Anda di halaman 1dari 10

Devy Maulina Pardede

Kamis, 21 April 2011

Konsep Kesehatan Spiritual

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Klien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat
yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai
seorang manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis,
psikologis, sosiologis, psikologis dan spiritual.

           Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan
menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami
mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai
kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera.

          Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa
pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak
saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual
klien. Sehingga, pada nantinya klien akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya
terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga   kesejateraan   dalam  aspek spiritual.
Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu
secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi
yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari
seorang perawat sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien.

B.      Tujuan
1. Tujuan Umum
a)     Untuk memenuhi tugas dari Bapak dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar
manusia I (KDM I).
b)     Untuk mengetahui dan menambah wawasan lebih banyak pengetahuan KDM I tentang “
Konsep Kesehatan Spiritual “.

2. Tujuan Khusus
a)     Mahasiswa mengetahui konsep kesehatan spiritual
b)     Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep kesehatan spiritual
c)      Mahasiswa memiliki landasan pengetahuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yang berhubungan dengan spiritual.

C.     Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode kepustakaan yang kami
ambil dari beberapa buku yang ada di perpustakaan akper Pemkab Kapuas. Selain
menggunakan metode kepustakaan kami juga mencari materi dari internet.

D.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Sebagai langkah awal dalam makalah ini adalah menggunakan latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan itu sendiri
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini mengkaji tentang isi dari makalh ini, yang menjelaskan dan uraian yang
berhubungan dengan  konsep kesehatan spiritual.
BAB III PENUTUP
Dari pembahasan sebelumnya kita dapat menarik kesimpulan dan saran yang di tujukan bagi
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual


Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa  latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara. spirit  memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal
apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan
seseorang( Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu
(Farran et al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai
spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide
mereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan
transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib) . Spiritual adalah
suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya,
kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam
kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana
akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan
yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri. Kesehatan spiritual
berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan
dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural).  Peran   perawat   adalah  bagaimana
perawat   mampu mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai
kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap
berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.

B.      Hubungan Spiritual, Sehat, dan Sakit


Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat ajaran baik dan
larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya
minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila
di konsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami
kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga
dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh orang sakit
dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari
Tuhannya.

C.     Hubungan Keyakinan dengan Pelayanan Kesehatan


Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,
tidak ada yang mampu membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam
pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam
memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih
pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan
kesehatan,  di  mana  kebutuhan  dasar  manusia  yang diberikan melalui pelayanan kesehatan
tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat
membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
D.     Perkembangan Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut Westerhoff’s di bagi ke dalam empat tingkatan
berdasarkan kategori umur, yaitu :
1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan
pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi
dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut, Pada masa ini,
anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan
pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti
berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolh kegiatan
keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual
mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang seakilingnya dalam hal ini keluarga.
Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa,
serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di
tandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan
rasa takjub membuat mereka semakin merasa  memiliki dan berarti akan
keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan
akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa
kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui
keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi,
akan timbul kekecewaan.
3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali
dengan proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara
kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini,
pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan
dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara
rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap
kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri
sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang
dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih
mengerti akan kepercayaan dirinya.

E.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


1.       Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap
Tuhan.
2.      Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
3.      Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehungga proses
pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4.      Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat
menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5.       Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan     
keberadaan     dirinya    dengan    Tuhan,     dan    selalu  mendekatkan diri kepada
Penciptanya.

F.      Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual


1.       Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan
Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2.      Pasien Ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan
pasien kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3.       Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu
membutuhkan bantuan spiritual.
4.       Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat
seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup
dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup kea rah yang lebih baok, maka pasien akan lebih membutuhkan
dukungan spiritual.

G.     Masalah Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress
spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
berisiko mengalami ganguan dalam kepercayaan atau  sistem  yang  memberikannya
kekuatan,  harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan, adanya gangguan
yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian
dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda
seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik
seperti nafsu maakan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem
nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam
kegiatan keagamaan.
H.     Pengkajian Spritual
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual antara lain adanya ungkapan
terhadap masalh spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian dan penderitaan, keraguan akan
kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan pengakuan
akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah spiritual adalah
kehilangan salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan,
prosedur invasive, dan lain-lain.
1. Ketaatan dan keyakinan klien
2. Tanggung Jawab diri dan kehidupan
3. Kepuasan hidup klien
4. Budaya
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Praktek keagamaan
7. Pekerjaan
8. Harapan klien
G.   Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual
spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis
penyakit, penderitaan, atau kematian.

H.     Perencanaan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa
dan beribadah secara rutin
2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan
ibadah.
3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik
keyakinan dan alternative pemecahannya.
4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
5. Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
6. Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
I.     Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun dapat dinilai dari perubahan untuk
melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan
atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang
menunjukkan rasa damai, kerukunan dengan orang lain, memilki pedoman hidup, dan rasa
bersyukur.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa
kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk pemenuhan
yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis, sosiologis,
kultural).  Peran   perawat   adalah  bagaimana  perawat   mampu mendorong klien untuk
meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi,
menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri
individu tersebut.

B.      Saran
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka kami dapat mengemukakan beberapa saran yang
mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain :
1.       Diharapkan agar mahasiswa (i) dapat menguasai dan menerapkan konsep kesehatan
Spiritual ini. Terus mengembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan dimasyarakat.
2.       Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu
keperawatan.
3.       Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.

Daftar Pustaka: A. Azis Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika

 
Diposting oleh Devy_Pardede di 06.29 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih BaruBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Pengikut

Arsip Blog

 ▼  2011 (2)

o ▼  April (2)

 Memperkuat Identitas Pada Ketahanan Nasional

 Konsep Kesehatan Spiritual

Mengenai Saya

Devy_Pardede
Aku adalah aku… Aku bukan kamu,, aku bukan dia… Aku bukan siapa2… Aku
hanya manusia yg tak prnh lepas dri kesalahan… berusaha untuk jdi yg terbaik...

Lihat profil lengkapku


Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai