PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini adapun tujuan Umum yaitu Untuk
menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis tentang Family Center Care.Tujuan
Khusus
Dalam penulisan makalah ini adapun tujuan khususnya yaitu menjelaskan apa
itu Family Center Care secara mendetail.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi
Pendekatan holistik pada asuhan keperawatan kritis mencakup keluarga
pasien. Keluarga berarti setiap orang yang berbagi secara intim dan rutin
sepanjang hari kehidupan dalam asuhan keperawatan pasien kritis dengan kata
lain orang-orang tersebut yang homeostasisnya terganggu olehh masuknya
pasien ke area penyakit kritis atau cedera.
2.2 Stres dan adaptasi keluarga
2
dipertimbangkan. Beberapa orang atau keluarga menetapkan arti bencana
besar untuk beberapa kejadian yang bagi orang lain tidak bermakna. Jika
anggota keluarga menilai situasi dengan memberi bagian dan tanda peristiwa
kritis, emosi, stres dan ansietas dihubungkan dengan krisis, juga dengan
mengusahakan koping, mereka akan mengikutinya.
1. Apakah orang tampil lebih tegar atau lebih lemah sebagai akibat krisis
tidak terlalu didasari pada karakter mereka seperti kualitas bantuan
yang mereka terima selama keadaan krisis.
2. Orang lebih terbuka untuk saran-saran dan bantuan selama krisis
terjadi
3. Dengan timbulnya krisis, kenangan lama krisis yang lalu mungkin
timbul. Jika perilaku maladaptif digunakan untuk mengatasi situasi
sebelumnya, tipe perilaku yang sama mungkin diulang dalam
mengatasi krisis yang baru.
4. Cara satu-satunya untuk bertahan dari krisis adalah dengan cara
menyadarinya
3
Anggota keluarga pada unit perawatan kritis terutama karena krisis
biologis, dilain pihak seluruh keluarga mengalami krisi emosional. Pada
awalnya, mekanisme koping tampak berhasil, dan sistem keluarga tampak
membaik meskipun terjadi peningkatan stres. Namun dengan berlanjutnya
stres, sistem keluarga mungkin pecah kecuali terdapat interevensi berdasarkan
rialitas situasi.
2.2.1 Pengkajian
4
Perawat perlu untuk mengidentifikasi metode koping yang ada
dan mengevaluasinya sebagai adaptasi. Perawat akan perlu untuk
menentukan dan kadang-kadang menjelaskan pada pasien, masalah
kronik akibat dari ancaman krisis. Bila situasi krisis tampak tidak
beraturan atau kabur, perawat harus mencoba memahami arti bahwa
pasien mempunyai hubungan dengan kejadian. Selanjutnya, arti asal
mula krisis akan membantu perawat menilai masalah kematangan
keluarga dimana keluarga telah mengatasinya. Pemahaman parameter
ktisis memberi arah untuk tindakan.
2.2.2 Penatalaksanaan
5
keluarga. Alat yang harus dijelaskan sebelum keluarga melihat pasien.
Penjelasan selanjutnya dapat dilakukan disamping tempat tidur.
6
berdaya dan diam karena ansietas yang berlebihan atau panik yang disebabkan
oleh stres akut. Ketetapan masalah dalam kata-kata membantu pasien
mencapai derajat kognitif tertinggi. Pengabaian kesulitan atau ancaman
masalah secara tidak langsung, memampukan untuk merumuskan cara
tersebut untuk menurunkan ansietas dengan membantu keluarga menyadari
bahwa mereka telah mencapai beberapa pemahaman singkat apa yang terjadi.
Pendefinisian maslah adalah cara membatasi parameter tersebut.
7
Proses bantuan keluarga memandang masalah dari sudut yang berbeda disebut
pembentukan kerangka kembali.
8
berlebihan untuk melarikan diri dari perasaan nyeri. Pada saat sedih
dan depresi, perawat dapat tepat menjijikkan keluarga bahwa mereka
akan merasa lebih baik sesuai berjalannya waktu. Adaptasi
membutuhkan waktu.
9
Waktu perawat keperawatan kritis untuk keluarga seringkali
terbatas karena pekerjaan yang ada, sehingga menjadi penting untuk
membuat setiap interaksi berguna bagi keluarga. Perawat harus
bertanggung jawab terhadap percakapan langsung dan memfokuskan
pada saat ini dan sekarang. Ia harus menghindari usaha memberikan
nasehat yang tak berguna dalam menekankan pendekatan penyelesaian
masalah. Bagaimananpun, perawat harus menggunakan penialian dan
mengenal peristiwa tersebut bila petunjuk adalah vital untuk kesehatan
dan keselamatan.
2.5 Rujukan
10
Banyak rumah sakit mempunyai perawat kesehatan mental ynag terampil dan
pekerja sosial yang dengan sedikit belajar, dapat membantu intervensi
keperawatan.
11
pada jadwal sebelumnya (contoh setiap 3 jam) daropada sesuai
kebutuhan (contoh bila perlu). Selanjutnya sedikit paisen yang diberi
narkotik untuk nyeri mengalami masalah adiksi serius.
Selain itu, perawat harus dibuat sadar bahwa tingkah laku staf
tampak banyak yang harus dikerjakan dengan pesanan dan pemberian
obat analgesik. Secara umum, pasien yang muda dan wanita cenderung
mendapatkan analgesik yang lebih kuat dari lainnya. Usia, kondisi
fisik, derajat nyeri atau variabel lain, mungkin merupakan faktor
penentu dalam implementasi perawat terhadap pesanan obat bila perlu
untuk pasien dengan nyeri.
12
dilibatkab dalam pelaksanaan meminyaki bibir pasien dan
membersihkan liur dari kulit. Pemberian posisi, perawatan kulit, dan
masase semua adalah tindakan berguna dalam meningkatkan
kenyamanan. Beberapa anggota keluarga dapat memilih untuk
berpartisipasi atau takut bahwa mereka akan menyakiti pasien.
Biasanya partisipasi keluarga berarti lebih banyakk kerja untuk
perawat: namun partisipasi ini dalam perawatan dapt bermakna baik
dan pengalaman berguna untuk keluarga berduka.
2.6.3 Komunikasi
13
bahwa mereka akan mempunyai waktu dan suasana untuk mengatakan
sesuatu yang mereka ingin katakan.
2.6.4 Anak
Keluarga dalam krisis rentan untuk semua tipe stress yang lain.
Bantuan anggota keluarga memberikan dukungan satu sama lainnya
merupakan kepentimgan utama. Seringkali mereka menginginkan
menahan anggota keluarga untuk tetap menemaninya selama dirawat.
Anggota keluarga dapat mendukung satu sama lainnya dengan
memberikan makan dan istirahat. Tetap bersama dan bersedia terhadap
satu sama lainnya memenuhi banyak keluarga. Perawat dapat memilih
untuk mengatakan pada anggota keluarga bahwa meskipun tampaknya
mereka melakukan sesuatu bagi pasien, kehadiran mereka dapat
membuat rileks atau nyaman pasien atau pasangan pasien.
2.6.6 Kegembiraan
14
mengekspresikannya secara tepat membantu penurunan dalam situasi
sulit. Pemberian senyuman dan rasa humor juga membantu keluarga
rileks dan membagi mereka sendiri dalam cara yang biasa mereka
pakai. Lelucon yang baik juga dihargai oleh pasien yang sekarat.
15
2.6.8 Ketenangan
16
kadang-kadang berbicara terlalu keras dengan tamu-tamu ini dan
mengatakan pada orang lain tentang tamu-tamu tersebut.
17
berarti pasien akan meninggal, selain itu perawata secara tulus
menekankan pilihan hidup kembali sebagai indikator penting dari
prognosis yang positif.
Dengan kata lain, dikatakan tidak ada waktu bagi mereka untuk
memasuki alam baru. Pada pokoknya pasien menghitung ualang
kembalinya ketubuh mereka. Terdapat beberapa penjelasan yang kuat
pada fenomena menarik ini. Penjelasan biologis menyatakn NDE tidak
lebih dari halusinasikaren anoksia, otak sekarat, sementara yang lain
menginterpretasikan episode ini sebagai hubungan yang sangat dekat
antara Tuhan dan domain spiritual. Pada kenyataannya, ciri NDE
dilaporkan dalam konteks budaya dan keyakinan pasien.
18
keluarga untuk meninggalkan dunia dengan tamu yang datang
padanya.
19
keterampilan dan instrumen yang diperlukan untuk memenuhi pembuatan
pendidikan pasien dan keluarga pada saat terjadi sakit kritis. perawat yang
memahami hambatan pembelajaran yang unik pada tatanan perawatan
kesehatan akan lebih siap untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran pasti
yang dan keluarga.
20
Akan tetapi, di tatanan perawatan kritis, fokus pendidikan biasa
dengan mudah beralih dari pasien dan diarahkan kembali untuk
memenuhi kebutuhan pembelajaran anggota keluarga. Pengorbanan
emosional dan fisik dituntut dari anggota keluarga pasien yang sakit
kritis, dengan tingkat stres memuncak dalam 72 jam sejak masuk ke unit
tersebut. Studi descriptive yang dilakukan oleh Halm dan Kolega
menunjukkan perubahan pada pola tidur dan makan anggota keluarga,
serta peningkatan pemakaian rokok, obat bebas, dan alkohol serta obat
dengan resepsi ambil mengatasi krisis pasien yang sakit kritis.
21
Peserta didik mengalami suatu kilasan pemahaman yang menghasilkan
perubahan perilaku. konsep utama pembelajaran adalah proses perubahan
menuju suatu keadaan pemikiran yang baru. fokus beralih dari peran pendidik
ke individu yang mengalami perubahan tersebut.
22
Domino efektif meliputi semua area pembelajaran karena
mencakup nilai, sikap, dan perasaan pasien. Upaya memodifikasi
sikap atau response emosi membutuhkan suatu hubungan yang aman
dan saling percaya antara pasien dan perawat. Ketika menyusun dan
celana penyuluhan perawat harus mengambil langkah yang tidak
mengancam guna mengkaji topik yang benar pasien cukup penting
untuk dipelajari. Suatu strategi penyuluhan yang membantu bisa
berupa pembelajaran interaktif dalam kelompok yang harus digunakan
di kelas berhenti merokok.
23
keterampilan baru; oleh karena itu, penting untuk perawat memberikan
pujian dan dorongan pada tiap sesi penyuluhan. Belajar
manginjeksikan insulin adalah contoh pembelajaran psikomotor.
24
menciptakan situasi belajar yang lebih mengarahkan diri sendiri
dan mandiri.
3. Pengalaman hidup peserta didik. Orang dewasa telah hidup lama
dan memiliki lebih banyak pengalaman hidup dibandingkan anak-
anak. Pengalaman hidup membatasi dan membentuk kepercayaan,
nilai, dan sikap orang dewasa. Metode pendidikan orang dewasa
menekankan teknik ekperiensial seperti metode kasus, simulasi,
dan latihan pemecahan masalah. Selain itu, peserta didik dewasa
belajar dengan baik dari rekan sebaya mereka, yang membuat
belajar kelompok menjadi satu metode penyuluhan yang efektif
untuk digunakan.
4. Kesiapan belajar. Orang dewasa siap mempelajari sesuatu yang
perlu mereka ketahui. Informasi tersebut harus dapat diterapkan
pada situasi hidup yang nyata.
5. Orientasi belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar apabila
informasi tersebut akan membantu mereka melakukan tugas-tugas
yang bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam hidup mereka.
25
2.10 Proses pendidikan orang dewasa
26
hubungannya dengan pasien menunjukkan rasa hormat dan mulai membina
sebuah hubungan terapiutik dan saling percaya.
27
Setiap hari, perawat perawatan kritis menganggap bahwa formulir
persetujuan yang diberikan pada pasien atau anggota keluarga untuk dibaca
telah dipahami dengan jelas saat formulir tersebut dikembalikan setelah
ditandatangani dan tanpa pertanyaan. Materi penyuluhan tertulis harus selalu
dalam kata aktif dan dimaksudkan untuk tingkat kemampuan membaca anak
sekolah kelas 5 sampai 8. Selain itu, perawat harus secara verbal meninjau
materi tertulis dengan pasien atau keluarga, untuk bersiap jika mereka tidak
dapat membaca dokumen tersebut dan terlalu malu untuk mengakuinya.
28
terbuka untuk mendengarkan informasi. Sakitnya membahayakan jiwa
sering menstimulasi perubahan pola perilaku yang tidak sehat, baru
kemudian membangkitkan minat belajar pasien.
29
dengan baik bahwa pasien hanya dapat mengingat sekitar 50%
informasi yang mereka peroleh di rumah sakit. Kemungkinan retensi
informasi pada pasien yang sakit kritis jauh lebih buruk. Oleh karena
itu, peran serta keluarga dalam sesi penyuluhan membantu
memastikan keberhasilan dan celana penyuluhan.
30
dipelajari mungkin dibutuhkan untuk memfasilitasi transisi yang aman
dari rumah sakit ke rumah.
31
Pasien yang tidak dapat diandalkan untuk melakukan tugas
baru akan membutuhkan pengawasan dan latihan lanjutan untuk
mempelajari keterampilan baru tersebut. Oleh karena itu, evaluasi
proses pembelajaran yang adekuat adalah komponen penting pada
continued perawatan kesehatan. Terdapat banyak cara untuk
menyusun rencana penyuluhan pasien dan keluarga. Pada suatu
populasi homogen, rencana penyuluhan dan catatan yang terus
standarisasi dapat digunakan.
32
perawatan kesehatan. Rumah sakit secara sukarela berpartisipasi dalam survei
yang dilakukan JCAHO untuk memastikan bahwa perawatan pasien yang
diberikan memenuhi atau melebihi kriteria yang ditetapkan dalam standar
tersebut. Beberapa contoh standar JCAHO terkait dengan pendidikan pasien
dan keluarga adalah sebagai berikut:
33
sekali ketidak stabil and dan membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi
hanya untuk mempertahankan fungsi fisiologisnya. Akan tetapi, ingat bahwa
banyak penyuluhan pasien yang berlangsung informal dan sekilas tidak jelas
terlihat.
34
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
35
DAFTAR PUSTAKA
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik
Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC
Carolyn, M. Hudak, Barbara M. Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC
36