Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

“MELENA”

Oleh Kelompok 1 Besar:

1. Akelina Suwuh 7. Cristiany 12. Emsjun Pantow 18. Injilia Lumowa

2. Alexandro Tewu Kindangen 13. Era Polii 19. Jeunike Pontoh

3. Angelita Dotulong 8. Christy Wuisan 14. Fallie Adam 20. Joshua Pandey

4. Anjeli Mumu 9. Delvia Kere 15. Fira Rondonuwu 21. Julia Tampa

5. Bianconeri Baginda 10. Eudia Monding 16. Gabriel Waworuntu 22. Louisa Rau

6. Cheysi Siwi 11. Eklesia Tatauhe 17. Indah Lolong

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA

PROGRAM STUDI D/III KEPERAWATAN

TOMOHON

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat rahmat-Nya dan tuntunan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pencernaan “Melena”” dengan baik.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

(KMB 1). Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan

kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 3 November 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................2
BAB II ........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .........................................................................................................................3
A. Landasan Teori ...................................................................................................................3
1. Pengertian .................................................................................................................3
2. Etiologi .....................................................................................................................3
3. Manifestasi Klinis......................................................................................................5
4. Komplikasi ................................................................................................................5
5. Patofisiologi ..............................................................................................................6
6. Pathway.....................................................................................................................7
7. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................8
8. Penatalaksanaan Medis ..............................................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 11
1. Pengkajian keperawatan .......................................................................................... 11
2. Diagnosis ................................................................................................................ 15
3. Perencanaan ............................................................................................................ 16
4. Pelaksanaan/Implementasi ....................................................................................... 22
5. Evaluasi................................................................................................................... 23

iii
BAB III ..................................................................................................................................... 24
PENUTUP ................................................................................................................................ 24
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................................................ 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan

oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket

dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian

atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi

Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal

dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC ).

BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah berwarna

merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian

besar BAB darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja

tergantung dari lokasi perdarahan. Umumnya, semakin dekat sumber perdarahan dengan anus,

semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon

sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversal

dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan sistem pencernaan

khususnya pada penderita Melena?

1
C. Tujuan dan Manfaat

Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Melena,

serta mengetahui dan mempelajari mengenai Melena.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian

Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang

disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis

tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan

besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan

bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).

Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran

darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace &Borley, 2007).

2. Etiologi

Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :

1) Kelainan esofagus

a. Varises esophagus

Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak

pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat

perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses

berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan

asam lambung.

b. Karsinoma esophagus

3
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.

Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali

penderita muntah darah dan itupun tidak masif.

c. Esofagitis dan tukak esophagus

Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau

kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di esophagus

jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung

dan duodenum.

2) Kelainan di lambung

a. Gastritis erisova hemoragika

Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-

obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh

nyeri ulu hati.

b. Tukak lambung

Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan sebelum

hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan

dengan makanan.

3) Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,

rombositopenia purpura.

4) Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat, kortikosteroid,

alkohol.

4
3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut :

a. Gelisah

b. Demam Ringan (38-39 C)

c. Nafsu makan berkurang

d. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih

e. Nyeri perut

f. Rasa kembung

g. Tonus otot dan turgor kulit berkurang

h. Selaput lendir dan bibir kering

i. Hiperperistaltik

j. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam

k. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah

oleh bakteri usus.

4. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan seperti :

a. Syok hipovolemik

Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan

menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena

kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan

penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma

dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung yang tidak teratasi dengan

5
baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan

menggantikan volume intravaskuler.

b. Penurunan kesadaran

Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran

c. Ensefalopati

Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.

Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana

fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam

keadaan normal dibuang oleh hati.

5. Patofisiologi

Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap

bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam

ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada perdarahan saluran cerna

bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang /

gelap.

Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada

saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit

perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam

seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya

feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah

yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan

tunggal.

6
6. Pathway

Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C

Peradangan hati&nekrosis sel-sel hati

Sel hati kolaps secara ekstensi Meluasnya jaringan fibrosis

Distorsi pembuluh darah hati Hipertensi portal

Ostrobsi vena portal

Sirosis hepatitis

Pembuluh luptur

Perdarahan dilambung

DEFISIT VOLUME
Muntah darah dan berak darah
CAIRAN

Hb menurun anemis Mual, muntah dan nafsu makan


menurun

Plasma darah menurun Kelemahan

INTOLERANSI
RISIKO SYOK
AKTIVITAS

7
7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Penunjang

a. Pemeriksaan tinja

Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi

gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap

berbagai antibiotika (pada diare persisten).

b. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan

kualitatif terutama pada diare kronik.

b. Diagnostik

a. Laboratorium

1) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt, peningkatan

leukosit)

2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum

dan laktat.

3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

b. Pemeriksaan radiologic

Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk

daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada

lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi

terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung

untuk mencari ada atau tidaknya varises.

c. Pemeriksaan endoskopik

8
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara

endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal

dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik

adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan,

dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan

bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan

secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.

d. Colonoscopy

Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon

e. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit

hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan

saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga

khusus yang sampai sekarang hanya terdapat di kota besar saja.

8. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin

dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan

pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian

atas meliputi :

a. Tirah baring.

b. Diet makanan lunak

c. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah

d. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas

9
e. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

f. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita

g. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan

h. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang

i. Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal

j. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom

(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk

menanggulangi perdarahan.

k. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap

oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat

menimbulkan ensefalopati hepatic.

selama 24-28 jam.

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk

pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan

evaluasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,

tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

b. Keluhan utama

Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara

tiba-tiba.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-tiba.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis,

hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat penyakit

darah (misal : DM), riwayat penggunaan obat ulserorgenik, kebiasaan/gaya hidup

(alkoholisme, gaya hidup/kebiasaan makan).

e. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang

dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota

11
keluarga yang lain.

f. Pola fungsi kesehatan

Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada kasus Perdarahan

Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000) :

1) Aktivitas/ istirahat

Gejala: kelemahan, kelelahan

Tanda: takikardi, takipnea, hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)

2) Sirkulasi

Gejala :

a) Hipotensi (termasuk postural)

b) Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia)

c) Kelemahan/nadi perifer lemah

d) Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi)

e) Warna kulit anemis, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

3) Integritas ego

Gejala : Faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak

berdaya.

Tanda : Tanda ansietas (gelisah, anemis, berkeringat, perhatian menyempit,

gemetar, suara gemetar).

4) Eliminasi

12
Gejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan GI atau

masalah yang berhubungan dengan GI, misalnya luka peptic atau gaster, gastritis,

bedah gaster, iradiasi area gaster.

5) Perubahan pola defekasi/karakteristik feses.

Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi. Bunyi usus : sering hiperaktif selama

perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakter feses : diare, darah warna gelap,

kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea).

Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).

6) Keluaran urin : menurun, pekat.

7) Makanan/cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik

bagian luar sehubungan dengan luka duodenal),Masalah menelan : cegukan,Nyeri

ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah,Tidak toleran terhadap makanan, contoh

makanan pedas, coklat : diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.

8) Penurunan berat badan

Tanda : Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan

darah. Membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk

(perdarahan kronis),Berat jenis urin meningkat

9) Neurosensori

Gejala : Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan. Status mental :

tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,

10) Nyeri/kenyamanan

13
Gejala : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih : nyeri hebat

tiba-tiba dapat disertai perforasi,Rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah

makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).

a. Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam

setelah makan & hilang dengan antasida (ulkus gaster).

b. Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah

makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida

(ulkus duodenal).

c. Tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis).

a. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat-obat

tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.

b. Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, anemis,

berkeringat, perhatian menyempit.

g. Keamanan

Gejala: Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.

Tanda: Peningkatan suhu. Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan

sirosis/hipertensiportal).

h. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol,

steroid, NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena

(misal : anemia) atau diagnose yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus,

atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis, alkoholisme,

hepatitis, gangguan makan.

14
i. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien Hematomesis Melena akan terjadi ketidakseimbangan nutrisi akibat

anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.

b. Sistem Respirasi

Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia, ascites.

c. Sistem Kardiovaskuler

Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan

gagal

hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).

d. Sistem Gastrointestinal

Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.

e. Sistem Persyarafan

Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat tak jelas.

f. Sistem Geniturianaria/Eliminasi

Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites), penurunan / tak

adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.

2. Diagnosis

a. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d klien mengatakan merasa dingin,

pasien tampak menggigil.

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga,

klien mengatakan kaki sebelah kiri sulit digerakan, pasien tampak bedrest.

15
c. Resiko syok d.d kekurangan volume cairan.

3. Perencanaan

Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan
Tujuan/kriteria hasil Intervensi

1. Hipotermia b.d terpapar suhu Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipotermia

lingkungan rendah d.d klien keperawatan selam 3x24 jam Observasi

mengatakan merasa dingin, maka termoregulasi membaik - Monitor suhu tubuh.

pasien tampak menggigil. dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab

1. Suhu tubuh dalam rentang hipotermia(mis. Terpapar

normal 36,5-37,2 suhu lingkungan rendah,

2. Tidak ada perubahan pakaian tipis, kerusakan

warna kulit hipotalamus, penurunan

3. Klien mampu laju metabolisme,

menjelaskan tindakan kekurangan lemak

untuk mencegah/ subkutan)

mengurangi peningkatan - Monitor tanda dan gejala

suhu tubuh akibat hipotermia

(hipotermia ringan:

takipnea,disartria,menggi

gil, hipertens, diuresis;

hipotermia sedang:

aritmia,hipotensi, apatis,

koagulopati, refleks

menurun; hipotermia

16
berat: oliguria, refleks

menghilang,edema paru,

asam-basa abnormal)

Terapeutik

- Sediakan lingkungan

yang hangat (mis. Atur

suhu ruangan,incubator)

- Ganti pakaina dan/linen

yang basah

- Lakukan penghangatan

aktif eksternal(mis.

Kompres hangat, botol

hangat, selimut hangat.

Perawatan metode

kangguru)

- Lakukan pengahtan aktif

internal ( mis. Infus

cairan hangat, oksigen

hangat, lavase peritoneal

dengan cairan hangat)

Edukasi

- Anjurkan makan/minum

hangat

17
2. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi

kelemahan d.d klien keperawatan selam 3x24 jam Observasi

mengatakan aktivitas dibantu maka toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan

oleh keluarga, klien meningkat dengan kriteria hasil fungsi tubuh yang

mengeluh lelah dan frekuensi : mengakibatkan kelelahan

- Monitor kelelahan fisik


jantung meningkat ˃20% dari 1. TD dalam rentang yang

diharapkan (membaik) dan emosional


kondisi istirahat.
2. Gerak otot tidak - Monitor pola dan jam

terganggu tidur

- Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas

Terapeutik

- Sediakan lingkungan

nyaman dan rendah

stimukus(mis. Cahaya,

suara,kunjungan)

- Lakukan latihan rentang

gerak pasif dan/atau aktif

- Berikan aktivitas distraksi

yang menegangkan

- Fasilitas duduk di sisi

tempat tidur, jka tidak

18
dapat berpindah atau

berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap

- Anjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan

gejala kelelahan tidak

berkurang

- Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi

kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara

meningkatkan asupan

makanan

3. Resiko syok d.d kekurangan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok

volume cairan. keperawatan selama 3 hari, maka

tingkat syok menurun dengan


Obseravasi
kriteria hasil:

19
1. Kekuatan nadi meningkat - Monitor status

2. Output urine meningkat kardiopulmonal

3. Tingkat kesadaran (frekuensi dan kekuatan

meningkat nadi, frekuensi nafas, TD,

4. Akral dingin menurun MAP)

5. Pucat menurun - Monitor ststus oksigenasi

(oksimetri nadi, AGD)

- Monitor status cairan

(masukkan dan keluaran,

turgor kulit, CRT)

- Monitor tingkat kesadaran

dan respon pupil

- Periksa riwayat alergi

Terapeutik

- Berikan oksigen untuk

mempertahankan saturasi

oksigen lebih dari 94%

- Persiapkan intubasi dan

ventilasi mekanis, jika

perlu

- Pasang jalur IV, jika

perlu

- Pasang kateter urine

untuk menilai produksi

20
urine, jika perlu

- Lakukan skintest untuk

mencegah reaksi alergi

Edukasi

- Jelaskan penyebab atau

faktor resiko syok

- Jelaskan tanda dan gejala

awal syok

- Anjurkan melapor jika

menemukan atau

merasakan tanda dan

gejala awal syok

- Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral

- Anjurkan menghindari

alergen

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian IV,

jika perlu

- Kolaborasi pemberian

transfusi darah, jika perlu

- Kolaborasi pemberian

21
antiinfalamasi, jika perlu

4. Pelaksanaan/Implementasi

Menurut (Potter & Perry, 2011) dalam buku Konsep& Penulisan Asuhan

Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. OIeh karena itu, jika

intenvensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau

diaplikasikan pada pasien,

maka tindakan tersebut disebut implementasi keperawatan

Komponen yang terdapat pada implementasi adalah :

a. Tindakan observasi

Tindakan observasi adalah tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data status kesehatan klien.

b. Tindakan terapeutik

Tindakan terapeutik adalah tindakan yang secara lansung dapat berefek memulihkan

status kesehatan klien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan klien.

c. Tindakan edukasi

Tindakan edukasi adalah tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuam

pasien merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru yang dapat

mengatasi masalah.

d. Tindakan kolaborasi

Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat

lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya.

22
5. Evaluasi

Menurut (Potter & Perry, 2011). dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan

Keperawatan, tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut :

Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan

perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian

ulang.

a. S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali

pada klien yang afasia.

b. O (Objektif): data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-

tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

c. A (Analisis/assessment): berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana

analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya

dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, sering memerlukan pengkajian ulang untuk

menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.

d. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan

keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana

keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini

berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melena merupakan tinja berwarna gelap degan atau tanpa terlihat adanya darah yang

diakibatkan oleh perdarahan di saluran pencernaan bagian atas. Tinja berwana hitam dapat

disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit. Contohnya termasuk obat-obatan yang mengandung

suplemen bismut atau besi.

B. Saran

Kiranya melalui susunan asuhan keperawatan ganggguan sistem pencernaan khususnya

penyakit Melena ini, bisa menjadi referensi bagi para pembaca khususnya mahasiswa

keperawatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Adhi N.Diagnosis dan Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas

NonVariesal.CDK.2017;44

Elizabeth J.Corwin,Buku Saku Patofisiologi Corwin.Jakarta:Aditya Media,2009.

Fadhil Alfino A,Saptino M,Detty I.Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien

Hematemesis dan atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode Januari 2010-

Desember 2013.Jurnal Kesehatan Andalas.2016;5(1):10-5.

Sudoyo AW,Setiyohadi B,Alwi l,dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi ke-

4.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2207.

25

Anda mungkin juga menyukai