Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA
DI RUANG MELATI 2 RSUD DR LOEKMONOHADI KUDUS

Disusun Oleh :

Nama : Diska Puspita

Prodi : Profesi Ners

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Jl. GANESHA 01 PURWOSARI KUDUS
TAHUN AJARAN 2021 / 2022
A. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas. BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya
darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah
bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus
besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi
perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus,
semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus,
rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan
dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari
anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua (Suyono, 2011).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal,
dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas
serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam
berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam.
Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran certa atas
(Suyono, 2011).
Perdarahan saluran gastrointestinal merupakan keadaan emergensi
yang membutuhkan penanganan segera. Insiden perdarahan gastrointestinal
mencapai lebih kurang 100 kasus dalam 100.000 populasi per tahun,
umumnya berasal dari saluran cerna bagian atas. Perdarahan saluran cerna
bagian atas muncul 4 kali lebih sering dibandingkan perdarahan pada bagian
bawah, serta merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas untuk
kasus gangguan pada saluran cerna. Mortalitas akibat perdarahan saluran
cerna bagian atas ditemukan sebanyak 6-10% dari seluruh kasus (Sujono,
2012).
Perdarahan saluran gastrointestinal dapat muncul dalam lima macam
manifestasi, yaitu hematemesis, melena, hematochezia, occult GI bleeding
yang bahkan dapat terdeteksi walaupun tidak ditemukan perdarahan pada
pemeriksaan feses, serta tanda-tanda anemia seperti syncope dan dyspnea.
(Sylvia, A. Price, 2015).
B. Etiologi
Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejenum dan
melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling
sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml. Banyaknya darah yang keluar
selama hematemesis sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar
kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Menurut (Amin, 2015), etiologi dari Hematemesis melena adalah :
1. Kelainan esophagus
a. Varises esophagus
Penderita hematemesis yng disebabkan oleh pecahnya varises
esophagus, tidak mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang
dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak embeku karena
sudah bercampur dengan asam lambung
b. Karsinoma eshopagus
Karsnoma eshopagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan
anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan itu pun tidak
massif
c. Sindroma Mallory – Weiss
Suatu kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lendir, yang
terletak dibawah kerongkongan. Robekan tersebut biasanya linear dan
muncul dipersimpangan yang menghubungkan esofagus dan lambung,
robekan tersebut rentan terhadap pendarahan. Biasanya disebabkan
karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus menerus
d. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering
intermitten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering
timbul melena daripada hematemesis Tukak di esophagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung
dan duodenum
e. Esofagogastritris korosiva
Pernah ditemukan enderita wanita dan pria yang muntah darah setelah
tidak sengaja meminum air keras untuk patri. Air keras tersebut
mengandung asam sitrat dan asam HCl yang bersifat korosif untuk
mukosa mulut, esofhagus dan lambung. Penderita juga mengeluh nyeri
dan panas seperti terbakar di mulut, dada, dan epigastrum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritiserisovahemoragiika
Hematemesi tdk massif dan timbul setelah penderita minum
obatobatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah
penderita mengeluh nyeri ulu hati
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu hati
dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di
epigastrum yang berhubungan dgn makanan. Sifat hematemesis tidak
begitu massif dan melena lebih dominan dari hematemesis
c. Karsinoma lambung
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut
dengan keluhan rasaapedih dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang,
badan lemah. Jarang mengalami hematemesis, tetapi sering melena.

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi Klinis a t a u Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada
pasien dengan melena adalah
1. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
2. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
3. Syok (frekuensi denyut jantung meningkat, tekanan darah rendah)
4. Akral teraba dingin dan basah
5. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)
6. Koagulopati purpura serta memar
7. Demam ringan antara 38 -39° C
8. Nyeri pada lambung / perut, nafsu makan menurun
9. Hiperperistaltik
10. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia) dengan gejala mudah lelah,
pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak setelah beberapa jam
11. Leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan,
12. Peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan
protein darah oleh bakteri usus.
13. Tekanan darah menurun (90/60 mmHg)
14. Distensi abdomen
15. Berkeringat, membran mukosa pucat
16. Lemah, pusing
17. Wajah pucat
(Purwadianto & Sampurna, 2010)

D. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan rektum serta
pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh
darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah
jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan
gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler (Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M, 2015).
Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerobi, dan terbentuk
asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh
sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan
mengalami kegagalan (Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M, 2015).
E. Pathway

Sirosis Hati Varises Esofagus

Fungsi hati Tekanan pembuluh


abnormal darah

Gangguan Pecahnya pembuluh


metabolisme Asites
darah pada esofagus

Distensi Pendarahan pada


Nafsu makan abdomen esofagus

Ketidak
seimbangan nutrisi Nyeri perut Hematemesis
kurang dari melena
kebutuhan tubuh
Penurunan
volume darah
Mual muntah
Perdarahan
Nyeri akut Anemia

Hematemesis Ketidak
melena seimbangan nutrisi
Kelelahan dan kurang dari
kelemahan kebutuhan tubuh

Mual muntah
Intoleransi
aktivitas
Kekurangan
volume cairan

Sumber : Hardhi, Amin (2015)


F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan
hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya kelainan hemostasis,
pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal
ginjal kronis, pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
2. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai
posisi terutama pada daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus
lambung untuk mencari ada/tidaknya varises
3. Pemeriksaan Endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik
4. Pemeriksaan Ultrasonografi dan scanning hati
Untuk pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas.
(Hardhi, 2015)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya avarises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudaah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tsb, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan
b. Tindakan operasi
Bila usahausaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalaan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dilakukan
tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah :
ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pntasaan portokaval.
Operasi efektif dianjurkan setlah 6 mgg perdarahan berhenti dan
fungsi hati membaik.
(Amin, 2015)

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
No.RM, diagnose medis) dan biodata penanggungjawab (nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
b. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan utama (keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dan
membahayakan diri pasien)
2) Riwayat penyakit sekarang (mulai pasien merasakan sakit
dirumah sampai dibawa ke RS, kemudian di UGD dilakukan
tindakan apa dan terapi yang diberikan sampai pasien dipindah ke
bangsal)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah pasien mempunyai riwayat
penyakit yang sama, kalau punya sejak kapan penyakit itu
diderita)
4) Riwayat penyakit keluarga (apakah ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien)
5) Riwayat alergi (apakah klien/pasien mempunyai riwayat alergi
obat : seperti antibiotic, dll, alergi makanan, udara/angin, dll)
6) Genogram (gambarkan silsilah keluarga dengan 3 generasi (jika
ada riwayat penyakit keturunan seperti: hipertensi, asma, dll)
c. Pola Pengkajian (Menurut Gordon)
1) Pola Manajemen Kesehatan
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan
obat-obat ulseroge
2) Pola nutrisi dan metabolik
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus dan bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna
3) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB.
Pda BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses
menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada
BAK, warna gelap dan konsistensi pekat
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan
menjadi kurus, perut membesar karena ascites dan kulit
mengering, bersisik agak kehitaman
6) Pola persepsi kognitif
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan
obat-obat ulserogenik
7) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi
hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula
8) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat
terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri
9) Pola penanggulangan stress
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat
mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang tidak
bagus kopingnya maka pasien dapat destruktif lingkungan
sekitarnya
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak
seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan
atau tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
2) Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas
tambahan hipoksia, asites.
3) Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi
jantung (S3, S4)
4) Sistem gastrointestinal
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis
perifer
5) Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,
koma, bicara lambat tak jelas
6) Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali,
asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.

2. Diagnosa Keperawatan
(Nanda, 2015)
a. Kekurangan volume cairan b.d pengeluaran darah yang banyak dan
pemasukan tidak adekuat
b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (rasa panas atau terbakar pada
mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran
pencernaan
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

3. Intervensi Keperawatan
(Nanda, 2015)
No Dx Keperawatan NOC NIC
1. Kekurangan Setelah dilakukan a. Manajemen cairan
volume cairan b.d asuhan keperawatan 1. Jaga intake yang
pengeluaran darah diharapkan kekurangan akurat dan catat
yang banyak dan volume cairan teratasi output
pemasukan tidak dengan 2. Monitor status
adekuat kriteria hasil : hidrasi
a. Keseimbangan 3. Monitor hasil
cairan laboratorium
1. Tekanan darah yang relevan
dalam batas dengan retensi
normal cairan
2. Nadi dalam batas 4. Monitor indikasi
normal kelebihan/retensi
3. Turgor kulit baik cairan
4. Keseimbangan 5. Berikan terapi IV
untake output 6. Berikan cairan
dalam 24 jam dengan tepat
5. Membrane 7. Distribusikan
mukosa lembab cairan selama 24
6. Tidak ada asites jam
7. Tidak ada 8. Atur
kehausan ketersediaan
8. Tidak ada mata produk darah
cekung 9. Persiapkan an
b. Keseimbangan lakukan
elektrolit pemberian
1. Tidak ada produk darah
penurunan serum b. Manajemen
natrium hipovolemi
2. Tidak ada 1. Monitor adanya
penurunan serum tanda-tanda
kalsium dehidrasi
3. Tidak ada 2. Monitor adanya
penurunan serum hipotensi
klorida ortostatik
4. Tidak ada 3. Monitor adanya
penurunan serum sumber
magnesium kehilangan cairan
seperti
perdarahan
4. Monitor asupan
dan pengeluaran
5. Berikan cairan
IV isotonic yang
diresepkan
6. Monitor
integritas kulit
7. Sediakan cairan
oral untuk
memelihara
integritas
membrane
mukosa

c. Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi,
suhu dan status
pernafasan
2. Monitor kualitas
nadi
3. Monitor irama
dan tekanan
jantung
4. Monitor adanya
sianosis
5. Identifikasi
penyebab
perubahan ttv
6. Periksa
keakuratan
instrument yang
digunakan
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan a. Kaji jenis dan
cidera biologis asuhan keperawatan tingkat riwayat
(rasa panas atau diharapkan nyeri nyeri, lokasi,
terbakar pada berkurang atau dapat durasi, dan
mukosa lambung teratasi dengan intensitas
dan rongga mulut Kriteria hasil : b. Minta pasien untuk
atau spasme otot a. Klien mampu menggunakan
dinding perut) mengontrol rasa nyeri sebuah skala 1
b.Mengikuti program sampai 10 untuk
pengobatan menjelaskan
c. Mendemonstrasikan tingkat nyeri
teknik relaksasi c. Atur periode
istirahat tanpa
terganggu tindakan
ini untuk
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan, dan
peningkatan
tingkat energy
yang penting untuk
peningkatan nyeri
d. Lakukan teknik
relaksasi, relaksasi
dan sentuhan
terapeutik
e. Berikan analgetik
sesuai indikasi
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan a. Kaji status nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan pasien.
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan b. Kaji kebersihan
berhubungan nutrisi dapat terpenuhi, mulut, anjurkan
dengan anoreksia nafsu makan meningkat, untuk selalu
mual/ muntah hilang melakukan oral
dengan hygiene.
Kriteria hasil : c. Delegatif pemberian
a. Intake nutrisi nutrisi yang sesuai
tercukupi. dengan kebutuhan
b. Asupan makanan dan pasien : pasien
cairan tercukupi. kanker.
c. Penurunan intensitas d. Beri informasi yang
terjadinya tepat terhadap
mual/muntah. pasien tentang
d. Penurunan frekuensi kebutuhan nutrisi
terjadinya yang tepat dan
mual/muntah. sesuai.
e. Pasien mengalami e. Anjurkan pasien
peningkatan BB mengkonsumsi
makanan tinggi zat
besi seperti sayuran
hijau dan juga
perbanyak asupan
buah-buahan.
f. Kaji frekuensi mual,
durasi, tingkat
keparahan, faktor
frekunsi, presipitasi
yang menyebabkan
mual.
g. Anjurkan pasien
makan sedikit demi
sedikit tapi sering.
h. Anjurkan pasien
untuk makan selagi
hangat.
i. Timbang BB pasien
jika memungkinkan
dengan teratur.
4. Ketidak Setelah dilakukan a. Monitor intake
seimbangan nutrisi asuhan keperawatan makanan setiap
kurang dari diharapkan nutrisi hari, apakah klien
kebutuhan tubuh terpenuhi atau adekuat makan sesuai
b.d dengan dengan kebutuhan
ketidakmampuan Kriteria hasil : untuk memberikan
mencerna makanan f. Klien dapat informasi tentang
akibat perdarahan menunjukan berat status gizi klien
pada saluran badan yang stabil, b. Timbang berat
pencernaan hasil lab normal, dan badan dan amati
tidak ada tanda-tanda penurunan berat
malnutrisi badan
g. Menyatakan c. Kaji pucat,
pengertiannya penyembuhan luka
terhadap perlunya yang lambat untuk
intake yang adekuat menunjukan
h. Barpartisipasi dalam keadaan gizi klien
penatalaksanaan diet sangat buruk
yang berhubungan d. Anjurkan klien
dengan penyakitnya. mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dengan intake
cairan yang adekuat
e. Anjurkan klien
untuk
mengkonsumsi
makanan dalam
posrsi kecil tapi
sering
f. Ciptakan suasana
makan yang
menyenangkan
misalnya makan
bersama keluarga
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. Terapi aktivitas
behubungan asuhan keperawatan 1. Bantu pasien
dengan kelemahan diharapkan aktivitas untuk memilih
pasien terpenuhi dengan aktivitas dan
kriteria hasil : pencapaian
j. Kelelahan : efek tujuan melalui
yang menganggu aktivitas yang
1. Tidak ada malaise konsisten
2. Tidak ada lethargi 2. Bantu pasien
3. Tidak ada memperoleh
gangguan aktifitas sumber-sumber
fisik yang diperlukan
4. Tidak ada untuk aktivitas
gangguan rutinitas yang dilakukan
3. Bantu pasien dan
k. Perawatan Diri : keluarga
Aktivitas sehari-hari mengidentifikasi
1. Mampu berpindah kelemahan
dan memposisikan 4. Intruksikan
diri pasien dan
2. Mampu makan keluarga
dengan mandiri mempertahankan
3. Mampu fungsi dan
berpakaian kesehatan terkait
4. Mampu sosial, spiritual,
melakukan dsn kognisi
kebersihan badan 5. Intruksikan
dan mulut pasien dan
keluarga
beradaptasi
dengan
lingkungan
6. Bantu memenuhi
aktifitas sehari-
hari pasien
7. Ciptakan
lingkungan yang
aman
8. Bantu pasien dan
keluarga
mengevaluasi
kemampuan
pasien dalam
beraktifitas.

b.Manajemen energi
1. Kaji status
fisiologis pasien
terhadap
kelelahan
2. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
3. Pilih intervensi
yang mengurangi
kelelahan
4. Tentukan jenis
dan banya
aktifitas yang
dilakukan
5. Monitor intake
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energy
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai asupan
energi yang
sesuai kebutuhan
7. Tingkatkan tirah
baring dan waktu
istirahat pasien
8. Lalukan ROM
pasif/aktif
9. Ajarkan pasien
untuk
mnghubungi
petugas
kesehatan
apabila kelelahan
tidak berkurang.
Daftar Pustaka

Agus Purwadianto, Budi Sampurna. 2010. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi.


Jakarta
Amin, Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Medi Action.
Davey, Patrick. 2015. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Dongoes. 2010. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hardhi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA Dan NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta : Medi Action
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia andorson, Lorraine. 2016. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Sujono Hadi. 2012. Gastroenterologi. Edisi ke-7. Bandung : Penerbit PT Alumni.
Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Jakarta
: Balai Penerbit FKUI
Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.
Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai