Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Oleh:

Irghea Putri Raudha 1840312238

Wahyu Zikra 1840312291

Preseptor:

Prof. DR. Dr. Hj. Yusrawati, SpOG-K

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUP Dr. M DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan


wanita terutama organ reproduksi. Pemeriksaan ginekologi adalah pemeriksaan
organ reproduksi wanita termasuk payudara. Dalam menghadapi seorang penderita
ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertama kali diperlukan pengertian
(simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Untuk
mengurangi/menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil
tanpa hadirnya orang lain. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya
didampingi oleh seorang wanita tenaga kesehatan. Gadis muda belia dan anak kecil
perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.

I.2 Tujuan Penulisan

Karena pemeriksaan ginekologik merupakan pemeriksaan yang sanagat


sensitif bagi pasien diharapkan para petugas kesehatan jadi lebih berhati-hati dalam
melakukannya. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan mengenai
pemeriksaan ginekologik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita

GENITALIA EKSTERNA

 Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

 Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas


daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
 Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

 Labia minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

 Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris.
Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

 Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan
duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

 Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat
lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval,
cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk hymen postpartum disebut parous. Corrunculae
myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang
(hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

 Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di


bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan
fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal
yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices
anterior, posterior dan late ralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot),
merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat
sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

 Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA

 Uterus

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan serviks uteri.

 Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus


dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium
uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

 Corpus uteri

Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada


ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,
fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus
dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita

 Ligamentum penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,


ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

 Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta


arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

 Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular
(longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.

Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya.

Pars isthmica (proksimal/isthmus)

Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba


pengendali transfer gamet.

Pars ampularis (medial/ampula)

Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum,


dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini.

Pars infundibulum (distal)

Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,


melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang
keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
 Mesosalping

Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

 Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang


kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah
dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan
dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengel uaran ovum), sintesis dan se kresi
hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron ol eh korpus
luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

2.2 Pemeriksaan Ginekologi


A. Anamnesis
Anamnesis meliputi :

1. Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit


berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan
jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi,
mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
2. Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya,
apakah pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau
partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah
infeksi nifas dan riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi
panggul dan kemandulan.
3. Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
4. Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau
tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri
atau tidak, dan menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih
normal.
5. Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
6. Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah
pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat,
hormonal, non hormonal maupun kontrasepsi mantap.
7. Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada
yang memiliki penyakit berat atau kronis.

B. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi :

1. Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah


tampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2. Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3. Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

Pemeriksaan Khusus

Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka


posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan. Adapun posisi yang
digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.

1. Pemeriksaan Mammae

Pemeriksaan Klinis Mammae sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker.


Pemeriksaan bisa mengidentifikasi kanker pada beberapa kasus yang tidak
memerlukan mamografi.
Inspeksi mammae

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membusungkan dada unruk


memfleksikan otot pectoralis. Hal yang di inspeksi antara lain : eritem, retraksi,
skaling terutama pada daerah puting dan edema, yang dinamakan peau d’orange.
Selain itu kontur aksila juga dinilai simetrisnya.

Penilaian nodus limfa.

Setelah inspeksi, nodus limfa aksila, supraklavikula dan infraklavikula


dipalpasi. Hal ini mudah dilakukan jika pasien berada pada posisi duduk dan tangan
di pinggang. Kelenjar limfa dipalpasi dari atas ke bawah. Pada pasien kurus, satu
atau lebih dengan ukuran kurang dari 1 cm sering ditemukan.

Palpasi payudara

Setelah inspeksi, palpasi payudara dilakukan dengan posisi supinasi dan satu
tangan berada pada kepala untuk meregang jaringan mammae di dinding dada.
Pemeriksaaan harus mencapai jaringan mammae yang menempel di klavikula,
batas sternum, inframammary crease, dan garis midaksila. Pemeriksaan dilakukan
dengan jari secara kontinu dan bergerak melingkar. Setiap daerah palpasi, jaringan
harus dinilai bagian permukaan hingga dasar. Selama pemeriksaan, memencet
puting susu untuk melihat discharge tidak dilakukan kecuali jika dikeluhkan oleh
pasien.

2. Pemeriksaan abdomen

 Penderita harus tidur telentang dan tenang


 Inspeksi. Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan
pernapasan, kondisi kulit, parut operasi, dsb.
 Palpasi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung
kemih dan rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista
dan rektum terisi menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien
kencing/BAB terlebih dahulu atau dilakukan kateterisasi atau diberi klisma.
Jelaskan pemeriksaan pada penderita. Kedua tungkai ditekuk sedikit dan
disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen dengan seluruh telapak tangan
dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak dikeluhkan nyeri. Diperiksa
adanya rangsangan peritoneum, adanya nyeri tekan dan nyeri lepas. Baru
kemudian palpasi dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernafasan.
Dimulai dari bagian-bagian yang normal yang tidak dirasakan nyeri dan
tidak membesar/menonjol.
 Perkusi. Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan
bebas dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian
menonjol saat pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah
walaupun pasien dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan
mengumpul pada bagian yang paling rendah, sedang usus-usus
mengambang di atasnya. Apabila pasien telentang, maka perkusi timpani di
bagian atas perut melengkung ke ventral dan pekak sisi kanan dan kiri.
Keadaan berubah bila pasien berbaring miring ke kanan, cairan berpindah
dan mengisi bagian kanan dan ventral. Daerah timpani pun berpindah
tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke arah
keganasan.
 Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang
cukup tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan
mioma uteri yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis
dan ileus.

3. PEMERIKSAAN GENITALIA

Observasi genital eksterna

1. Adanya lesi, perubahan warna, luka, infeksi, ulkus, discharge, kista, trauma,
nyeri, kelenjar bartolini dan skene.
2. Menilai kematangan organ seksual.
3. Menilai mons pubis
4. Menilai labia, adanya atrofi atau tidak, mobilitas dan konsistensi.

Pemeriksaan Pelvik

Pemeriksaan pelvik dilakukan dengan pasien berposisi litotomi. Kepala


ditinggikan 300 untuk merelaksasikan abdomen pada pemeriksaan bimanual.

a. Inspeksi kelenjar limfa inguinal dan inspeksi perineum

Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus
dipalpasi dalam pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons
pubis secara ventral, ke lipatan genito crural secara lateral dan menuju ke anus.
Infeksi dan neoplasma yang terjadi pada vulva juga akan menjalar ke kulit perianal,
sehingga daerah ini harus diinspeksi. Beberapa klinisi juga memeriksa kelenja
bartholini dan parauretra. Gejala pasien dan adanya ketidaksimetrisan menunjukkan
pasien ini perlu pemeriksaan lebih lanjut.

b. Pemeriksaan Spekulum

 Persiapan
 Lampu
 Spekulum
 Handschoen
 Lubrikan
 Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi
 KOH 10% dan NaCl
 Media transpor untuk klamidia dan gonore
 Proctoswab dan cotton swab
 Media transpor untuk uji HPV
 Kertas uji PH
Prosedur:

Sebelum memulai memasukkan spekulum, spekulum disesuaikan dengan


ukuran vagina. Spekulum dipanaskan dan diberi lubrikan. Ketika akan
memasukkan spekulum, labia minora dilebarkan dan spekulum dimasukkan
dibawah meatus. Selama memasukkan spekulum, jari ditempatkan di vagina dan
menekan melawan otot bulbocavernosus. Dengan masuknya spekulum, vagina
akan berkontraksi dan pasien akan merasa nyeri dan merasa tidak nyaman. Setelah
spekulum masuk semuanya, sepkulum dibuka untuk menilai vagina dan serviks.

Penilaian :

Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu juga
dilihat adanya massa, ulkus, discharge. Pemeriksaan pap’s smear juga bisa
dilakukan untuk memeriksa sitologi serviks. Pada vagina dinilai dinding vagina,
rugae, infeksi, kista, dan benda asing.

c. Pemeriksaan Bimanual:

Ukuran dan mobilitas uterus, adnexa serta nyeri dapat dinilai selama
pemeriksaan bimanual. Pada wanita dengan riwayat histerektomi dan
adneksektomi, pemeriksaan bimanual masih bernilai.

Selama pemeriksaan, jari tengah dan telunjuk dimasukkan bersamaan kedalam


vagina hingga mencapai serviks. Untuk mempermudah pemasukan, lubrikan
diberikan pada jari ini. Ketika serviks dicapai, orientasi serviks dapat dinilai dengan
sweeping permukaan anterior serviks. Pada uterus dengan posisi anteverted, ismus
akan teraba dibagian depan, sedangkan pada posisi retroverted, buli-buli akan
teraba. Pada uterus retroverted, jari terus ke arah posterior untuk menilai ukuran
uterus dan nyeri.

Untuk mengukur uterus pada posisi anteverted, jari diletakkan pada serviks dan
ditekan ke atas hingga fundus tertekan ke anterior abdomen. Tangan lainnya
diletakkan pada abdomen untuk menentukan fundus. Ukuran normal fundus, tangan
yang berada di abdomen terletak pada daerah atas ligamen inguinal dan pubic rami.

Untuk menilai adnexa, klinisi menggunakan dua jari untuk mengangkat adnexa
dari cul-de-sac ke arah anterior abdomen sehingga adneksum terperangkap di jari
pemeriksa dan tangan pemeriksa lainnya.

d. Pemeriksaan rectovaginal

Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya
massa pelvis, gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon.

Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina dan jari tengah
ke dalam rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba septum untuk
menilai adanya luka. Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah
melakukan perabaan diseluruh rektum untuk mendeteksi massa.
BAB III

STATUS LENGKAP

S: Berisi Keluhan utama. RPS, RPD, RPK, riwayat kehamilan, persalinan dan
abortus, siklus haid, riwayat kontrasepsi

O: Keadaan umum, kesadaran

Vital sign (Tekanan Darah, Frekuensi Nadi, Frekuensi Nafas, Suhu)

Pemeriksaan Mata, leher, jantung, paru, ekstremitas

Status Ginekologi

 Abdomen :
Inspeksi : membuncit/tidak, tampak massa/tidak, jejas/bekas
operasi
Palpasi : teraba massa/tidak, konsistensi, NT, NL,
hepatomegali, splenomegali

Perkusi : timpani/redup/hipertimpani

Auskultasi : bising usus

 Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)

Inspekulo:

Vagina : tumor, laserasi, discharge

Portio : ukuran, tumor, laserasi, discharge, OUE


VT Bimanual :

 Vagina : Tumor, rugae


 Portio : ukuran
 Uterus : Antefleksi/retrofleksi, ukuran
 AP : Lemas/tidak kiri = kanan/tidak

A: Diagnosis

P: Rencana pemeriksaan lebih lanjut, terapi, rencana operasi.


REFERENSI

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

www.medicalzone.org

Kenneth.J . 2009. Panduan Ringkas Obstetri William. ECG :Jakarta

Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates


:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai