Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOSOSIAL BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

KONSEP PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


(KESEHATAN SPIRITUAL)

Dosen :Esrom Kanine, M.Kep.Ns. Sp,Kep

OLEH
KELOMPOK II

1. ANGGUN PITASARI 4. CICIYANTO TUMBALI


2. AUDRY MAATOKE 5.CHIKA EKA PUTRI MOKAIT
3. ATIKAH REZKIA ARSYAD 6. CINTHIA WYM PARAISU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO


PRODI POFESI NERS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Keperawatan memandang manusia merupakan makhluk yang unik dan komplek yang
terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi
biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Sehimgga dalam melakukan hubungan
profesionalisme perawat klien sepatutnya dilakukan secara keseluruhan tanpa melupakan bagian-
bagian yang lain (Barbara, 2008).
Keterkaitan antara dimensi spiritual dan kesehatan menjadi sangat penting. Pada tahun
1984 Organisasi Kesehatan seDunia (WHO) telah menambahkan dimensi spiritual sebagai salah
satu dari empat pilar kesehatan yaitu kesehatan manusia seutuhnya meliputi sehat jasmani/fisik
(biologis), sehat secara kejiwaan (psikiatrik/psikologi), sehat secara sosial, dan sehat secara
spiritual (kerohanian/agama).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kebutuhan
agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf dan pengampunan, mencintai, menjalin
hubungan penuh rasa dengan Tuhan (Hamid, 2009).
Dalam penelitian Fanada (2012), menyatakan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan pendekatan spiritual yang baik dapat menurunkan kecemasan pada pasien. Hal ini
kemudian sesuai dengan Good (2010), bahwa terdapat hubungan yang kuat antara spiritual
dengan penurunan resiko depresi pada pasien dalam proses pengobatan. Penelitian Sulmasy
(2002) juga mengatakan bahwa terpenuhinya kesehatan spiritual pasien akan dapat membantu
mereka beradaptasi dan melakukan kopping terhadap sakit yang dideritanya.
Pada Desember 2013 presentase kepuasan pasien didapatkan sebanyak 93%, yang terdiri
dari Tangigles (aspek yang terlihat secara fisik, misal peralatan dan personal) sebanyak 92,1%,
Reliability (kemampuan untuk memiliki performa yang bisa diandalkan dan akurat), sebanyak
93,68%, Responsiveness (kemauan untuk merespon keinginan atau kebutuhan akan bantuan dari
pelanggan, serta pelayanan yang cepat) sebanyak 89,8%, Assurance (kemampuan para personal
untuk menimbulkan rasa percaya diri dan aman kepada pelanggan), dan Empathy (kemauan
personal untuk perduli dan memperhatikan setiap pelanggan) sebanyak 94,7%.

B.     Tujuan Penulisan
a.     Mengetahui konsep kesehatan spiritual secara umum
b.      Mampu menganalisa hal-hal yang mempengaruhi kesehatan spiritual individu
c.      Mampu mengaplikasikan konsep kesehatan spiritual dilahan praktek
BAB II
PEMBAHASAN

A.            Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual


Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa  latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara. spirit  memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal
apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan
seseorang( Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu
(Farran et al, 1989).Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai
spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide
mereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib) . Spiritual adalah
suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya,
kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam
kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana
akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang
mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri. Kesehatan spiritual
berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan
dimensi lain (fisiologis,psikologis,sosiologis,kultural).  Peran   perawat   adalah  bagaimana
perawat   mampu mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai
kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap
berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.

B.        Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit


Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat ajaran baik dan
larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya
minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila
di konsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami
kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga
dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan.Sebagai contoh orang sakit
dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari
Tuhannya.

C.         Hubungan Keyakinan dengan Pelayanan Kesehatan


Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin
dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada
yang mampu membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual.Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat
pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan  kesehatan,
di  mana  kebutuhan  dasar  manusia  yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak
hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.

D.        Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke dalam empat
tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu :
1.    Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman.
Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain
dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut, Pada masa ini, anak belum
mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan pada masa ini
mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur
dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolh kegiatan keagamaan yang dilakukan
belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas
keagamaan orang seakilingnya dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak
biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang
kegiatan keagamaan.
2.    Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di tandai dengan
adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat
mereka semakin merasa  memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan
spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual
seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah
mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan
kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3.    Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses
npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai
bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat
rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala
pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini,
timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4.    Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri,
perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang
dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti
akan kepercayaan dirinya.

E.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


1.    Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.
2.    Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi
dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehungga proses
pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4.    Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat
menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5.    Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan     
keberadaan     dirinya    dengan    Tuhan,     dan    selalu  mendekatkan diri kepada
penciptanya.
F.      Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual
1.    Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain
kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2.    Pasien Ketakutan dan cemas.Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan
pasien kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3.    Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
4.    Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat
seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup kea rah yang lebih baok, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.
G.      Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
berisiko mengalami ganguan dalam kepercayaan atau  sistem  yang  memberikannya
kekuatan,  harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya gangguan
yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian
dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik
seperti nafsu maakan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau
dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti
adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan.
H.    Pengkajian Spritual
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan
terhadap masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan, keraguan
akankepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan
pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah
spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan
pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.
1. Ketaatan dan keyakinan klien
2. Tanggung Jawab diri dan kehidupan
3. Kepuasan hidup klien
4. Budaya
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Praktek keagamaan
7. Pekerjaan
8. Harapan klien
G.      Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual
spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis
penyakit, penderitaan, atau kematian.
H.      Perencanaan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
1.    Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan
beribadah secara rutin.
2.    Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
3.    Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan
alternative pemecahannya.
4.    Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
5.    Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
6.    Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya

I.    Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan atau
perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang
menunjukkan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memilki pedoman hidup, dan rasa
bersyukur.
J. Artikel Jurnal
Judul Artikel: Pentingnya Aspek Spiritual Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Hemodialisa
Hasil : Enam artikel dipakai dalam review. Empat artikel menyarankan komponen-
komponen kesejahteraaan spiritualitas harus dipertimbangkan dan dirumuskan
dalam program perawatan pasien dengan hemodialisa, untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, kualitas tidur, mengurangi kecemasan dan rasa takut akan
kematian. Salah satu artikel menyarankan agar perawat dialisis membuat
program-program yang mendukung kegiatan spiritualitas pasien predialisis dan
dialisis. Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
holistic (biopsikososiospiritual), selain perawatan fisik perawat juga memberikan
perawatan dengan pendekatan spiritual (Spiritual care). Doa dan sholat
merupakan aktivitas yang dapat memperbaiki pasien dan membantu mengurangi
kecemasan dan rasa takut akan kematian.
Metode: Menggunakan database dengan penelusuran elektronik pada EBSCO, Google,
Google Scholar, ProQuest dan PubMed yang dipublikasikan pada tahun 2013-
2017
BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa
kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. Dalam hirarki
kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan yang mengandung arti dari
kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural).  Peran  
perawat   adalah  bagaimana  perawat   mampu mendorong klien untuk meningkatkan
spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan
mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.

B.       Saran
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kami dapat mengemukakan beberapa saran
yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain :
1.    Diharapkan agar mahasiswa (i) dapat menguasai dan menerapkan konsep kesehatan
spiritual ini. Terus mengembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan dimasyarakat.
2.     Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu
keperawatan.
3.    Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA
     Azis, Ahmad Alimul Hidayat. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika

      Barbara. 2008. “theory of integral nursing. Advances in Nursing Science. Vol. 31, No. 1, pp.
E52-E73

      Fanada, Mery. 2012. “perawat dalam penerapan therapi psikoreligius untuk menurunkan


tingkat stres pada pasien halusinasi pendengaran di rawat inap bangau rumah sakit ernaldi
bahar palembang.  Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan.

      Good, Jenifer J. 2010. Desertasi. Integration of spirituality and cognitif-behavioral Therapy for


the Treatment of Depression. PCOM. Psycology Disertation. Paper 55

      Hamid, A.Y.S. 2009. Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
      Saryono, Anggriyana Tri Widianti. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM).Yogyakarta : Nuha Medika.

      Sulmasy, Daniel P. 2002. A Biopsychosocial-spiritual Model for the care of Patient at the end of
life. The Gerontolegic Vol. 42, Spesial Issue III, 24-33, rho Geronblegiml Society of
Amerika.

Link jurnal: http://jurnasional.ump.ac.id/index.php/HMJ/article/view/3004

Anda mungkin juga menyukai