DISUSUN OLEH
KELOMPOK : VI (ENAM)
PEMBIMBING :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah.
Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Yth Rekan-rekan satu kelompok yang
telah membantu menyusun makalah ini.
Berkat bantuan, dorongan, dan bimbingannya sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi dalam pembuatan makalah ini dapat teratasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB II
2.1 Definisi Keperawatan………………………………………………... 5
2.2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 15
3.2 Saran-saran……………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang
mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan,
beberapa teori diantaranya adalah Leininger’s konsep model yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diaplikasikan dalam praktik
keperawatan.
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk
keperawatan. Leininger mengembangkan di teorinya dari perbadaan kultur dan
universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
menjadi sumber informasi dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari
pemberian peleyanan yang professional, karena kultur adalah pola kehidupan
masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Culture care adalah
teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas kehidupan
manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai
cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya pasien
pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi
keperawatan diberikan sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien,
sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya.
Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatannya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien
b. Diagnosa transkultural
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3) Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
c. Rencana keperawatan
1) Cultural care preservation/maintenance
Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut
- Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W
yang masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
- Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny
W.Perawat bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W.
- Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang dimilikinya
dengan Ny W yang masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal
gaib.
2) Cultural care accomodation/negotiation
- Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W
seperti bahasa sehari-harinya.
- Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga
Ny W seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.
- Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W
berdasarkan pengetahuan biomedis perawat tersebut.
3) Cultural care repartening/reconstruction
- Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk
memahami informasi yang telah diberikan dan melakukannya.
- Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya
kelompoknya sendiri.
- Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat
dekat Ny W.
- Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa
kesehatan yang mudah dipahami Ny W dan orang tuanya.
- Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan
kesehatan.
4) Evaluasi
1) Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus di
atas yang bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh
pemuka agama dan para santri.
2) Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas
pantangan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti
dengan yang lain,mungkin bisa dengan sayur yang lain dan juga air kelapa
bisa di ganti dengan air biasa.
3) Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya
yang baru.Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di
ganti dengan berobat ke medis/dokter.
2. Masalah Kesehatan berkaitan dengan agama
Kasus:
Tn. A berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya Kalimantan keturunan suku
Bakumpai yang merupakan sub suku Dayak. Saat ini berada di ruang perawatan
interna dengan diagnosa medis Ulkus Peptikum. Klien masuk ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri di ulu hati, demam, hematemesis melena, mual dan kurang
nafsu makan. Saat ini Tn. A dijaga oleh ibunya. Keluarga Tn. A menggunakan
daun sawang untuk di usapkan dan diurutkan ke sekujur tubuh Tn. A. Mereka
percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh-roh jahat yang
bersemayam dalam tubuh Tn. A.
Klien dan keluarga percaya bahwa sakit yang di dapat dan tidak bisa sembuh
merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn. A juga membaca mantra tiap pagi
kepada Tn. A dan meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur Tn. A seperti
kemenyan, minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, gula serta
piduduk (beras, gula merah, telur ayam dan kelapa). Mereka percaya sesajen ini
disukai oleh dewa kemdian mempercepat penyembuhan penyakit.
a. Pengkajian
1) Pandangan klien terhadap kondisi sakit
Klien merupakan suku Bakumpai terhadap tindakan keperawatan kurang
meyakini tindakan kesehatan yang diberikan kepada klien yang tidak sesuai
dengan keyakinannya.
2) Tindakan klien dalam menangani sakitnya
Klien dalam menangani sakitnya dengan menggunakan daun sawang yang
diusapkan keseluruh tubuhnya untuk mengusir roh-roh jahat dalam tubuhnya.
3) Peran agama
Peran agama yang dianutnya terhadap kondisi sakitnya yaitu klien meyakini
bahwa adanya Tuhan yang Maha Kuasa yang dianggap sebagai para dewa. Dan
sakit yang dideritanya merupakan hukuman dari para dewa tersebut.
4) Peran kepercayaan
Peran kepercayaan dalam penyembuhan sakitnya yaitu dengan melakukan
pemujaan paradewa dengan membacakan mantra dan menyajikan sesajen untuk
dipersembahkan kepada para dewa agar dapat mempercepat kesembuhannya.
b. Diagnosa transkultural
1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
2) Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
c. Evaluasi
1) Mencegah praktik ritual keagamaan atau budaya RS
2) Memberi penjelasan kepada klien dan keluarga klien tentang dampak dari
sesajen
3) Menyarankan keluarga klien untuk menjalankan ritual dan sesaji di rumah dan
mrndoakan dari rumah
4) Pastikan hak-hak klien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan
pengobatan atau tindakan yang dianjurkan
3.2 Saran
Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari
makalah ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian keperawatan
transkultural dengan cara yang benar. Perlu diperhatikan agar mempelajari lebih dalam
tentang ‘komunikasi’ agar kita lebih baik dalam berinteraksi dengan pasien, keluarga
maupun masyarakat yang menjadi sasaran pengkajian kita.
DAFTAR PUSTAKA
Royal College of Nursing (2006). Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care. Diakses 11
Desember. 2017, pukul 11.30 WIB.
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Wayan Puja. (2014). Konsep transkultural Nursing. Diakses tanggal 11 Desember. 2017,
pukul 12.10 WIB. https://wayanpuja.wordpress.com/2014/05/15/20/