Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH/ PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA

PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

LEMBARAN PENGESAHAN

PROPOSAL INI TELAH DIBACA, DIKOREKSI DAN DISETUJUI OLEH


PEMBIMBING KLINIK (CI)
MENGETAHUI KELOMPOK

Muhammad
Yani
Muhammad Yani
Rayya
Net
Rayya_Net

PEMBIMBING KLINIK (CI) PEMBIMBING AKADEMIK

(..................................................) (...............................................)
KOORDINATOR KLINIK

(...................................................)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................... i

DAFTAR ISI .... ii

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Pengertian........................................................................................... 2
C. Metode TAK...................................................................................... 6

D. Tujuan................................................................................................. 6

E. Kriteria Klien...................................................................................... 7

F. Waktu Pelaksanaan............................................................................. 8

G. Nama Klien dan Ruangan................................................................... 8

H. Media dan Alat................................................................................... 8

I. Susunan Pelaksana.............................................................................. 8

J. Uraikan Tugas Pelaksana.................................................................... 9

K. Mekanisme Kegiatan........................................................................ 10

L. Setting Tempat.................................................................................. 11

M. Tata Tertib dan Program Antisipasi.................................................. 11

N. Evaluasi............................................................................................. 13

Lampiran Lembar Evaluasi.............................................................................. 13

Perkembangan Klien Dalam TAK................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain di

sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesame manusia.
Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan

individu untuk interaksi dengan orang lain.

Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan social)

klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas

kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan

kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain

(struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang

harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,

kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria 2001).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita

bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/

petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien

dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali

bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan

dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang

lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan

dengan orang lain.

Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau

mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan.
Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang

dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)

Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang

menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu,

marah sering diekspresikan secara tidak langsung.

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan

penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang kuat

dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan

mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak

konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang

respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)

klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol

dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak

mengganggu anggota kelompok lain.

B. PENGERTIAN

1. TAK

Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok

penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarrahkan oleh

seorang terapis/petugas kesehatan yang telah terlatih.

2. Perilaku Kekerasan
Definisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)

Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku

kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)

Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada

suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993)

Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,

cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak

terpenuhi.

a. Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang

diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak

mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan

keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

b. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk

dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa

rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.

c. Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk

mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

Rentang Respon Marah


Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Rentang

respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa

merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat

dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat

menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.

Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap

orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan

yang sama dari orang lain.

e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada

keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Proses Marah

Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh

setiap individu. Strees dapat menyebabkan

Gejala Marah

Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,

tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.

Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah

diantaranya sebagai berikut :


a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil

dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang

konstipasi, refleks tendon tinggi.

b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak tegang,

bila mengamuk kehilangan control diri.

c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada

suara keras dan kasar.

Perilaku Marah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap

sekresi

b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu

dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk

mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti

orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk

mengembangkan diri klien.

c. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting out untuk menarik

perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan.

Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan

untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain (

Maramis, 1998, hlm 83 ) :

a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu

dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang

marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju

tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.

Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual

terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya.

c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.

Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan

tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya

dan akhirnya ia dapat melupakannya.


d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-

lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya

seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang

tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy

berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di

dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

C. METODE TAK

Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah metode:

1. Diskusi dan Tanya Jawab

2. Melengkapi jadwal harian

3. Bermain peran / simulasi

4. Dinamika kelompok

D. TUJUAN

1. SESI 1

a. Tujuan Umum

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.

b. Tujuan Khusus

Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya

Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan gejala marah ).

Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan ).

Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan


2. SESI 2

a. Tujuan Umum

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain

b. Tujuan Khusus

Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien

Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

(Keliat, B. A. 2004)

3. SESI 3

a. Tujuan Umum

Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.

b. Tujuan Khusus

Klien dapat memperkenalkan dirinya.

Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain

Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di

mengerti oleh anggota kelompok lainnya.

Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di

dengar serta di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.

Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari

Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

E. Kriteria Klien

Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a) Klien yang tidak terlalu gelisah

b) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok.

c) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil

d) Klien tenang dan kooperatif

e) Kondisi fisik dalam keadaan baik

f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

F. Waktu Pelaksanaan

Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Jumat 13 April 2012

Waktu : 09.00-09.45

Tempat : Ruang MPK

G. Nama Peserta dan Ruangan

Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 10 orang, adapun nama-nama kien yang

akan mengikuti TAK yaitu :

1. Ira Saputri

2. Irna Isnani

3. Irma Suryani

4. Khairunnisa

5. Misna Maisura

6. Misrahul Jannah

7. Misratun Aula

8. Ulfatul Jannah

H. Media dan Alat


TAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya hanya

berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :

1. Papan tulis / flipchart / whiteboard.

2. Kapur / Spidol.

3. Buku catatan dan pulpen

4. Jadual kegiatan klien

5. Bantal.

6. Sedotan / pipet minuman.

I. Susunan Pelaksana

1. Leader : Michelle F. W,

2. Co Leader : Roma Vita S.

3. Fasilitor :

Anik Rubiyanti

Wahyu Retno S.\

Rahmat Hidayat

4. Observer :

Surati Mayasari

Martini

J. Uraian Tugas Pelaksanaan

a. Leader

Tugas :

1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi dan

kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.


2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara memberi

motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.

b. Co Leader

Tugas :

1. Membuka acara

2. Mendampingi leader

3. Mengambil posisi leader jika leader blocking

4. Menyerahkan posisi kembali kepada leader

5. Menutup acara diskusi

c. Fasilitator

Tugas :

1. Mempertahankan kehadiran peserta

2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam kelompok.

d. Observer

Tugas :

1. mengidentifikasi kedalam kegiatan

2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader

3. mengamati dan mencatat

Jumlah anggota yang hadir

Siapa yang terlambat

Daftar hadir
Siapa yang memberi pendapat atau ide

Toik diskusi

4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang

5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

K. Mekanisme Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan persepsi sensori :

perilaku kekerasan

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik.

Salam dari terapis kepada klien.

Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri papan nama)

Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama )

b. Orientasi

Menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara suara yang

di dengar.

Terapis menjelaskan aturan main berikut :

Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus minta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit


Setiap klien mengikuti keegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara- suara yang didengar

(perilaku kekerasan ) tentang isinya, waktu terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.

b. Terapis meminta klien menceritakan isii perilaku kekerasan, kapan terjadinya, situasi yang

membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi perilaku kekerasan. Mulai dari klien yang

sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di

whiteboard.

c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.

d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak Lanjut

Terapis meminta klien untuuk melaprkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya jika terjadi

perilaku kekerasan.

c. Kontrak yang akan dating

Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol perilaku kekerasan.

menyepakati waktu dan tempat.

L. Setting Tempat
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah sebagai

berikut

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

b. Ruangan nyaman dan tenang.

M. Tata Tertib Kegiatan Dan Program Antisipasi

1. Tata Tertib :

Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK

Berpakaian rapi dan bersih.

Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK.

Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan bila

peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta cadangan.

Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta

meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator,

maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.

Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.

Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih dulu dan berbicara

setelah dipersilahkan.

TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 09.00 sampai 09.45.

2. Program Antisipasi

Usahakan dalam keadaan terapeutik.

Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk

tertawa atau sikap yang menyinggung.


Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah

disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.

Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa diperingatkan,

dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.

Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari peserta TAK yang

lain.

Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, leader

memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.

Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

N. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

ASpek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK

stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adlah mengenal isi

perilaku kekerasan, waktu terjadinya perilaku kekerasan, situasi terjadinya perilaku kekerasan,

dan perasaan saat terjadinya perilaku kekerasan.

Lampiran Lembar Evaluasi

No. Nama Klien Aspek yang dinilai


Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Memperagakan
cara yang efektivitas cara menghardik
selama ini cara mengatasi perilaku
digunakan perilaku kekerasan
mengatasi kekerasan
perilaku dengan
kekerasan menghardik.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Petunjuk :

Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal perilaku kekerasan: isi, waktuu, situasi,

dan perasaan. Beri tanda jika klien mampu dan beri tanda X jika klien tidak mampu.

Perkembangan Klien Dalam TAK

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : perilaku kekerasan

sesi !. Klein mampu menyebutkan isi perilaku kekerasan ( menyuruh memukul), waktu ( pukul 9

malam ), situasi ( sedang sendiri), perasaan (jika sedang geram). Anjurkan klien mengidentifikasi

perilaku kekerasan yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai