TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dasar adanya kekuatan tertinggi yang mengatur seluruh
kehidupan, dan memiliki makna ataupun arti serta tujuan dalam kehidupan. Spiritualitas
merupakan salah satu kebutuhan dasar pasien yang perlu dipenuhi, khususnya bagi pasien
dalam kondisi kritis maupun terminal yang berada di ruang perawatan intensif. Seseorang
yang menghadapi kondisi kritis atau yang berada di ruang ICU umumnya merasa ketakutan
terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, dan kematian. Stres karena penyakit kritis dan rasa takut
akan kematian dapat memicu pertentangan terhadap kepercayaan atau spiritualitas pasien,
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien adalah salah satu perilaku profesional seorang
perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar yang holistik bagi pasien. The International
Council of Nurses Code of Ethics for Nurses mengakui bahwa aspek spiritual pada asuhan
keperawatan adalah tugas yang perlu dilakukan oleh semua perawat.Perawat adalah kelompok
terbesar dalam sistem pelayanan kesehatan yang memberikan perawatan pada pasien setiap
hari, maka mereka yang paling memungkinkan untuk menghadapi pasien dengan kebutuhan
spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dapat ditunjukkan dengan rasa empati, kasih
sayang, mendengarkan cerita pasien, berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien, merawat
pasien dengan hormat, membantu pasien dalam menemukan makna dan tujuan hidup,
mendukung mereka dengan budaya dan keyakinan agama mereka, memulihkan iman atau
kepercayaan mereka, dan menemukan harapan bagi pasien.
Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah
distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala
fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual
keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah
kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang
dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Hamid, 2008). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah kondisi dimana pasien
mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya kekuatan,
harapan, dan arti kehidupan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hupcey pada 45 pasien
yang dirawat selama tiga hari di Intensive Care Unit menunjukkan bahwa mereka mengalami
distress spiritual. Distress spiritual dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan
penyesuaian terhadap penyakit, putus asa, gangguan harga diri, kesulitan tidur, dan merasa
bahwa hidup ini tidak berarti.
Menurut Taylor dan Craven dan Hirnle dalam Ummah (2016) menyebutkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya:
Penilaian spiritualitas dalam perawatan paliatif merupakan suatu isu sentral dalam banyak
kebudayaan. Dalam hal ini, pasien LLI yang menderita secara rohani telah menunjukkan bahwa
penderitaan mereka telah diperparah dengan adanya gejala fisik dan emosional mereka. Menilai
kebutuhan rohani dan sumber daya serta perawatan spiritual sangat dibutuhkan untuk merawat
pasien dengan penyakit LLI (Benito, et al., 2014). Beberapa instrument penilaian spiritual telah
dikembangkan dan digunakan secara luas dalam beberapa tahun terakhir, seperti Palliative Care
Outcome Scale, the Ironson Woods Spirituality/Religiousness Index Short Form, the World
Health Organization’s Quality of Life Measure Spiritual Religious and Personal Beliefs, dan the
Spiritual Needs Assesment for Patients , the Functional Assessment of Chronic Illness, Therapy-
Spiritual Well Being (FACIT-Sp) (Benito, et al., 2014).
Hal ini dapat membantu memfasilitasi dan ekplorasi secara mendalam tentang komponen
yang dapat membentuk kesejahteraan spiritual seperti kedamaian, makna dan iman. Subskala
kesejahteraan spiritual yang terdiri dari 12 item itu disebut sebagai FACIT Sp-12 (Bredle, et al,
2011). Total skor dalam penilaian ini yaitu 0 sampai 48, dengan skor yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat spiritualitas yang lebih tinggi (Martoni, et al, 2017). FACIT-Sp-12 juga
telah diadaptasi untuk digunakan oleh populasi umum dan terdapat pula berbagai versi lain
(Bredle, et al, 2011).
Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan keyakinan
spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius. Profesional
kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari pentingnya memenuhi 'kebutuhan
spiritual dan keagamaan' pasien (Woodruff , 2004)
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan isu
sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang
menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati, bahkan pada
pasien yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius non-terminal (Ferrell & Coyle,
2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60
tahun menemukan hiburan dalam ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran di saat sakit parah
mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka
dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan
memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah
menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik (Ferrell & Coyle, 2007: 1171 8).
Definisi Agama
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan
makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama
atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang
apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik
agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi,
pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa,
musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin
mengandung mitologi.
Sumber :
CHIK, Hasimah; SA'ARI, Che Zarrina; CHIN, Loh Ee. Peranan Spiritual Dalam Rawatan
Paliatif. Jurnal Akidah & Pemikiran Islam, [S.l.], v. 19, n. 2, p. 107-142, dec. 2017.
ISSN 2550-1755. Available at:
<https://ejournal.um.edu.my/index.php/afkar/article/view/10275>. Date accessed: 21 feb.
2019. doi: https://doi.org/10.22452/afkar.vol19no2.4.
Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM MEWUJUDKAN
PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm. 113-132. Semarang. http://e-
journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/662
Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TerhadaP Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui sistem
layanan Bimbingan Rohani islam di Rumah sakit”. Vol. 5, No. 2, Desember
2014.Semarang. http://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/JIK/article/view/119