Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Transkultural nursing
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan teori yang mendasari
bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa teori
diantaranya adalah teori adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal
atteccment dari bety newman dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik keperawatan.
Teori leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan.
Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan.
Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi
terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan
praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik keperawatn.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan
universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki
oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini
dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat
(leininger, 2002).
Leininger mengembangkan dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang professional, karena
kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di dalam nya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk social struktur, pandangan dunia, nilai
cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta system professional.

Rumusan Masalah
Apa pengertian Transkultural Nursing ?
Apa fenomena kultural yang dipertimbangkan ?
Apa saja Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural nursing ?
Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan?
Apa pedoman dalam hubunganklien dengan budaya yang berbeda?
Apa bentuk komunikasi transkultural nursing?
Apa media komunikasi transkultural nursing?
Apa hambatan proses komunikasi?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Transkultural Nursing
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses dan praktek
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit di dasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untukmemberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (leininger 2002)

Transkultural keperawatan adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang di fokuskan pada perilaku
individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar budaya (laininger, 1984)

2.2 Fenomena kultural yang dipertimbangkan


Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada
analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan
kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan
untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau
sesuai budaya universal kepada semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya
memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari
kelompok dengan latar budaya beraneka ragam. Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada
6 fenomena kultural yang dipertimbangkan, yaitu :
Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama
Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata
Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi internal, kepercayaan
keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga.
Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu
Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol
Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis Mendorong
potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas bukan realitas masa depan
tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk berkembang (Hagivary,1192).
Banyak kebudayaan dan keyakinan yang mempunyai akar dari latar belakang budaya, etnik ,
keagamaan, sosial dari individu, keluarga atau komunitas yang diwariskan selain warisan
budaya. Ada 6 fenomena kultural yang diidentifikasi oleh Giger & Davidhizar (1995) dikutip
dari potter & Perry (2005) yaitu:
Kontrol lingkungan
Kontrol lingkungan mngacu pada kemampuan untuk merencanakan aktivitas yang mengontrol
sifat dan faktor lingkungan langsung termasuk sistem keyakinan tradisional tentang kesehatan
dan penyakit, praktik pegobatan tradisional dan penggunaan penyembuhan tradisional.
Variasi biologis
Terdapat beberapa cara seseorang dari satu kelompok kultural berbeda secara biologis dari
anggota lainnya. Seperti struktur dan bentuk tubuh lebih kecil di kebangsaan Asia. Perbedaan
warna kulit, kerentanan terhadap penyakit seperti TBC lebih tinggi di suku Indian-amerika.
Variasi nutrisi misalnya kesukaan panas dan dingin pada keturunan Spanyol, kesukaan yin dan
yang pada keturunan Asia-amerika, intoleransi laktosa pada orang Meksiko, kulit hitam dari
Afrika, Asia dan Yahudi Eropa Timur.
Organisasi sosial
Lingkungan sosial mempunyai peranan penting. Proses sosialisasi merupakan warisan yang
diturunkan kultural, agama dan latar belakang etnik. Organisasi sosial mengacu pada unit
keluarga dan organisasi kelompok sosial.
Komunikasi
Perbedaan komunikasi memberikan dampak pada proses asuhan keperawatan termasuk bahasa,
perilaku verbal dan non verbal. Perawat dapat belajar tentang frase pertanyaan atau pernyataan
dari klien dengan latar belakang etnik berbeda yang membentuk respon berbeda. Misalnya
seorang pria Meksiko-Amerika ditanyakan apakah ia merasakan nyeri, ia akan gampang
menjawab “tidak”, karena jika ia mengakui mengalami nyeri adalah tanda bahwa ia tidak jantan.
Akhirnya perawat harus belajar bahasa klien.
Ruang
Ruang personal mencakup perilaku individu dan sikap. Teritorialitas adalah sikap yang
ditunjukkan ketika seseorang bereaksi terhadap emosional dan dipengaruhi oleh kultur. Perawat
harus menghargai teritorial klien ketika melakukan prosedur keperawatan.
Waktu
Banyak kultur di Amerika Serikat dan Kanada cenderung untuk berorientasi pada masa
mendatang. Orientasi waktu beragam diantara kelompok kultur yang berbeda dan perawat
mempunyai sikap untuk menemukan kesulitan, memahami, merencanakan asuhan bagi klien
denga orientasi waktu yang berbeda. Misal: klien datang terlambat dalam suatu janji karena
mereka tidak terlalu memikirkan tentang perencanaan kedepan dan sibuk dengan aktifitas
mereka.

Ada 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu :


Cultural Care Preservation yaitu prinsip membantu,memfasilitasi atau memperhatikan
fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
diinginkan.
Cultural Care Accomodation yaitu prinsip membantu,memfasilitasi dan merefleksasikan cara
cara untuk beradaptasi,bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hiduo
individu.
Cultural Care Repatterning yaiti prisip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup individu kea rah yang lebih baik.

2.3 Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural nursing


Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda antar klien
baik, maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan keeperawatan secara efektif. Kozier
(2004) menjelaskan beberapa konsep yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
transkultural ini. Diantaranya:
a. Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas yang
berbeda. Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.
b. Enkultural
Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan (persilangan) dua
budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).
Keanekaragaman
Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan. Diantaranya, ras,
jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-sosial, tingkat pendidikan,
dan lain-lain.
c. Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota dari sebuah
kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar kebudayaan baru untuk
bertahan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan pola kebudayaan terhadap
masyarakat dominannya (Spector, 2000).
d. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas kebudayaannya. Asimilasi
berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang dominan. Beberapa aspeknya, seperti
tingkah laku, kewarganegaraan, ciri perkawinan, dan sebagainya. Di sini, seseorang atau
kelompok kehilangan beberapa kebudayaan aslinya untuk kemudian membentuk kebudayaan
baru bersama dengan yang lain. Hal ini ditujukan untuk membentuk interaksi yang baik.

Ada beberapa faktor kebudayaan yang menjadi pertimbangan toleransi, diantaranya:


1. Ras
Ras merupakan klasifikasi orang-orang yang dibagi berdasarkan karakteristik biologis, tanda
keturunan (genetik) dan corak. Orang dengan ras yang sama, umumnya mempunyai banyak
persamaan karakter. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang dengan ras yang
sama memiliki kebudayaan yang sama pula.
2. Prasangka
Prasangka merupakan sebuah kepercayaan negatif atau kecenderungan yang menyamaratakan
pada satu kelompok dan hal tersebut akan menuntut pada dakwaan. Hal ini terjadi karena orang
yang berprasangka tidak mengetahui penuh budaya orang yang diprasangkai atau orang tersebut
membuat penyamarataan pandangan berdasarkan pengalamannya dengan seorang individu dari
kelompok tersebut terhadap semua anggota kelompok itu.
3. Stereotipe
Stereotipe adalah menyamakan seluruh anggota dari sebuah kebudayaan atau kelompok etnik
bahwa mereka semua mirip/ sama. Stereotipe mungkin berdasarkan penyamaan yang ditemukan
pada penelitian atau mungkin tidak berhubungan dengan kenyataan. Di sini, perawat harus tahu
bahwa tidak semua orang dari kelompok tertentu memiliki kepercayaan kesehatan yang sama,
praktik dan nilai yang sama pula.
4. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan kategori,
seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika seseorang bertindak merugikan atau
menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.
5. Culture Shock
Culture shock adalah suatu guncangan atau ketidaknyamanan yang terjadi sebagai respons atas
pergantian/ perpindahan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Ini terjadi jika seseorang
pindah dari satu lokasi geografi ke lokasi lain atau berimigrasi ke negara baru.
Salah satu cara untuk menganalisis keyakinan adalah dengan menggunakan heritage consistensy.
Heritage consistensy dikembangkan oleh Estes dan Zitzaw (1980). Teori ini menggambarkan
tingkat gaya hidup yang mencerminkan konteks kultural (Potter & Perry, 2009). Hal ini
memungkinkan kita mengkaji keyakinan tentang kesehatan dengan menentukan ikatannya
dengan keyakinan tradisionalnya.
6. Budaya
Budaya menggambarkan sifat nonfisik, seperti keyakinan, sikap atau adat-istiadat suatu
masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya merupakan kumpulan
keyakinan, kebiasaan, praktik, kesukaan, norma, adat-istiadat, ketidaksukaan dan ritual yang
dipelajari dari keluarga selama sosialiasasi bertahun-tahun (Potter & Perry, 2009). Di dalam
budaya tidak hanya terbatas pada komunikasi lisan, tetapi juga yang lain. Contoh, cara membuat
kontak mata, menyentuh tubuh, dan memegang tangan.
7. Etnisitas
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur sosial umum dan
warisan budaya (Potter & Perry, 2009). Karakteristik dari suatu etnik mencakup bahasa dan
dialek, status perpindahan, suku bangsa, dan kepercayaan serta praktek religius. Sehingga,
etnisitas sangat kompleks, sukar dipahami dan didefinisikan dengan kurang jelas.
8. Religi
Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau di luar kekuatan manusia
yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta ((Abramsom,
1980) dalam Fundamental Keperawatan). Nilai religi berfungsi untuk mengklarifikasi etnisitas
lebih jauh.
Klien berasal dari budaya yang berbeda. Di dalamnya mencakup latar belakang etnis,
keagamaan, dan budaya. Konsistensi warisan budaya ini membantu cara pemahaman terhadap
klien bagaimana mereka menginterpretasikan kesehatan atau penyakit dengan cara modern atau
tradisional.
Selain heritage consistensy, ada 6 fenomena kultural yang diidentifikasi oleh Giger & Davidhizar
(1995). Keenam fenomena ini terdiri dari:
9. Kontrol Lingkungan
Mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok kultural tertentu untuk merencanakan
aktivitas yang mengontrol sifat dan faktor keturunan langsung (Giger & Davidhizar, 1995). Di
dalamnya mencakup keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit, pengobatan
tradisional dan penggunaan penyembuh tradisional. Sehingga, fenomena ini berperan penting
dalam cara klien berespons terhadap pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan.
10. Variasi Biologis
Seseorang dari satu kelompok kultural pasti mempunyai variasi biologis berbeda dengan
kelompok kultural lainnya. Beberapa contoh signifikan yang dapat dijadikan pertimbangan,
yaitu:
Struktur dan bentuk tubuh
Warna kulit
Variasi enzimatik dan genetik
Kerentanan terhadap penyakit
Variasi nutrisi
11. Organisasi Sosial
Lingkungan sosial tempat seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal berperan penting dalam
perkembangan dan identitas kultural mereka. Proses sosialisasi ini menjadi suatu bagian warisan
yang diturunkan dan mengacu pada unit keluarga dan organisasi kelompok sosial yang dapat
diidentifikasi oleh klien.
12. Komunikasi
Perbedaan bahasa antara perawat dengan klien menjadi hal terpenting dalam memberikan asuhan
keperawatan. Perbedaan ini akan berpengaruh pada setiap aspek dan tahapan asuhan
keperawatan. Ketidakberhasilan berkomunikasi secara efektif akan membuat penundaan dalam
diagnosis dan tindakan terhadap klien. Bahkan bisa lebih dari itu. Perawat tidak seharusnya
menganggap klien dapat memahami apa yang sudah diucapkannya. Istilah-istilah medis harus
dijelaskan dengan jelas dan terang terutama klien yang mempunyai keterbatasan ketrampilan
dalam bahasa perawat.
13. Ruang
Ruang personal di sini mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada ruang di
sekitar mereka. Teritorialitas merupakan suatu sikap yang ditujukan pada area seseorang yang
diklaim dan dipertahankan atau reaksi emosional ketika orang-orang lain memasuki area
tersebut. Keduanya ini dipengaruhi oleh budaya. Perawat harus berusaha menghargai teritorial
klien. Ruang personal ini banyak berhubungan dengan aktivitas keperawatan dan perawat harus
sensitif terhadap respons klien berkenaan dengan ruang personal ini. Misalnya, saat memberikan
asuhan keperawatan yang mengharuskan perawat menyentuh tubuh klien.
14. Orientasi Waktu
Orientasi waktu berbeda antara kelompok satu dengan yang lain. Perawat yang mempunyai sikap
yang berhubungan dengan waktu mungkin menemukan kesulitan untuk memahami dan
merencanakan asuhan keperawatan terhadap klien yang mempunyai orientasi waktu yang
berbeda. Perbadaan orientasi waktu dapat menjadi hal penting dalam perawatan kesehatan,
seperti perencanaan jangka panjang dan penjelasan tentang jadwal medikasi. Misalnya,
penjelasan pentingnya keteraturan minum obat pada penderita tekanan darah tinggi.
Dari banyak penjelasan di atas, asuhan keperawatan transkultural memang sangatlah
kompleks. Sebelum kita membuat perencanaan dan tindakan perawatan, kita perlu mengetahui
konsep, prinsip, fenomena, dan faktor-faktor lain yang dapat dijadikan pertimbangan yang
berhubungan dengan budaya ini. Diharapkan, setelah kita mengetahuinya, kelak asuhan
keperawatan yang kita berikan terhadap klien akan efektif dan berlangsung dengan lancar.

2.4 Pengkajian asuhan keperawatan


Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasimasalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang adapada “Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaanberobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klienterhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-normabudaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbataspada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk klien yang
dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga,biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau patungan
antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggipendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibuktiilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasiterhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenispendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2.5 Pedoman dalam hubunganklien dengan budaya yang berbeda


Di hampir setiap daerah, perawat kontak dengan individu dari budaya yang berbeda dengan
budaya perawat. Analisis sikap Anda sendiri. Bagaimaan sikap Anda terhadap individu dari
budaya yang bebreda? Pengalaman apa yang Anda miliki dengan ras dan kelompok budaya yang
berbeda? Apa yang mempengaruhi penerimaan dan penolakan Anda terhadap satu kelompok
budaya? Apakah Anda percaya terhadap budaya tertentu berdsarkan pengalaman atau
berdasarkan apa yang Anda dengar atau Anda baca? Pedoman untuk berespons terhadap klien
dari budaya yang berbeda adalah:
Selalu perilaku klien dengan hormat
yang berbeda dapat menggunakan cara yang berbeda untuk memperhatikan rasa hormat atau
pengertian, Jangan menganggap Anda mengetahui makna perilaku tertentu.
Kenali dan biasakan diri Anda dengan adat dan kepercayaan kelompok budaya di area Anda.
Usahakan menggabungkan simbol dan praktik budaya ke dalam rencana asuhan klien bila
mungkin; hal ini dapat membuat klien merasa nyaman.
Ingat bahwa warna kulit seseorang tidak selalu menunjukkan latar belakang budaya orang
tersebut.
Pelajari bagaimana klien memandang kesehatan, penyakit, dukacita, dan sistem pelayanan
kesehatan.
Cari tahu apakah fasilitas layanan kesehatan memiliki layanan penerjemaah
Cari tahu apakah ada anggota staf yang mengerti bahasa yang digunakan klien
gunakan gerakan untuk memberi tahu apa yang akan Anda lakukan
Letakkan kertas dan pensil di sisi tempat tidur dan buat catatan, terutama bila privasi sangat
penting.
gunakan bahasa isyarat.

2.6 Bentuk komunikasi transkultural nursing


Tercapainya keefektifan pengiriman dan penerimaan pesan adalah sangat penting dalam
komunikasi dan mengijinkan individu untuk berinteraksi dengan yang lain. Interaksi mungkin
khusus nya sulit ketika pengirim dan penerima tidak memiliki kesamaan budaya dan bahasa.
Budaya mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan , merespon untuk menyelesaikan
masalah kehidupan, dan interaksi dengan yang lain. Metode dari budaya dalam komunikasi ,
bagian dari berpikir dan keyakinan dan nilai yang dibentuk dari kelompok orang dan dapat
diwariskan ke generasi berikutnya.
Komunikasi transkultural penting dalam keperawatan , untuk itu perawat harus mengerti
tentang sistem kepercayaan, keyakinan hidup sehat dari klien . Tren demografi baru
menunjukkan adanya peningkatan budaya dan keragaman etnik di suatu tempat. Perawat
memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan klien, oleh karena itu harus menyadari
pentingnya budaya yang berkaitan dengan komunikasi. Ketrampilan transkultural keperawatan
dan pengetahuan akan menjadi kebutuhan penting untuk menyediakan kompetensi keperawatan
untuk perubahan yang cepat dalam masyarakat yang heterogen.
Belajar untuk menilai budaya dan keragaman yang melibatkan apresiasi dari keragaman
budaya contohnya ketrampilan negoisasi untuk komunikasi efektif. Komunikasi dengan
individu- individu dari latar belakang berbeda merupakan hal yang kompleks seperti bahasa
daerah dalam berkomunikasi. Ketika berkomunikasi perawat harus memperhatikan keyakinan
budaya dan perilaku dalam komunikasi ( baik verbal maupun nonverbal).
Komunikasi antar budaya mengacu pada kehadiran dua atau lebih individu yang berbeda
budaya. Dari masing – masing budaya memiliki atribut seperti nilai orientasi, kode komunikasi
yang disukai, harapan peran dan aturan yang dirasakan dalam hubungan social. Dalam perbedaan
komunikasi akan menemukan kebingungan, ketidaksabaran dan kesalahpahaman.
Panduan untuk komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut:
1. Yang harus dilakukan
a. Perhatikan bahwa kita sudah memiliki keyakinan budaya
b. Terbuka untuk belajar lebih tentang tipe komunikasi masing- masing individu
c. Praktik keterlibatan komunikasi antar budaya
d. Mendengar aktif dan kontrak waktu untuk komunikasi antar budaya
e. Respek pada keputusan orang lain untuk terlibat dengan komunikasi
f. Mengeksplorasi pola bicara kelompok
g. Perhatikan komunikasi nonverbal
h. Klarifikasi pesan
i. Perhatikan komunikasi terjadi dalam konteks
2. Yang tidak boleh dilakukan
a. Sterotipe hal yang negative kepada kelompok yang lain
b. Asumsi bahwa hanya ada 1 cara komunikasi
c. Asumsi bahwa kerusakan dalam komunikasi adalah karena kesalahan orang lain
d. Menganggap komunikasi adalah pemahaman
e. Asumsi seluruh budaya adalah sama bagi diri kita.
Pengetahuan aturan budaya dan norma membantu mencegah kesalahan dalam berkomunikasi.
Perawat harus terbuka pada keragaman kelompok dengan budayanya. Perbedaan mungkin dapat
dilihat dalam dasar budaya pada factor- factor jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan
(ekonimi) dan status, tambahan lagi mengenali dan meminta maaf jika ada kesalahan komunikasi
untuk mempertahankan kepercayaan dan respek komunikasi.
Mengatasi hambatan dalam keperawatan lintas budaya
Ketika keperawatan klien dari perbedaan masyarakat, perawat harus memperhatikan
perilaku budayanya dan kebiasaannnya. Masing- masing individu adalah social dalam
lingkungan budayanya. Pendapat budaya adalah sama dengan perawat yang akan membimbing
pada kebingungan dan mis interprestasi dari pesan. Hal itu merupakan hal yang baik karena
dengan adanya perbedaan kita akan menggali lagi arti dari perbedaan yang akhirnya
mempengaruhi komunikasi.
Perawat sedikit yang memperhatikan pentingnya ketrampilan berkomunikasi dalam proses
keperawatan. Hambatan budaya mungkin akan menunjukkan cara mengingat dari sebuah
kelompok etnis melihat kesehatan, penyakit dan perubahan selama pengobatan. Komunikasi
efektif adalah kemampuan untuk mengerti dengan perspektif orang. Contohnya klien melihat
sakit adalah hukuman, atau kutukan mungkin terlambat pengobatan medis atau melihat
pengobatan medis hanya saat akhir. Respek dari budaya tradisional akan membuat jumlah
pengobatan alternative dan keyakinan seperti menggunakan praktisi awam dan terapi
komplementer yang menggabungkan intervensi medis.
Nilai etnosentris mungkin membuat sulit untuk perwatan objektif dalam memberikan
keperawatan, khususnya untuk masyarakat yang berbeda. Etnosentrims adalah keyakinan dan
budaya seseorang adalah superior dibandingkan dengan yang lainnya. Sikap bangga pada
budayanya adalah baik, tetapi jika berlebihan maka akan sulit memulai untuk terbuka dengan
budaya lain. Perawat harus menahan diri dan membela atau menyampaikan keyakinan budaya
perawat

Tinggi dan rendahnya dalam konteks budaya.


Konseptual tinggi dan rendahnya dalam budaya adalah ketika individu berkomunikasi
berisi situasi atau/ dan lingkungan dimana komunikasi terjadi dan membantu mendefinisikan
komunikasi. Dalam interaksi antar budaya ada perbedaan dalam tinngi dan rendahnya konteks
pola komunikasi. Komunikasi dalam konteks budaya tinggi adalah Individu dari konteks budaya
mengandalkan pada pemahaman untuk berbagi pengalaman tanpa membutuhkan banyak kata-
kata. Satu contoh dari konteks tinggi budaya adalah lingkungan keluarga pribadi . Ketika
komunikasi dengan individu yang sudah akrab membutuhkan sedikit penjelasan dari informasi.
Komunikasi dalam konteks budaya rendah adalah menggunakan kata- kata lebih dan tidak sabar
dengan yang lain. Pesan verbal berupa penguraian , penjelasan tingkat tinggi, dan berlebihan.
Individu dalam kontek budaya rendah tidak mengerti menggunakan bahasa tubuh dan nonverbal
isyarat .

Komunikasi verbal
Terdiri dari pola komunikasi, nada, kecepatan berbeda dalam buday. Untuk orang Afrika
Amerika, menjelaskan dengan nada mungkin cepat dan keras dan konfrontasi. Untuk Wropa
Amerika nada lambat, tekanan suara tidak menantang dan rendah diri. Asian tipenya berkata
lembut dan tidak menantang saat percakapan. Diskusi masalah pribadi dengan orang asing
adalah kurang disukai oleh orang afrika amerika, Arabian, Sedangkan Asian akan selalu
menghargai pertanyaan tentang anggota keluarganya.
Contoh lain, orang afrika amerika percaya doa untuk mempromosikan kesehatan dan dapat
tercapai. Asia, Eropa tengah dan Amerika latin berusaha menjaga harga diri dengan
keseluruhannya (tidak dapat dinilai dengan uang). Perawat memerlukan kepekaan untuk
mencegah penghinaan atau tidak sengaja kurang sopan pada klien.

Komunikasi nonverbal
Ini disebut bahwa banyak tindakan daripada banyak bicara dan ini mingkin khususnya
benar ketika komunikasi berbeda budaya. Komunikasi nonverbal dapat diartikan sebagai
disengaja atau tidak disengaja menggunakan sentuhan, jarak, ruang, isyarat tubuh dan waktu
untuk mengartikan komunikasi. Pesan ini mungkin mengindikasikan persetujuan, status, emosi
dan kekuatan. Komunikasi efektif mempertimbangkan tidak hanya kata yang di ucapkan tetapi
nuansa nonverbal.

Sentuhan
Sentuhan artinya komunikasi nonverbal. Jumlah dan tipe sentuhan mungkin berbeda di
hubungkan jenis kelamin, umur, factor social ekonomi dan pilihan individu. Sentuhan untuk
penyerangan dan kemarahan .contohnya menepuk bahu dari belakang mengindikasikan
persetujuan dan penerimaan dalam beberapa buday sementara sentuhan di budaya lain sangat
tidak pantas dan tidak disetujui oleh muslim. Mexican dan Amerika asli percaya sentuhan adalah
sakti dan dapat menyembuhkan. Di Vietnam sentuhan mungkin menimbulkan kecemasan karena
melepaskan jiwa dari tubuh.

Jarak
Jarak yang jauh dan tempat tinggi mempengaruhi pesan yang disampaikan ke orang lain.
Jauhnya tempat berbeda tiap budaya didasari jenis kelamin dan jenis lainnya. Kekeluargaan dan
kepercayaan mungkin selalu menentukan jarak yang nyaman. Hubungan yang alami
disampaikan melalui jarak komunikasi / zona yaitu sebagai berikut:
1. Zona intim
Berhadapan 18 inci, terjadi selama situasi pribadi. Jarak ini terbaik untuk mengkaji pernapasan
dan bau tubuh. Ketika ruang ini menyerbu orang lain dari emosionalnya yang tetutup, kita
merasakan ancaman. Penyimpangan penglihatan selalu terjadi dalam zone ini dan suara mungkin
menjadi berbisik.
2. Zona pribadi
18 inci sampai 4 kaki terjadi banyak seringnya sejarak selama berjabat tangan, biasanya jarak ini
banyak pasangan berdiri di tempat umum. Suara moderate, bau badan tidak nyata dan di
dalamnya tidak ada penyimpangan fisik. Latihan fisik adalah tipe yang terjadi pada jarak ini
3. Zona social/ lepas
4 kaki – 8 kaki terjadi selama transaksi bisnis inpersonal wawancara terjadi pada jarak ini
4. Zona umum
Di atas 8 kaki terjadi situasi contohnya mengajar dan interaksi pribadi mulai berkurang.
Perawat harus untuk berinteraksi dengan klien sesuai dengan permintaan klien ,
mempertahankan kesopanan dan dukungannya. Ketika perawat berinteraksi dengan klien,
berikan privasi klien, perawat mungkin duduk di sebelah ujung bed dalam keperawatan akut care
setting. Kalau di setting komunitas atau klinik duduk di samping klien.

Sikap / isyarat tubuh


Sikap dapat menjadi komunikasi pesan dan isyarat dengan yang lain. Ekspresi pada dirinya
melalui pergerakan tubuh dapat memfasilitasi dan meningkatkan komunikasi. Mengganggukkan
kepala, menunjuk senyum dan pergerakan tubuh pada umumnya dapat membantu untuk
klarifikasi satu dari komunikasi dan mereka berbeda budaya.

Kontak mata
Pola dan kontak mata berbeda- beda di lintas budaya, kontak mata menunjukkan perhatian
komunikasi, status, mengatur, mengubah, membuat komunikasi. Dalam sosial amerika mungkin
melihat cara untuk mencegah kontak mata langsung ketika mereka malu atau tidak nyaman
dalam situasi. Menatap langsung oleh Afrika Amerika dan Arabian adalah tidak dimaksudkan
sebagai ancaman atau tanda dari kekasaran, sementara sebuah tatapan tidak langsung atau
menatap adalah melihat tanda dari respek pada kebanyakan di Asia.

Waktu
Mempolakan untuk komunikasi lintas budaya meminta pengetahuan perawat yang berbeda
dalam persepsi dari waktu. Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana beberapa orang
terlambat tanpa memperhatikan situasi sementara yang lain tepat pada waktunya adalah suatu
kesalahan.Orientasi waktu menunjukkan jika mengingat dari kelompok budaya melihat waktu
untuk hari ini lalu masa akan dating. Budaya adalah orientasi masa depan, perencanaan jangka
panjang dan segera menerima keperawatan kesehatan, cara hidup untuk mencegah penyakit masa
depan. Oleh orang Afrika Amerika dan Mexico Amerika adalah bahwa waktu itu flexible dan
bahwa kejadian tidak di mulai sampai mereka tiba. Ini mungkin problematic ketika jadwal janji .
Perawat melihat macam-macam budaya akan mengijinkan beberapa fleksibelity ketika
merencanakan keperawatan.

Memanfaatkan penterjemah bahasa


Hal ini mungkin situasi ketika kita menghadapi perbedaan 2 budaya dan bahasa. Ini sulit ketika
menjelaskan diagnosa dan menginformasikan perhatian pada pengobatan medis. Walaupun
banyak institusi keperawatan kesehatan menawarkan beberapa tipe pelayanan yang menyediakan
staff untuk bertemu dengan klien yang berbeda budaya. Mempergunakan penerjemah dapat
membantu perawat berkomunikasi lintas bahasa
Kemampuan komunikasi seperti verbal dan nonverbal untuk beragam masyarakat adalah penting
untuk menghasilkan kepedulian atau efektif lintas budaya. Perawat melihat kebudayaan sangat
sensitive untuk menggabungkan pengetahuan budaya klien dalam menyediakan keperawatan
terapetik. Kekurangan komunikasi efektif mungkin menghalangi proses perawat ketika bekerja
dengan klien yang berbeda. Budaya dan bahasa berbeda bukan hambatan untuk menyediakan
keperawatan. Semakin besar kita mengerti pola komunikasi dari budaya berbeda, membuat lebih
efektif kemampuan kita berkomunikasi.

2.7 Media komunikasi transkultural nursing


a. Komunikasi verbal
Terdiri dari pola komunikasi, nada, kecepatan berbeda dalam buday. Untuk orang Afrika
Amerika, menjelaskan dengan nada mungkin cepat dan keras dan konfrontasi. Untuk Wropa
Amerika nada lambat, tekanan suara tidak menantang dan rendah diri. Asian tipenya berkata
lembut dan tidak menantang saat percakapan. Diskusi masalah pribadi dengan orang asing
adalah kurang disukai oleh orang afrika amerika, Arabian, Sedangkan Asian akan selalu
menghargai pertanyaan tentang anggota keluarganya.
Contoh lain, orang afrika amerika percaya doa untuk mempromosikan kesehatan dan dapat
tercapai. Asia, Eropa tengah dan Amerika latin berusaha menjaga harga diri dengan
keseluruhannya (tidak dapat dinilai dengan uang). Perawat memerlukan kepekaan untuk
mencegah penghinaan atau tidak sengaja kurang sopan pada klien.

b. Komunikasi nonverbal
Ini disebut bahwa banyak tindakan daripada banyak bicara dan ini mingkin khususnya
benar ketika komunikasi berbeda budaya. Komunikasi nonverbal dapat diartikan sebagai
disengaja atau tidak disengaja menggunakan sentuhan, jarak, ruang, isyarat tubuh dan waktu
untuk mengartikan komunikasi. Pesan ini mungkin mengindikasikan persetujuan, status, emosi
dan kekuatan. Komunikasi efektif mempertimbangkan tidak hanya kata yang di ucapkan tetapi
nuansa nonverbal.

Gaya komunikasi Budaya Keperawatan


Komunikasi dan budaya itu saat berkaitan. Melalui komunikasi, budaya diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Berkomunikasi dengan klien saat penting agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkompeten sesuai dengan budayanya.ada dua jenis
komunikasi yang digunakan, yaitu :
· komunikasi verbal
Komunikasi verbal perbedaan budaya yang paling jelas terlihat adalah dalam komunikasi
verbal perbendaharaan kata, struktur tata bahasa, kualitas pengucapan, intonasi, irama,
kecepatan, pelafalan, dan diam. Komunikasi verbal dapat dipengaruhi oleh nilai budaya.
Komunikasi verbal menjadi lebih sulit lagi saat interaksi melibatkan orang yang berbicara
dengan bahasa yan lain. Baik klien maupun profesional kesehatan mengalami frustasi saat
mereka tidak dapat saling berkomunikasi sejara verbal. Tehnik komunikasi theraupetik dengan
orang yang bahasa inggrisnya terbatas tercantum dalam panduan praktik penyerta.
· komunikasi nonverbal
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya, perawat perlu
menyadari 2 aspek perilaku komunikasi nonverbal : apa arti perilaku nonverbal bagi

Proses Keperawatan Transkultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model).
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahap Pengkajian. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
1. Faktor teknologi
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
6. Faktor ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di
antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
Cultural care preservation/maintenance:
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi;
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien;
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
Cultural care accomodation/negotiation:
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien;
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan,
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
Cultual care repartening/reconstruction:
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya;
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok;
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu;
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan orang tua,
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

Tahap Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

2.8 Hambatan proses komunikasi


Faktor hambatan yang biasa terjadi dalam proses komunikasi, dapar dibagi dalam 3 jenis
sebagasi berikut:

1. Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap
kelancaran komunikasi. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan
semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang teknologi, komunikasi dan system
informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih
efisien.

2. Hambatan Semantik
Gangguan semantic menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ideasecara
efektif. Defenisi semantic adlah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu
pesan yang kurang jelas, akan tetapi menjadi tidak jelas bagaimanapun bainya transmisi.
Untuk menghindarimis-komunikasi semacam ini, seorangan komunikator memilih kata-kata
yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikasinya, serta melihan dan
mempertimnbangkan,kemungkinan dan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang
diginakan.

3. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Transkultural nursing merupakan keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan
yang fokus yang memandang perbedaan dan kesamaan diantaranya budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan.
Transkultural nursing mempunyai konsep yang terdiri dari budaya, nialai budaya, etnis, ras.
Transkultural nursing juga terdapat media komunikasi seperti komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal.

3.3 Saran
Seorang perawat yang profesional sebelum memberikan pengkajian terhadap klien yang berbeda
budaya harus mengetahui budaya dari klien tersebut agar tidak terjadi kesalahan pemahaman
perawat terhadap tingkah laku klien maupun kesalah pahaman klien terhadap tindakan yang
diberikan oleh perawat kepada klien.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

repository.uinjkt.ac.id/dspace/.../1/RAYUNI%20FIRANIKA-FKIK.pdf
s1-keperawatan.umm.ac.id/files/.../TRANSKULTURAL%20NURSING.pdf
https://munzahry.wordpress.com/transcultural-nursing/
Barbara, Kozier . (2010) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2006) Fundamental Keperawatan, konsep, proses, & praktik, Jakarta : buku
Kedokteran EGC
Potter & Perry, (2005), buku ajar Fundamental Keperawatan; Konsep,Proses dan Praktik, Ed 4,
Jakarta : EGC.
Diposting oleh Thesya Amylia Theeaa di 00.06
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya
Thesya Amylia Theeaa
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
· ▼ 2016 (1)

o ▼ September (1)

 MAKALAHTranskultural nursing BAB I PENDAHU...

Anda mungkin juga menyukai