Anda di halaman 1dari 4

EFEK KONDISI KRITIS PASIEN DAN KELUARGA

(Ns. Priyanto, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.)

Pengertian Pasien Kritis dan Keluarga

Pasien Kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan


sebagai pasien yang beresiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual maupun potensial
yang mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk
menjadi sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan
asuhan keperawatan.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah atau perkawinan. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.

Sakit Kritis

Sakit Kritis merupakan suatu kondisi atau suatu penyakit dimana kematian adalah sangat
mungkin (possible) atau mengancam jiwa (impending). Pasien sakit kritis adalah pasien
yang mengalami disfungsi atau kegagalan dari satu atau lebih organ atau sistem organ
yang kelangsungan hidupnya bergantung pada peralatan dan pemantauan dengan
peralatan canggih. Contoh jenis penyakit kritis termasuk: pasien trauma maupun non
trauma seperti: serangan jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, penyakit paru-paru dan lain-
lain.

Dampak Psikologis Keluarga maupun Pasien Kritis

Pendekatan pada keperawatan kitis mencakup keluarga pasien. Keluarga diartikan


sebagai orang yang saling berbagi dan bersama sepanjang hari dalam proses asuhan
keperawatan, orang-orang tersebut mengalami gangguan homeostasis karena masuknya
pasien kelingkup area kritis. Siapa saja yang merupakan bagian penting bagi kehidupan
pasien secara normal dipertimbangkan sebagai angota keluarga. Di area keperawatan
kritis, keterlibatan keluarga memiliki kontribusi positif terhadap kesembuhan pasien.

Kecemasan yang tinggi muncul akibat beban yang harus diambil dalam pengambilan
keputusan untuk pengobatan yang terbaik bagi pasien. Respon keluarga bergantung
pada persepsi mereka terhadap stress, kekuatan, dan perubahan gaya hidup terkait
dengan penyakit kritis yang diderita anggota
keluarga.

Priyanto 1|4
Respon keluarga terhadap stress yang dirasakan ketika menghadapi anggota keluarga
mendapatkan perawatan kritis, dapat dijelaskan melalui Stress Keluarga Hill. Teori
tersebut dikenali dengan model ABCX. Kerangka ABCX memiliki dua bagian. Pertama
adalah pernyataan yang berhubungan dengan penentu krisis keluarga : A (Peristiwa dan
kesulitan terkait) berinteraksi dengan B (Sumber berhadapan dengan krisis keluarga) yang
berinteraksi dengan C (definisi yang dibuat keluarga mengenal peristiwa) menghasilkan
X (krisis). Faktor A adalah stressor yang atau adanya peristiwa aktual yang memaksa
keluarga mempertahankan dengan cara stereotif yang diikuti oleh mekanisme koping
keluarga (B). Jika keluarga tidak menggunakan sumber dan mekanisme koping, maka
hasilnya sama yakni seolah-olah keluarga tidak memiliki sumber koping. Intervensi lebih
mudah pada kasus ini karena tidak terlalu sulit untuk membantu keluarga memanfaatkan
pola koping masa lalu dibandingkan membantu keluarga belajar cara berespon yang
baru. Faktor C merupakan persepsi dan interpretasi keluarga terhadap stressor atau
peristiwa stres. Penilaian keluarga terhadap stresor mempengaruhi upaya koping yang
digunakan beserta hasilnya nanti. Keluarga yang fungsional akan mampu melihat peristiwa
sebagai sesuatu yang dapat dipahami dan dapat dikelola. Faktor X terkait dengan krisis
atau dengan bukan krisis. Terjadinya kecenderungan krisis menunjukan bagaimana
keluarga mengatasi faktor B dan C. Ketika keluarga terpajan krisis, maka cenderung
mengalami peristiwa stressor dan keparahan yang lebih besar (A) serta mendefinisikannya
lebih sering sebagai krisis (C). Tipe keluarga seperti ini lebih rentan terhadap peristiwa
stressor karena kurangnya sumber dan kemampuan koping (B) yang mereka miliki, selain
itu keluarga yang gagal belajar dari krisis masa lalu, menyebabkan mereka melihat
stressor baru sebagai ancaman dan pencetus krisis, faktor X ini, tidak dilihat sebagai hasil
akhir melainkan berpengaruh dalam hubungan dan penampilan peran
anggota keluarga (DepKes, 2010).

Mekanisme Koping

Koping keluarga merupakan proses aktif saat keluarga memanfaatkan sumber keluarga
yang ada dan mengembangkan perilaku yang memperkuat keluarga dan mengurangi
dampak peristiwa yang penuh stress. Strategi koping keluarga ketika dihadapkan
dengan stress dapat dilakukan melalui pencarian dukungan sosial.

Mekanisme koping keluarga pasien kritis merupakan bentuk adaptasi terhadap


perubahan yang terjadi karena salah satu anggota keluarga yang dirawat diruang ICU.
Bentuk mekanisme koping yang kurang dengan cara tidak dapat tenang dalam
menghadapi keluarga dari pasien kritis mengalami masalah psikologis seperti sikap yang
tidak tenang, cemas, gelisah dan lainnya anggota keluarga juga dilanda kecemasan yang
dapat merubah persepsi keluarga tentang kondisi pasien yang sebenarnya. Keluarga

Priyanto 2|4
pasien kritis memiliki kebutuhan emosional dan informasi yang harus ditangani oleh
dokter dan perawat ICU. Pasien yang membutuhkan perawatan diruang ICU yang
membutuhkan dukungan dari keluarga dalam mengambil keputusan selama dirawat di
ruang ICU. Dalam hal ini mekanisme koping keluarga berperan penting dalam
menunjang kondisi penyembuhan pasien.

Sebagian besar anggota keluarga yang berumur 32-39 tahun memiliki koping yang
kurang, karena usia 23-39 tahun termasuk dalam usia dewasa dini. Keluarga yang
termasuk dalam usia dewasa dini dalam kondisi tegang emosi dan banyak masalah
sehingga mempunyai mekanisme koping yang kurang. Untuk beradaptasi dengan
keadaan bahwa salah satu keluarganya sedang di rawat di ICU. Tidak hanya usia saja yang
mempengaruhi mekanisme koping keluarga dan pasien, tetapi juga tingkat pendidikan
yang kurang masih menjadi tolak ukur dalam memperoleh informasi tentang perawatan
kesehatan yang dibutuhkan anggota keluarga yang sedang sakit dan memudahkan
seseorang untuk memperoleh informasi dalam kesehatan (Fitriyah, 2018).

Dukungan yang diberikan oleh perawat intensif kepada anggota keluarga pasien adalah
salah satu bentuk dukungan sosial. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman,
disebut informational support. Ketika kebutuhan pasien dan keluarga bersinergi dengan
kompetensi perawat, maka hasil perawatn akan optimal.

Dukungan sosial diartikan sebagai pertukaran informasi yang memberikan empati


dukungan yaitu dukungan emosional, harga diri, jaringan dan penilaian. Dukungan
emosional adalah suatu keyakinan bahwa seorang individu dicintai dan disayangi oleh
keluarga. Kebutuhan emosional mencakup harapan dan dukungan spiritual. Pemahaman
mengenai pentingnya kebutuhan keluarga oleh tenaga kesehatan profesional pada
perawatan kritis bermanfaat bagi keluarga agar dapat mengontrol saat berada pada situasi
rentan.

Peran Perawat

Peran yang paling umum bagi perawat keperawatan kritis yaitu memberikan perawatan
di sisi tempat tidur pasien. Menurut Cynthia Lee Terry & Aurora Weaver (2011), ada
delapan kompetensi keperawatan klinis, antara lain:
1. Pengkajian Klinis
Kemampuan untuk menanyakan dan mengevaluasi praktik secara terus menerus
menggunakan praktik berbasis bukti, bukan tradisi.
2. Pembuatan Keputusan Klinis
Penggunaan pengumpulan data yang kompeten dengan cangkupan tanda dan gejala yang
lebih global. Implementasi ketrampilan keperawatan berfokus pada pengambilan

Priyanto 3|4
keputusan dan berpikir kritis.
3. Perawatan
Implmentasi dari lingkungan yang terapeutik dan suportif dalam menyediakan perawatan
pada pasien dan interaksinya dengan keluarga, serta penyedia pelayanan kesehatan yang lain.
4. Advokasi
Kemampuan untuk melindungi dan mendukung hak asasi manusia, serta keyakinan pasien
dan keluarga.
5. Memikirkan System
Bernegosiasi dan mengarahkan dalam system pelayanan kesehatan untuk menyediakan
sumber daya yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga.
6. Fasilitator Pembelajaran
Meningkatkan dan menyediakan kesempatan pembelajaran formal maupun non formal
bagi pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya.
7. Berespon Terhadap Keberagaman
Menganalisis dan mengimplementasikan perawatan berdasarkan pada perbedaan aspek
sosiokultural, ekonomi, gender, dan kultural-spiritual dari pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain.
8. Kolaborasi
Memanfaatkan tiap kontibusi yang unik dari masing-masing orang dalam mencapai hasil
yang positif berdasarkan kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
lain.

Selain itu, terdapat sepuluh tanggung jawab peran perawat keperawatan kritis oleh
American Association of College of Nursing, antara lain:
 Mendukung dan menghormati otonomi pasien.
 Menjadi penengah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang dilayani.
 Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan.
 Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien.
 Memberikan edukasi kepada pasien atau yang mewakili dalam pengambilan
keputusan.
 Menerangkan hak pasien untuk memilih.
 Mendukung keputusan pasien/yang mewakili atau memindahtangankan perawatan
kepada perawat kritis dengan kualifikasi yang setara.
 Menjadi perantara bagi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan
pasien yang memerlukan intervensi darurat.
 Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan.
 Berlaku sebagai penghubung antara pasien atau keluarga dan anggota tim kesehatan
lain.

-------------------- TERIMA KASIH -------------------

Priyanto 4|4

Anda mungkin juga menyukai