Di Susun Oleh :
Riska (R2214201032)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan memandang manusia merupakan makhluk yang unik dan
komplek yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif pada
manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan
spiritual. Sehimgga dalam melakukan hubungan profesionalisme perawat klien
sepatutnya dilakukan secara keseluruhan tanpa melupakan bagian-bagian yang lain
(Barbara, 2008).
Keterkaitan antara dimensi spiritual dan kesehatan menjadi sangat penting.
Pada tahun 1984 Organisasi Kesehatan seDunia (WHO) telah menambahkan
dimensi spiritual sebagai salah satu dari empat pilar kesehatan yaitu kesehatan
manusia seutuhnya meliputi sehat jasmani/fisik (biologis), sehat secara kejiwaan
(psikiatrik/psikologi), sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual
(kerohanian/agama).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kebutuhan agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa dengan Tuhan (Hamid,
2009).
Dalam penelitian Fanada (2012), menyatakan bahwa pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan spiritual yang baik dapat menurunkan kecemasan
pada pasien. Hal ini kemudian sesuai dengan Good (2010), bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara spiritual dengan penurunan resiko depresi pada pasien
dalam proses pengobatan. Penelitian Sulmasy (2002) juga mengatakan bahwa
terpenuhinya kesehatan spiritual pasien akan dapat membantu mereka beradaptasi
dan melakukan kopping terhadap sakit yang dideritanya.
Pada Desember 2013 presentase kepuasan pasien didapatkan sebanyak 93%,
yang terdiri dari Tangigles (aspek yang terlihat secara fisik, misal peralatan dan
personal) sebanyak 92,1%, Reliability (kemampuan untuk memiliki performa yang
bisa diandalkan dan akurat), sebanyak 93,68%, Responsiveness (kemauan untuk
merespon keinginan atau kebutuhan akan bantuan dari pelanggan, serta pelayanan
1
yang cepat) sebanyak 89,8%, Assurance (kemampuan para personal untuk
menimbulkan rasa percaya diri dan aman kepada pelanggan), dan Empathy
(kemauan personal untuk perduli dan memperhatikan setiap pelanggan) sebanyak
94,7%.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual
Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti
nafas atau udara. spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan
arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek
kehidupan seseorang( Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada
masing-masing individu (Farran et al, 1989).Masing-masing individu memiliki
definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup.
Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal
(hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib) . Spiritual adalah suatu
kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya,
kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti
dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk
pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural).
Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien untuk
meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu
menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang
terjadi pada diri individu tersebut.
3
semangat untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai
kesejahteraan.Sebagai contoh orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan
menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari Tuhannya.
D. Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke dalam
empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :
1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan
pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari
interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut,
Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar.
Kepercayaan atau keyakinan pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau
meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada
masa prasekolh kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada
dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang
seakilingnya dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah
4
mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang
kegiatan keagamaan.
2. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di tandai
dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa
takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan
keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada
keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui
meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai
membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila
pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan
proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara
kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini,
pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus
dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat
dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan
terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang
dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih
mengerti akan kepercayaan dirinya.
5
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh
seseorang dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan
keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri
kepada penciptanya.
G. Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau berisiko mengalami ganguan dalam kepercayaan atau sistem yang
memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan
pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam
system kepercayaan, adanya gangguan yang berlebih dalam mengartikan hidup,
mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya
6
keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis,
menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti
nafsu maakan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat.
Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai
seperti adanya aborsi.
Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam
kegiatan keagamaan.
H. Pengkajian Spritual
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan
terhadap masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan,
keraguan akankepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang
kosong, dan pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang
menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh,
beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.
Ketaatan dan keyakinan klien
Tanggung Jawab diri dan kehidupan
Kepuasan hidup klien
Budaya
Hubungan dengan masyarakat
Praktek keagamaan
Pekerjaan
Harapan klien
I. Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan
ritual spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan
dan krisis penyakit, penderitaan, atau kematian.
7
J. Perencanaan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa
dan beribadah secara rutin.
2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik
keyakinan dan alternative pemecahannya.
4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
5. Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
6. Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun dapat dinilai dari perubahan
untuk melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah,
adanya ungkapan atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau
keberadaannya, wajah yang menunjukkan rasa damai, kerukunan dengan orang
lain, memilki pedoman hidup, dan rasa bersyukur.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan
beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual
juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai
dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila
pemahamannya dibatasi. Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual
tampak untuk pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat
aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika
terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis,
kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu mendorong klien
untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien
mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai
perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kami dapat mengemukakan
beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara
lain :
1. Diharapkan agar mahasiswa (i) dapat menguasai dan menerapkan konsep
kesehatan spiritual ini. Terus mengembangkan dalam tindakan nyata pada
kehidupan dimasyarakat.
2. Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran
bagi ilmu keperawatan.
3. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Ahmad Alimul Hidayat. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba
Medika
Barbara. 2008. “theory of integral nursing. Advances in Nursing Science. Vol. 31, No.
1, pp. E52-E73
Fanada, Mery. 2012. “perawat dalam penerapan therapi psikoreligius untuk menurunkan
tingkat stres pada pasien halusinasi pendengaran di rawat inap bangau rumah sakit
ernaldi bahar palembang. Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan.
Hamid, A.Y.S. 2009. Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
Saryono, Anggriyana Tri Widianti. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM).Yogyakarta : Nuha Medika.
10