Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana stress dan adaptasi keluarga dalam family center care?
1.2.2 Bagaimana kegunaan hubungan dalam family center care?
1.2.3 Pendidikan pasien dan keluarga pada perawatan kritis?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini adapun tujuan Umum yaitu Untuk
menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis tentang Family Center Care.Tujuan
Khusus
Dalam penulisan makalah ini adapun tujuan khususnya yaitu menjelaskan apa
itu Family Center Care secara mendetail.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi
Pendekatan holistik pada asuhan keperawatan kritis mencakup keluarga
pasien. Keluarga berarti setiap orang yang berbagi secara intim dan rutin
sepanjang hari kehidupan dalam asuhan keperawatan pasien kritis dengan kata
lain orang-orang tersebut yang homeostasisnya terganggu olehh masuknya
pasien ke area penyakit kritis atau cedera.
2.2 Stres dan adaptasi keluarga

Masuknya pasien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-


mati mengancam dan mengubah homeostasis keluarga untuk beberapa alasan.
Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian, pengaruh terhadap anggota
keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Masalah keuangan biasanya
merupakan masalah besar, dan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya
merupakan konsekuesnsi kecil sekarang menjadi penting dan sering sulit
ditangani. Keluarga memasuki krisis karena beberapa keadaan :

 Peristiwa penuh stres terjadi dan mengancam selama perubahan pada


keluarga
 Aktivitas pemecahan masalah tidak adekuat atau tidak dilakukan
sehingga tidak secara cepat menyebabkan keadaan seimbang
sebelumnya
 Adanya keadaan ketidakseimbangan keluarga tidak dapat
dipertahankan dan akan menimbulkan perbaikan kesehatan keluarga
dan adaptasi atau penurunan kemampuan adaptasi keluarga dan
peningkatan kecenderungan terhadapp kejadian kritis.

Skala telah dikembangkan dimana menentukann skor stres peristiwa


kehidupan. Skala ini membantu memperkirakan siapa yang beresiko
mengalami penyakit. Faktor lainnya adalah penilaian kognitif harus

2
dipertimbangkan. Beberapa orang atau keluarga menetapkan arti bencana
besar untuk beberapa kejadian yang bagi orang lain tidak bermakna. Jika
anggota keluarga menilai situasi dengan memberi bagian dan tanda peristiwa
kritis, emosi, stres dan ansietas dihubungkan dengan krisis, juga dengan
mengusahakan koping, mereka akan mengikutinya.

Fenomena ini menyataka bahwa krisis berdasarkan penilaian kognitif


bersifat individual dan unik-dimana, krisis untuk sebuah keluarga tidak perlu
krisis untuk orang lain. Rentang yang lebar pada perilaku dan reaksi keluarga
terhadap krisis yang diobservasi perawat keperawatan kritis dapat dijelaskan
secara luas pada konsep ini.

Terdapat empat ketentuan umum tentang krisis yang membentuk dasar


untyuk asuhan keperawatan keluarga :

1. Apakah orang tampil lebih tegar atau lebih lemah sebagai akibat krisis
tidak terlalu didasari pada karakter mereka seperti kualitas bantuan
yang mereka terima selama keadaan krisis.
2. Orang lebih terbuka untuk saran-saran dan bantuan selama krisis
terjadi
3. Dengan timbulnya krisis, kenangan lama krisis yang lalu mungkin
timbul. Jika perilaku maladaptif digunakan untuk mengatasi situasi
sebelumnya, tipe perilaku yang sama mungkin diulang dalam
mengatasi krisis yang baru.
4. Cara satu-satunya untuk bertahan dari krisis adalah dengan cara
menyadarinya

Ciri-ciri keluarga adalah mempertahankan keadaan tetap. Saat seorang


anggota keluarga berada di unit keperawatan kritis, anggota keluarga berada
di unit perawatan kritis, anggoya keluarga lain mencoba mempertahankan
keseimbangan mereka pada awalnya dengan memperkecil makna penyakit
atau menjadi terlalu melindungi.

3
Anggota keluarga pada unit perawatan kritis terutama karena krisis
biologis, dilain pihak seluruh keluarga mengalami krisi emosional. Pada
awalnya, mekanisme koping tampak berhasil, dan sistem keluarga tampak
membaik meskipun terjadi peningkatan stres. Namun dengan berlanjutnya
stres, sistem keluarga mungkin pecah kecuali terdapat interevensi berdasarkan
rialitas situasi.

Reaksi terhadap krisis sulit untuk dikategorikan karena tergantung


pada respons individu terhadap stres, da dalam keluarga, banyak cara yang
digunakan untuk mengatasi stres dan asietas. Secara umum, perawat
mengamati perilaku makna perasaan tidak berdaya dan urgensi.
Ketidakmampuan membuat keputusan dan menggerakkan sumber-sumber
diperhatikan.

Meliputi perasaan takut dan panik. Tindakan tidak rasional, perilaku


menuntut, menarik diri, keras hati, dan pingsan semuanya diobservasi perawat
keperawatan kritis. Seperti pada pasien mengalami syok dan tidak yakin
tentang penyakit, begitu juga keluarga. Perawat harus mampu menerima
perasaan bahwa korban krisis sedang dialami, khususnya bila orang tersebut
tidak mampu mengidentifiksai masalah atau perasaan dirinya atau orang lain.

2.2.1 Pengkajian

Selain pasien, perawat keperawatan kritis berhubungan dengan


orang-orang yang mengalami krisis. Hampir semua pasien dan
keluarga mereka yang tinggal diruang tunggu mengalami beberapa
tingkat ketidaknyamanan karena krisis. Masalahnya adalah untuk
mengkaji kejadian segera menyebabkan kekacauan dan kemudian
untuk membantu keluarga menetapkan prioritas kebutuhan mereka
sehingga mereka dapat bertindak secara tepat.

4
Perawat perlu untuk mengidentifikasi metode koping yang ada
dan mengevaluasinya sebagai adaptasi. Perawat akan perlu untuk
menentukan dan kadang-kadang menjelaskan pada pasien, masalah
kronik akibat dari ancaman krisis. Bila situasi krisis tampak tidak
beraturan atau kabur, perawat harus mencoba memahami arti bahwa
pasien mempunyai hubungan dengan kejadian. Selanjutnya, arti asal
mula krisis akan membantu perawat menilai masalah kematangan
keluarga dimana keluarga telah mengatasinya. Pemahaman parameter
ktisis memberi arah untuk tindakan.

2.2.2 Penatalaksanaan

Intervensi keperawatan dirancang untuk membantu keluarga :

Mencapai tingkat adaptasi lebih tinggi dengan belajar dari


pengalaman krisis
Mendapatkan kembali keadaan seimbang
Mengalami perasaan terkait krisis untuk menghindari
keterlambatan depresi dan memungkinkan pertumbuhan
emosi yang akan datang.

2.3 Kegunaan hubungan

Pembentukan makna hubungan secara emosional dengan orang yang


mengalami krisis cenderung menjadi lebih mudah pada waktu kapan pun.
Orang dalam krisis lebih menerima minat dan empati dari penolong. Saat
pertemuan pertama dengan keluarga pasien, perawat harus menunjukkan
kemampuan untuk menolong.

Keluarga harus disiapkan untuk pengalaman mereka dalam unit


perawatan kritis. Kondisi pasien, kewaspadaan, kesadaran dan penampilannya
harus diuraikan dalam istilah yang dapat diterima oleh tingkat pemahaman

5
keluarga. Alat yang harus dijelaskan sebelum keluarga melihat pasien.
Penjelasan selanjutnya dapat dilakukan disamping tempat tidur.

Bantuan khusus lainnya dapat diberikan pada saat ini untuk


menunjukkan minat perawat. Menanyakan nomor telepon dapat menjadi sulit
saat anggota keluarga cemas. Kadang-kadang keputusan untuk menentukan
prioritas segera adalah penting pada fase awal terjadinya krisis.

Dengan intervensi jenis ini, keluarga akan mulai percaya dan


tergantung pada penilaian perawat. Proses ini selanjutnya memungkinkan
anggota keluarga mempercayai perawat saat ia menyampaikan perasaannya
tentang harapan dan percaya diri pada kemampuan untuk mengatur apa yang
mereka hadapi. Hal ini penting untuk menghindari pemberian keyakinan yang
salah, sehingga rialitas situasi dapat diekspresikan dalam pernyataan seperti
“ini adalah masalah rumit: bersama-sama kita dapat menyelesaikannya”.

2.4 Definisi masalah

Sesuai dengan pengembangan hubungan dari interaksi satu dengan


yang lain, perawat dapat merumuskan dinamika maslah. Perumusan meliputi
istilah-istilah seperti :

 Arti keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian


 Krisis lain dimana keluarga sudah mengatasi
 Mekanisme koping sebelumnya digunakan saat stres, dengan ide
mengapa perilaku ini berhasil atau tidak berhasil pada saat ini.
 Sumber daya keluarga normal, termasuk teman, tetangga, kerabat,
kolega, dan lain-lain. Perawat mengidentifikasi area ini menggunakan
cara terbaik dengan keluarga untuk membantu mengatasi keadaan sulit
mereka.

Bagian penting dari proses pemecahan masalah adalah membantu


keluarga menyadari dengan jelas masalah saat ini. Seringkali orang merasa tak

6
berdaya dan diam karena ansietas yang berlebihan atau panik yang disebabkan
oleh stres akut. Ketetapan masalah dalam kata-kata membantu pasien
mencapai derajat kognitif tertinggi. Pengabaian kesulitan atau ancaman
masalah secara tidak langsung, memampukan untuk merumuskan cara
tersebut untuk menurunkan ansietas dengan membantu keluarga menyadari
bahwa mereka telah mencapai beberapa pemahaman singkat apa yang terjadi.
Pendefinisian maslah adalah cara membatasi parameter tersebut.

Pendefinisian dan pendefinisian ulang masalah harus terjadi


berulangkali sebelum krisis diatasi. Pertnyataan masalah dengan jelas secara
otomatis menyebabkan keluarga membuat prioritas dan mengarah pada
tindakan langsung. Sebagai contoh, pada kejadian cedera berat, menemukan
pengasuh bayi menjadi prioritas utama, menggantikan kerabat dekat. Tujuan
langsung aktivitas akan membantu menurunkan ansietas dan tindkan irasional
yang kadang-kadang menyertai.

Pada tingkat stres yang lebih tinggi, beberapa orang mengharapkan


mereka bereaksi secara berbeda. Daripada kembali ke sumber-sumber yang
mereka gunakan sehari-hari, mereka menjadi segan untuk terlibat. Pertanyaan
sederhana orang-orang untuk mengidentifikasi kepada siapa mereka mengadu
saat mereka sedih dan menemukan apa yang di dapat dengan cara tersebut,
membantu langsung pasien ke mekanisme normal untuk mempertahankan
homeostasis.

Saat pasien atau keluarga segan meminta bantuan teman. Perawat


dapat membantu menyelesaikan keputusan dengan bertanya”tidakkah anda
ingin membantunya jika ia berada dalam posisimu?” kebanyakan keluarga
tanpa sumber daya: mereka hanya gagal mengenal dan menghubungi mereka.
Pendefinisian dan pendefinisian ulang masalah juga membantu meletakkan
masalah pada sisi yang berbedah. Hal ini memungkinkan untuk memandang
suatu tragedi sebagai tantangan dan tidak diketahui sebagai petualangan.

7
Proses bantuan keluarga memandang masalah dari sudut yang berbeda disebut
pembentukan kerangka kembali.

Perawat juga membantu keluarga menggunakan kekuatan mereka


sendiri. Bagaimana mereka mengatasi stres sebelumnya? Sudahkah mereka
menggunakan cara humor, melarikan diri, latihan atau berteman? Apakah
mereka menelpon teman dekat dan kerabat yang jauh? Walaupun keluarga
mungkin terancam keuangannya pada saat ini, beberapa pengeluaran ini
mungkin lebih berharga daripada uang.

2.4.1 Pemecahan masalah

Teknik penyelesaian masalah menekankan pilihgan dan


alternatif membantu keluarga mencapai rasa pengendalian dalam
hidupnya. Juga mengingatkan mereka, dan memperjelas mereka
bahwa mereka akhirnya bertanggung jawab untuk menerima kejadian
dan bahwa mereka harus hidup dengan konsekuen terhadap keputusan-
keputusan mereka.

Bantuan keluarga berfokus pada perasaan amat penting untuk


menghindari keterlambatan reaksi kedukaan dan depresi yang berlarut-
larut. Perawat dapat memberi petunjuk pada keluarga buntuyk saling
membantu dalam menangis dan membagi rasa takut dan kesedihannya
mereka. Refleksi perasaan atau aktif mendengar diperlukan untuk
melalui krisis. Jika perawat dapat memulai pernyataan dengan
mengatakan “Anda merasa..” ia sedang merefleksikan perasaan.

Jika perawat mengatakan “Anda merasa bahwa..” ia


merefleksikan penilaian tentang suatu perasaan. Penggambaran dan
pengenalan perasaan seseorang menurunkan kebutuhan untuk
menyalahkan orang lain. Penilaian ekspresi perasaan dapat membantu
pasien menghindarai penggunaan tranqualizer, sedatif, dan tidur yang

8
berlebihan untuk melarikan diri dari perasaan nyeri. Pada saat sedih
dan depresi, perawat dapat tepat menjijikkan keluarga bahwa mereka
akan merasa lebih baik sesuai berjalannya waktu. Adaptasi
membutuhkan waktu.

Selama hari-hari sulit dimana pasien berpenyakit kritis,


keluarga dapat menjadi sangat bergantung pada keputusan profesional.
Hal ini dapat menjadi sulit bagi mereka untuk menetukan situasi yang
tepat untuk menerima keputusan pihak lain. Perawat dapat dengan
baik menangani harapan yang tidak diinginkan seperti “Katakan pada
apa yang harus saya lakukan?” dengan mengakui keterlibatan perasaan
dalam menerima kelakuan dan pernyataan realistis situasi: sebagai
contoh “Anda menginginkan saya mengambil keputusan yang sulit
untuk anda, tetapi saya tidak bisa, karena anda yang harus hidup
dengan konsekuensinya.” Tipe pernyataan ini mengakui perasaan
keluarga dan kerumitan masalah sambil menakankan tanggung jawab
tiap orang untuk perasaan, tindakan, dan keputusan-keputtusannya
sendiri.

Bila masalah telah didefinisikan dan keluarga memulai tujuan


langsung tindakan, perawat dapat membantu lebih jauh dengan
menanyakan mereka untuk mengidentifikasi langkah yang harus
diambil. Petunjuk antisipasi ini membantu menurunkan ansietas dan
membuat segala sesuatunya berjalan lebih mudah.

Korban ktritis selalu ditinggalkan dengan rencana tindakan


yang khusus. Rencana ini mungkin sesederhana miungkin “Hubungi
saya besok jam 14.00.” dengan mengabaikan kesederhanaannya, hal
tersebut menandakan harapan, tanggung jawab dan alasan untuk
melalui malam hari.

9
Waktu perawat keperawatan kritis untuk keluarga seringkali
terbatas karena pekerjaan yang ada, sehingga menjadi penting untuk
membuat setiap interaksi berguna bagi keluarga. Perawat harus
bertanggung jawab terhadap percakapan langsung dan memfokuskan
pada saat ini dan sekarang. Ia harus menghindari usaha memberikan
nasehat yang tak berguna dalam menekankan pendekatan penyelesaian
masalah. Bagaimananpun, perawat harus menggunakan penialian dan
mengenal peristiwa tersebut bila petunjuk adalah vital untuk kesehatan
dan keselamatan.

Hal ini seringkali diperlukan untuk mengarahkan keluarga


kembali ke rumah untuk istirahat. Hal ini dapat dijelaskan dengan
berbicara pada anggota keluarga bahwa menjaga kesehatan mereka
lebih membantu bagi pasien di kemudian hari. Untuk membuaat
interaksi bermakna, perawat harus memfokuskan pada situasi krisis
dan menghindari keterlibatan dalam masalh kronik lama dan keluhan-
keluhan. Sebagai contoh, perawat harus membantu keluarga dari
pasien yang kelebihan dosis menerima kejadian usaha bunuh diri yang
lalu dengan segera daripada membiarkan masalah keluarga bertahan
lama.

2.5 Rujukan

Tanpa memperhatikan kemampuan perawat pada area ini, beberapa


keluarga akan beruntung di rujuk pada perawat klinik kesehatan mental,
pekerja sosial, psikolog, atau psikiater. Perawat dapat mendukung pasien
dengan baik untuk menerima bantuan dari pihak tersebut, perawat secara
empati mengakui kesulitan dan kerumitan masalah dan memberikan pilihan
nama-nama dan nomor telpon. Pada saat ini, merupakanwaktu yang amat
tepat perawat mengatur pertemuan pertama, namun kesempatan untuk
mengikuti proses lebih besar jika pasien atau keluarga membuat perjanjian.

10
Banyak rumah sakit mempunyai perawat kesehatan mental ynag terampil dan
pekerja sosial yang dengan sedikit belajar, dapat membantu intervensi
keperawatan.

2.6 Ketika pasien sekarat

2.6.1 Pengkajian dan penatalaksanaan

Umumnya, sasaran dari perawat perawatan kritis adalah


memelihara kehidupan dan membantu penyembuhan. Terlalu sering
perawat mengalami perasaan kecewa dan gagal saat pasien meninggal.
Secara wajar perawat mengalami kesedihan ketika pasien mereka
meninggal. Perawat dan kolega dapat menginterpretasikan tanda rasa
haru dan kaitan kesehatan sebagai indikasi dan terlalu terlibat. Perawat
yang matanya berkaca-kaca saat kejadian yang peka membangun rasa
empati pada pasien, bukan kehilangan kendali. Sasaran utama untuk
kebanyakan perawat adalah belajar untuk menunjukkan kenyamanan
masalah rasa haru yang telah menjadi bagian intregral kondisi
emosional mereka.

2.6.2 Rasa nyaman

Pencapaian kenyamanan adalah sasaran utama keperawatan


bagi pasien yang sekarat. Hal ini khususnya penting ketika suatu
keputusan telah dibuat untuk menghentikan tindakan dan sasaran
berubah dari pengobatan menjadi dukungan dan kenyamanan.
Penurunan nyeri adalah bagian penting untuk pemberian kenyaman
bagi banyak pasien dengan perawatan kritis.

Perawat harus berkomunikasi secara dekat dengan pasien dan


dokter untuk membuat program di mana integritas pasien dan
ketentraman tidak di turunkan oleh nyeri atau kebutuhanuntuk minta
obat. Bila nyeri pasien berlanjut, lebih tepat untuk memberikan obat

11
pada jadwal sebelumnya (contoh setiap 3 jam) daropada sesuai
kebutuhan (contoh bila perlu). Selanjutnya sedikit paisen yang diberi
narkotik untuk nyeri mengalami masalah adiksi serius.

Pada pasien berpenyakit terminal, masalah kenyamanan


menggantikan perhatian terhadap masalah adiksi. Pengetahuan
terhadap masalah pasien dan keinginan tentang mengalami nyeri
sepenuhnya penting. Sebagai contoh beberapa pasien memilih untuk
tidak terampil dalm kewaspadaan terhadap penurunan nyeri. Banyak
perawat ingin mengobati pasien ini, karena bekerja dengan pasien
yang menderita nyeri penuh dengan tantangan dan frustasi. Hal ini
juga meningkatkan perasaan perawat akan ketidakberdayaan dan juga
ansietas perawat.

Selain itu, perawat harus dibuat sadar bahwa tingkah laku staf
tampak banyak yang harus dikerjakan dengan pesanan dan pemberian
obat analgesik. Secara umum, pasien yang muda dan wanita cenderung
mendapatkan analgesik yang lebih kuat dari lainnya. Usia, kondisi
fisik, derajat nyeri atau variabel lain, mungkin merupakan faktor
penentu dalam implementasi perawat terhadap pesanan obat bila perlu
untuk pasien dengan nyeri.

Fenomena ini menunjukkan bahwa perawat harus hati-hati


untuk mengkaji kebutuhan pasien dan kapasitas untuk obat nyeri serta
memisahkan pengkajian ini dari faktor tidak relevan lain. Akhirnya,
setiap kemungkinan tindakan kenyamanan dapat digunakan tanpa
peningkatan ketidaknyamanan secara besar harus secara otomatis
dilakukan. Perawatan mulut dapat dengan mudah diabaikan pada
pasien yang tidak makan.

Kekeringan, pengeluaran air liur, bau, dan buruknya nutrisi


dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Keluarga dapat

12
dilibatkab dalam pelaksanaan meminyaki bibir pasien dan
membersihkan liur dari kulit. Pemberian posisi, perawatan kulit, dan
masase semua adalah tindakan berguna dalam meningkatkan
kenyamanan. Beberapa anggota keluarga dapat memilih untuk
berpartisipasi atau takut bahwa mereka akan menyakiti pasien.
Biasanya partisipasi keluarga berarti lebih banyakk kerja untuk
perawat: namun partisipasi ini dalam perawatan dapt bermakna baik
dan pengalaman berguna untuk keluarga berduka.

Peningkatan kenyamanan untuk pasien sekarat memerlukan


pengambilan keputusan konstan dan bijaksana. Haruskah pasien
demam diselimuti bila kedinginan? Haruskah seorang dengan depresi
pernapasan disedasi bila gelisah dan cemas? Tindkan kenyamanan
yang tidka mengikuti protokol unit perawatan kritis mungkin
diperlukan. Kejujuran dan komunikasi langsung dengan pasien dan
keluarganya membantu menunjukkan tindkan perawat dan dokter pada
kondisi kompleks.

2.6.3 Komunikasi

Mendengarkan dengan baik adalah dasar komunikasi efektif.


Beberapa pasien tidak menginginkan untuk membicarakan tentang
kematian. Untuk melakukannya tekankan pasien apapun harapan yang
mereka pegang. Sedangkan, yang lain menerima kematian secara
dengan cara simbolik. Mereka membicarakan musim gugur dan dingin
dan subjek lain yang berakhir dengan simbolik. Ini adalah cara efektif
dalam mengakhiri hidup seseorang, tak perlu adanya interpretasi, dan
bila dilakukan tidak akan tepat.

Anggota keluarga dapat memilih penggunaan waktu untuk


memeriksa memori khusus, memperbaiki kesalahpahaman masa lalu,
saling memaafkan untuk pelanggan masa lalu. Hal ini diharapkan

13
bahwa mereka akan mempunyai waktu dan suasana untuk mengatakan
sesuatu yang mereka ingin katakan.

2.6.4 Anak

Mengijinkan anak untuk mengunjungi unit keperawatan kritis


membutuhkan pengaturan khusus pada petugas. Jika pasien
menginginkan ungtuk melihat anak-anak atau cucu dan bila anak
menginginkan melihat pasien dalam unit perawatan kritis, anak-anak
harus diberi penjelasan singkat, sederhana tentang kondisi pasien.
Menjawab pertanyaan anak akan membantu menurunkan ketakutan
yang mengkin ada, orang yang mengasuh anak harus menyadari
bahwa prosedur invasif dan alat-alat seperti selang nasogastrik dapat
membuat sedih bagi anak paling muda. Jika kunjungan anak tidak
memungkinkan, pengaturan untuk kunjungan per telepon harus dibuat.

2.6.5 Ikatan dan integrasi keluarga

Keluarga dalam krisis rentan untuk semua tipe stress yang lain.
Bantuan anggota keluarga memberikan dukungan satu sama lainnya
merupakan kepentimgan utama. Seringkali mereka menginginkan
menahan anggota keluarga untuk tetap menemaninya selama dirawat.
Anggota keluarga dapat mendukung satu sama lainnya dengan
memberikan makan dan istirahat. Tetap bersama dan bersedia terhadap
satu sama lainnya memenuhi banyak keluarga. Perawat dapat memilih
untuk mengatakan pada anggota keluarga bahwa meskipun tampaknya
mereka melakukan sesuatu bagi pasien, kehadiran mereka dapat
membuat rileks atau nyaman pasien atau pasangan pasien.

2.6.6 Kegembiraan

Tidak saja pasien sekarat menyukai perawat sedih dan


pemarah. Menjaga perasaan humor seseorang dan

14
mengekspresikannya secara tepat membantu penurunan dalam situasi
sulit. Pemberian senyuman dan rasa humor juga membantu keluarga
rileks dan membagi mereka sendiri dalam cara yang biasa mereka
pakai. Lelucon yang baik juga dihargai oleh pasien yang sekarat.

Peka terhadap minat pasien dan waktu yang tepat berguna


dalam mengkaji penerimaan pasien untuk membuka diri. Berbicara
pada pasien dalam lingkungan khusus membantu keluarga rileks dan
berkomunikasi lebih mudah satu sama lain juga dengan pasien.
Sebaliknya pasien merasa kurang diisolasi dan sendiri pada akhir
krisis ini.

2.6.7 Konsistensi dan Ketakutan

Selama masa krisis, keluhan dan kritik seringkali ditujukan


pada perawat. Sikap tidak melawan, toleransi, dan keinginan untuk
terus bekerja dengan pasien dan keluarga merupakan cara yang efektif
untuk menyatakan keharuan dan pemahaman. Minat yang terus
menerus pada pasien dan keluarga menunjukkan rasa penghargaan dan
hormat pada keterlibatan tersebut.

Sesuai dengan makin dekatnya pasien pada kematian, perawat


mungkin mengurangi waktu bersama pasien. Penurunan kontak dapat
menyebabkan perasaan terbuang, sedih dan tidak berdaya pada pasien
dan keluarga. Lebih dari itu, perubahan dalam pergantian tugas
meningkatkan perasaan isolasi mereka yang menyebabkan
peningkatan penggunaan energi untuk mengenal orang baru.
Penyediaan petugas tetap yang tidak menolak membantu pasien dan
keluarga mengembangkan rasa percaya dan memiliki yang dapat
menjadi pengalaman yang menguatkan bagi setiap orang yang terlibat.

15
2.6.8 Ketenangan

Ketenangan dapat digambarkan sebagai kemampuan menjadi


nyaman dengan pasien sekarat. Bagi banyak perawat, merasa nyaman
dengan kematian tergantung pada kemampuan mengubah sasaran yang
ditujukan pada kemampuan mengubah sasaran yang ditujukan pada
pemeliharaan kehidupan dengan tujuan yang dirancang untuk
memelihara integritas pribadi dan kestabilan keluarga bila pasien
sekarat. Daripada mempertimbangkan kematian sebagai suatu simbol
kegagalan, perawat dapat memandangnya sebagai pencapaian
kehidupan dan pengalaman profesional yang memuaskan.

2.6.9 Pengalaman- Pengalaman Menjelang Kematian

Luasnya teknologi kedokteran dan keperawatan adalah


meningkatnya jumlah orang yang bertahan hidup atau teteap dekat
dengan kematian. Pasien yang menderita sakit atau cedera serius, yang
menandakan mendekati kematian, dan kemudian membaik, telah
memberikan pelayanan kesehatan profesional dengan pertumbuhan
pemahaman tentang mendekati pengalaman kematian (near dearth
experience/NDEs). Melalui gambaran memori tentamg NDEs, pola
pengalaman yang luar biasa telah mendesak.

Terdapat penjabaran yang umum tentang NDEs meskipun tiap


pengalaman adalah unik dan bersifat individu. Pola yang khusus dari
kejadian dekat kematian hampir selalu dimulai dengan pengalaman
keluar dari tubuh. Pasien menggambarkan mengambang di atas tubuh
mereka dan bergerak keluar ruangan. Setelah itu pengalaman diluar
tubuh dilaporkan sebagai tamu yang tak dilihat oleh keluarga dan
petugas kesehatan. Tamu-tamu ini biasanya anggota-anggota keluarga
yang sudah meninggal atau orang lain yang berarti bagi pasien. Pasien

16
kadang-kadang berbicara terlalu keras dengan tamu-tamu ini dan
mengatakan pada orang lain tentang tamu-tamu tersebut.

Fase berikutnya dari pengalaman ini meliputi gerakan melalui


lorong panjang dan gelap, seperti lorong bawah tanah. Beberapa
melaporkan adanya cahaya, kurang nyaman, cahaya pada akhir
perjalanan. Kebanyakan melaporkan perasaan penuh damai.
Lingkungan yang dilalui digambarkan sebagai sangat mengundang
dan sulit ditinggalkan. Perasaan senang, gembira, dan kedamaian yang
kuat dialami setiap tahapanya.

2.6.10 Pengkajian dan Penatalaksanaan

Beberapa pasien pulih dari kejadian sekarat, ketika pasien


“kembali” ke kehidupan dan mungkin membagi pengalamannya
dengan orang lain, respons keluarga dan petugas kesehatan bermacam-
macam. Apapun penyebab atau interpretasi berdasarkan pengalaman,
NDE mempunyai efek yang kuat pada individu. Sikap yang
berhubungan dengan kehidupan dan kematian dapat berubah tajam.
Hidup menjadi lebih berarti dan berharga dan kematian menjadi hal
yang kurang menakutkan.

Perawat dapat membantu pasien dan anggota keluarga dengan


cara menerima pentingnya dan makna pengalaman tersebut terhadap
mereka. Perawat jangan pernah mencoba mengingkari realitas dari
pengalaman dengan menjelaskannya sebagai menjelaskan cara
tersebut sebagai halusinasi yang disebabkan secara biokimia yang
terjadi ketika otak mendekati titik kematian. Apakah pengalaman
secara biologi atau disebabkan anugerah jangan dialihkan dari
pentingnya kejadian tersebut bagi individu dan keluarga. Anggota
keluarga dapat dikatakanbanyak yang bertahan hidup setelah
mengalami NDE, dan bahwa dengan mempunyai pengalaman tidak

17
berarti pasien akan meninggal, selain itu perawata secara tulus
menekankan pilihan hidup kembali sebagai indikator penting dari
prognosis yang positif.

Meskipun demikian, suatu prognosis yang positif tidak mesti


dijanjikan, karena laporan NDEs yang tampak secara emosional
menyentuh semua yang mendengarnya, perawat harus hati-hati untuk
melindungi kebutuhan pasien terhadap waktu dan privasinya untuk
proses pemaknaan dan pengartian pengalaman. Meskipun NDE dapat
berakhir kapanpun, banyak yeng meneruskan pengalamnnya dengan
menggambarkan diberikannya pilihan untuk hidup kembali, sementara
yang lain tidak, tetapi langsung dikembalikan ke kehidupan.

Dengan kata lain, dikatakan tidak ada waktu bagi mereka untuk
memasuki alam baru. Pada pokoknya pasien menghitung ualang
kembalinya ketubuh mereka. Terdapat beberapa penjelasan yang kuat
pada fenomena menarik ini. Penjelasan biologis menyatakn NDE tidak
lebih dari halusinasikaren anoksia, otak sekarat, sementara yang lain
menginterpretasikan episode ini sebagai hubungan yang sangat dekat
antara Tuhan dan domain spiritual. Pada kenyataannya, ciri NDE
dilaporkan dalam konteks budaya dan keyakinan pasien.

Hanya pelaman dari luar tubuh dan berhubungan dengan orang


lain di luar keberadaan fisik cenderung digambarkan oleh pasien yang
mengalami NDE dan siapa yang akhirnya meninggal. Pasien yang
sekarat kadang mengatakan kepada keluarga bahwa kematian sudah
tiba. Perawat dapat membantu mengajar keluarga NDE, haruskah ini
terjadi. Jika pasien sudah menderita lama dan menunggu datangnya
kematian, keluarga mungkin siap untuk melepasnya pergi. Perawat
mengatakan kepada keluarga bahwa mungkin pasien memerlukan ijin

18
keluarga untuk meninggalkan dunia dengan tamu yang datang
padanya.

Anggota keluarga yang tidak menyadari kejadian dekat


kematian ini menjadi sangat terganggu keteika mereka melihat pasien
sedang berbicara dengan seorang yang tak tampak. Perawat dapat
mendukung keluarga melalui model peran. Perawat menanyakan
pasien tentang tamunya dan tentang keyakinannhya bahwa tamu
tersebut ada.

2.7 Pendidikan pasien dan keluarga pada perawatan kritis

Pendidikan pasien dan keluarga adalah komponen penting dari asuhan


keperawatan. pada tatanan perawatan kritis, memenuhi kebutuhan pendidikan
pasien dan keluarga selalu menjadi tantangan karena sifat sakit kritis yang
mengancam jiwa. perawat harus berhadapan dengan kecemasan dan ketakutan
yang terkait dengan diagnosis sakit kritis, sembari mencoba mengajarkan
konsep yang sulit di lingkungan yang sangat tidak mendukung untuk belajar
titik di luar hubungan perawat-pasien yang dekat, terdapat banyak kekuatan
besar yang mempengaruhi perawatan kesehatan yang membentuk ulang setiap
dimensi asuhan keperawatan, termasuk pendidikan pasien.

Perawatan kesehatan tidak lagi semata-mata didefinisikan terkait


dengan pengambilan keputusan klinis yang baik; saat ini, hal itu juga
mencakup pemanfaatan sumber yang bijaksana dan akuntabilitas financial.
Perusahaan asuransi mempertanyakan komponen nilai tambah untuk setiap
interaksi perawatan pasien. perubahan iklim perawatan kesehatan ini
memerlukan definisi jelas dan kuantivikasi asuhan keperawatan.

Fragmentasi perawatan pasien lintas sistem perawatan kesehatan


menimbulkan banyak rintangan dan hambatan pada pendidikan pasien. tujuan
babi ini adalah membantu mahasiswa dan perawat dalam mengembangkan

19
keterampilan dan instrumen yang diperlukan untuk memenuhi pembuatan
pendidikan pasien dan keluarga pada saat terjadi sakit kritis. perawat yang
memahami hambatan pembelajaran yang unik pada tatanan perawatan
kesehatan akan lebih siap untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran pasti
yang dan keluarga.

2.8 Hambatan pembelajaran

2.8.1 Sakit kritis dan stres

Biasanya, pasien dan keluarga masuk ke ICU tanpa diharapkan


akibat kejadian yang mengancam jiwa. Awitan penyakit menandakan
mulainya krisis fisik dan emosional untuk semua yang terlibat.
perubahan proses metabolik, terpajan anestesia umum, penggunaan
pintas cardiopulmonali, episode hipoksia, dan gangguan tidur yang
nyata adalah kejadian yang biasa terjadi pada orang yang sakit kritis.
Tiap faktor tersebut dapat mengganggu ketajaman mental dan
menurunkan kemampuan pembelajaran dan mengingat seseorang.

Selain itu, melawan penyakit berat menghabiskan sebagian besar


energi pasien, yang menyebabkan pasien memiliki kemampuan terbatas
untuk belajar. Pasien yang tidak hanya mengalami pengaruh fisik yang
terkait dengan proses penyakit, tetapi juga di stres emosional dan
spiritual. pasien mengungkapkan perasaan putus asa, kehilangan
kendali, dan takut mati saat menghadapi penyakit serius. Perawat
perawatan kritis yang waspada dapat mengenali ketakutan dan
kecemasan pasien dan membimbing nya melewati proses penyakit yang
tidak familiar, pengobatan, dan pemulihan. Ini adalah kesempatan
istimewa untuk memberikan pendidikan pada pasien meskipun terdapat
stress hebat karena sakit kritis.

20
Akan tetapi, di tatanan perawatan kritis, fokus pendidikan biasa
dengan mudah beralih dari pasien dan diarahkan kembali untuk
memenuhi kebutuhan pembelajaran anggota keluarga. Pengorbanan
emosional dan fisik dituntut dari anggota keluarga pasien yang sakit
kritis, dengan tingkat stres memuncak dalam 72 jam sejak masuk ke unit
tersebut. Studi descriptive yang dilakukan oleh Halm dan Kolega
menunjukkan perubahan pada pola tidur dan makan anggota keluarga,
serta peningkatan pemakaian rokok, obat bebas, dan alkohol serta obat
dengan resepsi ambil mengatasi krisis pasien yang sakit kritis.

Tanda-tanda lain dari ketakutan dan kecemasan meliputi terlalu


waspada, sering berkunjung, menghubungi lewat telepon, pertanyaan
berulang, dan ketidakmampuan untuk mengingat informasi. Kecemasan
dan ketakutan yang intens akan kematian akibat sakit kritis dapat
menyebabkan keluarga melupakan kebanyakan informasi yang telah
diberikan kepada mereka. Sering kali, perawat perawatan kritis harus
mengulang informasi yang sama dan menjawab pertanyaan yang selama
secara berulang. Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk
mengurangi kecemasan keluarga dan mendukung keluarga selama
proses sakit kritis mengurangi hambatan pembelajaran.

2.9 Pendidikan dan pembelajaran

Amatlah penting untuk membedakan antara pendidikan dan


pembelajaran. kerap kali, dua istilah ini dipertimbangkan penggunaannya,
namun terdapat perbedaan pada konsep tersebut. pendidikan adalah suatu
kegiatan, yang dimulai oleh satu orang atau lebih, yang dirancang untuk
memengaruhi perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu,
kelompok, atau komunitas. pendidikan lebih menekankan pada individu yang
memfasilitasi pembelajaran, sementara pembelajaran itu sendiri adalah
fenomena perubahan dalam diri.

21
Peserta didik mengalami suatu kilasan pemahaman yang menghasilkan
perubahan perilaku. konsep utama pembelajaran adalah proses perubahan
menuju suatu keadaan pemikiran yang baru. fokus beralih dari peran pendidik
ke individu yang mengalami perubahan tersebut.

2.9.1 Tiga ranah belajar

Tiga ranah perilaku manusia atau pembelajaran yang perlu


dipertimbangkan saat menyusun sebuah rencana pendidikan adalah
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. mengingat ketiga
ranah tersebut saat melakukan pengkajian dan menyusun suatu
rencana penyuluhan dapat membantu perawat memilih metode
penyuluhan yang sesuai. Ranah kognitif pembelajaran meliputi
pembentukan pemahaman yang menyediakan landasan atau panduan
perilaku.

Dalam ranah ini, pengetahuan meluas dan materi belajar-


mengajar disusun dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Pembelajaran meningkat saat informasi didasarkan pada pengetahuan
sebelumnya. Oleh karena itu, gagasan dasar harus diperkenalkan
dengan baik sebelum berupaya mengajarkan fakta yang sulit diingat.
Sebagai contoh, pembelajaran communities terjadi saat anggota
keluarga belajar mengkaji penyembuhan luka.

Perawat perawatan kritis memberikan informasi dasar


mengenai proses penyembuhan yang normal dan penampilan luka ini
sisi yang sehat. Ketika anggota keluarga memahami bagaimana
penampilan bukain sisi yang telah sembuh, perawat dapat menjelaskan
tanda dan gejala infeksi dan kapan menghubungi dokter. Setelah
disiapkan, anggota keluarga selanjutnya dapat menerapkan prinsip-
prinsip yang dipelajari bona memberikan perawatan pasien di rumah
dengan tepat.

22
Domino efektif meliputi semua area pembelajaran karena
mencakup nilai, sikap, dan perasaan pasien. Upaya memodifikasi
sikap atau response emosi membutuhkan suatu hubungan yang aman
dan saling percaya antara pasien dan perawat. Ketika menyusun dan
celana penyuluhan perawat harus mengambil langkah yang tidak
mengancam guna mengkaji topik yang benar pasien cukup penting
untuk dipelajari. Suatu strategi penyuluhan yang membantu bisa
berupa pembelajaran interaktif dalam kelompok yang harus digunakan
di kelas berhenti merokok.

Dalam situasi ini pengajar memperlihatkan perilaku yang ingin


ditiru oleh peserta didik dan memberikan umpan balik positif kepada
peserta guna mendorong mereka berhenti merokok. Apabila
pengalaman pembelajaran memuaskan dan pasien menghubungkan
perasaan positif dengan pengalaman tersebut, hal ini dapat membantu
mempengaruhi perubahan perilaku.

Ranah psikomotor mencakup keterampilan motorik yang


terdiri atas urutan rangkaian gerakan yang harus dipelajari. Agar dapat
mempelajari keterampilan tertentu pasien harus mempunyai sistem
neo rumus cooler yang dapat melakukan keterampilan dan
kemampuan untuk membentuk suatu citra mental tindakan tersebut.
Suatu citra mental tercipta saat peserta didik memperhatikan suatu
peragaan sementara pengajian menunjukkan langkah-langkah relevan
yang dibutuhkan agar dapat berhasil menyelesaikan tugas tersebut.

Perawat dapat memakai panduan tahap demi tahap tertulis


sebagai sebuah acuan sementara mem peragakan keterampilan dan
membiarkan pasien mengajukan pertanyaan. Pasien atau anggota
keluarga membutuhkan latihan agar pandai dalam melakukan tugas
tersebut. Banyak orang dewasa di intimidasi oleh pembelajaran

23
keterampilan baru; oleh karena itu, penting untuk perawat memberikan
pujian dan dorongan pada tiap sesi penyuluhan. Belajar
manginjeksikan insulin adalah contoh pembelajaran psikomotor.

2.9.2 Prinsip pembelajaran dewasa

Prinsip pembelajaran dewasa didasarkan pada berbagai teori


pembelajaran yang berasal dari banyak disiplin yang berbeda, seperti
psikologi, sosiologi, filosofi, dan pendidikan perkembangan.
Pembelajaran orang dewasa merupakan bidang yang relatif baru (kira-
kira 40 tahun yang lalu), dengan prinsip pokoknya didasarkan pada
pembelajaran dan pendidikan pada masa kanak-kanak. Suatu kerangka
kerja konser baru yang dikenal sebagai model andragogi muncul dari
studi penelitian yang mengidentifikasi beberapa karakteristik khas dari
peserta didik dewasa. Prinsip utama model andra grogi dari
pembelajaran orang dewasa adalah:

1. Kebutuhan Untuk tahu. Orang dewasa perlu memahami alasan


perlunya mereka mempelajari sesuatu sebelum mereka
berkehendak untuk mencurahkan energi dan waktu mempelajari
hal tersebut. Penting bagi peserta didik untuk memahami dan
menyadari “kebutuhan untuk tahu”. Agar dapat meningkatkan
tingkat kewaspadaan peserta didik, fasilitator mungkin perlu
menggunakan pengalaman nyata atau simulasi guna membantu
peserta didik mengetahui kurangnya pengetahuan.
2. Konsep diri peserta didik. Orang dewasa mempunyai sifat
mengarahkan diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap
pengambilan keputusan dirinya sendiri. Secara umum, orang
dewasa merasa tersinggung apabila orang lain mengambil
keputusan untuk mereka. Pendidik orang dewasa perlu

24
menciptakan situasi belajar yang lebih mengarahkan diri sendiri
dan mandiri.
3. Pengalaman hidup peserta didik. Orang dewasa telah hidup lama
dan memiliki lebih banyak pengalaman hidup dibandingkan anak-
anak. Pengalaman hidup membatasi dan membentuk kepercayaan,
nilai, dan sikap orang dewasa. Metode pendidikan orang dewasa
menekankan teknik ekperiensial seperti metode kasus, simulasi,
dan latihan pemecahan masalah. Selain itu, peserta didik dewasa
belajar dengan baik dari rekan sebaya mereka, yang membuat
belajar kelompok menjadi satu metode penyuluhan yang efektif
untuk digunakan.
4. Kesiapan belajar. Orang dewasa siap mempelajari sesuatu yang
perlu mereka ketahui. Informasi tersebut harus dapat diterapkan
pada situasi hidup yang nyata.
5. Orientasi belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar apabila
informasi tersebut akan membantu mereka melakukan tugas-tugas
yang bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam hidup mereka.

Motivasi belajar. Orang dewasa lebih termotivasi oleh daya


dorong internal seperti perbaikan kualitas hidup, peningkatan
kepuasan kerja, dan perbaikan harga diri. Faktor-faktor eksternal
seperti promosi kerja atau peningkatan gaji kurang mempertahankan
motivasi belajar

Pasien yang sakit kritis dan keluarganya sangat termotivasi


untuk belajar karena suatu peristiwa yang mengancam jiwa memicu
kebutuhan yang intens akan informasi. Rencana pengajaran agar
berhasil harus memadukan prinsip belajar orang dewasa dan informasi
relevan yang mudah untuk diterapkan di kehidupan nyata dan
membantu pemulihan dari sakit kritis.

25
2.10 Proses pendidikan orang dewasa

Proses pendidikan pasien dan keluarga butuh lebih dari sekedar


memberikan browser penyuluhan atau menyalakan kaset video yang berisi
petunjuk. Pendidikan pasien adalah sebuah proses interaktif yang didasarkan
pada hubungan terapeutik, yang menggunakan langkah utama pengkajian,
diagnosis, tujuan, intervensi, dan evaluasi.

Kerap kali, proses keperawatan digunakan secara informal oleh


perawat perawatan kritis karena penyuluhan sangat terintegrasi ke dalam
asean keperawatan rutin dan interaksi keluarga. Perawat yang bertugas selain
menggunakan penilaian klinis untuk mengenali dan menangani
ketidakstabilan hemodinamik yang sering menyertai sakit kritis, iya juga
menetapkan diagnosis dan memberikan intervensi guna memenuhi kebutuhan
belajar pasien dan keluarga.

Sejalan dengan perkembangan perawat dalam praktik, pengkajian


pembelajaran menjadi lebih diperhalus dan berfokus pada mencapai tujuan
pendidikan. Tiap versi pembelajaran meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga dan memberikan kesempatan pada perawat untuk mengevaluasi
keberhasilan atau kegagalan apa yang pernah diajarkan.

2.11 Pengkajian kebutuhan pembelajaran pada masa krisis

Perawat perawatan kritis harus sangat peka terhadap peningkatan


kecemasan yang terjadi pada saat masuk ke ICU. Kecemasan dengan nyata
mengurangi kemampuan pasien dan keluarga untuk berkonsentrasi. Oleh
karena itu, perawat harus menghindari penjelasan panjang atau pertanyaan
membosankan. Langkah pertama dalam proses pengkajian adalah mengenal
pasien dan keluarga. Hal ini sering dimulai dengan perkenalan sederhana.
Meluangkan waktu beberapa menit untuk mencari tahu nama keluarga dan

26
hubungannya dengan pasien menunjukkan rasa hormat dan mulai membina
sebuah hubungan terapiutik dan saling percaya.

Tindakan ini memberikan kesempatan pada perawat untuk meng


orientasi kan pasien dan keluarga terhadap ICU, serta mengajarkan pada
mereka tentang beberapa peralatan yang digunakan dalam perawatan pasien
tersebut. Memahami kebutuhan belajar pasien dan keluarga tidak perlu
melakukan wawancara yang lama atau menggunakan instrumen pengkajian
formal dengan pertanyaan yang terlalu umum tentang kepercayaan kesehatan
dan gaya belajar.

Akan lebih baik untuk menggunakan dialog informal dan dialog


terbuka antara perawat dan keluarga untuk menentukan “kebutuhan untuk
tahu”. Penggunaan pertanyaan terbuka seperti “apa yang anda ketahui tentang
kondisi ibu anda” atau “ apa yang dokter katakan pada anda tentang operasi?”
akan memberikan perawat langkah awal untuk memberi penyuluhan pada
keluarga. Selain itu juga menvalidasi apakah pasien atau anggota keluarga
memahami dengan jelas penjelasan sebelumnya yang diberikan oleh anggota
tim perawatan kesehatan lain.

Pengkajian informal seringkali memberikan perawat evaluasi dasar


mengenai buta huruf dan tingkat pendidikan seseorang. Pengkajian buta
huruf dapat sangat sulit dilakukan dan membutuhkan kepekaan karena
sebagian besar orang dewasa yang mempunyai masalah membaca
menyembunyikannya sumber hidup. Pertanyaan yang tidak menyurutkan
seperti, “ anda lebih suka belajar informasi baru dengan membaca atau
menonton sebuah acara di televisi? Dapat memberikan penawaran petunjuk
mengenai tingkat buta huruf pasien atau anggota keluarga. Sekitar 20%
penduduk di amerika serikat dianggap buta huruf fungsional sehingga, akan
sangat mungkin apabila browser penyuluhan atau persetujuan operasi yang
diberikan pada pasien atau keluarga jauh dari tingkat membaca mereka.

27
Setiap hari, perawat perawatan kritis menganggap bahwa formulir
persetujuan yang diberikan pada pasien atau anggota keluarga untuk dibaca
telah dipahami dengan jelas saat formulir tersebut dikembalikan setelah
ditandatangani dan tanpa pertanyaan. Materi penyuluhan tertulis harus selalu
dalam kata aktif dan dimaksudkan untuk tingkat kemampuan membaca anak
sekolah kelas 5 sampai 8. Selain itu, perawat harus secara verbal meninjau
materi tertulis dengan pasien atau keluarga, untuk bersiap jika mereka tidak
dapat membaca dokumen tersebut dan terlalu malu untuk mengakuinya.

Pengkajian adalah proses yang dinamik dan kontinu, yang memberi


banyak kesempatan pada perawat keperawatan kritis untuk membantu pasien
dan keluarga mengatasi stres dan nancy atas yang terkait dengan penyakit
kritis, sambil memenuhi kebutuhan pembelajaran mereka. Pengkajian juga
memungkinkan perawat untuk mengetahui kapan pasien atau keluarga tidak
mampu belajar. Contohnya pasien yang mengalami nyeri tidak akan mampu
berfokus pada mempelajari keterampilan baru seperti pemberian insulin tanpa
sebelumnya mengendalikan diri secara adekuat.

Anggota keluarga yang baru mengetahui bahwa orang yang


dicintainya mengalami nanti jantung tidak akan menerima detail yang sulit
tentang iskemia miocardium. Penyusunan tujuan pendidikan yang tidak
realistis menghambat pembelajaran dan membuat frustasi perawat dan pelajar.
Rencana penyuluhan harus dievaluasi secara kontinnu dan diubah bila tidak
efektif, pada waktu yang kurang tepat, atau tidak memenuhi kebutuhan
pelajar.

2.12 Intervensi: strategi penyuluhan yang efektif pada perawatan kritis

2.12.1 Waktu belajar-mengajar

Waktu penyuluhan adalah waktu saat perawat dan peserta didik


bersama-sama mengenali kebutuhan pendidikan dan peserta didik

28
terbuka untuk mendengarkan informasi. Sakitnya membahayakan jiwa
sering menstimulasi perubahan pola perilaku yang tidak sehat, baru
kemudian membangkitkan minat belajar pasien.

Sebagian besar pembelajaran yang dibutuhkan pasien yang


pulih dari sakit kritis melibatkan perubahan perilaku yang akan
membutuhkan perubahan gaya hidup. Berhenti merokok, batasan diet,
dan batasan aktivitas adalah tipe perubahan gaya hidup yang harus
berusaha dicapai dan dipelihara oleh pasien. Waktu penyuluhan sering
berlangsung pada saat pemberian perawatan pasien rutin.

Oleh karena itu, perawat harus siap menggabungkan


penyuluhan sambil memberikan perawatan. Sebagai contoh, perawat
dapat meninjau perawatan luka insisi pascaoperasi dalam suatu sisi
penyuluhan singkat, sembari melakukan pengkajian kulit. Tinjauan
tersebut dapat mencakup panda dan gejala infeksi, pembersihan luka
yang tepat, dan gambaran penyembuhan luka inisisi yang sehat.

Mengajarkan informasi yang relevan tentang indikasi apa efek


samping obat obatan, sembari memberikan obat, adalah cara lain untuk
memperkuat pembelajaran. Kedua contoh ini menyoroti pentingnya
berfokus pada suatu konsep tunggal, khususnya mempertimbangkan
rentang perhatian terbatas yang khas terjadi pada pasien yang tengah
pulih dari sakit kritis. Pembelajaran dapat dicapai dengan baik saat
pesan tersebut konsisten dan pengetahuan diberikan mulai dari konsep
sederhana sampai konsep yang kompleks.

2.12.2 Hubungan keluarga

Seringkali perawat perawatan kritis mengenali keterbatasan


kemampuan pasien untuk memahami informasi, dan kemudian
berpaling ke keluarga untuk memberikan instruksi. Telah diketahui

29
dengan baik bahwa pasien hanya dapat mengingat sekitar 50%
informasi yang mereka peroleh di rumah sakit. Kemungkinan retensi
informasi pada pasien yang sakit kritis jauh lebih buruk. Oleh karena
itu, peran serta keluarga dalam sesi penyuluhan membantu
memastikan keberhasilan dan celana penyuluhan.

Selain itu, memberikan materi tertulis yang dapat dibaca ulang


oleh pasien setelah keluar dari rumah sakit membantu menjembatani
celah ingatan. Strategi penyuluhan efektif lainnya untuk peserta didik
dewasa adalah belajar kelompok. Sebagai contoh, pasien pascaoperasi
jantung dapat memperoleh manfaat dari kelas perawatan pasca-
perawatan di rumah sakit. Sesi penyuluhan kelompok memberikan
kesempatan pada pasien untuk saling berbagi pengalaman dan
kekhawatiran yang sama mengenai pemulihan.

Melibatkan keluarga dalam kelompok dapat menstimulasi


pertanyaan dan memungkinkan mereka mengungkapkan kekhawatiran
mengenai potensi komplikasi dan ketakutan merawat orang yang
mereka sayangi di rumah. Seringkali keluarga takut merawat orang
yang disayangi yang pulih dari sakit yang membahayakan jiwa.
Mereka takut mereka akan melewatkan suatu gejala penting atau
sesuatu yang buruk akan terjadi dan orang yang mereka sayangi akan
kembali sakit atau bahkan meninggal.

Perawat perawatan kritis harus mengakui perasaan ini dan


memberikan dukungan emosi pada keluarga sembari menyediakan alat
dan informasi guna memastikan perawatan yang aman di rumah.
Interaksi keluarga juga memberikan perawat pengkajian potensi
kebutuhan perawatan kesehatan di rumah. Tampak jelas bola
konsultasi mengenai perawatan kesehatan di rumah di indikasi kan
untuk penyuluhan lanjutan, dan penguatan keterampilan yang baru

30
dipelajari mungkin dibutuhkan untuk memfasilitasi transisi yang aman
dari rumah sakit ke rumah.

2.12.3 Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi adalah pengukuran elemen pembelajaran yang


penting yang ditetapkan dalam rencana penyuluhan. Evaluasi
menyediakan bukti mengenai pencapaian atau keterampilan pasien
yang mungkin membutuhkan perkembangan lanjutan. Evaluasi juga
memperkuat perilaku yang benar di sisi peserta didik neng membantu
pengajar menentukan pendidikan petunjuknya. Pertanyaan
menyediakan umpan balik segera bagi pengajar dan peserta didik dan
men validasi daya tangkap peserta didik terhadap informasi yang
disajikan.

Perawat sebaiknya menghindari penggunaan pertanyaan yang


mengarahkan untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan. Evaluasi
yang sebenarnya didasarkan pada respons peserta didik, yang
menandakan apakah dibutuhkan penguatan tambahan pada konsep
utama atau tidak. Pengamatan langsung pada keterampilan atau
prosedur yang baru dipelajari sebaiknya menjadi bagian dari evaluasi
tersebut.

Karena orang dewasa tidak ingin terlihat kikuk atau canggung


saat melakukan sebuah tugas, penting untuk membuat lingkungan
belajar yang positif dan santai tempat pengajar dan peserta didik
membina hubungan baik sebelum meminta pasien atau anggota
keluarga untuk mem peragakan sebuah tugas atau keterampilan baru.
Peserta didik harus berhasil menjawab atau melakukan 94% dari
semua elemen penting yang diuraikan dalam rencana penyuluhan.
Kerap kali keberhasilan atau kegagalan pendidikan pasien dan
keluarga mempengaruhi rencanapemulangan.

31
Pasien yang tidak dapat diandalkan untuk melakukan tugas
baru akan membutuhkan pengawasan dan latihan lanjutan untuk
mempelajari keterampilan baru tersebut. Oleh karena itu, evaluasi
proses pembelajaran yang adekuat adalah komponen penting pada
continued perawatan kesehatan. Terdapat banyak cara untuk
menyusun rencana penyuluhan pasien dan keluarga. Pada suatu
populasi homogen, rencana penyuluhan dan catatan yang terus
standarisasi dapat digunakan.

Rencana harus berisi informasi yang penting untuk kebanyakan


pasien, namun juga bisa cukup fleksibel untuk mengakomodasi
kebutuhan individu. Rencana penyuluhan meliputi diagnosis
keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi. Diagnosis keperawatan
membantu perawat untuk mengidentifikasi bahan penyuluhan yang
tepat. Selain itu juga membantu merumuskan hasil yang akan
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan keluarga serta
nyatakan dalam istilah yang dapat diukur, dan penyuluhan harus
diuraikan dalam urutan yang masuk akal.

Tiap intervensi keperawatan harus mencakup isi, metode, dan


penyuluhan yang digunakan. Selain itu, hambatan belajar pasien harus
dibahas, dan intervensi keperawatan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi tersebut. Pada perawatan kritis, keluarga seringkali
dilibatkan dalam rencana penyuluhan karena keterbatasan kemampuan
belajar pasien.

2.13 Standar pendidikan pasien dan keluarga

Terdapat penekanan besar pada pendidikan pasien dan keluarga yang


berasal dari standar perawatan pasien menurut Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO). Standar ini berfungsi
untuk meningkatkan keseluruhan kualitas perawatan pasien dalam organisasi

32
perawatan kesehatan. Rumah sakit secara sukarela berpartisipasi dalam survei
yang dilakukan JCAHO untuk memastikan bahwa perawatan pasien yang
diberikan memenuhi atau melebihi kriteria yang ditetapkan dalam standar
tersebut. Beberapa contoh standar JCAHO terkait dengan pendidikan pasien
dan keluarga adalah sebagai berikut:

 “Rumah sakit merencanakan, mendukung, mengkoordinasi, kegiatan


dan sumber untuk pendidikan pasien dan keluarga”.
 “Pasien mendapatkan pendidikan dan latihan yang spesifik dengan
kebutuhan, kemampuan, pilihan belajar dan kesiapan pasien untuk
belajar yang dikaji sesuai dengan perawatan dan layanan yang
diberikan oleh rumah sakit”.

Tujuan dari pendidikan edukasi ini adalah memandu rumah sakit


untuk menciptakan suatu lingkungan tempat pasien dan anggota tim
perawatan kesehatan bertanggung jawab untuk mengajar dan belajar. Rekam
medis harus merefleksikan suatu pendekatan inter disiplin terhadap
pendidikan pasien selama rawat inap di rumah sakit. Hal ini dimulai pada saat
masuk dengan pengkajian awal pada masalah kesehatan pasien saat ini, yang
didasarkan pada status sosioekonomi, praktik budaya dan agama, motivasi
dan kemampuan belajar, dukungan keluarga, dan dasar pengetahuan saat ini.

Catatan penyuluhan harus menggambarkan dokumentasi informasi


yang diajarkan, dan hubungannya dengan penyakit tertentu, obat-obatan,
pemakaian peralatan medis yang aman dan efektif, restrei atau pengekangan,
penatalaksanaan nyeri, dan ketersediaan sumber yang di komunitas.

Akhirnya, catatan penyuluhan juga harus merefleksikan suatu evaluasi


seberapa baik pasien dan keluarga menyerap informasi. Bagaimana standar ini
mempengaruhi pendidikan pasien di tatanan perawatan kritis? Kemungkinan
sulit bagi perawat perawatan kritis berpikir mengenai rencana penyuluhan dan
pembelajaran interdisiplin karena pasien yang sakit kritis mengalami banyak

33
sekali ketidak stabil and dan membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi
hanya untuk mempertahankan fungsi fisiologisnya. Akan tetapi, ingat bahwa
banyak penyuluhan pasien yang berlangsung informal dan sekilas tidak jelas
terlihat.

Perawat diajarkan untuk menjelaskan tiga prosedur, obat-obatan,


intervensi, atau uji diagnostik pada pasien sebelumnya. Tindakan ini disebut
pendidikan pasien. Sebagai contoh, perawat yang menjelaskan bahwa obat
yang iya gantung adalah antibiotik yang diberikan melalui jalur intravena (IV)
untuk melawan infeksi luka pada abdomen pasien tengah melakukan
penyuluhan. Meskipun begitu masih banyak perawat yang tidak mengenali
tindakan ini sebagai pendidikan pasien, atau mendokumentasikan nya dalam
catatan penyuluhan.

Meskipun begitu, tipe petunjuk informal ini memenuhi standar


JCAHO untuk edukasi pasien. Perawat perawatan kritis mengajari pasien dan
keluarga secara rutin, tetapi seringkali catatan pendidikan pasien tidak diisi
karena “tidak ada cukup waktu untuk mengajar”. Apabila perawat perawatan
kritis hanya mengingat mencatatkan tiap versi penyuluhan informal, catatan
penyuluhan pasien akan terisi dengan entry setelah hanya satu hari di unit
tersebut.

34
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendekatan holistik pada asuhan keperawatan kritis mencakup


keluarga pasien. Keluarga berarti setiap orang yang berbagi secara intim dan
rutin sepanjang hari kehidupan dalam asuhan keperawatan pasien kritis
dengan kata lain orang-orang tersebut yang homeostasisnya terganggu olehh
masuknya pasien ke area penyakit kritis atau cedera.

3.2 SARAN

Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas


makalah ini, meskipun makalah ini jauh dari sempurna minimal kita dapat
mengambil manfaat dan ilmu dari makalah ini. Masih banyak kesalahan dari
penulisan yang kami buat, karena kami hanyalah manusia yang adalah tempat
salah dan dosa, dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi
untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce, dkk. 2012. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik
Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC
Carolyn, M. Hudak, Barbara M. Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC

36

Anda mungkin juga menyukai