“GAGAL HATI”
KELOMPOK 1 :
Y U L LY G U S T I A
NINGSIH
MEGA JULIANTI
DEBBY ERISKA
RETNO KARTIKA SARI
YOLLA ARAHMAH
SUCI RAMADHANI
C H I N T YA R A H M I
R AT I F A H
C A H YA N I A R D A N
NURUL FEBRI
ANGGI ANGGARA A G U N G W I LYA N T O
WA H Y U A D E L L A
HUTRI ANGRAINI
PENGERTIAN
Gagal hati (Liver failure) adalah kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi
kembali akibat mengalami kerusakan yang sangat luas.
Gagal hati akut dapat menyebabkan banyak komplikasi, termasuk perdarahan
yang berlebihan dan peningkatan tekanan di otak. Istilah lain untuk gagal hati
akut adalah fulminant hepatic failure.
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatik yang terjadi dalam waktu
beberapa minggu sesudah dimulainya paenyakit pada pasien yang tidak
terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati
ETIOLOGI
1.Hepatitis virus baik A, B, maupun non-A dan non-B. Pada sekitar 50% pasien
positif hepatitis B, perjalanan fulminan dicetuskan oleh faktor lain, biasanya akut
atau superinfeksi dengan virus hepatitis D. Pada pasien positif hepatitis B yang
menerima kemoterapi untuk keganasan bersamaan, hepatitis B bisa direaktivasi
dan menjadi fulminan.
Fokus penanganan dalam perbaikan ginjal akibat hepatorenal syndrome (HRS) atau acute renal tubular
necrosis.
Perhatikan penanganaanan terhadap cerebral edema. Proper positioning dan menghindari manipulasi
yang dapat menyebabkan TTIK, dapat mencegah cerebral edema. Monitoring TTIK berkesinambungan
pada penyakit serius adalah penting, terutama pada grade 3 or 4 dari hepatic encephalopathy. Mannitol
digunakan pada pasien dengan TTIK lebih dari 30 mm Hg dan pada pasien dengan progressive edema.
Stop protein intake sampai 0.5 g/kg/d atau kurang.
Lactulose enemas untuk evacuate the bowel.
Oral neomycin untuk menurunkan enteric bacteria menghasilkan ammonia.
Monitoring glukosa darah teratur untuk kemungkinan komplikasi hypoglycemia, dan administrasi
glukosa I.V.
Perawatan khusus
Hepatitis dirawat dengan acyclovir untuk herpesvirus hepatitis dan prednisone serta azathioprine
untuk autoimmune hepatitis.
Overdosis acetaminophen dirawat dengan hepatotoxic drugs (ie, N-acetylcysteine).
Galactosemia dan fructosemia dirawat dengan dietary elimination.
Surgical Care: Orthotopic liver transplantation merupakan cara yang efektif untuk perawatan
FHF.
Pertimbangan transplantasi segera ketika international normalized ratio (INR) mencapai 4,
terutama pada anaka kecil.
Pendekatan terbaru dengan liver-assist devices, seperti matrices of cultured hepatocytes, untuk
pasien FHF sampai hepatic regeneration terjadi atau terdapat donir transplantasi hati.
Pada keadaan gawat, segment liver transplant atau living related donor transplant dilaksanakan
untuk menghindari anak dengan FHF dari bahaya rapidly progressive liver necrosis.
Pendekatan inovatif, seperti auxiliary hepatic transplantation, xenograft, extracorporeal human
liver, dan artificial liver support devices, juga untuk keadaan gawat.
Diet: Pasien dengan kalori tinggi, karbohidrat tinggi dan lemak berlebih. Total parenteral
nutrition (TPN) diperlukan untuk mencukupi nutrisi, terutama bila nutrisi parenteral tidak
dapat dilakukan. Monitoring glukosa dan menghindari volume overload.
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PASIEN DENGAN HEPATIC FAILURE
Pengkajian
Data Subjektif
I. Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
II. Kulit, selaput lendir, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan berbuih.
III. Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang,
Data subjektif
IV. Tanda vital : tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik
V. Status cairan dan elektrolit : deficit volume, munyah, pendarahan, dehidrasi akibat asites dan
edema dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air.
VI. Abdomen : gerakan peristalsis (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran hepar
dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusa).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
terganggunya mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)
2. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan,
anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi
usus abnormal.)
3. Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi
1. Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya
mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)
Ditandai dengan:
Edema, anasarka, peningkatan berat badan, intake lebih besar dari output, oliguria, perubahan
pada berat jenis urine.
Dispnoe, bunyi nafas tambahan, efusi pleura
Perubahan TD
Gangguan elektrolit
Perubahan status mental.
Tujuan/criteria evaluasi:
Keseimbangan cairan tercapai dengan kriteria:
Berat badan stabil, edema berkurang/hilang,
Tanda vital dalam rentang normal.
2. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan, anoreksia,
mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi usus abnormal.)
Ditandai:
Penurunan berat badan
Perubahan bunyi dan fungsi usus
Tonus otot menurun.
Tujuan:
Nutrisi terpenuhi dengan kriteria:
Berat badan meningkat
Mual muntah berkurang
Porsi makan yang dihabiskan pasien meningkat.
3. Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi berhubungan dengan:
a) Gangguan faktor pembeku (penurunan protrombin, fibrinogen, gangguan
absorbsi Vit K dari pengeluaran tromboplastin.
b) Hipertensi portae.
Ditandai: Perdarahan gusi, muntah darah.
Tujuan : Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan
Kriteria: Perdarahan dapat teratasi.
Terima Kasih