Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN MENOMETRORAGIA

A. Definisi

Menometroragia adalah salah satu gangguan sistem reproduksi yang


berhubungan dengan menstruasi. Menometroragia berupa pendarahan yang belebihan
dan lama dengan interval yang irregular dan sering. Menometrorargia banyak di
alami oleh para wanita.WHO memperkirakan bahwa hampir 60% wanita mengalami
menometroragia walaupun tidak terlalu signifikan mempengaruhi kehidupan wanita
namun menometroragia tersebut cukup memepengaruhi wanita dalam kehidupan
sehari-hari.

menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung


terus/panjang dan berdarah banyak. Menomethoraghia adalah perdarahan uterus
abnormal yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid yang disebabkan oleh
gangguan fungsional mekanisme kerja hormon-hormon tanpa adanya kelainan
organik alat reproduksi. Menometroragia merupakan Perdarahan uterus yang tidak
teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau
dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).

B. Etiologi
1. Iatrogenik :

a. Estrogen eksogen ( kontraspsi oral )


b. Aspirin
c. Heparin
d. Tamoxifen
e. IUD

2. Diskrasia darah :

a. Tromobositopenia
b. Fibrinolisin meningkat
c. Penyakit autoimune
d. Leukoemia
e. Penyakit Von Willebrand
3. Sistemik :

a. Penyakit hepar (metabolisme estrogen terganggu )


b. Penyakit ginjal (hiperprolaktinemia)
c. Penyakit tiroid

4. Trauma :

a. Laserasi
b. Abrasi
c. Benda asing

5. Penyakit organik :

a. Komplikasi kehamilan
b. Mioma uteri
c. Keganasan servik / corpus uteri
d. Polip endometrium
e. Adenomiosis
f. Endometritis
g. Hiperplasia endometrium

Biasanya juga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan


progesteron akibat dari :

a. Endokrin : gangguan pada sistem hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan


endometrium.
b.Non Endokrin : psikogenik, neurogenik, nutrisi yang kurang dan penyakit sistemik.

C. Manifestasi klinis

Langkah Diagnostic Tanda Dan Gejala Kelainan


Anamnesa Nyeri panggul Abortus, kehamilan
  ektopik, penyakit radang
  panggul (PID) ,
Mual, berat badan bertambah, penyimpangan atau
sering buang air kecil, lesu kekerasan seksual.
Kehamilan
  Berat badan bertambah, rasa Hipotiroidisme
dingin berlebihan, sembelit, Hipertiroidisme
lesu. Koagulopatia
Berat badan menurun, Penyakit hepar
berkeringat banyak, palpitasi PCOS
Gusi mudah berdarah Displasia servik, polip
Ikterus, riwayat hepatitis endoservik
Hirsuitisme, jerawat, Adenoma hipofise
acathoisis nigricans, obesitas  
Perdarahan pasca sanggama Supresi hipotalamus
Galaktorea, nyeri kepala,
gangguan visual
Berat badan turun, stress,
olah raga berlebihan
Pemeriksaan Fisik Tiromegali, berat badan Hipotiroidisme
naik,edema Hipertiroid
Tiroid mengeras, takikardia,  
berat badan turun, kelainan Penyakit hepar
kulit Kehamilan, mioma
Ikterus, hepatomegali uteri, karsinoma uterus
Uterus membesar Karsinoma uterus
  Tumor ovarium,
Uterus kaku dan melekat kehamilan ektopik, kista
pada jaringan dasarnya. ovarium
Masa adneksa Radang panggul,
  endometritis
Uterus tegang, gerakan servik
terbatas

D. Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional yang anovulatoir adalah gangguan pada poros
hipotalamus-hipofise-ovarium yang mengakibatkan terjadinya perdarahan uterus
yang tidak teratur, ber kepanjangan dan dengan jumlah darah haid yang banyak.
Dapat terjadi segera setelah menarche bila poros hipotalamus-hipofisis-ovarium
belum matang atau dapat terjadi pada masa perimenopause dimana menurunnya
kadar estrogen menyebabkan tidak adanya rangsangan terjadinya “LH surge”
agar dapat terjadi ovulasi.
Stimulasi estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron dapat menyebabkan
terjadinya proliferasi endometrium dan hiperplasia. Dengan tidak adanya
progesteron yang diperlukan untuk stabilisasi dan diferensiasi endometrium maka
selaput mukosa akan rapuh dan luruh secara tidak teratur.
Perdarahan uterus disfungsional yang ovulatoir dapat berupa polimenorea,
oligomenorea, bercak perdarahan pada pertengahan siklus dan menoragia.
Polimenorea diperkirakan terjadi akibat disfungsi fase luteal sehingga siklus
berlangsung lebih pendek (kurang dari 21 hari) , sementara itu oligomenroea adalah
disfungsi fase folikuler yang memanjang sehingga siklus berlangsung lebih panjang
(lebih dari 35 hari). Bercak perdarahan pada pertengahan siklus haid terjadi sebelum
ovulasi disebabkan oleh kadar estrogen yang menurun. Menoragia adalah
perdarahan haid yang berlebihan (lebih dari 80 ml per siklus) dan hal ini dapat
disebabkan oleh gangguan hemostasis endometrium.

E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah Lengkap
b. Hitung trombosit
c. Serum Iron dan Iron – binding globulin
d. Prothromibin dan partial prothrombine time
e. Bleeding tine
f. hCG urine
g. Fungsi tiroid
h. Progesteron serum
i. Fungsi hepar
j. Kadar prolactin
k. Kadar FSH
2. Prosedur diagnostik :
a. Sitologi servik ( papaniculoau smear )
b. Biopsi endometrium
c. Ultrasonografi panggul
d. Histeroskopi

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan hormonal
2. Perdarahan berat pada masa menarche dan perimenopause seringkali
memerlukan estrogen dosis tinggi ( kadang-kadang diberikan intravena)
3. Perdarahan yang ringan : estrogen dosis rendah per oral yang diikuti atau
disertai dengan progestin, bila perdarahan masih belum berhenti perlu
dilakukan D & C
4. PUD seringkali memerlukan terapi dengan estrogen siklis 25 hari dan pada
hari ke 10 – 15 dilanjutkan dengan pemberian progestin
5. Pemberian progestin secara siklis digunakan pada pasien usia muda yang
diperkirakan sudah memiliki kadar estroen endogen cukup untuk melakukan
sensitisasi reseptor progesterone
6. Pada pasien yang lebih ‘tua’ yang tidak memberikan respon terhadap obat
secara memadai dan tidak menghendaki kehamilan lagi dapat dilakukan
tindakan radikal yang permanen:
a. Ablasi endometrium
b. Histerektomi

H. Pengobatan
1. Tujuan
a. Menghentikan perdarahan
b. Memulihkan pola haid ovulatoar
c. Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi
2. Prinsip
a.  Singkirkan dulu kelainan organic
b.  Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera
hentikan perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian
transfusi.
c.   Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen
atau progesteron oral saja
d.  Terapi lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin
e.  Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur
siklus haid selama 3 bulan berturut – turut
f.   Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti
semula, cari penyebab lain (analisa hormon)
 Pengobatan pada siklus anovulatorik
1. Tujuan
Menghentikan perdarahan dan mengembalikan siklus haid sampai
terjadi ovulasi atau sampai hormon-hormon untuk memicu ovulasi
terpenuhi.
2. Obat yang diberikan :
 Estrogen dosis tinggi
Estradiol diprolionas 2,5 mg
Estradiol benzoas 1,5 mg
 Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari
1 x 1 tablet selama 21 hari
 Progesteron
MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10 hari
Linestrenol 5 mg
3. Pengobatan pada Menometroraghia berat
Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang
terbentuknya lapisan mukopolisakarida pada dinding kapiler dan
arteriola sehingga luka pada pembuluh darah tertutup.
Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali suntikan
Bila KL estrogen, beri progesteron 100 mg untuk merangsang
kontraksi sitmik pada vasomotor dan menjaga ketahanan endometrium.
 Pengobatan operatif
Terapi ini bertujuan menghentikan perdarahan, dengan angka
keberhasilan 40 % - 60 %.
 Pengobatan lain
Yaitu dengan pemberian anti fibrinolitik.
Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi karena akibat enzimatik plasmin
atau plasminogen yang menyebabkan degradasi fibrin, fibrinogen,
faktor V dan VIII. Proses seperti urakinase, tripsin, dan streptokinase.
Dapat dihambat oleh asam amino keproat dan AS traneksamat dosis 4
gr / hari (4 kali pemberian).
I. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Menometroragia
A. Pengkajian
Data yang perlu dikajji pada pasien dengan kelainan system reproduksi,
menometroragia antara lain meliputi:
1. Data demografi diantaranya: identitas, dan riwayat lingkungan dan
keluarga
2. Data psikososial meliputi: persepsi ibu terhadap penyakitnya, dan persepsi
keluarga terhadap penyakit anggota keluarganya
3. Riwayat obstetric dan ginekologi, meliputi: menarche, kelaianan selama
haid, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya.
4. Pemeriksaan :  Tiromegali, berat badan naik,edema
Fisik  Tiroid mengeras, takikardia, berat badan turun,
kelainan kulit
 Ikterus, hepatomegali
 Uterus membesar
 Uterus kaku dan melekat pada jaringan dasarnya.
 Masa adneksa
 Uterus tegang, gerakan servik terbatas

B. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan berlebih
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan perdarahan inta uteri
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan berlebih
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
C. Rencana Tindakan
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai
tumor/ infeksi pada tumor
(Tujuan: Setelah diberi tindakan kepw,nyeri berkurang sampai hilang
sama sekali)

a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri.


(R/ mengidentifikasi lingkup masalah)

b. Atur posisi senyaman mungkin.


(R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri)

c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.


(R/menghilangkan rasa nyeri)

d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.


(Merelaksasi otot – otot tubuh).

2. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
(Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman
(cemas) berkurang.

a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.


(R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman
tindakan selanjutnya )

b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan


dengan penyakitnya.
(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu
tentang keadaan dirinya )

c. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.


(R/ Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan
klien.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 2010. Ginekologi. Elstar. Bandung

Carpenito, Lynda Juall, 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta

Galle, Danielle. Charette, Jane.2012. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.


Jakarta

Hartono, Poedjo. 2014. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di


Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2
Mei 2001

Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo &
JNKKR-POGI. Jakarta

Sylvia Anderson. (2009). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku


kedokteran, Jakarta.

Marylynn. E.Doengus. (2011). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku


kedokteran, Jakarta.

Sastrawinata, Sulaiman. 2012. Ginekologi. Universitas Padjajaran. Bandung

Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin. Obstetri


Ginekologi K13. Jakarta : EGC : 2001

Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekat Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Prawiroharjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai