Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHUALUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)


PADA PASIEN TN.S DIRUANG SEKATUNG RUMAH SAKIT
ANGKATAN LAUT DR MIDIYATO SURATANI

DISUSUN OLEH:

ABU NAIM (PO72201201666)

ANDRE SEFTRIANDI PUTRA (PO722012016667)

ARDILA (PO72201201668)

DOSEN PEMBIMBING:

RIMA NOVIA PUTRI S.KEP.NERS,M.KEP.,S.KMB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

PRODI DIII-KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Coronary Artery
Disease (CAD).

Makalah ini ditulis dengan untuk memenuhi tugas perkuliahan,yaitu sebagai tugas
seminar praktik klinik mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Tahun Akademik 2022 di
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.

Dalam penulisan makalah ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran
dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memiliki nilai dan
ilmu pengetahuan.

Tanjungpinang, 20 juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 3

1.4 Manfaat................................................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................. 4

2.1 Definisi Coronary Artery Disease (CAD)............................................................................4

2.2 Anatomi Fisiologi Coronary Artery Disease (CAD)............................................................5

2.3 Etiologi Coronary Artery Disease (CAD)............................................................................6

2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................ 7

2.6 Penatalaksanaan................................................................................................................... 9

2.7 Klasifikasi Coronary Artery Disease (CAD)......................................................................13

2.8 Komplikasi Coronary Artery Disease (CAD)....................................................................14

2.9 WOC.................................................................................................................................. 16

2.10 Prioritas Masalah Keperawatan Coronary Artery Disease(CAD)......................................19

2.11 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis.................................................................................19

2.12 Pengkajian.......................................................................................................................... 19

ii
2.13 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................... 23

2.14 Intervensi Keperawatan...................................................................................................... 24

2.15 Implementasi Keperawatan................................................................................................ 34

2.16 Evaluasi Keperawatan........................................................................................................ 34

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................................................... 35

3.1 Pengkajian......................................................................................................................... 35

3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................... 41

3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................................... 41

BAB IV PENUTUP............................................................................................................................... 48

4.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 48

4.2 Saran.................................................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan
salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab
kematian pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama
tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker (Yahya, 2010).
Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem
sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar
26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker
(6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal di
Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya
PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain
yang saling terkait (Anonim, 2006).
Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai bahan-bahan energi
secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan nutrisi ini mengalir melalui
suatu pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner. Apabila pembuluh darah
menyempit atau tersumbat proses transportasi bahan-bahan energy akan terganggu.
Akibatnya sel-sel jantung melemah dan bahkan bisa mati. Gangguan pada pembuluh
koroner ini yang disebut penyakit jantung koroner (Yahya, 2010).
Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar menggurangi atau
bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting adalah memelihara fungsi jantung
sehingga harapan hidup akan meningkat (Yahya, 2010).Sebagian besar bentuk penyakit
jantung adalah kronis, pemberian obat umumnya berjangka panjang, meskipun obat-obat
itu berguna tetapi juga memberikan efek samping (Soeharto, 2001).

1
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat harus secara
teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan dokter dapat menimbulkan
masalah baru (Soeharto, 2001).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif dan tidak aman, telah menjadi
masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Penggunaan obat dinilai tidak tepat jika
indikasi tidak jelas, pemilihan obat tidak sesuai, cara penggunaan obat tidak sesuai,
kondisi pasien tidak dinilai, reaksi yang tidak dikehendaki, polifarmasi, penggunaan obat
tidak sesuai dan lain-lain. Maka dari itu perlu dilaksanakan evaluasi ketepatan obat, untuk
mencapai pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis (Anonim, 2000).
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit
penyerta lain seperti diabetes melitus dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan.
Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat menentukan kualitas pengguanan obat
dalam pemilihan terapi. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.Terlalu banyaknya jenis obat yang
tersedia dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut
pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman (Anonim, 2000).
Banyak penderita serangan jantung yang kembali ke rumah setelah perawatan
beberapa hari. Sebagian perlu perawatan berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena
fungsi jantung sudah menurun. Di antara penderita serangan jantung itu,ada pula yang
tidak dapat diselamatkan (Yahya, 2010). Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk
melakukan evaluasi pengobatan jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi Coronary Artery Disease (CAD) ?
2) Apa etiologi Coronary Artery Disease (CAD) ?
3) Bagaimana patofisiologi Coronary Artery Disease (CAD) ?
4) Bagaimana klasifikasi Coronary Artery Disease (CAD) ?
5) Apa manifestasi klinis Coronary Artery Disease (CAD) ?

2
6) Apa pemeriksaan penunjang Coronary Artery Disease (CAD) ?
7) Bagaimana penatalaksanaan Coronary Artery Disease (CAD) ?
8) Bagaimana konsep asuhan keperawatan Coronary Artery Disease (CAD) ?

1.3 Tujuan
1) Tujuan Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah dan
menambah pengetahuan tentang kita tentang penyakit Coronary Artery Disease
(CAD).
2) Mahasiswa memahami konsep penyakit tentang Coronary Artery Disease (CAD)
dan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary Artery Disease (CAD).

1.4 Manfaat
Manfaat Kita sebagai mahasiswa bisa mengetahui dan memahami lebih spesifik
tentang penyakit Coronary Artery Disease (CAD)serta bisa mengetahui penyebab dan
factor-faktor gejala-gejala klinis dari penyakit Coronary Artery Disease (CAD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Coronary Artery Disease (CAD)


Penyakit Jantung Koroner (Coronary Heart Disease, CHD) adalah penyakit
jantung akibat perubahan obtruktif pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan
fungsi jantung terganggu (Ramandika, 2012 dalam Carolina, 2014)
CAD merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner
yang menyebabkan arteri koroner jadi menyempit. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh terkumpulnya kolestrol sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam
jangka waktu yang cukup lama. Proses tersebut disebut aterosklerosis. CAD dapat
menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal
jantung dan gangguan irama jantung.
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Pada
waktu jantung harus be kerja lebih kerasterjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah
tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan kejadian inilah
yang disebut dengan serangan jantung. Adanya ketidakseimbangan antara ketersedian
oksigen dan kebutuhan jantung memicu timbulnya PJK (Huon, 2002).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara klinis PJK ditandai
dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat
ketika sedang mendaki, kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di
jalan datar atau berjalan jauh. Pemeriksaan angiografi dan elektrokardiogram (EKG)
digunakan untuk memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang
menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya PJK secara
klinis (Soeharto dalam Haslindah, 2015).

4
2.2 Anatomi Fisiologi Coronary Artery Disease (CAD)
Lapisan jantung terdiri atas perikardium (lapisan pembungkus jantung,
miokardium (lapisan otot jantung) dan endokarium (permukaan dalam jantung). Didalam
miokardium, lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koroner
kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koroner
kanan memerikan darah untuk sino atrial node, ventrikel kanan, permukaan diafragma
ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah kesinus kemudian bersirkulasi
langung kedalam paru. (Syaifudin, 2011)

Peredaran darah jantung (Syaifudin, 2011) :

1. Arteri koroner kanan


Berasal dari sinus anterior berjalan kedepan antara trunkus pulmunalis dan
aurikula dekstra, memberikan cabang-cabang ke atrium dekstra dan ventrikel
dekstra. Pada tepi inferior jantung menuju sulkus atrioventrikularis untuk
beranastomosis dengan arteri koroner kiri memperdarahi ventrikel dekstra.
2. Arteri koroner kiri
Lebih besar dari arteri koronaria dekstra, dari sinus posterior aorta sinistra
berjalan kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula kiri masuk ke sulkus
atrioventrikularis menuju ke apeks jantung memberikan darah untuk ventrikel
dekstra dan septum interventrikularis.
3. Vena jantung
Sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalaui sinus
koronaris yang terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan
lanjutan dari V. Kardiak magna yang bermuara ke atrium dekstra sebelah kiri vena
cava inferior. Vena kardiak minimae dan media merupakan cabang sinus koronaris,
sisanya kembali ke atrium dekstra melalui vena kardiak anterior melalui vena kecil
keruang-ruang jantung.
Proses metabolisme jantung adalah aerobik yang membutuhkan oksigen dan
berhubungan erat dengan aktivitas metabolisme. Pada kondisi basal. Konsumsi
oksigen jantung 7-10 ml/100 gram miokarium/menit. Jika jantung mendapat
oksigen selama beberapa meitmaka aktivitas mekanik akan terhenti. Jika aktivitas

5
meningkat, misalnya kerja berat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat dan
peningkatan oksigen ini hanya didapat dengan eningkatkan aliran darah koroner.
(Syaifudin, 2011).

2.3 Etiologi Coronary Artery Disease (CAD)


Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat
atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk didinding
arteri. Proses penumpukan ini disebu aterosklerosis dan bisa terjadi dalam pembuluh
darah arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner ( Kasron, 2012 dalam Carolina
2014).
Secara morfologi, aterosklerosis terdiri atas lesi-lesi fokal yang terbatas pada arteri
otot-otot jantung dan jaringan elastis yang berukuran besar dan sedang, seperti aorta
(dapat menyebabkan aneurisma), Arteri politea dan femoralis (menyebabkan penyakit
pembuluh darah perifer), arteri karotis (menyebabkan stroke), arteri renalis
(menyebabkan oenyakit jantung iskemik atau infark miokardium) (Price & Wilson, 2008
dalam Carolina 2014).
Walaupun terdapat banyak faktor risiko PJK, tampakanya penyebab primer adalah
inflamasi dan pengendapan lemak di dinding arteri. (Black & Hawk, 2014) Etiologi
penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan
pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam
kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat
merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa,2014)
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan
trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan
terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran
darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja
jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan
plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan

6
mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang 2 menyebabkan
pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014).
Menurut Pratiwi (2011) penyebab PJK juga disebabkan oleh Trombosis yaitu
gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah pendarahan berlanjut pada saat
terjadi luka karena merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh. Lama
kelamaan dinding pembuluh darah akan robek akibat dari pergerasan pembuluh darah
yang terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek
tersebut yang bersatu dengan kepingan-kepingan darah menjadi trombus. Trombosis
dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.

2.4 Manifestasi Klinis


Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama, yaitu
penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama. Gejala-gejala
penyakit jantung korner antara lain:
Menurut Anwar TB, (2004), manifestasi klinik yang biasa terjadi pada kasus crnary
artery disease (CAD) meliputi :
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri
yang tajam dan berat, biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri.
Tidak seperti nyeri angina, nyeriini muncul secara spontan (bukan setelah kerja
berat atau gangguan emosi) danmenetap selama beberapa jam sampai beberapa
hari dan tidak akan hilang denganistirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa
kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
2. Perubahan pola EKG Normal
pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang
Tinverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis.
Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitassel miokard ke impuls saraf seperti iskemia, ketidakseimbangan
elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi,

7
premature ventrikel,contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi
dan ventrikel fibrilasi.
3. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidakmampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga
berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada
dan didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang
bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark
merangsang refleksvasofagal.

2.4 Patofisiologi
Menurut LeMone,Priscilla dkk tahun (2019) penyakit jantung koroner biasanya
disebabkan oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah (umur,jenis kelamin,dan riwayat
keluarga ) dan faktor resiko yang bisa dirubah (hipertensi,hiperlipidema,diabetes
melitus,merokok,obesitas,stress,dan kurang aktivitas fisik). Paling utama penyebab
penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklorosis disebabkan oleh faktor
pemicu yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan fibrosa dan lipoprotein
menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah lemak diangkut dengan menempel pada
protein yang disebut apoprotein. Keadaan hiperlipedemia dapat merusak endotelium
arteri. Mekanisme potensial lain cedera pembuluh darah mencakup kelebihan tekanan

8
darah dalam sistem arteri. Kerusakan endotel itu sendiri dapat meningkatkan pelekatan
dan agregasi tromosit serta menarik leukosit ke area tersebut. Hal ini mengakibatkan
Low Densitiy Lipoprotein (LDL) atau biasanya disebut dengan lemak jahat yang ada
dalam darah. Semakin banyak LDL yang menumpuk maka akan mengalami proses
oksidasi.
Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapatpada arteri yang terangsang
dan menganggu aliran darah. Plak juga dapat menyebabkan ulkus penyebab
terbentuknya trombus,trombus akan terbentuk pada permukaan plak,dam penimbunan
lipid terus menerus yang dapat menyumbat pembuluh darah.
Lesi yang kaya lipid biasanya tidak stabil dan cenderung robek serta terbuka.
Apabila fibrosa pembungkus plak pecah (ruptur plak),maka akan menyebabkan debris
lipid terhanyut dalam aliran darah dan dapat menyumbat arteri serta kapiler di sebelah
distal pal yang pecah. Akibatnya otor jantung pada daerah tersebut mengalami
gangguan aliran darah dan bisa menimbulkan aliran oksigen ke otot jantung berkurang.
Peristiwa tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi istemik sehingga hipoksia.
Mengakibatkan proses pada miokardium berpindah ke metabolisme anaerobik yang
menghasilkan asam laktat sehingga merangsang ujung saraf otot yang menyebabkan
nyeri.
Jaringan menjadi iskemik dan akhirnya mati (infark) disebabkan karena suplai
darah ke area miokardium terganggu. Ketika sel miokardium mati,sel hancur dan
melepaskan beberapa iso enzim jantung ke dalam sirkulasi. Kenaikan kadar kreatinin
kinase, serum dan troponin spesifik jantung adalah indikator infark mioardium.

2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pada serangan akut (Muttaqin, 2009)
1) Penangan nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu :
 Morphin sulfat
 Nitrat
 Penghambat beta
2) Membatasi ukuran infark miokardium Untuk membatasi ukuran infark secara
selektif yang dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen

9
ke jaringan miokardium dan untuk memelihara atau memulihkan sirkulasi,
keempat golongan utama terapi farmakologi yaitu :
 Antikoagulan
 Trombolitik
 Antilipemik
 Vasodilator perifer
3) Pemberian oksigen pemberian oksigen dimulai saat awitan nyeri terjadi.
Oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektifitas
terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama
pertukaran pernafasan. Terapi oksigen dilanjutkan hingga klien mampu
bernafas dengan mudah
4) Pembatasan aktivitas fisik Istirahat merupakan cara paing efektif untuk
membatasi aktifitas fisik. Penguranagn atau penghentian seluruh aktivitas
pada umumnya akan mempercepat penghentian nyeri.
2. Penatalaksanaan Primer (Hawari, 2004 dalam Carollina 2014)
1) Menghentikan kebiasaan merokok. Arterosklerosis yang berakibat pada
penyempitan pembuluh darah pada gilirannya berakibat pada manifestasi
penyakit jantung kororner. Arterosklerosis sebagai dampak dari merokok
merupakan penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat.
2) Menjaga tekanan darah supaya tetap normal Bila tekanan darah tinggi dan
tidak terkendali akan memberi beba kerja jantung, otot-otot janung lama
kelamaan mengalami pembesaran. Hal ini dapat dillihat pada pemeriksaa fisik
dan radiologi, organ jantung nampak membesar pada penderita darah tinggi.
Selain dari pembesaran organ jantung pada umumnya disertai disfungsi
pembuluh darah koroner.
3) Menjaga kadar kolestrol dan trigliserida agar tetap normal Mengkonsumsi
makanan yang halal dan baik serta tidak berlebihan, terutama makanan yang
mengandung kolestriol. Kolestrol dan trigliserida yang tinggi serta tidak
terkendali akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah koroner.

10
4) Melakukan kegiatan olahraga secara teratur. Olahraga dapat merangsang
pembentukan pembuluh darah koroner kolateral yang dapat mengkompesasi
bila terjadi gangguan pada pembuluh darah koroner.
5) Menjaga berat badan ideal Kelebihan berat badan akan menambah beban kerja
jantung untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh
6) Menghindari stress Hidup hendaknya relatif bebas dari stress, cemas atau
depresi agar risiko PJK diperkecil seminimal mungkin. Respon seseorang
terhadap stress dapat berkontribusi terhadap perkembangan PJK. Beberapa
penelliti melaporkan hubungan risiko PJK dengan tingkat stress, perilaku
sehat dan status sosial ekonomi. Tatalaksana Penyakit Kardiovaskuler di
Indonesia tahun 2009 dalam Oktavia 2017 seperti diet tinggi serat, rendah
kolesterol / lemak, rendah garam, menjaga berat badan tetap normal, berhenti
merokok / alcohol dan olahraga teratur, sedangkan obat yang disarankan
untuk penderita PJK.
3. Penatalaksanaan Sekunder (Anonim, 2009 dalam Oktavia 2017)
1) Golongan Nitrat
Mekanisme kerja golongan nitrat vasodilatasi, menurunkan pengisian
diastolik, menurunkan tekanan intrakardiak dan meningkatkan perfusi
subendokardium. Nitrat kerja pendek penggunaan sublingual untuk
profilaksis, nitrat kerja panjang penggunaan oral atau transdermal untuk
menjaga periode bebas nitrat. Nitrat kerja jangka pendek diberikan pada setiap
pasien untuk digunakan bila terdapat nyeri dada. Dosis nitrat diberikan 5 mg
sublingual dapat diulang tiga kali sehari. (Anonim, 2009 dalam Oktavia,
2017). Untuk pemberian Nitrogliserin, gliseril dan trinitrat melalui IV dengan
dosis 5-200 if/menit dengan onset 1 menit sdangkan untuk rute sublingual
yaitu dengan dosis 0,3-0,6 mg dapat diulangi sampai 5x/m dengan onset 2
menit. Untuk obat isosorbid dinitrat dan isosorbid mononitrat yang melalu
patch transdermal dosis 5-10 mg selama 24 jam dengan onset 1-2 menit. Dan
untk jalur IV dengan dosis 1.25 mg/jam dengan onset 1 menit. Untuk jalur
sublingual dengan dosis 2,5-10 mg/jam dengan onset 3-4 menit. Dan untuk

11
jalur oral dengan dosis 20-30 mg, 2-3 x/hari sampai dengan dosis tinggi 120
mg , dengan onset 30-60 menit. (AHA, 2015 dalam Milasari 2017).
2) Golongan Penyekat β (beta bloker)
Terdapat bukti-bukti bahwa pemberian beta bloker pada pasien angina
yang sebelumnya pernah mengalami infark miokard, atau gagal jantung
memiliki keuntungan dalam prognosis. Berdasarkan data tersebut beta bloker
merupakan obat lini pertama terapi angina pada pasien tanpa kontraindikasi
(Anonim, 2009 dalam Oktavia, 2017). Beta bloker dapat menimbulkan efek
samping berupa gangguan pencernaan, mimpi buruk, rasa capek, depresi,
reaksi alergi blok AV, dan bronkospasme. Beta bloker dapat memperburuk
toleransi glukosa pada pasien diabetes juga mengganggu respon metabolik dan
autonomik terhadap hipoglikemik Dosis beta bloker sangat bervariasi untuk
propanolol 120-480/hari atau 3x sehari 10-40mg dan untuk bisoprolol 1x
sehari 10-40mg. (Anonim, 2000 dalam Oktavia, 2017).
3) Obat antiplatelet
Terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah trombosis koroner oleh
karena keuntungannya lebih besar dibanding resikonya. Aspirin bekerja
dengan cara menekan pembentukan tromboksan A2 dengan cara menghambat
siklooksigenase dalam platelet (trombosit) melalui asetilasi yang ireversibel.
Kejadian ini menghambat agregasi trombosit melalui jalur tersebut. Sebagian
dari keuntungan dapat terjadi karena kemampuan anti inflamasinya dapat
mengurangi ruptur plak (Anonim, 2006 dalam Oktavia, 2017).
4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE-I)
ACE-I merupakan obat yang telah dikenal luas sebagai obat
antihipertensi, gagal jantung, dan disfungsi ventrikel kiri. Sebagai tambahan,
pada dua penelitian besar randomized controlled ramipril dan perindopril
penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien penyakit
jantung koroner stabil tanpa disertai gagal jantung. ACE-I merupakan indikasi
pada pasien angina pektoris stabil disertai penyakit penyerta seperti hipertensi,
DM, gagal jantung, disfungsi ventrikel kiri asimtomatik, dan pasca infark
miokard. Dosis untuk penggunaan obat golongan ACE-I untuk captopril 6,25-

12
12,5 mg tigakali sehari. Untuk ramipril dosis awal 2,5 mg dua kali sehari dosis
lanjutan 5 mg dua kali sehari, lisinopril dosis 2,5-10 mg satu kali sehari (Lacy
et al, 2008 dalam Milasari, 2017).
5) Anti kolesterol Statin
menurunkan resiko komplikasi atherosklerosis sebesar 30% pada pasien
angina stabil. Beberapa penelitian juga menunjukkan manfaat statin pada
berbagai kadar kolesterol sebelum terapi, bahkan pada pasien dengan kadar
kolesterol normal. Terapi statin harus selalu dipertimbangkan pada pasien
jantung koroner stabil dan angina stabil. Target dosis terapi statin untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler sebaiknya berdasarkan
penelitian klinis yang telah dilakukan dosis statin yang direkomendasi adalah
simvastatin 40 mg/hr, pravastatin 40 mg/hr, dan atorvastin 10 mg/hr. Bila
dengan dosis diatas kadar kolesterol total dan LDL tidak mencapai target,
maka dosis dapat ditingkatkan sesuai toleransi pasien sampai mencapai target
(Anonim, 2009 dalam Milasari 2017). Statin juga dapat memperbaiki fungsi
endotel, menstabilkan plak, mengurangi pembentukan trombus, bersifat anti
inflamasi, dan mengurangi oksidasi lipid. Statin sebaiknya diteruskan untuk
mendapatkan keuntungan terhadap kelangsungan hidup jangka panjang
(Anonim, 2006 dalam Oktavia, 2017).
4.Revaskularisasi Koroner (Hawari, 2004 dalam Carolina 2014)
1) Trombolitik
2) Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)
3) Angioplasti stent koroner
4) Percutaneous and Transmyokardial Revascularitation (PMR/TMR)

2.7 Klasifikasi Coronary Artery Disease (CAD)


Menurut Nazmah (2012) dalam Muhammad Supri D (2019) klasifikasi penyakit
jantung koroner ada 4 yaitu sebagai berikut:
1) Angina Pectoris atau Stable Angina
Angina pectoris atau Stable Angina merupakan jenis penyakit jantung yang paling
ringan yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan suplai darah dengan

13
kebutuhan otot jantung yang sifatnya hanya sementara. Penyebab dari gangguan
suplai darh tersebut karena terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner yang
dikarenakan terjadinya proses arthersklerosis pada pembuluh koroner, sehingga
terjadi hambatan pada aliran darah tetapi tidak total.
2) Angina Tidak Stabil atau Unstable Angina
Definisi dari angina tidak stabil kurang lebih sama dengan angina pectoris hanya
saja yang membedakan yaitu derajat sakitnya lebih berat, waktu kemunculan
angina tidak stabil bisa kapan saja dan intensitas keluhan yang lebih lama.
3) Prinzmetal Angina
Prinzmetal Angina merupakan gangguan yang terjadi karena adanya sumbatan
secara komplit disebabkan karena adanya spasm pada pembuluh darah
koroner.Jika dalam waktu 20 menit tidak segera ditangani maka dapat
menyebabkan injury pada sel – sel otot jantung.
4) Infark Miokard Akut Infark miokard akut di bagi menjadi 2 yaitu:
 ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI) ST Segmen Elevasi
Myocardial Infraction (STEMI) disebabkan karena adanya sumbatan total pada
pembuluh darah koroner yang dapat menyebabkan injury pada sel sel otot
jantung bahkan sampai mengenai lapisan oto jantung bagian luar. Tanda dari
STEMI yaiu adanya kenaikan enzim pada jantung (CKMB atau Troponin).
 Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI) Pada Non ST
Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI) sudah terjadi injury ada sel
sel otot jantung. NSTEMI terjadi pada saat angina pectoris atau angina tidak
stabi tidak dideteksi secara dini maupun tidak ditangani dengan tepat. Keluhan
yan dialami kurang lebih sama dengan angina tidak stabil.

2.8 Komplikasi Coronary Artery Disease (CAD)


1) Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi miokardium.
Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
(Wicaksono, 2019).
2) Syok Kardiogenik

14
Syok kardiogenik ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada ventrikel kiri
yang di sebabkan oleh infark miokardium mengakibatkan gangguan berat pada
perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas (Nurhidayat S,
2011).
3) Edema Paru
Edema paru merupakan suatu cairan abnormal yang tertimbun pada paru baik
dalam alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku dan tidak dapat
mengembang karena tertimbun cairan, sehingga udara tidak bisa masuk maka
terjadi hipoksia berat (Wicaksono, 2019).
4) Pericarditis Akut
Pericarditis akut adalah penyakit yang biasa di sebut dengan peradangan pada
pericardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri dan dapat terjadi manifestasi
dari penyakit sistemik. Efek yang ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi
prikardinal yang memicu tamponade jantung (Wicaksono, 2019).

15
2.9 WOC
Riwayat keluarga Obesitas stress
usia Jenis kelamin
(genetik )
Kurang
hipertensi merokok
aktivitas fisik Diabetes melitus hiperlipidemia

Lipoprotein tertimbun
di endothelium

LDL Meningkat

LDL teroksidasi

plak

aterosklerosis

16
Penyempitan arteri koroner

Oksigensisasi terganggu Aliran darah terganggu


Resistensi aliran
darah meningkat

Suplai oksigen ke arteri koroner


Penurunan kemampuan pembuluh
menurun
vaskuler untuk melebar

Kebutuhan oksigen miokard menurun

MK : KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN PERIFER Hipoksia Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat


Penurunan perfusi jaringan MK : NYERI AKUT

PH sel menurun Merangsang pelepasan nociceptor


Oksigen ke perifer menurun

Kontraksi miokard menurun Asidosis respatorik

Aktifitas serabut saraf ( A delta & C


fiber )
Cardiac output menurun Merangsang kemoreseptor
perifer
Implus ke medulla spinalis

Curah jantung menurun


MK : PENURUNAN
Merangsang pusat pernafasan
CURAH JANTUNG
Implus ke korteks
serebri
Mekanisme kompensasi Aktivitas pernafasan
pertahanan curah jantung meningkat Persepsi nyeri
menurun
17
MK : KETIDAKEFEKTIFAN
dispnea
POLA NAFAS
Angina pektoris
Refleks simpatis vasokontriksi MK : INTOLERANSI
AKTIVITAS

Retensi natrium dan air Stable angina NSTEMI


meningkat

Edema MK: KELEBIHAN Unstable angina


STEMI
VOLUME CAIRAN

MK : ANSIETAS

18
2.10 Prioritas Masalah Keperawatan Coronary Artery Disease(CAD)
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2) Ketidak efektifan pola nafas
3) Penurunan curah jantung
4) Nyeri akut
5) Inteloransi aktivitas
6) Kelebihan volume cairan
7) Ansietas

2.11 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


Proses keperawatan adalah metode sistemik untuk mengkaji respon manusia terhadap
masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga
orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat
dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari
lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
(Bararah & Jauhar, 2013).

2.12 Pengkajian
1. Identitas Pasien

Nama klien, nomor RM, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, agama, alamat,
tanggal MRS, diagnosa medis: diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang, tidak bisa hanya dengan manifestasi klinik yang ada, tanggal engkajian, jam
pengkajian.

2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri pada dada, jantung
berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien,
sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai
dilakukannya pengkajian. Pada pasien penyakit jantung koroner biasanya didapatkan

19
adanya keluhan seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST
sebagai berikut :
 Provocatif : nyeri timbul pada saat beraktivitas
 Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat
seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir
 Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke bahu
 Severity : skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa dilihat dengan
ekspresi wajah
 Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi ≤ 30 menit
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang penyakit apa saja
yang pernah di derita seperti nyeri dada, hipertensi, DM dan hiperlipidemia dan sudah
berapa lama menderita penyakit yang dideritanya,tanyakan apakah pernah masuk
rumah sakit sebelumnya.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga tanyakan pada pasien mengenai riwayat
penyakit yang dialami keluarganya. Seperti penyakit keturunan (diabetes melitus,
hipertensi, asma, jantung ) dan penyakit menular (TBC, hepatitis).

5) Riwayat Psikososial

Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego yaitu pasrah dengan
keadaan, merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi peran,
ketakutan akan kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul. Kondisi ini
ditandai dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat kelemahan, perubahanm
tekanan darah dan pola nafas, cemas, dan gelisah.

3. Pola Kebiasaan Sehari- hari


1) Nutrisi
Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu makan menurun dan porsi
makan menjadi berkurang (Nurhidayat, 2011).

20
2) Istirahat
Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana presepsi klien terhadap nyeri yang
dirasakannya.
3) Eliminasi
 BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan konsisitensi cair
 BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan konsistensi padat
4. Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
5. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti melakukan aktivitas
yang berat.
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan
mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis
(GCS : 14-15 = E4,V5, M6), apatis (GCS: 12-13), delirium (GCS : 10-11), samnolen
(GCS : 7-9), sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma(GCS : 3 = E1,V1,
M1).
2) Tanda tanda vital
Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan respirasinya. Tekanan
darah serkisar antara 124/91 mmHg – 137/97 mmHg, RR sekitar 16-20 x/menit,nadi
seerkisar 100-112 x/menit.. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa nyeri
yang timbul (Nurhidayat, 2011)
3) Kepala dan muka
Inspeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak, rambut bersih/tidak,
muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak,, ekspresi wajah
meringis/menangis/tersenyum. Palpasi : rambut,rontok/tidak, benjolan pada kepala
ada/tidak
4) Mata
Inspeksi :mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak, konjungtiva merah
muda/anemis, sklera ikterik/putih , pupil kanan dan kiri isokor (normal), reflek pupil

21
terhadap cahaya miosis(mengecil)/ midriasis (melebar) Palpasi :nyeri/tidak,
peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata/tidak.
5) Telinga
Inspeksi :telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat pendengaran/tidak,
warna telinga dengan daerah merata/tidak,lesi ada/tidak, perdarahan ad/tidak,
serumenada/tidak
6) Hidung
Inspeksi : keberadaan septum tepat di tengah/ tidak, secret
ada/tidak Palpasi :fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak
7) Mulut
Inspeksi : bibir ada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak, warna bibir hitam/meah
muda, mukosa bibir lembab/kering, sianosis/tidak, oeeme/tidak, lesi/tidak, stomatitis
ada/tidak, gigi berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning, lidah bersih/kotor.
Palpasi :nyeri tekan/tidak pada bibir
8) Leher
Inspeksi : luka/tidak,
Palpasi :ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak
9) Payudara & ketiak
Inspeksi :payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak, ada luka/tidak
Palpasi :ada nyeri saat ditekan pada ketiak /tidak
10) Thorak :
 Paru-paru
Inspeksi :dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi
naik/turun, irama normal/abnormal, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otototot bantu pernafasan/tidak), warna kulit
merata/tidak, lesi/tidak, edema, pembengkakan/ penonjolan, RR mengalami
peningkatan.
Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri sama/atau tidak, ada fraktur
pada costae/tidak
Perkusi :normalnya berbunyi sonor.

22
Auskultasi :normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan ada suara
tambahan/tidak
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : teraba atau tidaknya ICS
Perkusi : normalya terdengar pekak
Auskultasi :S3/S4 murmur
11) Abdomen
Inspeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak,umbilikus menonjol/masuk kedalam ,
amati warna kulit merata/tidak
Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak
Perkusi : suara timpani atau hipertimpani
12) Intergumen
Inspeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati turgor kulit
baik/menurun
Palpasi : akral hangat /dingin, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2
detik
13) Ekstermitas
Inspeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak
Palpasi : oedema/tidak
14) Genetalia
Inspeksi : terpasang kateter atau tidak

2.13 Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebutuhan oksigen ke
miokardium berkurang.
2) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan proses asidosis respatorik
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardium
4) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke
miokardium

23
5) Inteloransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke
miokard
6) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen ke miokard
7) Ansietas berhubungan dengan rasa ketakutan akan ancaman,dan perubahan kesehatan
atau kematian

2.14 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasi Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Manajemen reduksi ansietas
keperawatan diharapkan ansietas (l.09314)
Definisi : kondisi emosi terlaksana dengan baik.
dan pengalaman subyektif Observasi :
Kriteria hasil :  Identifikasi saat tingkat
individu terhadap objek ansietas berubah (mis
Tingkat ansietas kondisi,waktu,stresor)
yang tidak jelas dan  Verbalisasi kebingungan  Identifikasi kemampuan
spesifik akibat antisipasi menurun mengambil keputusan
 Verbalisasi kekhawatiran  Monitor tanda tanda
bahaya yang akibat kondisi yang ansietas (verbal dan non
dihadapi menurun verbal)
memungkinkan individu  Perilaku gelisah menurun
melakukan tindakan  Perilaku tegang menurun Terapeutik
 Konsentrasi membaik  Ciptakan suasana
untuk menghadapi  Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
ancaman kepercayaan
 Temani pasien untuk
Penyebab : mengurangi
kecemasan,jika
 Krisis situasional memungkinkan
 Pahami situasi yang
 Kebutuhan tidak membuat ansietas
 Dengarkan dengan
terpenuhi penuh perhatian
 Gunakan pendekatan
 Ancaman terhadap yang tenang dan
meyakinkan
kematian  Tempatkan barang
pribadi yanng
 Kekhawatiran memberikan
kenyamanan
mengalami  Motivasi
kegagalan mengidentifikasi

24
Situasi yang memicu kecemasan
 Disfungsi  Diskusikan perencanaan
sistem realitis tentang peristiwa
yang akan datang
keluarga

 Hubungan
orang tua
dan anak
tidak
memuaskan

 Faktor
keturunan
(Temperame
n mudah
teragitasi
sejak lahir)

 Penyalahgun
aan zat

 Terpapar
bahaya
lingkungan

 Kurang
terpapar
informasi

25
2 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovelemia (l.03116)
keperawatan diharapkan status
Definisi : penigkatan
cairan terpenuhi Observasi :
volume cairan  Periksa tanda dan
Kriteria hasil : gejala hipovolemia
intravaskuler,interstisial
 Kekuatan nadi (mis,frekuensi nadi
Atau seluler meningkat meningkat,nadi teraba
 Tugor kulit meningkat lemah,tekanan darah
Penyebab :  Output urine menurun,tekanan nadi
 Gangguan meningkat menyempit,tugor kulit
 Ortopnea menurun menurun,membran
mekanisme  Dispnea menurun mukosa kering,volume
regulasi  Paraxysmal noctrunal urine
dyspnea menurun menurun,hematokrit
 Kelebihan asupan  Edema anasarka meningkat,haus,lemah)
cairan menurun
 Edema perifer Terapeutik :
 Kelebihan asupan menurun  Hitung kebutuhan
nutrium  Frekuensi nadi cairan
membaik  Berikan posisi
 Gangguan aliran  Frekuensi darah modified
membaik trendelenburg
balik vena
 Membran mukosa  Berikan asupan cairan
 Efek farmakologis membaik oral
 Jugular venous
(mis.kortikosteroi
pressure membaik Edukasi :
d,tolbutamide)  Kadar hb membaik  Anjurkan
 Kadar ht membaik memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
cairan iv isotonis
(mis.nacl,rl)
 Kolaborasi pemberian
produk darah

26
3 Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Manajemen perawatan jantung
keperawatan diharapkan (l.02075)
jantung
penurunan curah jantung
Definisi : ketidakadekuatan terpenuhi dengan baik Observasi
 Identifikasi tanda atau
jantung memompa darah
Kriteria hasil : gejala primer
untuk memenuhi  Kekuatan nadi perifer penurunan curah
meningkat jantung (meliputi
kebutuhan metabolisme
 Ejection fraction (ef) dispnea,kelelahan,ede
tubuh. meningkat ma,ortopnea,peningkat
 Palpitasi menurun an cvp)
Penyebab :
 Gambaran ekg aritmia  Monitor tekanan darah
 Perubahan irama menurun  Monitor intek dan
 Lelah menurun output cairan
jantung  Tekanan darah  Monitor keluhan nyeri
 Perubahan membaik dada
 Suara jantung s3 dan (mis.lokasi,presivitasi
frekuensi jantung s4 menurun yang mengurangi
 Perubahan nyeri)
 Periksa tekanan darah
kontraktilitas dan frekuensi nadi
 Perubahan prelod sebelum dan sesudah
aktivitas
 Perubahan  Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
afterload
sebelum pemberian
obat
Terapeutik
 posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah

27
Atau posisi nyaman
 fasilitasi pasien
dan keluarga
untuk modifikasi
gaya hidup sehat
 berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
stres,jika perlu
 berikan dukungan
emosional dan
spritual

Edukasi :
 Anjurkan
beraktivitas sesuai
toleransi
 Anjurkan berhenti
merokok
 Ajarkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
antiaritma,jika
perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi

28
jantung

29
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi (i05178)
keperawatan diharapkan toleransi
Definisi : aktivitas terlaksana dengan baik.Observasi:
 Identifikasi gangguan
ketidakcukupan energi
Kriteria Hasil: fungsi tubuh yang
melakukan aktivitas Toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
 Kemudian dalam  Monitor kelelahan fisik
sehari hari. melakukan aktivitas dan emosional
sehari-hari meningkat  Monitor pola dan jam
Penyebab :
 Kekeuatan tubuh bagian tidur
 Ketidakseimbang bawah meningkat  Monitor lokasi dan
 Kecepatan berjalan ketidak nyamanan
an antara suplai meningkat selama melakukan
 Kekuatan tubuh abgian aktifitas
darah dan
atas meningkat
kebutuhan  Keluhan lelah menurunTerapeutik:
 Perasaan lemah  Sediakan lingkungan
oksigen menuruan nyaman dan rendah
 Tekanan darah membaik stimulus(misal.cahaya,su
 Tirah baring ara,kunjungan)
 Frekuensi nafas membaik
 Lakukan latihan rentang
 Kelemahan
gerak pasif atau aktif
 Imobilitas  Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara asupan
peningkatan makanan

30
5 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri(l.08238)
Definisi : Pengalaman keperawatan diharapkan
Observasi:
sensori dan emosional status nyeri terpenuhi  Identifikasi skala nyeri
yang tidak menyenangkan  Monitor efek samping
dengan baik
penggunaan analgetik
yang muncul akibat Kriteria hasil:
kerusakan jaringan yang Terapeutik:
Status nyeri:  Berikan teknik
aktual atau potensial atau  Tingkat nyeri nonfarmakologis untuk
digambarkan dalam mengurangi rasa nyeri
berkurang  Fasilitasi istirahan dan
kerusakan sedemikian tidur
 Status
rupa (International  Kontorl lingkungan
kenyamanan yanag memperberat
Associton For Studynog rasa nyeri
membaik
Pain); awitan yang tiba- Edukasi:
 Kontrol nyeri  Jelaskan edukasi
tiba atau lambat dari meredakan nyeri
menjadi lebih
 Anjurkan memonitor
baik secara mandiri
insensitas ringan hingga  Mobilitas fisik
berat dengan akhir yang membaik

dapat di antisipasi atau


diprediksi dan
berlangsung <6 bulan.

31
Penyebab:
 Agen pencedera
fisiologis(mis.neopl
asma)
 Agen pencedera
kimiawi(misal
terbakar bahan
kimia iritan)
 Agen pencedera
fisik
 Agen pencedera
fisik(misalnya
abses,amputasi,terb
akar,terpotong,ang
kat berat,prosedur
operasi,trauma
latihan fisik
berlebihan)

32
6 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas(i.01011)
Definisi : Inspirasi dan/ keperawatan pola nafas
Observasi:
ekspirasi yang tidak efektif dapat teratasi  Monitor pola nafas
memberi ventilasi dengan baik  Monitor bunyi nafas
tambhan
adekuat  Monitor skutum
Penyebab: Kriteria hasil:
Terapeutik:
 Deprsi pusat  Tekanan  Pertahankan
pernafasan ekspinasi dan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semi fouler
 Hambatan upaya isnpirasi dalam dan fouler
nafas(misal.nyeri keadaan normal  Berikan meinuman
hangan
saat  Frekuensi  Lakukana fisioterapi
bernafas,kelema pernafasan dada,jika perlu
 Lakukan pengisapan
han otot membaik lendir kueang dari 15
pernafasan)  Kedalaman detik
 Lakukan
nafas membaik hiperoksiginasi
 Pernafasan sebelum penghisapan
endotrakeal
cuping hidung  Keluarkan sumbatan
menurun benda pada
forsepmcgil
 Berikan oksigen jika
perlu

Edukasi:
 Anjurkan asupan
2000ml atau hari,jika
tidak kontrak idikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,ekspeto
ran,mukolatik,jika
perlu

33
2.15 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana keperawatan
disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan
keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga
dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang
unik (Price & Wilson, 2009).

2.16 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan
dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Price &
Wilson. 2009). Menurut Price & Wilson (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:

1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan menjelaskan keberhasilan
atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.

34
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

A. identitas
Nama : Tn.s
Tanggal lahir : jakarta,09 september 1956
Pendidikan : Smp
Suku : Melayu
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat rumah : jl.brautas no 27
Golongan darah : b+

Penanggung jawab
Nama : Ny.A ( Istri )
Tanggal lahir : 15 agustus 1961
Pendidikan : SMA
Suku : Tapanuli
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat rumah : Jl.brautas No.2
No hp : 081295551841

Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk


Tanggal masuk : 11 April 2022
No medical record : 218184
Ruang rawat : Sekatung
Diagnosa medik : Coronary Artery Disease ( CAD )
→ AHF + CAD + HHD + ANEMIA

B. Keluhan Utama
 Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Klien mengatakan nyeri dada pada bagian dada dan punggung belakang nyeri seperti ada
tekanan beban, nyeri muncul ketika beraktivitas ,klien mengatakan sesak nafas timbul ketika
beraktivitas , merasa lemah,sering tidur,klien tampak meringis memegang dada yang sakit ,klien
tampak lesu dan hanya terbaring tanpa melakukan aktivitas.

 Keluhan utama saat pengkajian


Klien mengatakan nyeri pada dada,klien mengatakan kaki klien mengalami
pembengkakan ,nyeri punggung belakang,dan pasien kesulitan untuk berjalan beraktivitas,serta sesak
nafas berat.

C. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
35
Klien datang keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu dan membuat klien mengeluhkan
sesak nafas ketika beraktivitas ,dirumah ketika terlentang kaki kanan klien bengkak dan hari terakhir
klien juga mengeluh sakit punggung yang membberat sampai hari ini ,batuk berdahak sehaj 2
bulan,klien merasa ada penurunan berat badan.
 Riwayat kesehatan dahulu
-Klien mengatakan pernah mengalami penyakit asam lambung,BPH,salit magh.
-Pernah melakukan pengobatan sedot cairan dipunggung belakang
-Operasi yang pernah dialami prostat 1 tahun yang lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan semua keluarga sehat,terkecuali dirinya.( tidak ada riwayat seperti diri
klien )
 Riwayat psikososial
 Status emosi
klien dapat mengendalikan emosinya dan dapat tenang jika diberikan setiap tindakan

 Gaya komunikasi
klien berbicara lancar , namun suaranya pelan sehingga sulit untuk didengar.

 Pola pertahanan bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi maslahnya ?


Klien hanya berbaring tidur dan berserah diri kepada tuhan

 Dampak dirawat dirumah sakit apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama
klien dirs?
Perubahn pada fisik klien mengalami penurunan berat badan,namun seiring berjalannya waktu
nafsu makan klien mulai meningkat. Psikologisnya klien tampak betah berada dirumah
sakit,klien selalu menanyakan kapan dirinya akan pulang.

 Kondisi emosi/perasaan
Awalnya klien tidak menerima,kesal,dan marah, tetapi pada ssat disemangati keluarga pasien
mulai menerima keadaan.
 Riwayat spritual
Klien mengatakan sholat 5 waktu
 Riwayat sosial
Klien dalam bermasyarakat baik,serta mudah bergaul.

IV. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI


AKTIVITAS SEBELUM MASUK RUMAH DIRUMAH SAKIT
SAKIT
Pola pemenuhan kebutuhan Makan tidak ada pantangan Makan lunak : bubur dan lauk
nutrisi dan cairan makan lauk pauk 3 x 1 sehari pauk 3 x1 sehari
Pola eleminasi BAB 2X1 Sehari BAB 2X1 sehari BAK ( Tidak
BAB 3X1 Sehari teratur) Tidak terpasang keteter
( menggunakan painpers)
Pola istirahat dan tidur *Pasien mengatakan tidur tidak Setelah masuk rumah sakit
1. Jumlah dan waktu teratur ( pasien sering tidur ) pasien sering tertidur namun di
2. Gangguan tidur *pasien mengatakan tidak siang hari , ketika malam
3. Kebiasaan sebelum tidur kesulitan untuk tidur, pasien hari ,pasien sullit tidur , 1-2 jam
36
4. Upaya untuk mengatasi tidur dengan tenang ( nyeri dada )
Gangguan tidur
5. Hal hal yang
mempermudah bangun
dan tidur
6. Keluhan lain

Pola kebersihan diri ( PH ) Mandi tidak teratur ( 1x1 ) 2 Pasien tidak ada sama sekali
 Frekuesi mandi sehari setiap mandi setiap mandi, cuci rambut dan gosok
 Frekuensi mencuci berkeringat mengganti pakaian gigi, karna adanya hambatan
rambut pada fisik pasien kesulitan untuk
berjalan dan beraktivitas
 Frekuensi gosok gigi
 Frekuensi mengganti
pakaian
Aktivitas lain/ mobilitas fisik / Pasien mengatakan sering Tidak ada karena pasien
rekreasi kekebun dan aktif dalam kesulitan untuk beraktivitas
 Aktivitas apa yang di kegiatan social
lakukukan untuk
mengisi waktu luang
 Waktu senggang untuk
keluarga
 Kegiatan di hari libur
 Hiburan dan rekreasi
Olah raga Tidak ada karena pasien sulit
 Program olahraga  Jalan pagi untuk berkativitas
 Jenis frekuensi olahraga  Ketika masih muda
pasien seorang pemain
bola

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaaan umum  pasien secara umum terlihat sakit berat, kesadaran composmentis
B. Pemeriksa tanda tanda vital
TD = 98 / 52
N = 78
Rr = 22
SPO = 96
C.Pemeriksaan kepala dan leher
 KEPALA 
INSPEKSI  wajah simetris
PALPASI  Tidak ada nyeri tekan sinus frontalis dan meksilaris
(-) kelenjar getah bening

 Rambut
 Rambut hitam tidak lebat
 Mata
 Alis mata tidak tebal
37
(-) eksoptalamus, enoptalamus, strabismus
- selera : tidak ada tanda tanda peradangan
- kornea : (-) ulkus (-) kekeruhan (-) pandangan
- lensa : tidak ada kekeruhan pada lensa ( normal )
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembekakan pal pekra

 Telinga : bersih dan pendengaran masih bagus dan jelas


- Tidak terdapat nyeri tekan dan pembesaran kelenjar getah bening
 Hidung : bersih tidak ada lesi di dalamnya
- Inspeksi : bentuk hidung simetris
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan , krepitasi pada tulang hidung
 Mulut : bau nafas biasa , tidak ada sariawan
 Ternggorokan : letak dan ukuran tonsil posisi ukuran normal ( tidak ada ma )
 Leher : tidak ada nyeri tekan

D. pemriksaan
E. Pemeriksaan thoraks / dada
1. Pemeriksaan paru
o Inspeksi : bentuk torak takipneu
o Auskultasi : suara nafas area vesikuler : tronkial q/ t suara tambahan
Wh -/-, rh -/- rh -/- BJ-1 dan ,II Reguler
o Perkusi: area paru sonor ada nyeri tekan
2. Pemriksaan jantung :
o Inspeksi : letus cordis terlihat dengan perlebaran
o Auskutasi : bunyi I terdengar tunggal ( luk ) dan kuat
Bunyi 2 terdengar tunggal dan kuat
Terdapat bunyi tambahan murmur
Keluhan lain terhadap jantung : jantung berdebar –debar
o Palpasi :dinding thorak teraba kulit
o Perkulasi :keadaan batas jantung normal , batas atas normal di I CS II
Batas bawah normal di ICS V , batas kiri N = ICS IV
F/. pemeriksaan abdomen
- inspeksi : bentuk abdomen normal , simetris tidak ada berjalan (-)
Bayangan pembuluh darah rena (-)
o Auskultasi : frekuensi peritalistik usus 15 x / menit ( dalam keadaan normal )
Dan tidak ada bormorygmi (-)
o Palpasi : tidak ada nyer tekan pada hepar, tidak terdapat pembesaran pada hepar, - perkusi : suari
tympan : dan tidak ada keluhan lain
G/ . pemeriksaan genetalia dan rektal, tidak terpasang keteter, pasien menggunakan painpers
Inspeksi : rambut publis bersih , tidak dapat berjalan (-) rambut publis putih bersih tidak ada lesi ,
inguinal dll
H/. pemeriksaan punggung dan tulang belakang
 pasien mengalami : gangguan pada tulang belakang , dan terdapat nyeri tekan dengan s=s
I/ pemeriksaan ekstremitas / musculoskeletal .
o Inspeksi : otot antara sisi kanan dan sisi kiri simetris (+), tidak terdapat frektur (-)
o Palpasi : terdapat adem padekstreamatis kaki ( +) lingkar lengan normal mengalami kelemahan
38
otot , ekstrimitas bawah : edema +/-
J/. pemeriksaan fungsi pendengaran
o uji ketajaman pendengaran dengan tes fisik , pendengaran pasien normal dan masih jelas
o penghirup dan tenggorokan baik, pasien tidak ada keluhan saat menelan
K. pemeriksaan fungsi penglihatan
Kanan dan kiri : normal tidak rabun, ketajaman penglihatan baik
1 pemeriksaan fungsi Neurulogis

 Kesadaran pasien ( compos manties )


Tidak terdapat peningkatan suhu tubuh (-) nyeri kepala (-) kaku kuduk (-) muntah (-) ,
penurunan tingkat kesadaran (-)
M/ Pemeriksaan kulit / integument
 kulit tidak terdapat lesi warna kulit sawo matang
 rambut bersih tidak ada kotoran, sedeikit berminyak
 kuku bersih, tidak ada masalah

1/ darah lengkap 2/ kimia darah :


 Leukosit : 5800 mm3 Ureun : A6 mg / dl
 Eritrosit : 3200000 mm3 creatinin : 0,6 mg / dl
 Trombosit : 251000 mm3 5G0t : 32 u/ L
 Hemoglobin :8,7 gr % 5 got : 25 u/ L
 Haemtokrit : 29%

3/ Pemeriksaan mitologi
ID : 0232 hr : 96 bp QT/ DTC : 244/ 435 ms
Name : th s R-2 : 624 MS P/ QRS / T : 41/63/54 0
Sex : 09 P-R : 209 MS RV 5 / SVI : 3.040 / 0.850 MV
Age :65 th Qrs : 99 ms RV S+ SVI : 3.890 MV
(EKG)
Sinus rhythm
Left afriel anlargment
High voltage ( left ventriculler )
Uncornvirmed report
0/. Tindakan terapi
 C PG 75-0-0
 Atrorvastation 0-0-40 mg
 Bisoprolol 2,5-0-0
 Captopril 3 x 25 mg
 Spirolonation 0-25 mg -0
 Nitrokaf 2x2,5mg
 Deazepan 0-0 2mg
 Lartolus 0-0-0
 Injeksi larseperatole
 Injeksi eurosemide

39
VI. ANALISIS DATA
DATA ETILOGI MASALAH
Suplay oksigen ke arteri Nyeri Akut
DS : Pasien mengatakan nyeri pada Korenor menurun
bagian data sampai punggung
- Nyeri seperti ada tekanan Keb. Oksigen miokard
beban Menurun
- Nyeri muncul ketika
beraktivitas berat
Metabolism anaerob
Do : - pasien tampak meringis
- Pasien memegang dada Asam Laktat manual
yang sakit
- Skala nyeri 5
Nyeri Akut

DS : - Pasien mengatakan sesak Asidosis resfitatorik Pola nafas tidak efektif


- Sesak timbul setelah
adanya nyeri
DO : - pola nafas 22 Merangsang kemorseptor
- Klien tampak sesak
- Saturasi oksigen 96
Perifer

Aktivitas pernafasan meningkat


DS : - Pasien mengatakan lelah dan
Pola nafas tidak efektif
lemah
- Klien mengatakan malas
dalam beraktivitas

DO : - Pasien tampak lesu


- Pasien sering tidur Suplay oksigen menurun
Itoleransi Aktivitas

Aktivitas pernafasan meningkat

Dispnea
40
Itoleransi aktivitas

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d suplay oksigen kearteri koroner menurun d.d klien mengatakan nyeri
2. Pola nafas tidak efektif b.d asidasi respiratorik d.d ( data no 2 )
3. Intoleransi aktivitas b.d suplay oksigen yang menurun d.d ( data no 3 )

41
3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasi Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri(l.08238)
Definisi : pengalaman
tindakan keperawatan
sensori dan emosional Observasi:
yang tidak menyennagkan diharapkan status nyeri  Identifikasi
yang muncul akibat lokasi,karakteristik,dur
terpenuhi dengan baik
kerusakan jaringan yang asi,frekuensi,kualitas
aktual atau potensial atau Kriteria hasil: nyeri
digambarkan dalam  Identifikasi skala nyeri
kerusakan sedemikian rupa Status nyeri:  Monitor efek samping
(International Associton  Tingkat nyeri penggunaan analgetik
For Studynog Pain):
awitan yang tiba-tiba atau berkurang Terapeutik:
lambat dari insensitas  Status  Berikan teknik
ringan hingga berat dengan nonfarmakologis untuk
akhir yang dapat di kenyamanan mengurangi rasa nyeri
antisipasi atau diprediksi membaik  Fasilitasi istirahan dan
atau berlangsung <6 bulan. tidur
Penyebab:  Kontrol nyeri  Kontorl lingkungan
 Agen pencedera menjadi lebih yanag memperberat
fisiologis(mis.neopl rasa nyeri
asma) baik Edukasi:
 Agen pencedera  Mobilitas fisik  Jelaskan edukasi
kimiawi(misal meredakan nyeri
terbakar bahan membaik  Anjurkan memonitor
kimia iritan) secara mandiri
 Agen pencedera  Anjurkan
fisik(misalnya menggunakan
abses,amputasi,terb anlagetik secara tepat
akar,terpotong,ang  Ajakan teknik
kat berat,prosedur nonfarmakologis untuk
operasi,trauma mengurangi rasa nyeri
latihan fisik
berlebihan) Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

Pemberian Analgesik (1.08243)


Observasi:
 Identifikasi
karakteristik nyeri
 Identifikasi riwayat

42
alergi obat
 identifikasi kesesuaian
jenis analgesik dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor ttv sebelum
dan sesuadah
pemberian analgetik

Terapeutik :
 Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal,jika
perlu
 tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dekumentasikan
respon terhadap efek
analgesik sesuai
indikasi

Edukasi :
 Jelaskan efek terapi
dalam efek samping
obat
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgesik dan jenis
analgesik sesuai
indikasi.
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan
asuhan keperawatan nafas(i.01011)
Definisi : Inspirasi dan/
Observasi:
ekspirasi yang tidak pola nafas efektif dapat  Monitor pola nafas
memberi ventilasi teratasi dengan baik  Monitor bunyi nafas
tambhan
adekuat  Monitor skutum
Penyebab: Kriteria hasil: Terapeutik:
 Pertahankan
 Deprsi pusat  Tekanan kepatenan jalan nafas
pernafasan ekspinasi dan  Posisikan semi fouler
dan fouler
 Hambatan upaya isnpirasi dalam
 Berikan meinuman
nafas(misal.nyeri keadaan normal hangan
 Lakukana fisioterapi
 Frekuensi
43
saat pernafasan dada,jika perlu
 Lakukan pengisapan
bernafas,kelema membaik
lendir kueang dari 15
han otot  Kedalaman detik
pernafasan)  Lakukan
nafas membaik
hiperoksiginasi
 Pernafasan sebelum penghisapan
endotrakeal
cuping hidung
 Keluarkan sumbatan
menurun benda pada
forsepmcgil
 Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan
2000ml atau hari,jika
tidak kontrak idikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,ekspeto
ran,mukolatik,jika
Setelah dilakukan asuhan
perlu
3 keperawatan diharapkan toleransi
Intoleransi aktivitas Manajemen energi (i05178)
aktivitas terlaksana dengan baik.
Definisi : Observasi:
Kriteria Hasil:  Identifikasi gangguan
ketidakcukupan energi Toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
 Kemudian dalam mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas melakukan aktivitas  Monitor kelelahan fisik
sehari hari. sehari-hari meningkat dan emosional
 Kekeuatan tubuh bagian  Monitor pola dan jam
Penyebab : bawah meningkat tidur
 Kecepatan berjalan  Monitor lokasi dan
 Ketidakseimbang meningkat ketidak nyamanan
an antara suplai  Kekuatan tubuh abgian selama melakukan
atas meningkat aktifitas
darah dan  Keluhan lelah menurun
 Perasaan lemah Terapeutik:
kebutuhan menuruan  Sediakan lingkungan
oksigen  Tekanan darah membaik nyaman dan rendah
 Frekuensi nafas membaik stimulus(misal.cahaya,su
 Tirah baring ara,kunjungan)
 Lakukan latihan rentang
 Kelemahan gerak pasif atau aktif
 Berikan aktivitas
 Imobilitas
distraksi yang
menenangkan
44
 Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara asupan peningkatan
makanan

3.4 IMPLEMENTASI

HARI/ EVALUASI
JAM DA IMPLEMENTASI
TANGGAL FORMATIF
S : klien mengatakan
nyeri masih terasa klien
mengatakan akan
mencoba teknik tersebut
untuk mengatasi nyeri dan
setuju untuk meminum
-mengidentifikasi nyeri obat analgetik
Mengajarkan teknik imformakologis untuk O : klien tampak meringis
mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi kesakitan dibagian dada
nafas dalam P : nyeti bagian dada
Senin /
16:30 1 ketika beraktivitas
11-13-2022 - Mengajarkan penggunaan analgetik D : Seperti di tekan beban
secara tepat berat
Kolaborasi dalam pemberian analgetik R : di dada kiri
S : Skala nyeri 5
T : nyeri dirasakan ketika
beraktifitas bnyak
Kesadaran : composmetik
Keadaan umum : sedang
TD : 98/58 N/S 78
RR : 24 SPO = 99

16 : 50 2 - Memonitor pada nafas klien s : klien mengatakan


45
- Memposisikan klien semi fowler sesak dan mau memakai :
- Memberikan oksigen S liter oksigen
- ( NASAL KANUI ) o : klien tampak sesak
- Mengajarkan teknik batuk efektif rr : 24 x / menit

s : klien mengatakan
lemah dan malas
- Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh beraktivitas karena sesak
yang mengakibatkan kelelahan nafas
- Melatih rentang gerak pasif - Klien mengatakan
3 - Menganjurkan tirah baring dan strategi ekstrimitas bawah
koping untuk mengurangi kelelahan yang lemah
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam O : klien tampak lemah
meningkatkan asupan makanan klien terbaring dan
tidak melakukan
aktivitas
S : klien mengatakan neri
Mengidentifikasi nyeri
sedikit berkurang dan
Mengajarkan teknik nonformakologis
mampu mengurangi rasa
Selasa/ 12- untuk mengurangi rasa nyeri dengan
09 : 30 1 nyeri dan teknik yang di
04-2022 teknik relaksasi nafas dalam
ajarkan
pemberian analgetik
O : klien tampak sedikit
meringis skala nyeri 3-4
S : klien mengatakan
masih terasa sesak sekali
- Monitor pola nafas klien sekali saat beraktivitas
2
- Memposisikan klien semi fowler O : klien tampak sesak
- Memberikan oksigen 5 liter jika beraktivitas ,
( nasal kanui ) terpasang oksigen 5 liter
( rasal kanui )
Rr = 22 SPO = 96
S: klien mengatakan
badan masih terasa agak
lemah
- klien mengatakan
bias berlatih
- melatih rentang gerak pasif menggerakan kaki
- menganjurkan tirah baring dan strategi nya dengan bantuan
3 koping untuk megurangi kelelahan keluarga
- kolaborasi dengan ahli gizi dalam - klien mengatakan
meningkatkan asupan makanan sudah mau makan
sedikit tapi sering
O : klien tampak agak
lemah
klien mulai duduk dengan
bantuan keluarga
Kamis 10 : 40 1 - mengidentifikasi nyeri S : klien mengatakan
14-04-22 - mengajarkan teknik non formakologis nyeri berkurang dan
untu megurangi nyeri mampu mnegurangi nyeri
dengan teknik
46
nonformakologis yang
diajakan
O : klien tampak nyaman
skala nyeri 2-3

- monitor pola nafas S : klien mengatakan


- memposisikan klien semi fowler sesak kadang kadang
2 O : terpasang oksigen 5
- berikan oksigen 5 liter dengan nasal karul
jika sesak liter ketika sesak
S : klien mengatakan
- melatih rentang gerak pasif badan masih tampak
lemah ,duduk dibantu
- menganjurkan tirah baring dan strategi
3 keluarga
koping untuk mengurangi kelelahan O : klien tampak lemah
- kolaborasi dengan ahli gzi beraktivitas dibantu
keluarga

3.5. EVALUASI
Hari/ Tanggal Jam Evaluasi Nama dan Ttd
Senin / Dinas pagi S : klien mengatakan masih merasakan nyeri pada
11-04-22 dada , sesak nafas , dan lemah dalam melakukan
aktifitas
O : kesadaran composmatis
- keadaan umum lemah , terpasang infus n hcl
- terpasang O2 5 Liter ( nasal kanul )
- klien tampak meringis sesak dan lemah
A : nyeri akut belum teratasi
- pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
- managemen nyeri
- pemberian analgetik
- identifikasi nyeri
- ajarkan teknik imformakologi
- kolaborasi pemberian analgetik
- kaji fingsi tubuh yang mengakibatkan
kelemahan
- melatih rentan gerak pasif
_
Selasa/ Dinas pagi S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
12-04-22 sesak masih terasa jika beraktifitas , badan masih
terasa lemah aktivitas masih dibantu keluarga
O : kesadaran composmatis keluhan utama cemas
terpasang infus Nacl 20 + pm
Terpasang O2 nasal kanul ( 5 liter )
47
Klien sesekali meringis kesakitan sesak jika
beraktifitas skala nyeri 3-4
TD : 110/60 N/S : 82/36 8 RR/SPO : 22/97
A : Nyeri akut teratasi sebagian pola nafas tidak
efektif teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- identifikasi nyeri
- ajarkan teknik non formakologi untuk
mengurangi nyeri
- kolaborasi pemberian analgetik
- beri oksigen sesuai kebutuhan
- ajarkan rentang gerak pasif
- mengajarkan tirah baring

Kamis / Dinas pagi


14-04-2022 S : - klien mengatakan nyeri sudah berkurang
- klien mengatkan sesak kadang kadang
- klien badan masih terasa lemah dan
beraktivitas dibantu keluarga
O : - kesadaran composmatis k/u sedang klien
tampak nyaman tidak meringis klien dibantu
dalam beraktivitas
- terpasang NoCL 20 +pm
- stand by O2 jika sesak
TD : 08/61 N/S : 84/362 RR/SPO2 = 20/99
A: nyeri akut teratasi
Pola nafas tidak efektif sebagian teratasi
toleransi beraktifitas teratasi sebagian
P : interventasi dilanjutkan
 beri O2 sesuai kebutuhan
ajarkan rentan gerak pasif

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
CAD (coronary artery disease) yaitu kelainan pada pembuluh darah arterikoroner pada
48
jantung) Pembuluh darah arteri koroner adalah pembuluh darah yangmemasok aliran darah ke
otot-otot jantung, membawa oksigen dan juga zat-zat lainyang dibutuhkan untuk metabolisme
sel-sel otot jantung sehingga dapat berfungsinormal)Gejala yang ditumbulkan dari penyakit CAD
yaitu nyeri dada, Sesak, Gagal jantung, Serangan jantung dan aritmia.

CAD dapat terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat, Merokok, diabetesmellitus,
obesitas, kurang berolahraga dl

4.2 Saran
Jagalah kesehatan dengan megubah pola hidup yang sehat (pola makanan sehatseimbang,
banyak mengonsumsi buah dan sayuran), jangan merokok, dan sering-seringlah berolah rag

49
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umpo.ac.id/6166/3/BAB%202.pdf

50
51

Anda mungkin juga menyukai