Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

“IMPLIKASI TRANSTRUKTURAL DALAM


KEPERAWATAN”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Fadhilla Elsa Khairani


NIM : PO.71.20.1.20.065
Mata Kuliah : Antopologi Kesehatan
Dosen Pengampu : Imelda Erman, S.Kep, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat


Allah Ta’ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah
yang berjudul, “IMPLIKASI TRANSTRUTURAL DALAM
KEPERAWATAN” dapat kami selesaikan dengan baik. Saya berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca
tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa
keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya film. Begitu pula
atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah


ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran
seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih
baik pada kesempatan berikutnya.

Palembang 01 Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya


pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi
mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia
itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.

Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila


budaya pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan
dan implemenasi keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan
yang telah di miliki klien, sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan stategi
yang kedua yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing ?
2. Apa Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing ?
3. Apa Komponen Dalam Pengkajian Transkultural Nursing?
4. Apa Gambaran Masyarakat Tentang Kasus Berhubungan Dengan
Transkultural Nursing ?
5. Study Kasus Transkultural Nursing ?
6. Menyusun Dan Melaksanakan Tindakan Keperawatan Transkultural
Nursing?
7. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan
2. Untuk mengetahui pengertian keperawatan.
3. Untuk mengetahui pengertian implikasi.
4. Untuk mengetahui pengertian transkultural.
5. Untuk mengetahui bagaiman implikasi transkultural dalam praktek
keperawatan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Transkultural Nursing


Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaanh dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002)

B. Pengertian Keperawatan
Virginia Henderson (1978) Perawatan adalah upaya membantu
individu baik yang sehat maupun sakit untuk menggunakan kekuatan,
keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau
meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong
individu agar tidak menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam
waktu secepat mungkin.
Lokakarya Keperawatan (1983) Perawatan adalah pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.

C. Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing


Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995).
D. Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing
diagnosa keperawatan transkultural merupakan pengkajian dan penilaian
tentang respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu
dan kiat, bentuk pelayanan bio-psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap
respons manusia pada masalah kesehatan aktual atau professional dan
situasi kehidupan (Nusing: A Social Policy Statement,
1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan
definisi ilmiah yang berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki
sekumpulan pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk
memberikan pelayanan kepada klien. Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau
asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan professional, holistic
berdasarkan ilmu dan kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh
kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau
melalui upaya kolaborasi.

Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu


sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah
yang berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas
berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam
mengelola asuhan keperawatan.
2. Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.
3. Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian
untuk hidup sehat.
4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional.
5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai
dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk
menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan
perannya.
Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:
1. Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-
undangan.
2. Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3. Melakukan konseling.
4. Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5. Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja.
6. Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan serta masalah primer di perusahaan
7. Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8. Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9. Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan,
mengembangkan dan menganalisa program, pembiayaan, staffing serta
administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun
1989, terdiri dari:
a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b. Peran perawat sebagai advokat klien
c. Peran perawat sebagai edukator
d. Peran perawat sebagai koordinator
e. Peran perawat sebagai kolaborator
f. Peran perawat sebagai konsultan
g. Peran perawat sebagai pembaruan

B. Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti
“berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang
berarti “kebudayaaan”. Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa
Indonesia). Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural
nursing dapat diartikan sebagai keperawatan lintas budaya.

C. Transkultural Dalam Praktek Keperawatan

1. Konsep Perilaku
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus)
dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi
dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru,
orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo
(1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan
terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari
penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih


tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari
perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk
reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan
kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith
(1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat
diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap
dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala. .Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai
proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam
proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan
(input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993).

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang,


sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan
sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor
lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa
sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara
individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda.
Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi
oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku,
dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab
seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

2. Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah
perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
· Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
· Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan
relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya
mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
· Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung
pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan


kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health
seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
a. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang
merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga,
dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang
perilaku kesehatan ini.
b. Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain:
- Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
- Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan)
- Tidak merokok.
- Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
- Istirahat cukup.
- Mengendalikan stres.
- Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya :
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita
dengan lingkungan, dan sebagainya
c. Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons
seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,pengobatan penyakit,
dan sebagainya.
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang
sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role). Perilaku ini meliputi: :
· Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
· Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,
tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya)

D. Implikasi Transkultural Dalam Praktek Keperawatan

1. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan
individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan/ mempertahankan budaya,
mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya klien
(Leininger, 1991).
a. Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
b. Negosiasi budaya . Intervensi dan implementasi keperawatan pada
tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
c. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup
yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut
2. Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir
dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a) Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise
Model"

7 KOMPONEN DALAM PENGKAJIAN TRANSCULTURAL


NURSING

1. Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical


factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah :
agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal


factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan
lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga

7. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

a) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

b) Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik.

c. Cultual care repartening/reconstruction


1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang di pahami oleh klien dan orang tua.
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
6. Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-
masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya
mereka.
7. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidakpercaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.

d) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang
budaya pasien.

E. Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan Dengan


Transkultural Nursing
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem
perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1. Culture care preservation / maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena
budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna
hidup yang diinginkan
2. Culture care accommodation / negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang
ada, yang merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi /
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien
3. Culture care repatterning / restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih
baik. Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan fakta
bahwa persepsi masyarakat tentang terjinya penyakit antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain terdapat perbedaan, hal tersebut bergantung
pada kebudayaan yang ada dan berkembang di dalam mansyarakat tersebut.
Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat, hal tersebut telah menjadi hal yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat
tentang salah satu penyakit. Sebagai contoh adalah persepsi masyarakat di
beberapa pedesaan daerah Papua mengenai penyakit malaria.
· Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang
tumbuh di daerah rawa-rawa. Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka
adalah daerah hutan dengan pepohonan yang lebat. Penduduk desa tersebut
branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang dapat
menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.Pelangaran yang
dilakukan dapat berupa menebang pohon, membabat hutan untuk area
pertanian, dan sebagainya. Siapa yang melanggar ketentuan dari penguasa
gaib tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara
memohon ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari
pohon tertentu yang kemuadian dibuat menjadi ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari kemuadian
penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan
dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya
penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita auatu penuturan secara turun-
temurun tersebut adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi
masyarakat di suatu daerah mengenai timbulnya gejala suatu penyakit.
Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural
nursing. Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa keperawatan
transkultural merupakan kajian mengenai studi tentang budaya dan
kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab
timbulnya fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat mereka
tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah
diperlukan untuk melakukan pengkajian terhadap respon masyarakat seperti
pada contoh di atas mengenai penyebab fenomena timbulnya suatu penyakit
dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan berdasarkan aspek latar
belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat transkultural
selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan
telah terbukti. Sehingga diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari
kebiasaan lama mereka dan merubah cara pandang dan pola piker terhadap
kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan
teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya
pemahaman yang disampaikan tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan
cara-cara tradisional seperti menggunakan dedaunan dengan komposisi
kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi adalah
paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan
metode pemberian mantra atau jampi-jampi oleh pemuka adat atau pun
dukun.

F. Studi Kasus
Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Seorang dokter muda berumur 28 tahun baru saja melahirkan anak
pertamanya, di kamar perawatan dia ditemani oleh suami dan keluarga
termasuk mertuanya. Karena baru selesai melahirkan, sang dokter
tampaknya agak malas untuk menyusui bayinya saat itu dan ingin tidur
sebentar. Melihat hal tersebut ibu mertuanya berkata tidak baik bagi seorang
ibu yang baru melahirkan untuk bermalas-malasan dan tidak segera
menyusui bayinya, menurut ibu mertuanya nanti akan terbawa malas untuk
bekerja di kemudian hari.
Saat yang bersamaan, seorang perawat ada di situ sedang
memeriksa keadaan ibu dan bayi tersebut, dia mengiyakan pendapat dari
mertua dokter itu dengan mengemukakan argumentasinya bahwa kontak
pertama ibu dan anak adalah hal yang sangat baik untuk perkembangan
mental bayi nanti; semakin cepat bayi menyusui akan merangsang produksi
ASI ; semakin cepat bergerak akan lebih cepat ibu mandiri merawat diri dan
bayi.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.

G. Paradigma Transkultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep
dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle,
1995), yaitu :

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien dengan budayanya
saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan
iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah
keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan
bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.

4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
o Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya,misalnya budaya Berolah raga setiap pagi.
o Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.

o Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup
yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.

H. Konsep Dalam Transkultural Nursing


Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan.
1. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
2. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
3. Etnosentris diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik.
4. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
5. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
6. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan
orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
7. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
8. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
9. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk
mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
10. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya
orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.

I. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing


Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk
dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan,
hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang
kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan
agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya,
bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan
dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.
2. Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan
danmengkomunikasikan masalahnya.
3. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
4. Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.
5. Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive
budaya.
6. Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.( Perry AG dan Potter
PA,2006)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikankeperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk
memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang
lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan. Transcultural nursing
adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
1. Keperawatan
2. Mempertahankan budaya
3. Perilaku sehat-sakit
4. Negosiasi budaya
5. Restrukturisasi
6. Budaya
7. Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
dan
pelaksanaan dan evaluasi )

B. Saran
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama
dalam keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan
klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang
membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model
dan konsep dari Peranan Agama dan Kepercayaan dalam Keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan
kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi
pedoman kaidah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi-penggunaan.html
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf
http://wwwpusink.blogspot.co.id/p/hubungan-antara-lingkungan-dan-
perilaku.html
http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html
http://wineralways.blogspot.co.id/2012/05/makalah-peran-agama-dalam-
keperawatan.html
http://www.academia.edu/7087243/ASUHAN_KEPERAWATAN_TRANS
KULTURAL_
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi
dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
NAMA : FADHILLA ELSA KHAIRANI
NIM : PO.71.20.1.20.065
TINGKAT : 2B
MATKUL : ANTROPHOLOGY KEPERAWATAN

SOAL :
1. Suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Adalah
pengertian transkultural nursing menurut…..
a. Leininger 2002
b. Leininger 2003
c. Leininger 2004
d. Leininger 2001
e. Leininger 2000

2. Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Ialah pengertian menurut….
a. Virginia Henderson 1978
b. Leiniger 2002
c. Giger and Davidhizar 1995
d. Lokakarya Keperawatan 1983
e. Lokakarya Nasional 1983
3. keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi pada
praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan
kepada klien. Adalah definisi menurut…..
a. Calilista Roy 1970
b. Calilista Roy 1975
c. Calilista Roy 1974
d. Calilista Roy 1979
e. Calilista Roy 1976

4. Melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem pelayanan


kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang
berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
adalah merupakan….
a. Peran perawat
b. Kaidah-kaidah perawat
c. Pelaksanaan perawat
d. Tugas perawat
e. Peran perawat secara umum

5. Dibawah yang merupan peran perawat secara umum ialah…..


a. Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan
perundang-undangan.
b. Mengembangkan program surveillance kesehatan.
c. Melakukan konseling.
d. Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan
fitness
e. Semua benar

6. Di bawah ini peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan


tahun 1989 ialah kecuai…..
a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b. Peran perawat sebagai advokat klien
c. Peran perawat sebagai provokator
d. Peran perawat sebagai kolaborator
e. Peran perawat sebagai pembaruan

7. Transkultur terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti
“berpindah” atau“suatu perpindahan” dan “kultur” yang berarti….
a. Kerajaan
b. Kejayaan
c. Kekuatan
d. Kemasyarakatan
e. Kebudayaan

8. Tiga Aspek Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dibawah ini kecuali….


a. Perilaku pencegahan penyakit,
b. Perilaku peningkatan Kesehatan
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman)
d. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
e. Semua benar

9. The sick role behavior ialah kata lain dari….


a. Perilaku sakit
b. Perilaku sehat
c. Perilaku sakit-sehat
d. Perilaku peran sakit
e. Perilaku peran sehat

10. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan


nilai- nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya
misalnya
budaya berolahraga setiap pagi, merupakan contoh implikasi
truskutal yaitu….
a. Mempertahankan budaya
b. Mempertahankan negosiasi budaya
c. Negosiasi budaya
d. Restrukturisasi budaya
e. Proses pelayanan budaya

Anda mungkin juga menyukai