Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIK ANTEPARTUM DI RUANG PONEK KEBIDANAN


RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
Tanggal 9 Januari –  14 Januari 2023

Oleh :
Phagia Febriani, S.Kep
NIM 1730913310073

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR

YARSI BUKITTINGGI

TP 2023/2024
HEMORAGIK ANTEPARTUM
1. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum
terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trisemeter
ketiga. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga. Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya berasal pada kelainan plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada
kelainan plasenta biasanya lebih banyak, sehingga dapat menganggu sirkulasi O2  dan CO2  serta nutrisi dari
ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak berumber pada kelainan plasenta seperti kelainan serviks
biasanya relatif tidak berbahaya (Wiknjosastro, 2005).
2. Etiologi
Etiologi pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
1) Bersumber dari kelainan plasenta
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( osteum uteri
internal ).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
a) Plasenta previa totalis : seluruhnya ostium internus ditutupi plasenta.
b) Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
c) Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
1) Endometrium yang kurang baik
2) Chorion leave yang peresisten
3) Korpus luteum yang berreaksi lambat
b. Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir.Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu. Solusi plasenta dapat
diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klinik antara lain :
1) Solusi plasenta ringan
a) Tanpa rasa sakit
b) Pendarahan kurang 500cc
c) Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
d) Fibrinogen diatas 250 mg % 2)  Solusi plasenta sedang
2) Bagian janin masih teraba
a) Perdarahan antara 500 –  1000 cc
b) Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
3) Solusi plasenta berat
a) Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
b) Janin telah meninggal
c) Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
d) Terjadi gangguan pembekuan darah
2) Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan
vagina ( erosion, polip, varises yang pecah ).
3. Patofisiologi
a. Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ
dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa.Karena
segmen bawah agak rentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
b. Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada
desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil
itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu
dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan
pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.

 
Pathway :

Kelainan plasenta

Dilatasi serviks nyeri

Perdarahan ansietas

hipovolemia anemia Kekurangan volume


cairan

Perubahan perfusi
jaringan
4. Manifestasi Klinis
1) Plasenta previa
a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala
c. Perdarahan berwarna merah segar
d. Letak janin abnormal
2) Solusi plasenta
a. Perdarahan disertai rasa sakit
b. Asfiksia ringan sampai kematian intrauterine
c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d. Abdomen menjadi tegang
e. Perdarahan berwarna kehitaman
f. Sakit perut terus menerus
5. Komplikasi
1) Plasenta previa
a) Prolaps tali pusat
b) Prolaps plasenta
c) Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
d) Robekan-robekan jalan lahir
e) Perdarahan post partum
f) Infeksi karena perdarahan yang banyak
g) Bayi prematuritas atau kelahiran mati
2) Solusi plasenta
a. Langsung
a) Perdarahan
b) Infeksi
c) Emboli dan obstetrik syok
b. Komplikasi tidak langsung
a) Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post partum
b) Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post partum
c) Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia
d) Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofise dll.
6. Penatalaksanaan
a. Plasenta previa
1) Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show ( perdarahan inisial harus dikirim ke
rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal)
2) Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih hidup,belum inpartus. Kehamilan
belum cukup 37 minggu atau berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan
istirahat.Berikan obat- obatan spasmolitika, progestin atau progesterone observasi teliti
3) Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor transfusi darah. Kehamilan
dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari premature.
4) Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke
rumah sakit dimana fasilitas operasi dan tranfuse darah ada
5) Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.
b. Solusio plasenta
1) Terapi konservatif
Prinsip :
a) Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti
sendiri jika tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh
darah arteri yang robek
b) Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
a. Morphin suntikan subkutan
b. Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan
c. pentazol
d. Tranfuse darah.
2) Terapi aktif Prinsip :
a. Melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan dan perdarahan segera berhenti
b. Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
a) Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin dan
dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan
b) Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan
cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks
c) Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun sampai hodge III-IV :
Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Janin meninggal : lakukan
embriotomi
d) Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan : Solusio plasenta dengan anak hidup,
pembukaan kecil, Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak,
pembukaan masih kecil, Solusio plasenta dengan panggul sempit, Solusio plasenta
dengan letak lintang
e) Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :Bila terjadi afibrinogenemia atau
hipofibrino-genemia kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik. Ligasi arteri hipogastrika bila
perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan. Pada
hipofibrinogenemia berikan : Darah segar beberapa botol, Plasma darah dan
Fibrinogen.
7. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Data Subjektif
a) Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
b) Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
d) Riwayat kehamilan
 Haid terakhir
 Keluhan
 Imunisasi
e) Riwayat keluarga
 Riwayat penyakit ringan
 Penyakit berat
 Keadaan psikososial
 Dukungan keluarga
 Pandangan terhadap kehamilan
f) Riwayat persalinan
g) Riwayat menstruasi
 Haid pertama
 Sirkulasi haid
 Lamanya haid
 Banyaknya darah haid
 Nyeri
 Haid terakhir
h) Riwayat perkawinan
 Status perkawinan
 Kawin pertama
 Lama kawin
b. Data Objektif
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda
guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut.
c) Leher
d) Payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu. Bertambahnya ukuran dan noduler.
e) Jantung dan paru
Volume darah meningkat. Peningkatan frekuensi nadi. Penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pembulu darah pulmonal. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. Peningkatan volume
tidal, penurunan resistensi jalan nafas. Diafragma meninggi serta Perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada.
f) Abdomen
Menentukan letak janin. Menentukan tinggi fundus uteri.
g) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda Chandwick) serta Hipertropi
epithelium.
h) System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur. Gaya berjalan yang canggung. Terjadi pemisahan otot
rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal.
c. Khusus
a) Tinggi fundus uteri
b) Posisi dan persentasi janin
c) Panggul dan janin lahir
d) Denyut jantung janin
2) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan inspekulo
b) Pemeriksaan radio isotopic
c) Ultrasonografi
d) Pemeriksaan dalam
8. Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan vaskuler berlebihan
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi
c) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks
d) Ansietas berhubungan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin
Rencana Tindakan Keperawatan

Dx
No NOC NIC
Keperawatan
1.   Kekurangan NOC : NIC :
volume
 Fluid Balance  Fluid Management
cairan b.d
Setelah dilakukan 1.   Pertahankan catatan
kehilangan
tindakan keperawatan intake dan output
cairan
selama kekurangan yang akurat
vaskuler
volume cairan 2.   Monitor status
berlebihan
teratasi, dengan dehidrasi
kriteria hasil: 3.   Terapi IV

1.   Keseimbangan output administrasi cairan

dan intake dalam 24 4.  Berikan cairan


 jam 5.   Distribusikan cairan

selama 24 jam
2.   Tekanan darah dalam

 batas normal 120/80


mmHg Vital Sign Monotoring

 
3.   Turgor kulit < 2 detik
1. Monitor tekanan
darah, nadi, dan
 pernafasan sebelum,
selama, dan sesudah
aktifitas, dengan
sesuai

2.  Monitor pelebaran
atau penyempitan
tekanan nadi
3. Identifikasi
kemungkinan
 penyebab
 perubahan tanda
vital

2.  Perubahan NOC : NIC :


perfusi
Circulation status  Peripheral Sensation
 jaringan b.d
 Management
hipovolemi Setelah dilakukan
(Manajemen sensasi
tindakan keperawatan
 perifer) 
setiap 1 x 24 jam
diharapkan nyeri akan 1.   Observasi tanda
vital 
 berkurang. 2.   Kaji pengisian
Kriteria hasil:  kapiler, warna
a.  Klien menunjukkan kulit/membran
 perfusi adekuat, mukosa, dasar kuku. 
misalnya tanda vital 3.   Tinggikan kepala
stabil. tempat tidur sesuai
toleransi 
4.   Awasi upaya
 pernapasan;

auskultasi bunyi
napas. 
5.   Observasi keluhan
nyeri dada/palpitasi 
6.   Kolaborasi
 pengawasan hasil
 pemeriksaan
laboraturium.
Berikan sel darah
merah
lengkap/packed

 produk darah sesuai


indikasi 
7.   Berikan oksigen
tambahan sesuai

indikasi. 
3. Nyeri b.d NOC :  Pain level, Pain NIC :
dilatasi Control, Comfort Level  
 Pain Management  
serviks atau Setelah dilakukan
kontraksi tindakan keperawatan 1.   Lakukan pengkajian
selama 1 x 30 menit nyeri secara
otot rahim kompherensif
masalah pasien teratasi,
dengan kriteria hasil: 2.   Berikan informasi
tentang nyeri seperti
1.  TD = 120/80mmHg,  penyebab nyeri
 N = 60-80x/menit, 3.   Observasi reaksi
RR = 16-20x/menit, nonverbal dari
T = 36,5-37,5oC ketidaknyamanan
2.   Mampu mengontrol 4.   Ajarkan tentang
nyeri (tahu teknik non
penyebab nyeri, farmakologi:
mampu massase
menggunakan tehnik 5.   Kolaborasikan
nonfarmakologi dengan dokter
untuk mengurangi  pemberian analgetik
nyeri, mencari 6.  Monitor vital sign
 bantuan)
3.   Melaporkan nyeri
 Analgesic
 Administration
 berkurang
1.   Cek instruksi
4.   Menyatakan rasa
dokter tentang jenis
nyaman setelah
obat, dosis, dan
nyeri frekuensi
 berkurang 2.   Cek riwayat alergi
5.   Tidak mengalami 3.  Tentukan pilihan
gangguan tidur analgesic dari tipe
dan beratnya nyeri
4.   Berikan obat sesuai
rute pemberian
5.   Monitor ttv pasien
sebelum dan
sesudah pengobatan
6.   Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat

4. Ansietas b.d NOC:  Anxiety self- NIC:


ancaman control  
 Anxiety Reduction 
kematian diri Setelah dilakukan
1.   Gunakan
sendiri dan tindakan keperawatan
 pendekatan yang
selama 1 x 30 menit
 janin menenangkan 
masalah anxietas pasien 2.   Jelaskan diagnosis
teratasi dengan kriteria dan semua prosedur
hasil: dan apa yang
dirasakan selama
1.   Pasien mampu  prosedur 
mengidentifikasi dan 3.   Dorong keluarga
mengungkapkan untuk menemani
gejala cemas  pasein 
2.   Vital sign dalam 4.   Lakukan back /
 batas normal neck rub 
3.  Postur tubuh, 5.   Dengarkan dengan
ekspresi wajah,  penuh perhatian 
 bahasa tubuh dan 6.  Instruksikan pasien
tingkat aktivitas menggunakan
menunjukkan teknik relaksasi 

 kbecrkeumrasnagnny
a
DAFTAR PUSTAKA

1.   Wiknjosastro,Hanifa. 2005.  Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustak


Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
2.   Prawirohardjo,Sarwono .2002.Ultrasonografi dalam Obstetri, Ilmu kebidanan. 
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
3.   Pusdiknakes, 1993,  Asuhan Kebidanan pada Ibu Gangguan Sistem Reproduksi,
Jakarta
4.   Saifudin, A.B. dkk, 2001,  Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta
5.   Mansjoer, A. 2001.  Kapita Selekta Kedokteran,  Jilid I.  Media Aesculapius :
Jakarta
6.   Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
7.   Hanafiah, T.M 2004.  Plasenta Previa, on line, (http://www. 
Library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-tmhanafiah2.pdf, diakses tanggal 7 April
2018)
8.   Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-
 ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai