Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin
besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan
asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,
yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu
metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah
ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak
atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,
maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

1
1. 2 TUJUAN

a. Apa defisini budaya?

b. Apa definisi Keperawatan Transkultural?

c. Apa konsep Utama Keperawatan Transkultural?

d. Bagaimana Aplikasi Keperawatan Transkultural dalam Keperawatan?

e. Paradigma Transcultural Nursing

1.3. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan definisi budaya


b. Menjelaskan defisini Keperawatan Transkultural
c. Menjelaskan konsep Utama Keperawatan Transkultural
d. Menjelaskan Aplikasi Keperawatan Transkultural dalam Keperawatan
e. Menjelaskan Paradigma Transcultural Nursing

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing


2.1.1 Model Keperawatan Transcultural in Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.1.2 Konsep dalam Transcultural Nursing


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok
yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu
waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan

3
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang dating dan individu yang mungkin
kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-
budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang
lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya
setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik
diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan
untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat,
berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.

4
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas
budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi dari pada kelompok lain.

2.1.3 Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan
(Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrewand Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah

5
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah
didaerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu haru smengikuti struktur dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat
hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan
latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/
mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan
mengubah/ mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya


dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi.

b. Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi


keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan
yang berbauamis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.

6
c. Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan
yang dianut.

2.1.4 Proses keperawatan Transcultural Nursing


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1.
Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh
perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien
(AndrewandBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari
mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada -Sunrise Model
yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan
memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat
atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama

7
memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama
yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor :
namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga,dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu
dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,

8
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau
patunganantar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.

2.1.5 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan
yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transcultural yaitu : gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi
sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

2.1.6 Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar,
1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien
bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya
klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

9
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan danperawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawatb.
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat
dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya-budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat

10
Contoh Kasus Transkultural pada pasien dengan Gangguan Pernafasan

Klien Tn. D berusia 35 tahun, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya di
Tegal Jawa Tengah. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien bekerja di pabrik. Istri
klien bernama Ny. E berusia 28 tahun, pendidikan terakhir SMP. Istri klien seorang buruh
cuci. Setiap bulan penghasilan klien sekitar Rp. 800.000 dan penghasilan istrinya Rp. 15.
000 perhari. Klien dan keluarga kecilnya beragama islam. Setiap harinya klien selalu
melaksanakan sholat berjamaah bersama keluarga kecilnya. Sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan Idonesia.

Sehari-hari klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya
merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sehati. Klien telah
merokok selama 10 tahun. Kebiasaaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena
jika tidak merokok klien merasa mulutnya pahit. Bahkan klien lebih memilih untuk
menahan lapar dari pada harus menahan untuk tidak merokok. Dan karena sibuk bekerja
klien jarang untuk berolahraga.

Dalam seminggu terakhir ini klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika
cuaca dingin. Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, punggung, dan lengan disertai
dengan penurunan berat badan. Klien dan istrinya menganggap bahwa itu adalah hal yang
biasa dan efek dari kelelahan karena bekerja. Untuk memperbaiki kondisinya, klien
mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banya memberikan buah dan sayur seperti
kembang kol, brokoli, kubis, kentang, jus apel, dan manggis. Karena menurut mereka
kepercayaan buah dan sayur berwarna hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan,
sedangkan buah dan sayur berwarna merah dipercaya menambah tenanga dan
kesungguhan (yang di maksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh). Namun
dalam pengelolaan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih dahulu baru
kemudian di cuci dan saat merebusnya tidak di tutup.

Karena di rasa kondisi klien tidak membaik makan ostrinya, membawa klien ke
RS Cepat Sembuh untuk periksa. Oleh dokter yang memeriksaklien dicurigai mengidap
kanker paru, untuk memastikan hal tersebut klien harus melakukan pemeriksaan MRI.
Setellah hasilnya keluar ternyata dugaan dokter tersebut benar. Klien menderita kanker
paru-paru dan saat ini di diagnose kanker paru stadium IIB. Dimana kanker tersebut telah
menyebar ke kelenjar getah bening, dinding dada, diafragma, lapisan yang mengeliligi
jantung.

11
Setelah di anamnesa oleh perawat ternyata klien mempunyai kebiasaan merokok
dan jarang berolahraga, akhirnya klien disarankan untuk melakukan kemoterapi. Namun
klien menolak untuk melakukan kemoterapi.

Karena klien dan istrinya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih
kental menganut tradisi dan budaya Jawa. Klien percaya bahwa dengan melakukan
pernafasan segitiga yang berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan
segala macam penyakit termasuk kanker paru yang di deritanya. Dan menurut klien
dengan pernafasan segitiga ini klien tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.

12
Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing Pada Gangguan Pernafasan

A. Pengkajian
1. Faktor Teknologi
a. Klien dibawa ke pelayanan kesehatan yaitu ke RS cepat sembuh, klien di
periksa oleh dokter
b. Klien pemeriksaan MRL, dan diketahui bahwa klien menderita kanker paru-
paru stasium II.B

2. Faktor agama dan falsafah hidup


a. Agama yang dianut yaitu islam
b. Setiap harinya klien selalu melaksankan sholat berjamaah bersama keluarga
kecilnya

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan

Identitas klien

Nama : Tn. D

Umur : 35tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Sudah menikah

Pendidikan : Lulusan SMA

Pekerjaan : Bekerja di Pabrik

Penghasilan : Rp. 800.000

Mempunyai tanggungan 2 orang anak

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup


a. Sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia
b. Bagi klien merokok merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang
laki-laki sejati.

13
c. Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwarna
hijau dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur
berwarna merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan (yang di
maksud kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh).
d. Klien dipercaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang
berasal dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam
penyakit termasuk kanker paru yang dideritanya.

5. Faktor politik
a. Kebijakan dan peraturan pelayanan kesehatan, yaitu:
Alasan datang ke RS Cepet Sembuh
Klien mengalami batuk dan sering kambuh ketika cuaca dingin.
Merasakan sakit pada bagian dada, pundak, [unggung, dan lengan
disertai dengan penurunan berat badan.
b. Kebijakan yang di dapat di RS Cepat Sembuh
Klien melakukan pemeriksaan MRI dan disarankan untuk melakukan
kemotrapi

6. Faktor ekonomi
a. Sumber biaya pengobatan
Biaya dari penghasilan klien dan istrinya. Karena klien tidak mengikuti
asuransi kesehatan
b. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Biaya hidup sehari-hari dari penghasilan klien (800.000) dan istrinya
(15.000/ hari)

7. Faktor pendidikan
a. Klien merupakan lulusan SMA
B. Diagnosa
1. Data :
a. Klien mendapatkan wejangan dari mertuanya untuk banyak memberkan buah
dan sayur seperti kembang kol, brokoli, kentang, kubis, jus apel dan sirsak
b. Menurut kepercayaan di keluarga klien buah dan sayur yang berwarna hijau
dapat menambah tenaga dan kesehatan, sedangkan buah dan sayur berwarna

14
merah dipercaya menambah tenaga dan kesungguhan. (yang di maksud
kesungguhan adalah kesungguhan untuk sembuh)
c. Dalam pengolahan buah dan sayur tersebut istri klien memotongnya terlebih
dahulu baru kemudian dicuci dan saat merebusnya tidak di tutup.

Masalah : Potensial Peningkatan Pengetahuan

2. Data :
a. ya merupakan orang Jawa asli sehingga mereka masih kental menganut
tradisi dan budaya Jawa
b. Klien menolak kemotrapi
c. Klien percaya bahwa dengan melakukan pernafasan segitiga yang berasal
dari nenek moyangnya akan dapat menyembuhkan segala macam penyakit
termasuk kanker paru yang dideritanya

Masalah : Ketidakpatuhan pengobatan

3. Data :
a. Klien tidak dapat lepas dari kebiasaannya untuk merokok. Baginya merokok
merupakan suatu identitas bahwa dirinya seorang laki-laki sejati
b. Klien telah merokok selama 10 tahun
c. Kebiasaan tersebut tidak dapat di hentikan oleh klien karena jika tidak
merokok klien merasa mulutnya pahit
d. Klien lebih memilih untuk menahan lapar dari pada harus menahan untuk
tidak merokok
e. Karena sibuk bekerja klien jarang untuk berolahraga

Masalah :…………………………………………………………

C. Intervensi
Dx 1 : Potensial Peningkatan Pengetahuan
Intervensi :

Mempertahankan budaya (Maintenance)

15
1. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga bahwa kembang kol, brokoli, kubis,
jus apel dan manggis baik untuk membantu menyembuhkan penyakit kanker
paru-paru
a. Kembang kol mengandung glokosinolat yang mengandung silfir, antioksidan
seperti kamferol, asam sinamat yang telah dikenal dapat membantu
mencegah terjadinya kanker dengan cara menghambat pertumbuhan sel-sel
kanker
b. Brokoli mempunyai kandungan Sulforaphan dan antioksidan yang membantu
untuk menetralkan karsinogenik. Kandungan bekarotin yang ada di dalam
brokoli mampu mencegah kanker paru-paru
c. Kubis penuh fitonutrien, yang menghasilkan enzim yang terlibat dalam
detoksifikasi tubuh. Enzim ini membantu untuk melawan radikal bebas yang
dapat menyebabkan beberapa jenis kanker yang berbeda, termasuk paru-paru
d. Apel mengandung flavonoid,quercetin, dan aringin yang berperan dalam
mencegah kanker paru-paru
e. Manggis mengandung antioksidan yang membuang racun dari dalam tubuh
yang bisa menyebabkan timbulnya kanker. Alfamangostin berperan
mengendalikan sel kanker.

2. Motivasi klien untuk tetap memperbanyak konsumsi buah dan sayur


Restrukturiasi budaya
a. Jelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa pengolahan buah dan sayur
yang salah dapat mengurangi atau menghilangkan manfaat yang terkandung
dalam buah dan sayur tersebut.
b. Jelaskan mengenai cara pengolahan yang baik dan benar
Sebelum diolah sebaiknya buah dan sayur di cuci terlebih dahulu bari
kemudian di potong, kemudian saat merebus atau mengolahnya harus di
tutup agar vitamin dan mineral yang terkandungnya tidak ikut menguap

16
Dx 2 : Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan sistem yang diyakini
(pernafasan segitiga)

Intervensi :

Negosiasi budaya

1. Beri penjelasan pada klien bahwa “pernafasan segitiga” saja tidak cukup untuk
menyembuhkan penyakit kanker
2. Berikan dukungan kepada klien dan keluarga untuk tetap melakukan pernafasan
segitiga selama tidak menganggu pelaksanaan kemoterapi
3. Beri fasilitas dan waktu kepada klien untuk melaksanakan budayanya yaitu
“pernafasan segitiga”

Merestruksturisasi budaya

1. Diskusikan kesenjangan budaya yang dianut klien dengan terapi kesehatan yang
harus di jalani klien
2. Jelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa penyakit kanker merupakan
penyakit yang ganas dan perkembangannya sangat cepat seingga harus segera
mendapatkan pertolongan dengan segera.
3. Jelaskan kepada klien dan keluarga apabila klien tidak segera mengikuti
kemotrapi akan membahayakan keselamatan klien
4. Jelaskan kepada klien dan keluarga bahwa kemotrapi bertujuan untuk
menghambat dan membunuh sel-sel kanker, sehingga tidak semakin menyebar ke
orang lain
5. Berikan gambaran kepada klien tentang keberhasilan kemoterapi terhadap orang-
orang yang sebelumnya menderita penyakit kanker paru-paru dan melakukan
kemoterapi.

Dx 3 : ………………………………………………………………………………

Intervensi

Negosiasi budaya

17
1. Berikan motivasi kepada klien untuk berhenti merokok, Karena merokok dapat
memperparah penyakitnya
2. Berikan masukkan kepada klien jika klien merasa mulutnya pahit ketika tidak
merokok maka hal itu dapat digantikan dengan makan permen

Restrukturisasi budaya

1. Kali persepsi klien mengenai sehat sakit


2. Jelaskan mepada klien mengenai zat-zat adiktif yang terkandung dalam rokok dan
bahayanya bagi kesehatan.
a. Nikotin dapat menyebabkan terhentinya penafasan, meningkatkan tekanan
darah serta mempercepat denyut jantung
b. Karbon monoksida jaringan pembuluh darah menyempit dan mengeras
sehingga terjadi penyumbatan
c. Tar mengandung senyama Benzopiren dan Zenyfenol yang bekerja untuk
mempercepat aktivitas sel-sel kanker

18
BAB III
KESIMPULAN
3.1.1 Evaluasi
Asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.

3.1.2 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhan
keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan,
meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat
diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki
oleh perawat dengan klien
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat
mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang
sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak
sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak
dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami
latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat
sesuai dengan budaya klien.

19
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan
perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

20

Anda mungkin juga menyukai