Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT

I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


I.1 Anatomi

I.2 Fisiologi
I.2.1 GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior).

Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.

Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior
vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut
saraf, sangat sensitif.

Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina


Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,
dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan
bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal,
misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi
epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina
: untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari
duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara
klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix
uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

I.2.2 GENITALIA INTERNA


Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi,
retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya
kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi
dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks
uteri.

Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari
3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan
glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu
portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum
(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks,
dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan
berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam
arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus
uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap
isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita (gambar).

Ligamenta penyangga uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.

Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna,
serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii


Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang
tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi
ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga
lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars
ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan
karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap
bagiannya (gambar).
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet. Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi
menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium,
dan membawanya ke dalam tuba. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan
jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar
epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel,
progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan
pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium
terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari
cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

II. Konsep Abortus Inkomplit


II.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2010).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Syaifuddin, 2002).

II.2Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
II.2.1 Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
II.2.2 Kelainan Pada Plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi.
Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes mellitus
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
II.2.3 Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit
ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus.
II.2.4 Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

II.3Manifestasi klinik
II.3.1 Nyeri hebat
II.3.2 Perdarahan banyak
II.3.3 Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi
sebagian masih berada di dalam uterus
II.3.4 Pemeriksaan dalam:
II.3.4.1Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
II.3.4.2Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan
dalam
II.3.5 Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
II.3.6 Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan

II.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda
asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan <8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koralis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi dimana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang
maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia
menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama (Prawirohardjo, 2005).

II.5 Pathway

Perdarahan
Nekrosisi
Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar


sempurna tidak sempurna

Cemas
Resiko Perdarahan
Stress

Perdarahan
Intoleransi Nyeri

Resiko Infeksi

Gangguan rasa Gangguan


nyaman istirahat dan

II.6 Komplikasi
II.6.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
II.6.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan perlunya alat-alat
lain.
II.6.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
II.6.4 Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman (Sujiyatini, 2009).

II.7 Prognosis
II.7.1 Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
II.7.2 Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui,
kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
II.7.3 Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas
jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita
dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.Prognosis
keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.

II.8 Penanganan Medis


II.8.1 Pemeriksaan umum:
II.8.1.1Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum
pasien, termasuk tanda-tanda vital.
II.8.1.2Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,
pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112
kali per menit).
II.8.1.3Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting
untuk memulai penanganan syok dengan segera.
II.8.1.4Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu.
II.8.1.5Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih),
berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan
tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin,
2006).

II.8.2 Penanganan Abortus Inkomplit


II.8.2.1Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok dan sepsis).
II.8.2.2 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi
yang terpilih.
b) Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia.
c) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15 menit jika
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi
setelah 4 jam jika perlu).

II.8.2.3Jika kehamilan > 16 mingguan


a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
IV (garam fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal
80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus
II.8.2.4Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis
(sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
II.8.2.5 Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol
500mg setiap 8 jam.
II.8.2.6Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600
mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi
darah (anemia berat).
II.8.2.7Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan (Syaifuddin, 2006).

III.Rencana Asuhan Klien dengan Abortus Inkomplit


III.1 Pengkajian
III.1.1 Identitas klien
III.1.2 Riwayat obstetri
III.1.2.1 Riwayat menstruasi (Menarche, siklus, lama, banyak,
warna, bau, flour albous, HPHT, disminore)
III.1.2.2 Riwayat kehamilan
III.1.2.3 Riwayat kehamilan sekarang (HPL, ANC, Keluhan,
TT)
III.1.2.4 Riwayat kontrasepsi
III.1.3 Riwayat persalinan
III.1.4 Aktivitas/latihan
III.1.4.1 Nutrisi (sebelum dan selama hamil)
III.1.4.2 Eliminasi (sebelum dan selama hamil)
III.1.4.3 Istirahat (sebelum dan selama hamil)
III.1.4.4 Aktivitas (sebelum dan selama hamil)
III.1.4.5 Pola hubungan seksualitas (sebelum dan selama hamil)
III.1.4.6 Personal hygiene (sebelum dan selama hamil)
III.1.5 Riwayat psikososial
III.1.6 Sirkulasi
III.1.7 Data spiritual
III.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang
(Crossmatch), bila terdapat tanda-tanda sepsis berikan antibiotik
yang sesuai, temukan dan hentikan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut (Prawirohardjo, 2006).

III.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri Akut
III.2.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan, yang aktual atau potensial, atau
digambarkan dalam hal sedemikia rupa.
III.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
Objektif
Posisi untuk menghindari nyeri Perubahan tonus otot (dengan rentang
dari lemas tidak bertega sampai
kaku)
Respons autonomic (misalnya Wajah topeng (nyeri)
Perilaku menjaga atau sikap
diaphoresis; perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau nadi; dilatasi melindungi
Fokus menyempit (misalnya gangguan
pupil)
Perubahan selera makan persepsi waktu, gangguan proses
Perilaku distraksi (misalnya mondar- piker, interaksi dengan orang lain
mandir, mencari orang lain dan/atau atau lingkungan menurun)
Bukti nyeri yang dapat diamati
aktivitas lain, aktivitas berulang)
Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
merintih, menangis, kewaspadaan
gerakan tidak teratur atau tidak
berlebihan, peka terhadap rangsang,
menentu dan menyeringai)
dan menghela nafas panjang)
III.2.3 Faktor yang berhubungan
III.2.4 Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia,
fisik, dan psikologis)
III.2.5
III.2.6 Diagnosa 2: Risiko Infeksi
III.2.7 Definisi
III.2.8 Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
III.2.9 Faktor Risiko
Kurang pengetahuan untuk Obesitas
Penyakit kronis (mis., diabetes
menghindari pemajanan patogen
melitus)
Malnutrisi
Prosedur invasif
III.2.10 Pertahanan Tubuh Primer Tidak Adekuat
Gangguan integritas kulit Pecah ketuban lambat
Gangguaan peristalsis Penurunan kerja siliaris
Merokok Perubahan pH sekresi
Pecah ketuban dini Stasis cairan tubuh
Pertahan Tubuh Sekunder Tidak Adekuat
Imunosupresi Penurunan hemoglobin
Supresi respons inflamasi
Leukopenia
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan Terhadap Patogen Lingkungan Meningkat
Terpajan pada wabah

Diagnosa 3: Risiko Perdarahan
III.2.11Definisi
Rentan mengalami penurunan volume darah, yang dapat
mengganggu kesehatan.
III.2.12 Faktor Risiko
Aneurisma ketuaban dini, plasenta
Gangguan fungsi hati (mis., sirosis, previa/abrupsio, kehamilan kembar)
hepatitis) Komplikasi pascapartum (mis., atoni
Gangguan gastrointestinal (mis., uterus, ritensi plasenta)
penyakit ulkus lambung, polip, Kurang pengetahuan tentang
varises) kewaspadaan perdarahan
Koagulopati inheren (mis., Program pengobatan
Riwayat jatuh
trombositopenia)
Sirkumsisi
Koagulopati intravaskular diseminata
Trauma
Komplikaasi kehamilan (mis., pecah

III.3 Perencanaan

Diagnosa 1: Nyeri Akut
III.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Skala nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
Melaporkan nyeri berkurang
Menyatakan rasa nyaman
III.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi
ataunyeri tekan abdomen.
Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri
Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas
dalam, visualisasi distraksi
Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur
pembedahan diindikasikan


Diagnosa 2: Resiko Infeksi
III.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
III.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentanan terhadap infeksi


Diagnosa 3: Resiko Perdarahan
III.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Tidak ada hematuria dan hematemesis
Kehilangan darah yang terlihat
Tekanan darah dalam batas normal sisstole dan diastole
Tidak ada perdarahan pervagina
Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
III.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
Catat nilai Hemoglobin dan Hematokrit sebelum dan sesudah
terjadi perdarahan
Monitor TTV ortostatik
Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh
frozen plasma)
Lindungi klien dari trauma yang dapat menyebabkan
perdarahan
Pertahankan potensi IV line
Tinggikan ektermitas yang perdarahan










IV. Daftar Pustaka


Manuaba. (2008). Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Nugroho, T. (2010). Buku ajar obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sujiyatini. (2009). Asuhan patologi kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal neonatal. Jakarta: JHPIEGO




























Banjarmasin, April 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,




Rida Millati, S.Kep.,Ns ...................................................

Anda mungkin juga menyukai