DISUSUN OLEH :
ROSALINDA (200.14.008)
DOSEN PEMBIMBING :
1. Drs. WIMPI
2. TRILLIA., S.pd., M.Kes
V. Henderson (1980)
Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang sehat
maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki.
Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik dengan pasien untuk
menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya. apabila kemandirian tidak berhasil
diciptakan maka perawat membantu mengatasi hambatan. apabila penyakit tidak dapat
disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia, maka perawat berusaha agar pasien dapat
meninggal dengan tenang.
Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III
Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang
berwenang.
2.2 PENGERTIAN IMPLIKASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
keterlibatan atau keadaan terlibat (nomina)
Contoh:
~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;
sumber: kbbi3
yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal
dari penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama
yang disajikan dalam model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat
dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi
manajerial memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi
yang digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan
mengenai bagian-bagian metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik
dan bagian mana yang relatif sulit serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk
mengatasi berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam
literatur mengenai metode penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian ini
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian
lainnya untuk memudahkan atau untuk meningkatkan mutu dari penelitian
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media
massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu
akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian
besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat
terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995)
menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara
tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social
(Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat
diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan
pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993)
perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan
sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam
dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam
proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan
keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan
di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun
perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini
sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan
ini.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/
mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti
budaya klien (Leininger, 1991).
Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut
Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji :
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
C. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang
dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi
budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien
bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di pahami oleh
klien dan orang tua.
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing - masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempert
ahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar
belakang budaya pasien.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil
penelitian yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
1. Keperawatan
2. Mempertahankan budaya
3. Perilaku sehat-sakit
4. Negosiasi budaya
5. Restrukturisasi
6. Budaya
7. Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi ).
SARAN
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cultural Diversity in Nursing, Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Ditelusuri tanggal 09 November 2015
”http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing”
http://Transcultural NursingModels ; Theory and Practice,
http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi-penggunaan.html
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf
http://wwwpusink.blogspot.co.id/p/hubungan-antara-lingkungan-dan-perilaku.html
http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html
Diposting oleh rosa Linda di 05.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
rosa Linda
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2016 (43)
o ▼ Februari (43)
KONSEP DASAR ILMU KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN
MAKALAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS CA MAMMAE
CONTOH PROPOSAL WIRAUSAHA PROGRAM PANGAN
SEHAT PE...
MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN IMPLIKASI
TRANSKULTU...
MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN IMPLIKASI
ANTROPOLOG...
DIAGNOSA NANDA TOSILITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TONSILITIS
CONTOH KASUS DALAM KEPERAWATAN BESERTA
JAWABAN
pengertian dokumentasi keperawatan dan jenis-jenis...
BENTUK DOKUMENTASI KEPERAWATAN
PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT PEDOKUMENTASIAN
KEPERAW...
EXAMPLE CORVERSIATION ABOUT SICKNESS CONSULT
FORMAT PATIENTS FORM
SISTEM KADERISASI DALAM MUHAMMADIYAH
PERMUSYAWARATAN DALAM MUHAMADIYAH
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
MUHAMMADIYAH...
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PRINSIP- PRINSIP KOMUNIKASI TERAUPETIK (Damaiyanti...
KONSEP OKSIGENISASI
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
KDM (KEBUTUHAN DASAR MANUSIA) KONSEP
KEBUTUHAN RAS...
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DHF (Dengue Haemorraghic ...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN “ N “DENGAN
KASUS...
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri b.d Radang Pada Parenk...
Makalah kebutuhan dasar manusia
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
INTOLERANS...
Konsep dasar dalam Berbicara untuk presentasi
konsep Nyeri dan Radang dalam ILmu Patologi
KONSEP DASAR PATOLOGI
Etika dalam penerapan ilmu keperawatan
Menu-menu pada Microsoft word 2007
Pengertian masyarakat madani
Paradigma keperawatan
Bagaimana perencanaan tindakan keperawatan
Evaluasi dan Validasi keperawatan
Berpikir Kritis dalam keperawatan
KONSEP ELIMINASI URINE
ASUAHAN KEPERAWATAN pada MASALAH KEBUTUHAN
ELIMINA...
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
INTOLERANSI...
Artikel Ilmiah (karya ilmiah, tesis dan disertasi)...
jenis dan topik karangan
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.