TINJAUAN TEORI
Anatomi fisiologi alat reprokduksi wanita menurut sukarni dan wahyu (2013):
Terdiri alat/organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi internal : fungsi ovulasi, fertilisasi
1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
2) Monspubis / monsveneris
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah dan belakang banyak
posterior)
4) Labia minora
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
5) Clitoris
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung seravut saraf,
sangat sensitif.
6) Vestibulum
Daerah dengana batas atas clitoris, batas bawah fourchette, batas lateral
7) Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tulang mulai dari tepi cervix
uteri dibagian cranial dan dorsal sampai ke vulva dibagian kaudal ventral.
dinding ventral dan dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis,
ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi
dari sinus urogenetalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornicer anterior,
8) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi bawah anus. Batas otot-otot
Perinal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Gambar.2.2 : genetalia eksterna Wanita / dilihat dari depan Posisi dorsal recumbent
(https://www.informasibidan.com/2015/10/genetalia-eksterna-wanita.html)
1) Uterus
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan
utama : otot polos, jaloinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
Bagian luar dalam ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi lapisan
3) Corpus Uteri
miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot
longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan sesuai siklus haid
mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada diatas vesika urinaria.
5) Vaskularisasi Uterus
6) Salping/tuba falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus mulleri. Sepasang tuba
dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding
tuba.
10) Mesosalping
11) Ovarium
(dari sel epitel germinal primordial dilapisan terluar epitel ovarium dikorteks),
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk
2. Etiologi
Menurut Padila (2015), indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar
a. Ruptur uteri imminen adalah bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut
darah.
b. Fetal distress adalah gawat janin yang bisa terjadi saat suplai oksigen bayi tertahan
di utero dan dapat membahayakan janin karena janin tidak mendapatkan suplai
c. Janin besar melebihi 4000 gr adalah janin yang ada dalam rahim mempunyai berat
badan lebih dari normal yang bisa dikatan besar karena melebihi 4000 gr dari bayi
minggu.
3. Jenis-Jenis Operasi Sectio Caesarea
Kelebihan:
Kekurangan:
kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Kekurangan:
perdarahan banyak
sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang(longitudinal)
4. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan sayatan pada dinding uterus untuk melahirkan
bayi atas indikasi tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh ibu untuk melakukan
kelahiran secara normal. Indikasi dilakukan tindakan ini yaiu distorsia jaringan lunak,
plasenta previa, panggul sempit, dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat
janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan
mengalami adaptasipost partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sediki,luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insisis yang
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janinmaupun ibu
anestei janin sehingga kadang -kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap atonia uteri sehingga banyak darah yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja
otot nafas sillia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun.Makanan yang dilambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien akan sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (saifuddin, mansjoer &
prawirohardjo,2011)
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Nurarif dan Kusuma (2015) yaitu:
Perlengkapan plasenta atau ari-ari yang berada pada bagian bawah rahim
Panggul sempit apabila ukuran dari sonjugata vera lebih kecil dibandingkan
panggul
d. Ruptur uteri
Merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinan.
e. Partus lama
Suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan adanya
g. Distorsia serviks
i. Malpresentasi janin
1) Letak lintang
2) Letak bokong
6. Indikasi
Menurut Padila (2015) Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan
hal - hal yang perlu tindakan Sectio Caesarea proses persalinan normal lama / kegagalan
a. Fetal distress
Adalah kondisi yang terjadi saat suplai oksigen bayi tertahan diutero akibat
beberapa faktor seperti rusaknya plasenta, kompresi ari-ari,infeksi janin, atau hanya
sang ibu dalam posisi dirinya menekan pembuluh darah utama, yang pada akhirnya
b. His lemah / melemah atau ketidak adekuatan untuk melakukan pembukaan serviks
e. Plasenta previa yaitu perlengkapan plasenta atau ari-ari yang berada pada bagian
f. Kelainan letak yaitu terjadi kehamilan dan perkembangan janin dalam rahim ibu
yang tidak sesuai dengan tempat yang seharusnya sehingga dapat membayakan
janin.
terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan secara terus menerus sehingga
i. Hydrocephalus adalah kelainan pada janin akibat penumpukan cairan pada daerah
kepala sehingga terjadi pembesaran yang terus bertambah pada daerah kepala.
j. Primi muda atau tua kehamilan yang terjadi pada saat ibu masih berumur terlalu
k. Partus dengan komplikasi yaitu terjadi keguguran atau kelahiran pada janin akibat
l. Panggul sempit apabila ukuran dari sonjugata vera lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran tranversa sehingga dapat menimbulkan kesulitan sonjugata vera dilalui oleg
tranversa.
7. Komplikasi
antara lain:
2) Sedang , suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
b. Perdarahan
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Periksa dan catat tanda--tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
d. Pemberian antibiotika
e. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6 - 10 jam setelah operasi, latihn pernafasan dapat dilakukan penderita sambil
tiduran terlentang sedini mungkin setelah sadar, hari kedua post operasi pasien dapat
duduk selama 5 menit dan dimint untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya,
kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk,
f. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi pada bedah sectio caesarea penderita dapat
Letak Lintang ialah jika letak anak di dalam rahim sedemikian rupa hingga paksi tubuh
anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh
anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut 90o) jarang sekali terjadi. (Eni
Pada letak Lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan kepala
terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada keadaan
ini, janin biasa berada pada presentase bahu/ akromion. (Icesmi Sukarni, 2013)
Karena biasanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut
Pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi insiden hampir sepuluh kali lipat
dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut yang
b. Janin prematur. Pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin
c. Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya plasenta atau tumor di jalan
d. Abnormalitas uterus. Bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak
dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
e. Panggul sempit. Bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir. (Sumarah, 2008, Hal. 142)
3. Diagnosis letak Lintang
a. Pemeriksaan abdominal
3) Fundus uteri lebih rendah dari yang diharapkan sesuai dengan umur
kehamilan. Dikatakan uterus jongkok. Batas atasnya dekat pusat dan lebih
4) Di kutub atas dan bawah uterus tidak teraba kepala maupun bokong
Denyut jantung janin terdengar paling jelas dibawah pusat dan mempunyai arti
c. Pemeriksaan vaginal
Yang paling penting adalah hasil negatif, tidak teraba kepala maupun bokong. Bagian
terendah janin tinggi diatas PAP. Kadang-kadang dapat di raba bahu, tangan, iga, atau
punggung anak. Oleh karena bagian terendah tidak dengan baik menutup panggul,
d. Pemeriksaan sinar – X
adanya kelainan janin atau panggul ibu. (Harry oxorn, 2010, Hal. 234)
4. Mekanisme persalinan
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam Letak
Lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi
lembek, atau bila panggul luas. (Amru sofian, 2013, Hal. 252)
kelahiran spontan dari neonatus yang sepenuhnya telah berkembang tidak mungkin
terjadi dengan posisi melintang yang persisten. Setelah membran ruptur, jika persalinan
berlanjut, bahu janin di dorong ke dalam panggul, dan lengan yang berhubungan sering
kali menonjol. Setelah beberapa penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas panggul,
dengan kepala pada salah satu fossa iliaca dan bokong pada fossa lainnya. Seiring
berlanjutnya persalinan, bahu tertahan dengan kuat di bagian atas panggul. Kemudian
uterus berkontraksi dengan kuat pada usaha yang tidak berhasil untuk mengatasi
Jika janin kecil biasanya kurang dari 800 gram dan panggul luas, pelahiran spontan
mungkin terjadi walaupun dengan posisi yang abnormal. Janin tertekan oleh kepala
yang mendorong abdomennya. Bagian dinding toraks di bawah bahu akan menjadi
bagian yang paling menggantung, terlihat pada vulva. Kepala dan toraks kemudian
melewati rongga panggul pada waktu yang sama. Janin, yang seperti terlipat dan karena
itu terkadang disebut conduplicato corpore, keluar. (Gary cunningham, 2013, Hal. 498)
Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban cenderung pecah dini dan
dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat, kematian janin, dan rupture
6. Prognosis
dilakukan penanganan yang memadai maka hasilnya akan baik. Letak Lintang yang
kasep mengakibatkan kematian semua bayi dan banyak diantaranya ibunya yang juga
Letak Lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya
untuk ibu maupun anak. Biarpun bisa lahir spontan anaknya akan lahir mati. Dalam
keadaan tertentu, bila umur kehamilan <30 minggu dan atau berat anak <1400 gram
Kebanyakan kematian maternal disebabkan oleh ruptur uteri spontan atau ruptur uteri
Penyebab kematian bayi ialah prolapsus funikuli dan asfiksia karena kontraksi
rahim terlalu kuat. Juga tekukan leher yang terlalu kuat dapat menyebabkan kematian.
Prognosis bayi sangat bergantung pada saat pecahnya ketuban. Selama ketuban masih
utuh, bahaya bagi anak dan ibu relatif kecil. Oleh karena itu, kita harus berusaha
pemeriksaan dalam.
Jika letak janin tetap lintang saat ibu memasuki persalinan, pelahiran pervagina
mustahil di lakukan. Ini merupakan situasi ketika ibu harus benar – benar diingatkan
bahwa tindakan sectio caesarea harus dilakukan, sebab jika tidak, baik ibu maupun
janin beresiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas. Satu- satunya pengecualian
untuk kasus ini adalah untuk janin yang berukuran kecil atau prematur, yang
merupakan indikasi untuk pelahiran caesar. Sebelum persalinan atau pada awal
persalinan, dengan membran yang intak, usaha versi eksternal bermanfaat jika tidak ada
komplikasi lain. Jika kepala janin dapat dimanuver melalui manipulasi abdomen ke
dalam pelvis, kepala harus tetap harus berada di sana selama beberapa kontraksi
selanjutnya dalam usaha untuk memperbaiki kepala dalam panggul. (Gary cuningham,
Dengan pelahiran caesar, karena baik kaki maupun kepala janin tidak berada pada
segmen bawah uterus, insisi melintang rendah ke dalam janin tidak berada pada segmen
bawah uterus, insisi melintang rendah ke dalam uterus dapat menyebabkan ekstraksi
janin yang sulit. Hal ini sangat benar pada presentasi dorsoanterior. Dengan demikian,
selamat
c) Pada multipara dengan riwayat obstetri jelek seperti persalinan yang sukar,
e) Pada pasien dengan riwayat sterilisasi. (Harry Oxorn, 2010, Hal. 237)
D. Gambaran Umun tentang Gestasional Hipertensi
kematian maternal. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang
tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, stroke, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PTM
merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan
penderita lebih satu milyar orang. Data World Health Organization (WHO) tahun 2013
menunjukkan bahwa sekitar satu milyar orang penduduk dunia menderita hipertensi
dan angka tersebut akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Prevalensi
hipertensi meningkat di negara- negara Afrika sebesar 46% dan lebih rendah di negara
maju sebesar 35%2 . Di Amerika Serikat prevalensi hipertensi 31%, laki-laki lebih
tinggi dibanding perempuan (39% dan 23%). Insidensi hipertensi meningkat 10% pada
Kondisi ini memerlukan strategi manajemen khusus agar hasilnya lebih bagus.
Hipertensi pada kehamilan mempengaruhi ibu dan janin, dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin jika tidak dikelola dengan baik.
kardiovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, stroke dan
a) Jangka pendek Ibu : eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL
sindrom, gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan
b) Jangka panjang Wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko
menjadi ringan- sedang (140 – 159 / 90 – 109 mmHg) dan berat (≥160/110 mmHg).
Pada semua wanita hamil, pengukuran tekanan darah harus dilakukan dalam posisi
duduk, karena posisi telentang dapat mengakibatkan tekanan darah lebih rendah
daripada yang dicatat dalam posisi duduk. Diagnosis hipertensi pada kehamilan
membutuhkan pengukuran tekanan darah dua kali terjadi hipertensi setidaknya dalam
6 jam.
Pada kehamilan, curah jantung meningkat sebesar 40%, dengan sebagian besar
selama trimester ketiga. Pada trimester kedua, resistensi vaskular sistemik menurun,
1) pre-eklampsia/ eklampsia,
4) hipertensi gestational
kehamilan
mg/dl
serum
4. Hipertensi gestasional
tanpa proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%. Sebagian wanita (> 25%) berkembang
darah > 160/110 mmHg. Tekanan darah baru menjadi normal pada post partum, biasanya
diagnosis hipertensi gestasional biasanya diketahui setelah melahirkan dalam sepuluh hari.
Pasien mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit perut dan tes
laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah dan tes fungsi hati abnormal.
Hipertensi gestasional terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa adanya
Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan atau tanpa obat anti hipertensi tidak
160/110 mmHg dengan atau tanpa obat anti hipertensi setelah minggu ke-37 melakukan
selesai.
Kelahiran dapat berjalan normal walaupun tekanan darahnya tinggi. Penyebabnya belum
jelas, tetapi merupakan indikasi terbentuknya hipertensi kronis di masa depan sehingga
Proses keperawatan adalah metode dimana atau konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan, hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan
ilmu, teknik ketrampilan interpersonal serta ditujukan untuk mengetahui kebutuhan pasien
1. Pengkajian
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
a. Pengumpulan data
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan
sebagai informasi tentang klien. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara:
kepada klien.
3) Konsultasi dengan melakukan konsulasi kepada ahli atau spesialis bagian yang
mengalami gangguan.
rontgen .
b. Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
c. Identifikasi pola/masalah
Merupakan keguatan terakhir dari tahap pengkajian setelah validasi data dengan
mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang ada dimulai dari
2. Diagnosa Keperawatan
Merupakan keputusan klinik mengenai respon individu, keluarga atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Dignosa
keperawatan ini dapat menentukan dasar pemilihan intervensi untuk menjadikan tanggung
gugat perawat .
Yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor
1) Problem/masalah, dapat ditentukan dari data yang terkumpul yang telah divalidasi dan
diidentifikasi pola.
yang berhubungan atau dapat digunakan dalam etiologi terdiri dari empat komponen,
meliputi :patofisiologi (biologi atau fisik) tindakan yang berhubungan, situasional
3) Sign / symptom (tanda dan gejala), dalam menentukan symtom yang merupakan tanda
dan gejala dari masalah keperawatan yang terjadi dapat diperoleh dari hasil
Yaitu keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko tinggi adalah faktor resiko yang
memperhatikan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan
tambahan,dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala
Adalah keputusan klinis mengenai individu, kelompok atau masyarakat dalam transisi
dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat yang lebih baik. Cara pembuatannya dengan
Adalah diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual
atau resiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3.Perencanaan
Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.
kegiatan dengan:
a. Perencanaan prioritas
a) Prioritas tinggi
b) Prioritas sedang
c) Prioritas rendah
kebutuhan diantaranya :
a) Kebutuhan fisiologis
M: measureabel (tujuan keperawatan harus dapat diukur, tentang perilaku klien,dapat dilihat,
Langkah dalam tahap perencanaan ini dilaksanakan dengan menentukan rencana tindakan apa
yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah klien.Tipe instruksi perawatan dalam rencana
tindakan :
1) Tipe diagnostik
Tipe ini menilai kemungkinan klien ke arah pencapaian kriteria hasil dengan observasi
secara langsung.
2) Tipe terapeutik
3) Tipe penyuluhan
Digunakan untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan membantu klien untuk
4) Tipe rujukan
2. Pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis
tindakan yaitu tindakan mandiri atau dikenal dengan tindakan independent dan tindakan
3. Evaluasi
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai.Pada tahap evaluasi ini
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu
1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dilakukan tercapai apabila klien telah menunjukkan perubahan dan
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
A :analisa masalah
P:perencanaan
I:implementasi
E:evaluasi
4. Dokumentasi keperawatan
gugat untuk semua asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu setelah
masalah dan disusun oleh tim kesehatan,setiap anggota menulis setiap perkembangan
S : Subyektif adalah informasi yang didapat dari pasien secara langsung misalnya keluhan
secara verbal.
A:Assesment adalah analisa masalah pasien. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif
maka perawat melakukan analisa data tersebut. Berfungsi untuk merumuskan mengenai
perkembangan kondisi pasien. Menetapkan diagnosa baru (jika ada perubahan) dan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
a. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama,jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti
cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
7) pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
dan nyeri.
8) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
11) Pola penagulangan sters
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
14) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien post section caesarea menurut Nurarif & Kusuma
(2015):
(mokus dalam jumlah berlebih), jalan nafas alergik (respon obat anestesi)
l. Resiko perdarahan
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada pasien post section caesarea menurut Nurarif & Kusuma (2015) adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (mokus
nafas bersih dengan kriteria hasil mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih tidak ada sianosis dan dyspnea,menunjukkan jalan nafas yang paten,
mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas.
Intervensi:
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang dengan kriteria hasil : klien mampu mengontrol nyeri, melaporkan
Intervensi:
pasien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada
tanda dan gejala infeksi dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi, jumlah
5) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan istirahat
pasien tercukupi dengan kriteria hasiljumlah jam tidur dalam batas normal 6-
Intervensi:
e. Kostipasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
dapat BAB dengan lancer dengan kriteria hasil: mempertahankan bentuk feses yang lunak
setiap 1-3 hari,bebaskan dari ketidaknyamanan dan konstipasi, feses lunak dan berbentuk.
Intervensi:
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak ada gangguan eliminasi urin dengan kriteria hasil:kandung kemih kosong secara
penuh, tidak ada residu urin > 100-200 cc,intake cairan dalam rentang normal, bebas dari
Intervens=i:
3) Merangsang reflex kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut, membelai
terjadi deficit perawatan diri dengan kriteria hasil:aktivitas kehidupan sehari - hari
(ADLs) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri
atau dengan alat bantu, perawatan diri mandi : mampu membersihkan tubuh sendiri secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu, membersihkan dan mengeringkan tubuh,
mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygine oral.
Intervensi:
perawatan diri.
asuhan keprawatan selama 3x24 jam diharapkan nutisi dapat terpenuhi dengan kriteria
ada tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi:
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuuhkan pasien
kemantapan pemberian ASI bayi perletakan bayi yang sesuai dan proses menghisap dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI,
kemantapan pemberian ASI ibu, kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan
tepat dan menyusu dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama
ASI, ibu mengenali isyarat dari bayi dengan segera, ibu mengindikasikan kepuasan
Intervensi:
Lactation suppression:
1) Sediakan informasi tentang laktasi dan tehnik memompa ASI (secara manual
Tujuan :setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak ada defisiensi pengetahuan dengan kriteria hasil : pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan, pasien dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /tim kesehatan
lainnya.
Intervensi:
1) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang
k. Resiko syok(hipovolemik)
Tujuan:setelah dialkukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
erjadi syok dengan kriteria hasil : nadi dalam batas yang diharapkan, frekuensi nafas
dalam batas yang di harapkan, frekuensi nafas dalam batas normal, demam tidak
Intervensi:
1) Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung,HR,dengan
7) Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala syok
1. Resiko perdarahan
tidak terjadi perdarahan dengan kriteria hasil : tidak terjadi hematuria dan
hermatemesis, kehilangan darah yang terlihat, tidak ada perdarahan pervagina, tidak
Intervensi:
G. Pelaksanaan Keperawatan
implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan dirujukan
pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.
H. Evaluasi keperawatan
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis antara rencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain. Dalam evaluasi ada beberapa kemungkinan
1. Tujuan tercapai
I. Dokumentasi keperawatan
Sebagai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus bertanggung gugat untuk
semua asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu setelah melakukan tindakan pada
Dokumentasi keperawatan adalah catatan perkembangan yang berorientasi pada masalah dan
S:Subyektif adalah informasi yang didapat dari pasin secara langsung misalnya keluhan secara
verbal.
O : obyektif adalah informasi yang didapat oleh pengamatan dan pemeriksaan,seperti hasil
A :assessment adalah analisa masalah pasien. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif
maka perawat melakukan analisa data tersebut. Berfungsi untuk merumuskan mengenai
perkembangan kondisi pasien, menetapkan diagnosis baru (jika ada perubahan) dan