Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spiritualitas adalah salah satu aspek kehidupan pasien yang sangat


penting untuk dipenuhi dalam perawatan kesehatan. Pentingnya spiritualitas
dalam pelayanan kesehatan dapat dilihat dari definisi kesehatan menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan empat unsur
kesehatan yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. WHO juga
mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik
(organobiologik), mental (psikologik), sosial, dan spiritual, yang tidak hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan. Dengan demikian dimensi spiritual
merupakan salah satu unsur atau aspek yang membentuk manusia secara
utuh.

Spiritualitas merupakan kepercayaan dasar akan adanya suatu


kekuatan besar yang mengatur alam semesta. Spiritualitas merupakan
kekuatan yang menyatukan, memberi makna pada kehidupan dan nilai-nilai
individu, persepsi, kepercayaan dan keterikatan di antara individu.
Spiritualitas memiliki 4 karakteristik yang harus terpenuhi yaitu hubungan
dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain,
dan hubungan dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan
untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.

Spiritulitas dapat meningkatkan kesehatan mental terhadap suatu


diagnosis penyakit kronis. Kekuatan spiritual seseorang yang rendah dapat
menimbulkan permasalahan psiko- sosial di bidang kesehatan. Penelitian
Sujana, dkk tahun 2017 menyatakan dimensi kebutuhan terhadap keyakinan
merupakan dimensi kebutuhan spiritual keluarga yang paling utama,
terutama pada keluarga dengan anak penyakit kronis.
Penyakit kronis didefinisikan sebagai suatu keadaan sakit, atau
ketidakmampuan baik itu psikis, kognitif maupun emosi, berlangsung
minimal 6 bulan yang memerlukan intervensi medis secara terus-menerus
untuk merawat episode akut atau masalah Kesehatan yang timbul berulang
(Wilkes et al, 2008). Berbagai macam penyakit yang diderita anak yang
menderita penyakit kronis diantaranya : asma, diabetes melitus, kelainan
jantung bawaan, epilepsy, kanker, HIV/AIDS, anemia, obesitas, penyakit
bawaan dari lahir, penyakit mental dan penyakit yang berhubungan dengan
ketidakmampuan seperti autis, hiperaktif, dan kecacatan (Boyse, 2008).

Lebih dari 10 % populasi anak-anak di dunia menderita penyakit


kronis dan 1-2% diantaranya dalam kondisi yang sangat serius (Eiser, 2008).
Berdasarkan paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang
masih bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
individual mereka. Lingkungan yang mendukung tersebut salah satunya
adalah keluarga (Supartini, 2004).

Keluarga pasien yang anggota keluarganya menderita penyakit kronis,


mengalami kecemasan yang tinggi. Jika keluarga cemas maka keluarga
sebagai sumber daya untuk perawatan pasien tidak berfungsi dengan baik.
Selain itu kecemasan keluarga dapat dikomunikasikan atau ditransfer
kepada pasien sehingga berakibat memperparah penyakit dan menghambat
proses penyembuhan. Menurut penelitian (Stuart & Sunden,2008), Model
perawatan dipusatkan pada keluarga (family centered model) adalah konsep
yang memperlakukan pasien dan keluarga sebagai bagian yang tidak
terpisahkan. Suatu pendekatan holistik dalam perawatan kritis mensyaratkan
agar keluarga dimasukkan dalam rencana keperawatan. Dalam hal ini
perawat harus memperhatikan kebutuhan keluarga, yang menurut (Hawari,
2011), terdiri dari jaminan mendapatkan pelayananan yang baik, kedekatan
keluarga dengan pasien, memperoleh informasi, kenyamanan saat
menunggu, dan dukungan dari lingkungan. Keluarga dalam hal ini adalah
orang tua yang memiliki peran yang penting dalam kesehatan dan
kesejahteraan anak. Keluarga merupakan sumber dukungan utama dan
kekuatan bagi seorang anak (Keyle & Carman, 2014).

Banyak penelitian yang telah mendokumentasikan hubungan yang


signifikan antara spiritualitas dengan kesehatan jiwa, fisik, dan kesehatan
fungsional. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Gallagher et al
(2015) dengan metode kuantitatif dan kualitatif terhadap 32 orang tua
dengan anak yang mengalami gangguan perkembangan, penelitian ini
menunjukan terdapat hubungan positif antara spiritual dengan tingkat
depresi orang tua artinya semakin tinggi tingkat spiritual orang tua semakin
rendah tingkat depresinya.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai


kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu pasien dan keluarga memenuhi kebutuhan dasar yang holistik
meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Hal ini berarti dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, individu dan masyarakat.
Perawat tidak hanya mampu berperan memenuhi aspek biologis atau
penyakit saja, tetapi juga mampu memenuhi aspek psikologi, sosial dan
spiritual (Gaffar, 1999).

Menurut Hamid (2000) seorang perawat harus membantu memenuhi


kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan yang menyeluruh,
antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien
tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai keyakinan
spiritual atau keagamaan yang sama. Namun fenomenanya dengan berbagai
alasan perawat justru menghindar untuk memenuhi kebutuhan spiritual
karena kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan
pendidikan tentang dimensi kebutuhan spiritual, atau pemenuhan kebutuhan
spiritual bukan menjadi tugasnya melainkan tugas dari pemuka agama.
Selain itu, klien sering melaporkan kebutuhan spiritual dan eksistensialnya
tidak terpenuhi, padahal dukungan spiritual tersebut juga berhubungan
dengan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik (Büssing & Koenig,
2010).

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian mengenai gambaran


penanganan kecemasan keluarga dengan anak yang menderita penyakit
kronis melalui terapi spiritualitas sangat penting untuk dilakukan sebagai
langkah meningkatkan peran perawat dalam memberikan dukungan kepada
keluarga dan pasien.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penanganan kecemasan keluarga dengan anak

yang menderita penyakit kronis melalui terapi spiritualitas

b. Tujuan Khusus

Mendeskripsikan gambaran karakteristik demografi keluarga dengan

anak yang menderita penyakit kronis

C. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mengetahui pentingnya dukungan spiritualitas melalui

pemberian terapi spiritual yang diberikan pada keluarga. Sehingga,

mahasiswa ketika praktik klinik diharapkan tidak hanya berfokus pada

kebutuhan biologis terhadap perawatan pasien tetapi tetap membantu

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan referensi bagi sivitas akademika sehingga dapat


digunakan sebagai masukan dalam kurikulum pendidikan mengenai

dukungan spiritual yang dapat diberikan keluarga. Diharapkan

penelitian ini dapat menjadi acuan bagi dosen untuk melakukan

pengabdian masyarakat dengan memberikan pendidikan kesehatan pada

keluarga pasien, mahasiswa keperawatan, dan perawat klinik mengenai

pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga dengan anak yang

menderita penyakit kronis

c. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan gambaran bagi perawat tentang pentingnya pemberian

terapi spiritual yang diberikan pada keluarga dengan anak yang

menderita penyakit kronis. Perawat diharapkan dapat mengoptimalkan

perannya dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh.

d. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan khususnya

di bidang perawatan rumah sakit dalam mengevalusi perawat terhadap

pemberian terapi spiritual kepada keluarga dengan anak yang menderita

penyakit kronis dan sebagai dasar untuk merencanakan peningkatan

asuhan keperawatan spiritual secara optimal.

e. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

mengenai penanganan kecemasan keluarga dengan anak yang menderita

penyakit kronis terhadap asuhan keperawatan spiritual, intervensi

perawat terkait pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kanker dan


faktor- faktor yang menghambat pemenuhan kebutuhan spiritualitas

pada pasien kanker.

Anda mungkin juga menyukai