibu akan lebih sering
mengeluarkan air ludah yang bersifat asam. Sehingga nafsu makan ibu
akan berkurang. Kondisi ini lebih sering dialami pada saat trimester
pertama. Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja menyebabkan mual
tetapi juga konstipasi. Ibu akan lebih sering melakukan mengedan.
Tindakan tersebut menyebabkan ibu mengalami haemoroid.
Untuk mencegah terjadinya haemoroid maka ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum cairan yang banyak. Jika
kondisi ini berlanjut maka lambung akan mengalami penurunan asam
lambung dan perlambatan pengosongan lambung, yang menyebabkan
kembung.
Meningkatnya volume darah membuat semua vaskuler mengalami
distensi termasuk pembuluh darah yang ada di gusi. Gusi akan
mengalami pembengkakan dan berwarna merah. Kesalahan memilih sikat
gigi dan tehnik melakukan sikat gigi membuat gusi berdarah. Hal ini
membuat ibu takut untuk melakukan sikat gigi, sehingga memicu
terjadinya karies selama kehamilan akibat tingkat keasaman saliva yang
tinggi. Karies beresiko memicu terjadinya kelahiran premature akibat
terjadinya kontraksi (Manurung, 2011).
Sistem Muskuloskeletal Kebutuhan kalsium meningkat 33% tetapi
tidak diambil dari gigi. Sendi pelvik sedikit dapat bergerak untuk
mengkompensasi pembesaran janin, bahu tertarik kebelakang dan lumbal
lebih lengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat
menyebabkan nyeri punggung. Terjadinya kram otot tungkai dan kaki
tidak diketahui penyebabnya, mungkin berhubungan dengan metabolisme
kalsium dan fosfor, kurangnya drainase sisa metabolisme otot atau postur
yang tidak seimbang (Manurung, 2011).
3. Adaptasi Psikologis
Selama Kehamilan Menurut Manurung (2011) kehamilan adalah
kondisi yang membawa perubahan pada sturktur keluarga yang berdampak
adanya proses adaptasi pada semua anggota keluarga sehingga disebut
sebagai masa-masa krisis. Krisis dinyatakan sebagai suatu ketidak
seimbangan psikologis yang disebabkan oleh situasi atau tahap
perkembangan yang sedang dijalani. Masa krisis sering dikaitkan dengan saat
terjadinya gangguan, perubahan identitas dan peran bagi setiap orang : ibu,
bapak, sibling dan anggota keluarga lainnya. Pada awalanya, masa adaptasi
keluarga terhadap kehamilan terdapat periode syok dan menyangkal,
kemudian kebingungan dan preoccupation (sibuk) dengan berbagi masalah.
Respon terhadap kehamilan biasanya diikuti dengan adanya suatu aksi
untuk menghasilkan suatu solusi dan akhirnya terjadi proses belajar dari
pengalaman. Cara orang bereaksi terhadap krisis tergantung pada tiga faktor.
Tiga faktor yang menyebabkan krisis yaitu :
a. Persepsi Penafsiran seseorang terhadap kondisinya saat ini. ibu hamil
dengan tingkat pengetahuan yang cukup akan mempersepsikan bahwa
kehamilan itu adalah normal bagi seorang wanita, namun tidak jarang
seorang ibu hamil mempersepsikan kehamilan itu adalah suatu beban
yang harus dijalanunya selama sembilan bulan. Kondisi ini membuat ibu
sering mengalami stress bahkan depresi.
b. Dukungan Situasional Dukungan yang diperoleh oleh seseorang saat
dibutuhkan. Dukungan tersebut bisa dalam bentuk informasi, finansial,
keluarga dan petugas kesehatan. Kehamilan yang tidak dikehendaki
membua tibu tidak memiliki dukungan dari lingkungannya.
c. Mekanisme Koping Bentuk pertahanan diri terhadap stressor yang
dialami seseorang.
Bentuk mekanisme koping ada yang adaptatif (pertahanan diri yang
baik) dan ada maldaptif (bentuk pertahanan diri yang merusak). Menurut
teori Reva Rubin perubahan psikologi diawali sejak trimester I.
Perubahan psikologi terkait dengan pencapaian peran sebagai ibu, dimana
untuk mencapai peran tersebut seorang wanita memerluka proses belajar
melalui serangkaian aktifitas. Rubin mengelompokkan tiga aspek
identitas peran seornag ibu, sebagai berikut :
1) The ideal image (karakteristik dan aktivitas seorang ibu) Seorang
eanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan
meniru penampilan peran ibunya. Belajar dari penampilan ibunya
sehari-hari merupakan suatu role model yang baik untuk mencapai
kesuksesan ibu dalam menjalankan peran yang baru.
2) The self image (pandangan dirinya sebagai ibu karena
pengalamannya) Seorang wanita akan menjalankan peran barunya
sebagai seorang ibu berdasarkan penampilan peran ibu yang telah
diadopsi baik itu dari ibunya maupun dari pengalamannya yang
pertama. Pengalaman ini membentuk penampilan baru bagi dirinya.
3) The body image (bentuk fisik seorang ibu akibat kehamilan dan
melahirkan) Perubahan fisik dari pengalaman ibu sebelumnya dapat
mempengaruhi ibu menjalankan perannya sebagai ibu. Iu merasakan
perubahan body image membuat dirinya mengalami gangguan
konsep diri. Namun tidak selalu ibu merasakan perubahan fisik yang
dialami saat ini membuat ibu tersebut mengalami gangguan dalam
menjalankan perannya. Sebagian ibu akan mengingat kembali proses
dalam mengadopsi peran-peran yang telah dijalankan saat ini serta
mengevaluasi aktifitas peran baru yang sudah dilakukannya.
Proses pencapaian peran baru seorang ibu sangat dipengaruhi
banyak faktor. Wanita yang pertama kali mengalami kehamilan
membayangkan tentang kehamilan dalam pikirannya seperti apa
wanita hamil dan bagaimana peran seorang ibu. Ibu hamil
membentuk pemikiran tantang kehamilan dari ibunya sendiri,
pengalaman hidupnya, dan kebudayaan tempat ia dibesarkan.
Persepsi ini mempengaruhi bagaimana seorang ibu hamil berespon
terhadap kehamilan dan peran yang akan dijalaninya. Sedangkan
seorang suami membayangkan bahwa kehamilan adalah bagaimana
menajdi bapak dan seperti apa seorang bapak tersebut. Suami
membentuk pemikiran tersebut dari ayahnya, pengalaman hidupnya
dan kebudayaan tempat ia dibesarkan.
Persepsinya terhadap kehamilan mempengaruhi bagaimana ia
memperhatikan ibu dari anakanaknya. Banyak suami menjadi
khawatir terhadap ibu dari anaknya dan mengambil peran aktif dalam
memberian perawatan medis. Selain itu juga beberapa suami
mengambil bagian dalam merasakan fisiologis kehamilan tersebut
misalnya : mengalami gejala seperti ngidam, agak malas, atau sakit.
Fenomena ini oleh beberapa ahli medis disebut mitleiden atau
menderita bersama. Beberapa tugas yang harus dilakukan wanita atau
pasangan dalam kehamilan :
1) Percaya bahwa kehamilan berhubungan dengan janin dimana
janin berada dalam satu tubuh dengan ibu. Tugas pasangan
adalah menjaga kehamilan dengan memperhatikan fisik ibu.
Upaya yang dilakukan oleh pasangan adalah memenuhi asupan
nutrisi dan memperhatikan status psikologis ibu.
2) Persiapan terhadap kelahiran janin dan pemisahan secara fisik
kondisi ibu dan kondisi janin. Pasangan dapat menyiapkan
kebutuhan financial dalam menyamut kelahiran bayi, memenuhi
kebutuhan bayi dan kebutuhanibu.
3) Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran
transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga. Belajar dari orang
tua atau teman serta mengadopsi pengalaman masa lalu dalam
menghadapi transisi menjadi ornag tua atau penerimaan anggota
baru. Pada trimester kedua kehamilan (minggu 12-24) wanita
sudah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan tubuhnya. Tubuh
wanita telah terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi,
Morningsickness telah hilang, ibu teelah menerima
kehamilannya dan menggunakan pikiran dan energinya lebih
konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum menyebabkan
ketidaknyamananan dengan ukurannya. Selama trimester ini,
terjadi Quickening ketika ibu merasakan gerakan janinnya
pertama kali, pengalaman tersebut memberikan suatu
kebahagiaan tersendiri bagi ibu. Quickening menandakan
pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru dalamtubuh ibu, hal
ini sering menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologis
yang besar. Gambaran sifat dari reaksi emosional wanita
terhadap kehamilannya tersebbut dimodifikasi oleh perbedaan
kepribadian individu. Beberapa wanita mengalami peningkatan
mood, yang sebelumnya tidak ada perubahan. Peningkatan
energi pada ibu berdampak terhadap perkembangan kehamilan
kearah yang lebih baik. Peran sistem pendukung sangat
dibutuhkan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif
yang ditampilkan oleh ibu dengan memberikan rasa aman pada
ibu, menjelaskan oleh ibu perasaan-perasaan ibu bukan hal yang
aneh serta memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Pengkaan data demografi, keluhan utama saat ini, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyait keluarga, dan riwayat ginekologi, pengkajian nutrisi,. Eliminasi,
aktifitas dan tidur, seksualitas,. Persepsi dan kognitif, Konsep diri, nilai keyakinan,
penilaian fisik,. Leopold.
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea).
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan trauma trauma jaringan atau luka kering
bekas operasi
4. Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI ditandai dengan produksi ASI kurang
5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan, tidak familier
dengan sumber informasi ditandai dengan pengungkapan masalah
C. RENCANA KEPERAWATAN, INTERVENSI & EVALUASI

No Diagnosa NOC NIC


Nyeri 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian analgetik :
1
Akut a. Mengenali kapan terjadi nyeri (5) a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri
secara konsisten menunjukkan. sebelum mengobati pasien
b. Menggambarkan factor penyebab b. Cek adanya riwayat alergi obat
(5) secara konsisten menunjukkan. c. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai
c. Menggunakan tindakan ketika lebih dari satu diberikan
pengurangan (nyeri) tanpa analgesik 2. Manajemen nyeri
(5) secara konsisten menunjukkan. a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
d. Menggunakan analgetik yang di lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
rekomendasikan (5) secara konsisten atau beratnya nyeri dan factor pencetus
menunjukkan. b. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan
e. Melaporkan perubahan terhadap dengan pemantauan yang ketat
gejala nyeri pada professional c. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
kesehatan (5) secara konsisten nyeri
menunjukkan. d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
f. Melaporkan nyeri yang terkontrol nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
(5) secara konsisten menunjukkan. akibat ketidaknyamanan akibat prosedur
e. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan
f. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri
g. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi dan farmakologi
3. Monitor Tanda-Tanda Vital
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
b. Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika
memungkinkan
c. Monitor suara paru
d. Monitor warna kulit, suhu, kelembapan
e. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia dan
hipotermi2
Ansietas 1. Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
2 2. Koping 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
a) Klien mampu mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala cemas prosedur
b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol mengurangi takut
cemas 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
c) Vital sign dalam batas normal prognosis
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
tubuh dan tingkat aktivitas 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
menunjukkan berkurangnya kecemasan relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10.Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
11.Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12.Kelola pemberian obat anti cemas:........
Risiko Infeksi 1. Kontrol resiko 1. kontrol resiko
3
a. Mengidentifikasi factor resiko (5)
a) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah dipakai pasien
secara konsisten menunjukkan
lain
b. Mengenali factor resiko individu (5)
b) Pertahankan teknik isolasi
secara konsisten menunjukkan
c) Batasi pengunjung bila perlu
c. Memonitor factor resiko di
d) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
lingkungan (5) secara konsisten
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
menunjukkan
e) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
d. Memonitor factor resiko individu (5)
f) Cuci tangan setiap sebelum dan setelah tindakan
secara konsisten menunjukkan
keperawatan
e. Mengembangkan strategi yang g) Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
efektif dalam mengontrol resiko (5) h) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
secara konsisten menunjukkan i) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
f. Mengenali perubahan status dengan petunjuk umum
kesehatan (5) secara konsisten j) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
menunjukkan k) Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
l) Tingkatkan intake nutrisi
m)Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
n) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
o) Monitor hitung granulosit, WBC
p) Monitor kerentanan terhadap infeksi
q) Batasi pengunjung
r) Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
s) Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
t) Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
u) Dorong masukan cairan
v) Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep
w) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
x) Ajarkan cara menghindari infeksi
4 Ketidakefektifan NOC NIC
Pemberian ASI 1. Keberhasilan Menyusui : Bayi 1. Pengurangan kecemasan
a. Kesejajaran tubuh yang sesuai a Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
dan (bayi) menempel dengan b Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
baik (5) sepenuhnya adekuat c Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
b. Genggaman (tangan bayi) pada d Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
areola dengan tepat (5) mengurangi ketakutan
sepenuhnya adekuat e Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
c. Reflek menghisap (5) f Dengarkan klien
sepenuhnya adekuat g Puji / kuatkan perilaku yang baik secara tepat
d. Terdengar menelan (5) h Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
sepenuhnya adekuat mengurangi tekanan
e. Menyusui minimal 5 – 10 menit 2. Dukungan Emosional
per payudara (5) sepenuhnya a. Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman
adekuat emosinya
f. Minimal menyusui 8 kali per b. Eksplorasi apa yang memicu emosi pasien
hari (5) sepenuhnya adekuat c. Buat pertanyaan yang mendukung dan berempati
g. Buang air kecil per hari sesuai d. Rangkul dan sentuh pasien dengan penuh dukungan
usia (5) sepenuhnya adekuat e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang
h. Feses cair, kuning, dan berserat sesuai
per hari sesuai usia (5) f. Bantu pasien untuk mengenali perasaannya seperti
sepenuhnya adekuat adanya cemas, marah, atau sedih
i. Penambahan berat badan sesuai g. Berikan bantuan dalam pembuatan keputusan
usia (5) sepenuhnya adekuat h. Temani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan
j. Bayi puas setelah makan (5) keamanan selama periode cemas
sepenuhnya adekuat 3. Manajemen Nutrisi
2. Keberhasilan Menyusui :  Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien )
Maternal untuk memenuhi kebutuhan gizi
a. Posisi nyaman selama menyusui  Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan
(5) sepenuhnya adekuat yang dimiliki pasien
b. Pengeluaran ASI (5) sepenuhnya  Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
adekuat pasien
c. Hisapan dihentikan sebelum  Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu:
dipindah ke payudara lain (5) membahas pedoman diet dan piramida makanan)
sepenuhnya adekuat  Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau
d. Intake cairan ibu (5) sepenuhnya piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi
adekuat kebutuhan nutrisi dan prefensi (misalnya., Piramida
e. Mengenali isyarat lapar di awal Makanan Vegetarian, Piramida Panduan Makan, dan
(5) sepenuhnya adekuat Piramida Makanan untuk Lanjut Usia Lebih dari 70
3. Mempertahankan Pemberian ASI tahun)
a. Pertumbuhan bayi dalam rentang  Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
normal(5) sepenuhnya adekuat bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih
b. Perkembangan bayi dalam sehat, jika diperlukan
rentang normal (5) sepenuhnya  Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan
adekuat makanan protein tinggi; menyerahkan menggunakan
c. Mengenali tanda – tanda bumbu dan rempah – rempah sebagai alternative untuk
penurunan pasokan ASI (5) garam, menyediakan pengganti gula; menambah atau
sepenuhnya adekuat mengurangi kalori, menambah atau mengurangi
d. Puas dengan proses menyusui (5) vitamin, mineral, atau suplemen)
sepenuhnya adekuat  Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
 Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
 Beri obat – obatan sebelum (misalnya, penghilang rasa
sakit, antiseptic) jika diperlukan
 Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di
kursi, jika memungkinkan
 Pastikan makan disajikan dengan cara yang menarik
dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi
secara optimal
 Anjurkan keluarga untuk membawa maknan favorit
pasien sementara pasien berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
 Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
kondisi sakit(yaitu: untuk pasien dengan penyakit
ginjal, pembatasan natrium, kalium, protein, dan
cairan)
 Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
 Monitor kalori dan asupan makan
 Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
4. Konseling Laktasin
a. Berikan informasi mengenai manfaat (kegiatan )
menyusui baik fisiologis maupun psikologis
b. Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
c. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
d. Beri kesempatan pada ibu untuk menyusui setelah
melahirkan, jika memungkinkan

Defisiensi NOC NIC


5
pengetahuan Pengetahuan : manajemen penyakit akut 1. Peningkatan kesadaran kesehatan
1. Faktor-faktor penyebab dan factor a. Ciptakan lingkungan perawatan kesehatan dimana
yang berkontribusi (5) pengetahuan b. pasien dengan permasalahan memahami aksara dapat
sangat banyak. c. mencari bantuan tanpa merasa malu atau merasa dicela
2. Perjalanan penyakit biasanya (5) d. Gunakan komunikasi yang sesuai dan jelas
pengetahuan sangat banyak. e. Gunakan bahasa sederhana
3. Manfaat manajemen penyakit (5) f. berikan informasi penting secara tertulis maupun lisan
pengetahuan sangat banyak. pada pasien sesuai dengan bahasa utamanya/bahasa ibu
4. Tanda dan gejala penyakit (5) g. pertimbangkan hal yang telah pasien ketahui tentang
pengetahuan sangat banyak. kondisi kesehatannya atau risikonya dan
5. Tanda dan gejala komplikasi (5) menghubungkan informasi baru dengan apa yang sudah
pengetahuan sangat banyak pasien ketahui
penggunaan obat-obatan resep yang
benar (5) pengetahuan sangat 2. Pengajaran : proses penyakit
banyak. a. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan paktovisiologi penyakit dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan visiologi sesuai
kebutuhan
c. Riview pengetahuan pasien mengenai kondisinya
d. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
e. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit,
sesuai kebutuhan
f. Eksplorasi bersama pasien apakah dia telah mealakukan
manajemn gejala
g. Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan
h. Identifikasi kemungkinan penyebab sesuai kebutuhan
i. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai
kebutuhan
j. Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk mencegah
atau meminimalkan efek samping penanganan dari
penyakit, sesuai kebutuhan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum
maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen dan dependen.

E. EVALUASI
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau
muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan
tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA

Juall Carpenito – Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-2014. Philadelphia :


NANDA International

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagosa Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai