Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Familyes atau keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care patients)
dalam kenyataannya memiliki stres emosional yang tinggi (high levels of emotional
distress). Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan kualitas
dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan
diperluka oleh keluarga pasien (High priority needs for these families).
Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stres (elevated levels of distress)
yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ruang emerjensi
atau ICU. (Just after the patients admission to the Emergency units or ICU).
Untuk mengetahui kualitas klinis suatu pelayanan di ICU atau emerjensi menghadapi
pasien dalam keadaan kritis / dengan ancaman kematian memerlukan suatu kerja keras
dari setiap perawat yang bertugas (need the effort of qualified nurses) dan didukung oleh
dokter yang memahami bahwa pelayanan yang dilakukan adalah cukup kompleks (the
complex care problem.
Clinical excellence (pelayanan klinis berkualitas) sangat di perlukan oleh seorang
petugas kesehatan untuk menjamin suatu pekerjaaan, yang dapat dipertanggung jawabkan
dan lingkungan pelayanan dan yang dapat diterima (respectful), menyembuhkan dan
manusiawi.
Pada makalah ini akan di bahas Apa sebenarnya kebutuhan dasar dari keluarga pasien,
dan bagaimana kita memenuhi 3 kebutuhan dasar yang di perlukan oleh keluarga (Three
basic need of the family) antaranya:
a. Kebutuhan akan informasi (The need for information)
b. Kebutuhan akan adanya jaminan tentang adanya dukungan (The need for
reassurance / support)
c. Kebutuhan untuk selalu berada didekat pasien (The need to be near the
patient)
Karena bertemu dengan anggota keluarga pasien di Emerjensi maupun ICU adalah
tanggung jawab utama bagi dokter dan perawat yang bertugas ditempat tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja kebutuhan dasar keluarga pasien kritis?
2. Bagaimana stress dan adaptasi keluarga saat keluarganya pada keadaan kritis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan (perhatian pada keluarga pasien)?
4. Bagaimana asuhan keperawatan ketika pasien sekarat?
5. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien yang menjelang kematian?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kebutuhan dasar keluarga pasien kritis.
2. Mengetahui dan memahami stress dan adaptasi keluarga saat keluarganya pada
keadaan kritis
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan (perhatian pada keluarga pasien)
4. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga pada ketika pasien sekarat
5. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan keluarga pada pasien yang menjelang
kematian

1.4.Manfaat
1.4.1. Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep keperawatan family focus
centre.
1.4.2. Bagi pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang tentang
konsep keperawatan family focus centre lebih secar lebih rinci.
1.4.3. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
tentang konsep keperawatan family focus centre. Sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
1.4.4. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah informasi tentang tentang konsep keperawatan family focus
centre.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan dasar keluarga pasien kritis


Menurut Saunders, 2009, lima kategori kebutuhan dasar pada keluarga pasien kritis:
a. Menerima jaminan asuransi (Receiving assurance)
Kebutuhan akan asuransi/jaminan menggambarkan kebutuhan keluarga untuk
menguatkan keinginan tentang hasil dari pasien. Pertemuan ini membutuhkan
saling kepercayaan, keamanan, dan kebebasan dari keraguan tentang tim dan
system pelayanan kesehatan.
b. Tetap berada di dekat pasien (Remaining near the patient)
Kebutuhan untuk berada dekat pasien dengan penyakit kritis menggambarkan
hubungan dan pemeliharaan hubungan antar anggota keluarga. Pertemuan ini
membutuhkan anggota keluarga tetap dekat secara emosional dan memberikan
dukungan pada pasien.
c. Menerima informasi (Receiving information)
Kebutuhan akan adanya informasi menggambarkan tujuan dari sebuah pemahaman
tentang kondisi pasien. Pertemuan ini membutuhkan tingkat pengetahuan dari
anggota keluarga dalam membuat keputusan dan membimbing pasien. Kecemasan
berkurang dan perasaan dapat dikontrol.
d. Merasa nyaman (Being comfortable)
Kebuthan akan kenyamanan menggambarkan penurunan tekanan/stress. Ketika
seseorang merasa nyaman, energy dapat terfokus, dan mengurangi stress dan
kecemasan muncul.
e. Menerima dukungan (Having support available)
Kebutuhan akan dukungan menggambarkan pencarian atau penerimaan bantuan
yang ahli, asisten, atau pertolongan. Pertemuan ini membutuhkan asisten dengan
kemampuan koping yang baik mengahadapi stress, menambah sumber dukungan
keluarga, dan menyususn kekuatan untuk mensupport/mendukung pasien.
2.2. Stress dan Adaptasi Keluarga
Masuknya pasien kedalam ancaman peran sakit pada rentan hidup mati
mengancam dan mengubah homeostasis keluarga untuk beberapa alasan. Lebih dari
rasa takut yang nyata tentang kematian, pengaruh terhadap anggota keluarga yang di
rawat dirasakan oleh keluarga. Tanggung jawab pasien sekarang ditambahkan pada
tanggung jawab orang lain. Ini mengubah jadwal dan aktivitas mereka. Bila tanggung
jawab ini ditinggalkan, anggota keluarga mengalami berbagi tingkat ketidaknyamanan
dan kejengkelan. Masalah keuangan biasanya merupakan masalah besar dan aktivitas
sehari-hari yang sebelumnya merupakan konsekuensi kecil sekarang menjadi penting
sering sulit ditangani. Seperti aktivitas menyiapkan bekal makan siang untuk anak
sebelum sekolah, mempertahankan mobil keluarga tetap terisi bensin, membuang
sampah, bila tidak terpenuhi, menjadi secara kritis bermakna.
Selain secara normal tanggung jawab pasien dilaksanakan, peran social yang di
perankan dalam keluarga hilang. Orang yang disiplin, pemberi pengaruh, pencinta,
humoris, tepat waktu, motivator, hangat, dan sebagainya. Semuanya merupakan peran
penting dalam keluraga jika peran tidak terpenuhi, malapetaka dan kejadian duka
dalam keluarga dapat terjadi.

Keluarga memasuki krisis karena beberapa keadaan :

a. Peristiwa penuh stres terjadi dan mengancam selama perubahan pada keluarga
b. Aktivitas pemecahan masalah tidak adekuat atau tidak dilakukan sehingga tidak
secara cepat menyebabkan secara seimbang sebelumnya.
c. Adanya keadaan ketidakseimbangan keluarga tidak dapat dipertahankan dan akan
menimbulkan perbaikan kesehatan keluarga dan adaptasi atau penurunan
kemampuan adaptasi keluaraga dan peningkatan kecenderungan terhadap kejadian
krisis.

Dengan penggunaan kondisi ini untuk mengidentivikasi dan mengartikan krisis


keluarga. Seseorang dapat menghargai stres sebagai peristiwa kematangan normal
kehidupan keluarga, seperti perkawinan, kehamilan, pindah sekolah dan pensiun,
dalam pandangan yang berbeda. Skala telah dikembangkan dimana menentukan skor
stres peristiwa khidupan. Skala ini membantu memperkirakan siapa yang berisiko
mengalami penyakit. Peristiwa kehidupan yang berarti semua membutuhkan
penyesuaian kembali dan termasuk hal-hal seperti rekonsiliasi perkawinan, perubahan
keuangan, dan masalah dengan mertua dan pimpinan. Tidak hanya situasi penyakit
dan cidera mengakibatkan keluarga masuk dalam krisis. Suatu keluarga yang telah
mengatasi secara adekuat terhadap pengangguran mungkin tidak mampu mengatsi
stres tambahan berupa penyakit krisis keluarga. Apa yang tampak sebagai reaksi yang
berlebihan pada keluarga terhadap stress kecil mungkin dijelaskan sebagai
mempunyai pengaruh “kenekatan akhir” tambahan pada stress yang dapat diatasi
sebelumnya.
Beberapa keluarga mengalami lebih banyak krisis dari pada yang lain. Sering
kali tantangan dan kebutuhan yang dihadapi keluarga ini sama dengan lainnya yang
ada pada semua keluarga. Factor lainnya adalah penilaian kognitif harus
dipertimbangkan. Beberapa orang atau keluarga menetapkan arti bencana besar untuk
beberapa kejadian yang bagi orang lain tidak bermakna. Jika anggota keluarga
menilai situasi dengan member bagian dan tanda peristiwa krisis, emosi stres, dan
ansietas dihubungkan dengan krisis, juga dengan mengusahakan koping, mereka akan
mengikutinya. Fenomena ini menyatakan bahwa krisis.
Berdasarkan penilaian kognitif bersifat individual dan unik-dimana, krisis
untuk sebuah keluarga tidak perlu krisis untuk orang lain. Rentang yang lebar pada
perilaku dan reaksi keluarga terhadap krisis yang di observasi perawat keperawatan
kritis dapat dijelaskan secara luas pada konsep ini.Terdapat empat ketentuan umum
tentang krisis yang membentuk dasar untuk asuhan keperawatan keluarga:

a. Apakah orang tampil lebih tegar atau lebih lemah sebagai akibat krisis tidak
terlalu didasari pada karakter mereka seperti kualitas bantuan yang mereka
terima selama keadaan krisis.
b. Orang lebih terbuka untuk saran-saran dan bantuan selama krisis terjadi.
c. Dengan timbulnya krisis, kenangan lama krisis yang lalu mungkin timbul. Jika
perilaku madalaptif digunakan untuk mengatasi situasi sebelumnya, tipe perilaku
yang sama mungkin diulang untuk mengatasi krisis yang baru.
d. Cara satu-satunya untuk bertahan dari krisis adalah dengan cara menyadarinya.

Ciri-ciri keluarga adalah mempertahankan keadaan tetap. Saat seorang anggota


keluarga berada di unit perawatan kritis, anggota keluarga lain mencoba
mempertahankan keseimbangan mereka pada awalnya dengan memperkecil makna
penyakit atau menjadi terlalu melindungi. Anggota keluarga pada unit keperawatan
kritis teruma karena krisis biologis, di lain pihak seluruh keluarga mengalami krisis
emosional. Pada awalnya, mekanisme koping tampak berhasil, dan sistem keluarga
tampak membaik meskipun terjadi peningkatan stres. Namun, dengan berlajutnya
stres, sistem keluarga mungkin pecah kecuali terdapat intervensi berdasarkan realitas
situasi.
Reaksi terhadap krisis sulit untuk di kategorikan karena tergantung pada
respon individu terhadap stres, dan dalam keluarga banyak cara yang digunakan untuk
mengatasi stres dan ansietas. Secara umum, perawat mengamati prilaku makna
perasaan tidak berdaya dan urgensi. Ketidakmampuan membuat keputusan dan
menggerakkan sumber-sumber diperhatikan. Meliputi perasaan takut dan panik.
Tindakan tidak rasional, prilaku menuntut, menarik diri, keras hati, dan pingsan
semuanya diobsevasi perawat keperwatan kritis. Seperti pada pasien mengalami
syock dan tidak yakin tentang penyakit. Begitu juga keluarga perawat harus mampu
menerima perasaan bahwa korban krisis sedang dialami, khususnya bila orang
tersebut tidak mampu mengidentifikasi masalah atau perasaan dirinya atau orang lain.

1. Pengkajian
Selain pasien, perawat keperawatan kritis berhubungan dengan orang-
orang yang mengalami krisis. Hampir semua pasien dan keluarga mereka
yang tinggal diruang tunggu mengalami beberapa tingkat ketidaknyamanan
karena krisis. Masalahnya adalah untuk mengkaji kejadian segera
menyebabkan kekacauan dan kemudian untuk membantu keluarga
menetapkan perioritas kebutuhan mereka sehingga mereka dapat bertindak
secara tepat.
Perawat perlu untuk mengidentifikasi metode koping yang ada dan
mengevaluasinya sebagai adaptasi perawat akan perlu untuk menentukan dan
kadang-kadang menjelaskan pada pasien, masalah kronik dari ancaman krisis.
Bila situasi krisis tampak tidak beraturan atau kabur, perawat harus mencoba
memahami arti bahwa pasien mempunyai hubungan dengan kejadian.
Selanjutnya, arti asal mula krisis akan membantu perawat menilai masalah
kematangan keluarga dimana keluarga telah mengatasinya pemahaman para
meter krisis memberi arah untuk tindakan.

b. Penatalaksanaan

Intervensi keperawatan dirancang untuk membantu keluarga:

1) Mencapai tingkat adaptasi lebih tinggi dengan belajar dari pengalaman


krisis
2) Mendapat kembali keadaan seimbang
3) Mengalami perasaan terkait dalam krisis untuk menghindari
keterlambatan depresi dan memungkinkan pertumbuhan emosi yang akan
datang
a. Kegunaan hubungan
Pembentukan makna hubungan secara emosional dengan orang
yang mengalami krisis cenderung menjadi lebih mudah pada waktu
kapanpun. Orang dalam krisi lebih menerima minat dan empati dari
penolong. Saat pertemuan pertama dengan keluarga pasien, perawat
harus menunjukkan kemampuan untuk menolong.
Keluarga harus disiapkan untuk pengalaman mereka dalam unit
perawatan kritis, kesadaran dan penampilannya harus diuraikan
dalam istilah yang dapat diterima oleh tingkat pemahaman keluarga
melihat pasien. Penjelasan selanjutnya dapat dilakukan disamping
tempat tidur. Bantuan khusus lainnya dapat diberikan pada saat ini
untuk menunjukkan minat perawat. Menanyakan nomor telepon dapat
menjadi sulit saat anggota keluarga cemas. Kadang-kadang keputusan
untuk melaporkan tentang status pasien dapat menjadi keputusan
besar. Membantu keluarga untuk menentukan prioritas segera adalah
penting pada fase awal terjadinya krisis.
Dengan intervensi jenis ini, keluarga akan mulai percaya dan
tergantung pada penilaian perawat. Proses ini selanjutnya
memungkinkan anggota keluarga mempercayai perawat saat ia
menyampaikan perasaannya tentang harapan dan percaya diri pada
kemampuan untuk mengatur apa yang mereka hadapi. Hal ini penting
untuk menghindari pemberian keyakinan yang salah, sehingga rialitas
situasi dapat diekspresikan dalam pernyataan seperti ini adalah
masalah rumit, bersama-sama kita dapat menyelesaikan.

b. Definisi masalah
Sesuai dengan pengembangan hubungan dari interaksi satu
dengan yang lain, perawat dapat merumuskan dinamika masalah.
Perumusan meliputi istilah-istilah seperti di bawah ini :
a) Arti keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian
b) Krisis lain dimana keluarga sudah mengatasinya
c) Mekanisme koping sebelumnya digunakan saat stress, dengan ide
mengapa perilaku ini berhasil atau tidak berhasil pada saat ini
d) Sumber daya keluarga normal, termasuk teman, tetangga, kerabat,
kolega dan lain-lain. Perawat mengidentifikasi area ini,
menggunakan cara terbaik dengan keluarga untuk membantu
mengatasi keadaan sulit mereka

Bagian penting dari proses pemecahan masalah adalah membantu


keluarga menyadari dengan jelas masalah saat ini. Seringkali orang
merasa tak berdaya dan diam karena ansietas yang berlebihan atau
panic yang disebabkan oleh stress akut. Keterangan masalah dalam
kata-kata membantu pasien mencapai derajat kognitif tertinggi.
Pengabaian kesulitan atau ancaman masalah secara tidak langsung,
memampukan untuk merumuskan cara tersebut untuk menurunkan
ansietas dengan membantu keluarga menyadari bahwa mereka telah
mencapai beberapa pemahaman singkat apa yang terjadi.
Pendefinisian masalah adalah cara membatasi parameter tersebut.
Pendefinisian dan pendefinisian ulang masalah harus terjadi
berulangkali sebelum krisis di atasi. Pernyataan masalah dengan jelas
secara otomatis menyebabkan keluarga membuat prioritas dan
mengarah pada tindakan langsung. Sebagai contoh, pada kejadian
cedera berat, menemukan pengasuh bayi menjadi prioritas utama,
menggantikan kerabat dekat. Tujuan langsung aktivitas akan
membantu menurunkan ansietas dan tindakan irasional yang kadang-
kadang menyertai.
Pada tingkat stress yang lebih tinggi, beberapa orang
mengharapkan mereka bereaksi secara berbeda. Daripada kembali ke
sumber-sumber yang mereka gunakan sehari-hari, mereka menjadi
segan untuk terlibat. Pertanyaan sederhana orang-orang untuk
mengidentifikasi kepada siapa mereka mengadu saat mereka sedih
dan menemukan apa yang didapat dengan cara tersebut, membantu
langsung pasien ke mekanisme normal untuk mempertahankan
homeostasis. Saat pasien atau keluarga segan meminta bantuan
teman, perawat dapat membantu menyelesaikan keputusan dengan
bertanya “Tidakkah anda ingin membantunya jika ia berada dalam
posisimu?” Kebanyakan keluarga tanpa sumber daya; mereka hanya
gagal mengenal dan menghubungi mereka.
Pendefinisian dan pendefinisian ulang masalah juga membantu
meletakkan masalah pada sisi yang berbeda. Hal ini memungkinkan
untuk memandang suatu tragedy sebagai tantangan dan tidak
diketahui sebagai petualangan. Proses bantuan keluarga memandang
masalah dari sudut yang berbeda disebut pembentukan kerangka
kembali. Perawat juga membantu keluarga menggunakan kekuatan
mereka sendiri. Bagaimana mereka mengatasi stress sebelumnya?
Sudahkah mereka menggunakan cara humor, melarikan diri, latihan
atau berteman? Apakah mereka menelpon teman dekat dan kerabat
yang jauh? Walaupun keluarga mungkin terancam keuangannya pada
saat ini. Beberapa pengeluaran ini mungkin lebih berharga daripada
uang.

c. Pemecahan masalah
Teknik penyesaian masalah menekankan pilihan dan alternatif
membantu keluarga mencapai rasa pengendalian dalam hidupnya.
Juga mengingatkan mereka, dan memperjelas mereka bahwa mereka
akhirnya bertanggung jawab untuk merima kejadian dan bahwa harus
hidup konsekuen terhadap keputusan-keputusan mereka. Bantuan
keluarga berfokus pada perasan amat penting untuk menghindari
keterlambatan reaksi kedukaan dan depresi yang terlarut-larut.
Perawat dapat memberi petunjuk pada keluarga untuk saling
membantu dalam menangis dan membagi rasa takut dan
kesedihannya mereka. Refleksi perasaan atau aktif mendengar
diperlukan untuk melalui krisis. Jika perawat dapat memulai
pernyataan dengan mengatakan “Anda merasa...,” ia sedang
merefleksikan perasaan. Jika perawat mengatakan, “Anda merasa
bahwa…,” ia merefleksikan penilaian tentang suatu perasaan.
Penggambaran dan pengenalan perasaan seorang menurunkan
kebutuhan untuk menyalakan orang lain. Penilaian ekspresi perasaan
dapat membantu pasien menghindari penggunaan tranquilazer,
sedatif, dan tidur yang berlebihan untuk melarikan diri dari perasan
nyeri. Pada saat sedih dan depresi, perawat dapat tepat menjanjikan
keluarga bahwa mereka akan merasa lebih baik sesuai berjalannya
waktu. Adaptasi membutuhkan waktu.
Selama hari-hari sulit dimana pasien berpenyakit kritis.
Keluarga dapat menjadi sangat tergantung pada keputusan
profesional. Hal ini dapat menjadi sulit bagi mereka untuk
menentukan situasi yang dapat untuk menerima keputusan pihak lain.
Perawat dapat dengan baik menangani harapan yang tidak diinginkan
seperti “katakan pada apa yang saya harus lakukan?” dengan
mengakui keterlibatan perasaan dalam menerima kelakuan dan
pernyataan realitas situasi: sebagai contoh.”Anda menginginkan saya
membuat keputusan yang sulit untuk anda, tetapi saya tidak bisa,
karena anda yang harus hidup konsekuensinya,” Tipe pernyataan ini
mengakui perasaan keluarga dan kerumitan masalah sambil
menekankan tanggung jawab tiap orang untuk perasaan, tindakan dan
keputusan-keputusannya sendiri.
Bila masalah telah didefinisikan dan keluarga memulai tujuan
langsung tindakan, perawat dapat membantu lebih jauh dengan
menanyakan mereka untuk mengidentifikasi langkah yang harus
diambil. Petunjuk antisipasi ini membantu menurunkan ansietas dan
membuat segala sesuatunya berjalan lebih mudah. Korban kritis
selalu ditinggalkan dengan rencana rencana tindakan yang khusus.
Rencana ini mungkin sesederhana mungkin,”Hubungi saya besok jam
14.00,” dengan mengabaikan kesederhanaanya, hal tersebut
menandakan harapan, tanggung jawab, dan alasan untuk melalui
malam hari.
Waktu perawat keperawatan kritis untuk keluarga seringkali
terbatas karena pekerjaan yang ada, sehingga menjadi penting untuk
membuat setiap interaksi berguna bagi keluarga. Perawat harus
bertanggung jawab terhadap percakapan langsung dan memfokuskan
pada saat ini dan sekarang. Ia harus menghindari usaha memberikan
nasehat yang tak berguna dalam menekankan pendekatan
penyelesaian masalah. Bagaimanapun, perawat harus menggunakan
penilaian dan mengenal peristiwa tersebut bila petunjuk adalah vital
untuk kesehatan dan keselamatan. Hal ini sering kali diperlukan
untuk mengarahkan keluarga kembali ke rumah untuk istirahat. Hal
ini dapat di jelaskan dengan berbicara pada anggota keluarga bahwa
menjaga kesehatan mereka lebih membantu bagi pasien di kemudian
hari. Untuk membuat interaksi bermakna, perawat harus
memfokuskan pada situasi krisis dan menghindari keterlibatan dalam
masalah kronik lama dan keluhan-keluhan. Sebagai contoh, perawat
harus membantu keluarga dari pasien yang kelebihan dosis menerima
kejadian usaha bunuh diri yang lalu dengan segera dari pada
membiarkan maslah keluarga bertahan lama.
d. Rujukan
Tanpa memperhatikan kemampuan perawat pada area ini,
beberapa keluarga akan beruntung di rujuk pada perawat klinik
kesehatan mental, pekerja social, psikolog, atau psikiater. Perawat
dapat mendukung pasien dengan baik untuk menerima bantuan dari
pihak tersebut, perawat secara empati mengakui kesulitan dan
kerumitan masalah dan memberikan pilihan nama-nama dan nomor
telpon. Pada saat ini, merupakan waktu yang amat tepat mengatur
pertemuan pertama; namun, kesempatan untuk mengikuti proses lebih
besar jika pasien atau keluarga membuat perjanjian. Banyak rumah
sakit mempunyai perawat kesehatan mental yang terampil dan
pekerja sosial yang dengan sedikit belajar, dapat membantu intervensi
keperawatan.
Bila bekerja dengan anggota keluarga

a) Berikan pilihan
b) Bantu mereka mengidentifikasi dan memfokuskan perasaan
c) Dorongan istirahat dari krisis
d) Beri pengarahan dalam cara memberi tanggung jawab dan
harapan.
HUBUNGAN PENERAPAN FAMILY FOCUS CENTER DENGAN KECEMASAN
KELUARGA DI INTENSIVE CARE UNIT RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO
EBU BANGKALAN
ABSTRAK
ICU adalah ruangan di rumah sakit yang dilengkapi staf dan perawatan khusus untuk
merawat dan mengobati pasien kritis. Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan
kritis hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kecemasan pada keluarga. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara penerapan family focus center dengan
peningkatan kecemasan keluarga di ICU RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.
Desain penelitian ini adalah analitic correlative dengan pendekatan cross sectional
dengan variable independen penerapan family focus center dan variable dependen adalah
tingkat kecemasan keluarga pasien. Populasi penelitian sebanyak 63 responden dan saampel
yang diambil sebanyak 24 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan non
probability tipe consecutive. Hasil analisa menggunakan spearman rank dengan nilai
kemaknaan 𝛼 = 0.05. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan family focus center di ICU sebanyak
13 responder dikategorikan cukup (54,2%) dan tingkat kecemasan keluarga sebanyak 11
responden (45,83%) dikategorikan kecemasan sedang. Uji statistic spearman rank
menunjukkan bahwa 𝜌𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,028 < 𝛼 = 0.05 yang berarti ada hubungan antara
penerapan family focus center dengan tingkat kecemasan keluarga di ICU RSUD Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan.
Untuk penilitian selanjutnya disarankan agar menggunakan metode lain untuk
mengoptimalkan penerapan family focus center di ICU serta adanya metode untuk
menurunkan tingkat kecemasan keluarga pada pasien di ICU RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan.
Kata kunci : Family Focus Center, Kecemasan keluarga, ICU.
Family-Centered Care Model untuk Menurunkan Dampak Hospitalisasi Anak
dengan Penyakit Kanker di Medan, Sumatera Utara
Family-Centered Care Model to Reduce Impact of Hospitalization Children with
Cancer in Medan, Sumatera Utara
Dewi Elizadiani Suza
Departemen Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Email: Elizadiani@hotmail.com
ABSTRAK
Kanker adalah penyebab utama kematian pada anak dimana setiap tahun angka kejadian terus
meningkat. Penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi orangtua dan perawat anak
tentang family-centered care (FCC) untuk pasien anak dengan kanker di Medan. Data
dianalisis
dengan menggunakan content analysis dan independent t-test. Penelitian ini menemukan
bahwa
orangtua merasa bahwa FCC memiliki lima tema utama adalah: 1) bekerja sama, 2)
menghormati praktik budaya, 3) memberikan informasi, 4) konsistensi dalam perawatan, dan
5)
dukungan. Sementara itu, perawat anak merasa bahwa FCC memiliki empat tema: 1)
keterlibatan orangtua, 2) perawatan holistik, 3 tugas dan peran, dan 4) mendidik keluarga.
Dapat
disimpulkan bahwa, orangtua dan perawat anak memiliki pandangan yang berbeda terkait
dengan FCC dikarenakan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, kurangnya
pemahaman tentang FCC keragaman budaya pasien, nilai-nilai, dan keyakinan. Oleh karena
itu
dibutuhkan perbaikan pada aspek-aspek tertentu dari perspektif orangtua dan keluarga terkait
dengan keyakinan, nilai-nilai, dan latar belakang budaya dalam pelayanan kesehatan.
Kata kunci: family-centered care, persepsi orangtua rasakan, persepsi perawat anak
FAMILY FRIENDLY DALAM PENINGKATAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN INTEGRASI MODEL FAMILY CENTER NURSING DAN
TRANCULTURAL NURSING
(Family Friendly for Improvement of Using Exclusive Breast with Integration Family
Center Nursing Model and Transcultural Nursing Model at Jember District,
East Java Provience)
Tantut Susanto*, Lantin Sulistyorini**
*Staf Dosen Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember
**Staf Dosen Keperawatan Anak PSIK Universitas Jember

Email: susanto_unej@yahoo.com
ABSTRAK
Pendahuluan. Fenomena laktasi ibu menyusui dalam pemenuhan ASI eklusif membutuhkan
penanganan yang
komprehensif di masyarakat berkaitan dengan populasi berisiko pada kelompok ibu-ibu
menyusui di komunitas. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ibu menyusui, keluarga, dan masyarakat
dalam melakukan kegiatan family
friendly melalui integrasi model family center nursing dan keperawatan lintas budaya untuk
memenuhi keberlangsungan
pemberian ASI ekslusif pada kelompok ibu menyusui yang sensitif dan peka budaya lokal di
Kabupaten Jember.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperiment dengan rancangan
nonrandomized control group design dengan
pretest dan postest. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
wilcoxon signed rank test
yang dipergunakan untuk membandingkan perilaku menyusui ibu, kemandirian keluarga,
kemampuan kader kesehatan,
dan pengelolaan pelayanan ASI ekslusif yang sensitif dan peka budaya lokal pada kelompok
perlakuan dan kelompok
kontrol.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku
menyusui ibu,
kemandirian keluarga, dan pengelolaan pelayanan ASI ekslusif sebelum dan sesudah
intervensi program (p value 0,000)
dan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan kader kesehatan sebelum dan sesudah
intervensi program (p
value 0,001).
Diskusi. ASI ekslusif akan dapat berlangsung secara berkelanjutan apabila mendapatkan
dukungan penuh dari motivasi ibu menyusui sendiri, dukungan keluarga, kunjungan kader
kesehatan, dan pihak puskesmas.
Kata kunci: ASI, family friendly, perilaku ibu, kemampuan kader.
2.3. Rencana asuhan keperawatan: Perhatian pada keluarga keluarga pasien

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 3-1:


Perhatian pada keluarga pasien
Diagnose Criteria Hasil/Tujuan Pasien Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Perubahan proses 1. Anggota keluarga akan 1. Kaji kemampuan keluarga
keluarga : yang mengatakan perasaan mereka memenuhi criteria hasil.
berhubungan dengan pada perawat. 2. Bantu dalam mengatakan
dampak penyakit 2. Anggota keluarga akan perasaan dengan
kritis anggota berpartisipasi dalam menanyakannya dan
keluarga pada perawatan anggota keluarga menunjukan minat dan
system keluarga yang sakit. perhatian.
3. Anggota keluarga akan Evaluasi diskusi
membantu mengembalikan sebelumnya.
anggota keluarga yang sakit 3. Berikan kesempatan bagi
dari peran sakit ke peran anggota keluarga untuk
sehat. berpartisipasi dalam
perawatan. Dorong
anggota keluarga untuk
menyentuh dan berbicara
pada pasien ketika sadar
ataupun tidak sadar.
4. Bantu keluarga dalam
mengindetifikasi
perubahan dalam
melaksanakan peran.
5. Bantu keluarga dalam
mengijinkan pasien untuk
berfungsi dalam
modifikasi peran, sesuai
kebutuhan.

4. Anggota keluarga akan 1. Bantu kelurga dalam


mempertahankan fungsi mencari hiburan dan
system dukungan yang rekreasi selama masa
menguntungkan bagi semua. krisis.
2. Yakinkan keluarga bahwa
mereka boleh
menghubungi unit, atau
perawat akan
menghubungi mereka bila
sesuatu berubah menjadi
buruk.
5. Anggota keluarga akan 1. Minta anggota keluarga
mencari sumber bantuan mengindetifikasi pola
yang tepat bila dibutuhkan. khusus mereka untuk
mengatasi stress. Dorong
mereka untuk
menghubungi sumber
lama dan merujuknya ke
sumber yang baru, contoh
perawat psikososial,
pekerja social, kiyai.
2. Bantu keluarga
mengindetifikasi rasional,
contoh mendapatkan
pengasuh atau transportasi
2.4. Rencana asuhan keperawatan Ketika pasien sekarat

a. Pengkajian dan penatalaksanaan


Umumnya, sasaran dari perawatan kritis pada memelihara kehidupan
dan membantu penyembuhan. Terlalu sering perawat mengalami perasaan
kecewa dan gagal saat pasien meninggal. Secara wajar perawat mengalami
kesedihan ketika pasien mereka meninggal. Perawat dan kolega dapat
menginterpretasikan tanda rasa haru dan kaitan kesehatan sebagai indikasi
dari terlalu terlibat. Perawat yang matanya berkaca-kaca saat kejadian
yang peka membangun rasa empati pada pasien, bukan kehilangan
kendali. Sasaran utama untuk kebanyakan perawat adalah belajar untuk
menunjukkan kenyamanan masalah dan rasa haru yang telah menjadi
bagian integral kondisi emosional mereka.
1) Rasa nyaman
Pencapaiaan kenyamanan adalah sasaran keperawatan bagi
pasien sekarat. hal ini khususnya penting ketika suatu keputusan telah
dibuat untuk menghentikan tindakan dan sasaran berubah dan
pengobatan menjadi dukungan dan kenyamanan. Penurunan nyeri
adalah bagian penting untuk pemberian kenyamanan bagi banyak
pasien dengan perawatan kritis. Perawat harus berkomunikasi secara
dekat dengan pasien dan dokter untuk membuat program dimana
integritas pasien dan ketentraman tidak diturunkan oleh nyeri atau
kebutuhan untuk minta obat. Bila nyeri pasien berlanjut, lebih cepat
untuk memberikan obat pada jadwal sebelumnya (contoh tiap 3 jam)
dari pada sesuai kebutuhan (contoh bila perlu). Selanjutnya, sedikit
pasien yang diberi narkotik untuk nyeri mengalami masalah adiksi
serius pada pasien berpenyakit terminal, masalah kenyamanan
menggantikan perhatian terhadap masalah pasien dan adiksi.
Pengetahuan terhadap masalah pasien dan keinginan tentang
mengalami nyeri sepenuhnya penting. Sebagai contoh beberapa pasien
memilih untuk tidak terampil dalam kewaspadaan terhadap penurunan
nyeri. Banyak perawat ingin mengobati pasien ini, karena bekerja
dengan pasien yang menderita nyeri penuh tantangan dan frustasi. Hal
ini juga meningkatkan perasaan perawat akan ketidakberdayaan dan
juga ansietas perawat.
Selain itu, perawat harus dibuat sadar bahwa tingkah laku staf
tampak banyak yang harus dikerjakan dengan pesanan dan pemberian
obat analgesik. Secara umum, pasien yang muda dan wanita
cenderung mendapatkan analgesik yang lebih kuat dari lainnya. Usia,
kondisi fisik, derajat nyeri atau variabel lain, mungkin merupakan
factor penentu dalam implementasi perawat tehadap pesanan obat bila
perlu untuk pasien dengan nyeri. Fenomena ini menunjukkan bahwa
perawat harus hati-hati untuk mengkaji kebutuhan pasien dan
kapasitas untuk obat nyeri serta memisahkan pengkajian ini dari faktor
tidak relevan lain.
Akhirnya, setiap kemungkinan tindakan kenyamanan yang
dapat digunakan tanpa peningkatan ketidaknyamanan secara besar
harus secara otomatis dilakukan. Perawtan mulut dapat dengan mudah
diabaikan pada pasien yang tidak makan. Kekeringan, pengeluaran air
liur, bau, dan buruknya nutrisi dapat menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Keluarga tidak dilibatkan dalam pelaksana
meminyaki bibir pasien dan membersihkan liur dari kulit. Pemberian
posisi, perawatan kulit dan masase semua adalah tindakan berguna
dalam meningkatkan kenyamanan. Beberapa anggota keluarga dapat
memilih untuk berpartisipasi atau takut bahwa mereka akan menyakiti
pasien. Biasanya partisipasi keluarga berarti lebih banyak kerja untuk
perawat, namun, partisipasi ini dalam perawatan dpat bermakna baik
dan pengalaman berguna untuk keluarga berduka.
Peningkatan kenyamanan untuk pasien sekarat memerlukan
pengambilan keputusan konstan dan bijaksana. Haruskah pasien
demam diselimuti bila kedinginan? Haruskah seseorang dengan
depresi pernapasan disedasi bila gelisah atau cemas? Tindakan
kenyamanan yang tidak mengikuti protokol unit perawatan kritis
mungkin diperlukan. Kejujuran dan komunikasi langsung dengan
pasien dan keluarganya membantu menunjukkan tindakan perawat dan
dokter pada kondisi kompleks.
2) Komunikasi
Mendengarkan dan mendengar dengan baik adalah dasar
komunikasi efektif. Beberapa pasien tidak menginginkan untuk
membicarakan tentang kematian. Untuk melakukannya tekankan
pasien apapun harapan yang mereka pegang. Sedangkan yang lain
menerima kematian dengan cara simbolik. Ini adalah cara efektif
dalam mengakhir hidup seseorang tak perlu adanya interpretasi dan
bila dilakukan tidak akan tepat. Anggota keluarga dapat memilih
penggunaan waktu untuk memeriksa memori khusus, memperbaiki
kesalahpahaman masa lau, saling memaafkan untuk pelanggaran masa
lalu. Hal ini diharapkan bahwa mereka akan mempunyai waktu dan
suasana untuk mengatakan sesuatu yang mereka ingin katakan.
Tanggung jawab perawat adalah untuk membuat suasana
dimana tipe komunikasi ini dapat terjadi. Apa yang dibutuhkan
keluarga untuk menjadi nyaman di unit-secangkir kopi, bantal, tempat
untuk duduk, perijinan untuk cuti? Apakah keluarga ingin berada
dekat pasien saat kematian? Bagaimana mereka dapat dihubungi?
Semua pertanyaan ini memerlukan waktu sensitive dan pendekatan
yang terus terang dari perawat. Bila kata-kata yang keluar dari perawat
seperti yang sering mereka katakan dalam peristiwa sulit, atau bila
kata-kata tidak adekuat, dapat disampaikan dengan sentuhan bahu atau
lengan.

3) Anak-anak
Mengijinkan anak untuk mengunjungi unit perawatan kritis
membutuhkan pengaturan khusus pada petugas. Jika pasien
menginginkan untuk melihat anak-anak atau cucu dan bila anak
menginginkan melihat pasien. Menjawab pertanyaan anak dengan
istilah yang dipahami anak akan membantu menurunkan ketakutan
yang mungkin ada. Orang yang mengasuh anak harus menyadari
bahwa prosedur invasif dan alat-alat seperti selang nasogastrik dapat
membuat sedih bagi anak paling muda. Jika kunjungan anak tidak
memungkinkan, pengaturan untuk kunjungan per telepon harus dibuat.
4) Ikatan dan interaksi keluarga
Keluarga dalam krisis rentan untuk semua tipe stress yang lain.
Bantuan anggota keluarga memberikan. Dukungan satu sama lainnya
merupakan kepentingan utama. Seringkali mereka menginginkan
menahan anggota keluarga untuk tetap menaninya selama di rawat.
Anggota keluarga dapat mendukung satu sama lainya dengan
memberikan makan dan istirahat tetap bersama dan tersedia terhadap
satu sama lainya memenuhi banyak keluarga. Perawat dapat memilih
untuk mengatakan pada anggota keluarga bahwa meskipun tampaknya
mereka tidak melakukan suatu bagi pasien, kehadiran mereka
membuat mereka rileks atau nyaman pasien atau pasangan pasien.
Kegembiraan tidak hanya pasien sekarat menyukai perawat
sedih atau pemarah. Mengapa sifat humor seseorang dan
mengekpresikannya secara tepat membantu penurunan dalam situasi
sulit. Pemberian senyuman dan rasa humor juga membantu keluarga
rileks dan membagi mereka sendiri dalam cara yang biasa mereka
pakai. Lelucon yang baik juga dihargai oleh pasien yang sekarat. Peka
terhadap minat pasien dan waktu yang tepat berguna dalam mengkaji
penerimaan pasien untuk membuka diri.Berbicara pada pasien dalam
lingkungan khusus membantu keluarga rileks dan berkomunikasi lebih
muda satu sam lain juga dengan pasien. Sebaliknya, pasien merasa
kurang diisolasi dan sendiri akhiri krisis ini. Konsistensi dan ketakutan
selama meras kerisis, keluhan dan kritik seringkali ditujukan pada
perawat. Sikap tidak melawan, toleransi, dan keinginan untuk terus
bekerja dengan pasien dan keluarga merupakan cara yang efektif
untuk menyatakan keharuan dan pemahaman.
Minat yang terus menerus pada pasien dan keluarga
menunjukan rasa penghargaan dan hormat pada keterlibatan tersebut.
Sesuai dengan semakin dekatnya pasien dengan kematian. Perawat
mungkin mengurangi waktu bersama pasien. Penurunan kontak
membuat perasaan terbuang, sedih dan tidak berdaya pada pasien dan
keluarga. Lebih dari itu, perubahan dalam pergantian tugas
meningkatkan perasan isolasi mereka dan menyebabkan peningkatan
penggunaan energi untuk mengenai orang baru. Penyedian petugas
tetap tidak menolak membantu pasien dan keluarga mengembangkan
rasa percaya dan memiliki yang dapat menjadi pengalaman yang
menguatkan bagi setiap orang yang terlibat.
5) Kegembiraan
Tidak saja pasien sekarat menyukai perawat sedih dan pemarah.
Menjaga perasaan humor seseorang dan mengekspresikanya secara
tepat membantu penurunan dalam situasi sulit. Pemberian senyuman
dan rasa humor juga membantu keluarga rileks dan membagi mereka
sendiri dalam cara yang biasa mereka pakai. Lelucon yang baik juga
dihargai oleh pasien yang sekarat.
Peka terhadap minat pasien dan waktu yang tepat berguna
dalam mengkaji penerimaan pasien untuk membuka diri. Berbicara
pada pasien dalam lingkungan khusus membantu keluarga rileks dan
berkomunikasi lebih mudah satu sama lain dengan pasien. Sebaliknya,
pasien merasa kurang diisolasi dan sendiri pada akhir krisis ini.
6) Konsisten dan ketekunan
Selama masa krisis,keluhan dan kritik seringkali ditunjukkan
pada perawat.Sikaptidak melawan, toleransi,dan keinginan untuk terus
bekerja dengan pasien dan keluarga merupakan cara yang efektif
untuk menyatakan keharuan dan pemahaman. Minat yang terus –
menerus pada pasien dan keluarga menunjukkan rasa penghargaan dan
hormat pada keterlibatan tersebut.
Sesuai dengan makin dekatnya pasien pada kematian, perawat
mungkin mengurangi waktu bersama pasien. Penurunan kontak dapat
menyebabkan perasaan terbuang, sedih, dan tidak berdaya pada pasien
dan keluarga.lebih dari itu, perubahan dalam pergantian tugas
meningkatkan perasaan isolasi mereka dan menyebabkan peningkatan
pengguna energy untuk mengenal orang baru. Penyediaan petugas
tetap yang tidak menolak membantu pasien dan keluarga
mengembangkan rasa percaya dan memiliki yang dapat menjadi
pengalaman yang menguatkan bagi setiap orang yang terlibat.
7) Ketenangan
Ketenangan dapat digambarkan sebagai kemampuan menjadi
nyaman dengan pasien sekarat. Bagi banyak perawat, merasa nyaman
dengan kematian tergantung pada kemampuan mengubah sasaran yang
ditunjukkan pada pemeliharaan kehidupan dengan tujuan yang
dirancang untuk memelihara integritas pribadi dan kestabilan keluarga
bila pasien sekarat. Daripada mempertimbangkan kematian sebagai
suatu symbol kegagalan, perawat dapat memandangnya sebagai
pencapaian kehidupan dan pengalaman professional yang memuaskan.

2.5. Pengalaman menjelang kematian

a. Deskripsi
Luasnya teknologi kedokteran dan keperawatan telah meningkatkan
jumlah orang yang bertahan hidup atau tetap dekat dengan kematian.
Pasien yang menderita sakit atau cedera serius,yang menandakan
mendekati kematian,dan kemudian membaik,telah membiarkan pelayanan
kesehatan profesional dengan pertumbuhan tentang mendekati penglaman
kematian(near death experiences/NDEs). Melalui gambaran memori
tentang NDEs,pola pengalaman yang luar biasa telah mendesak.
Terdapat penjabaran yang umum tentang NDEs meskipun tiap
pengalaman adalah unik dan bersifat individu.Pola yang khusus dari
kejadian dekat kematian hampir selalu melalui dengan pengalaman keluar
dari tubuh pasien mengngambarkan mengambang di atas tubuh mereka
dan bergerak keluar ruangan. Selebih itu,pengalaman diluartubuh
dilaporkan sebagai tamu yang tidak dilihat oleh keluarga dan petugas
kesehatan. Tamu tamu ini biasanya anggota keluarga yang sudah
meninggal atau orang lain yang berarti bagi pasien.Pasien kadang- kadang
berbicara terlalu keras pada tamu tamu ini danmengatakan pada orang lain
tentang tamu-tamu tersebut.
Fase berikutnya dari pengalam ini meliputi gerakan melalui lorong
panjang dan gelap.Seperti lorong bawahtanah.Beberapalaporan adanya
cahaya,kurangnyaman,cahaya pada akhir perjalan. Kebayakan
melaporkanperasaanpenuhdamai. Lingkungan yang
dilaluidigambarkansebagai sangat mengundang dan sulit ditinggalakan.
Perasaansenang,gembira,dan kedamaian yang kuat dialamisetiap tahapan.
b. Pengkajian dan penatalaksanaan
Beberapa pasien pulih dari kejadian sekarat. Ketika pasien “kembali”
ke kehidupan dan mungkin membagi pengalamannya dengan orang lain,
respon keluarga dan petugas kesehatan bermacam-macam. Apapun
penyebab atau interpretasi berdasarkan pengalaman, NDE mempunyai
efek yang kuat pada individu. Sikap yang berhubungan dengan kematian
dapat berubah tajam. Hidup menjadi lebih berarti dan lebih berharga dan
kematian menjadi hal yang kurang menakutkan.
Perawat dapat membantu pasien dan anggota keluarga dengan cara
menerima pentingnya dan makna pengalaman tersebut terhadap mereka.
Perawat jangan pernah mencoba mengingkari realitas dari pengalaman
tersebut dengan menjelaskannya sebagai menjelaskan cara tersebut
sebagai halusinasi yang disebabkan sebagai secara biokimia yang terjadi
ketika otak mendekati titik kematian. Apakah pengalaman secara biologi
atau disebabkan anugerah jangan dialihkan dri pentingnya kejadian
tersebut bagi individu dan keluarga. Anggota keluarga dapat dikatakan
banyak yang bertahan hidup setelah mengalami NDE, dan bahwa dengan
mempunyai pengalaman tidak berarti pasien akan meninggal. Selain itu,
perawat secara tulus menekankan pilihan hidup kembali sebagai indikator
pentingnya dari prognosis yang positif. Meskipun demikian, suatu
prognosis yang positif tidak mesti dijanjikan karena laporan NDEs yang
tampak secara emosional yang menyentuh semua yang mendengarnya,
perawat harus hati-hati untuk melindungi kebutuhan pasien terhadap
waktu dan privasinya untuk proses pemaknaan dan pegartian pengalaman.
Meskipun NDE dapat berakhir kapanpun, banyak yang meneruskan
pengalamannya dengan menggambakan diberikannya
pengalamannnyauntuk hidup kembali, sementara yang lain tidak, tetapi
langsung dikembalikan ke kehidupannya. Dengan kata lain, dikatakan
tidak ada waktu bagi mereka memasuki alam baru. Pada pokoknya psien
menghitung ulang kembalinya ke tubuh mereka.
Terdapat beberapa penjelasan yang kuat pada fenomena menarik ini.
Penjelasan biologis menyatakan NDE tidak lebih dari halusinasi karena
anoksia,otak sekarat, sementara yamg lain menginterpretasikan episode ini
sebagai hubungan yang sangat dekat antara tuhan dan domain spiritual.
Pada kenyataannya, ciri NDE dilaporkan dalam korteks budaya dan
keyakinan pasien.
Hanya pengalaman di luar tubuh dan berhubungan dengan dengan
orang laindi luar fisik keberadaan fisik cenderung yang digambarkan oleh
pasien yang mengalami NDE dan siapa yang akhirnya meninggal. Pasien
yang sekarat kadang menyatakan kepada keluarga bahwa kematian sudah
tiba. Perawat dapat membantu mengajar keluarga tentang NDE, haruskah
ini terjadi. Jika pasien sudah menderita lama dan menunggu datangnya
kematian, keluarga mungkin siap untuk melepasnya pergi. Perawat
mengatakan kepada keluarga bahwa mungkin pasien memerlukan ijin
keluarga untuk meninggalkan dunia dengan tamu yang datang padanya.
Anggota keluarga yang tidak menyadari kejadian dekat kematian ini
menjadi sangat terganggu ketikamerika melihat pasien sedang berbicara
dengan seorang yang tak tampak. Perawat dapat mendukung keluarga
melalui model peran. Perawat menanyakanpasien tentang tamunya dan
tentang keyakinannya bahwa tamu tersebut ada.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan kritis dimana perawat dipajankan untuk selalu
menghadapi kehilangan yang berulang. Ketika perawat mengalami jenis kehilangan
sebagai akibat kematian pada kehidupan pribadinya. Menghadapi kematian pasien
mungkin seperti mengingatkan kembali perasaan dan ingatan dihubungkan dengan
kehidupan pribadinya. Karenanya, adalah penting bahwa staf perawat saling
mendukung satu dengan lainnya, khususnya dengan mendengarkan penuh toleransi
ketika sejawatnya mengatakan apa yang menjadi pertimbangan pada umumnya
tentang perasaan yang tidak diterimanya.
Sedikit perawat datang ke unit perawatan kritis. Bagi kebanyakn perawat hal
ini membutuhkan tambahan pengalaman pendidikan khusus, konsultasi, dan supervisi
dari sumber-sumber yang tepat. Intensitas emosi dan keterlibatannya tergantung dari
peran perawat di unit perawatan kritis membuat perawat merasa sulit merasa sulit
lepas dari sindrom ini.
Intervensi kritis bagi keluarga dengan stres akut adalah penting untuk
pencegahan fungsi kesehatan mental yang dapat perawat berikan. Pengetahuan mereka
dan kedekatan mereka terhadap masalah membuat mereka menjadi profesi dui garis
depan sebagai sumber. Sebagai advokat pasien, peran mereka adalah mewujudkan dan
mengatasi krisis psikologis pada keluarga yang pengaruhnya sangat besar untuk
pemulihan.
3.2. Saran
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam
menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus Kegawat
Daruratan Fmily Focus Center.Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai
perawat profesional yang memberikan perawatan secara berkualitas
DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan Galio.1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 1 edisi


VI.EGC.Jakarta
Kidd, Pamela.S.2010.Pedoman Keperawatan EmergenciEd.2.EGC:Jakarta
Saunders. 2009. AACN Advanced Critical Care Nursing. Elsevier: Canada
Williams & Wilkins. 2012. Critical Care: Made Increadyble essy. Lippincot: Philadelphia.
Urden, Linda et all. 2009. Critical Care Nursing: Diagnosis and Management. Mosby:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai