Anda di halaman 1dari 12

ABRUPSIO PLASENTA

I. Konsep Medis
A. Pengertian

Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya


sebelum janin lahir (Cunningham, 2005)
Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai
lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun
parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben Zion Tabe, 1994).
Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya, sebelum
waktunya (Helen, 2006).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal
sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief
Mansjoer, 2001).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
kospus uteri sebelum janin lahir (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro, 1992).
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable dimana
plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri)
terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Dr. Chrisdiono M. Achadiat,Sp, 2003).
Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang
normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Obstetri dan
Ginekologi, FKU Padjajaran Bandung, 1984).

B. Etiologi
Faktor penyebabnya belum diketahui, tetapi kondisi abrupsio plasenta
dapat dikaitkan dengan hal-hal berikut :
1. Tekanan darah tinggi pada ibu
2. Usia ibu atau paritas cukup tinggi
3. Perokok
4. Gizi buruk
5. Korioamnionitis
6. Trauma tumpul pada abdomen ibu
7. Riwayat absupsio plasenta terdahulu
8. Peningkatan dan ukuran uteri secara mendadak (misal, bila terjadi pecah
ketuban akibat polihidramnion atau diantara persalinan pada kehamilan
kembar).
9. Versi kepala luar
10. Pengguna kokain terutama jenis crack.

C. Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
mebentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas.

Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan


mendesak jaringan plasenta, peredaran darah anatara uterus dan plasenta belum
terganggu, dan tanda serta gejalanyapun tidak jelas kejadiannya baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehiam-
hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karna otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplsenter akan bertambah
besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding
uterus sebagian darah akan menyelundup dibawah selaput ketuban keluar dari
vagina atau menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut diotot uterus. Apabila
ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru
atau ungu. Jal ini disebut uterus couvelaire, menurut orang yang pertama kali
menemukannya uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat
kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak
tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan
gangguan pembekuan darah tidak hanya diuterus, akan tetapi juga pada alat-alat
tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pemberian
intravaskule. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal
mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal
mendadak yang biasanya berakibat fatal.

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak
berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat
menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib
janin, makin lama sejak terjadinya Solutio Plasenta sampai selesai, makin hebat
umumnya komplikasi

D. Manifestasi Klinis

1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus,


warna darah merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim
teregang (uterus embosis, Wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras.
4. Fundus uteri makin lama makin naik.
5. Auskultasi DJJ sering negatif.
6. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar.
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu


pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen elektrolit
plasenta, CBC, CT, BT, elektrolit (bila perlu).

2. Keadaan janin kardiootokografi, Doppler, laennec.

3. USG menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara
keseluruhan.

F. Penatalaksanaan Solutio Plsenta


a. Konservatif
1. Hanya untuk Solutio Plsenta derjat ringan dan janin masih belum
cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal.
2. Transfusi darah (1 x 24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%)

3. Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10IU dalam


larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam.

4. Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan
ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar
kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%) sedangkan bagi yang
gagal dapat dilakukan SC emergency.
b. Pengobatan
1. Umum
a. Pemberian darah yang cukup
b. Pemberian 02
c. Pemberian antibiotik
d. Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.

2. Khusus
a. Terhadap hypofibrinogenaemi
1) Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.
2) Menghentikna fibrinolyse dengan trsylol (proteinase inhibitor)
200.000 S. IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam
infus.
b. Untuk meransang diurese : mannit monnitol diurese yang baik
lebih dari 30 40 cc/jam.cPada Solutio Plsenta darah dari tempat
pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding
rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan
keluar atau pendarahan tampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta
membentuk hematom retroplsentair. Pendarahan ini disebut pendarahan kedalam
atau pendarahan tersembunyi.
Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam ruang
amnion, terjadilah perdarahan keluar dan tersembunyi.
a. Perbedaan Solutio Plsenta dengan pendarahan tersembunyi dan
pendarahan keluar :
1. Pendarahan tersembunyi
a) Pelepasan biasanya komplit
b) Sering disertai toksemia
c) Hanya merupakan 20% dari Solutio Plsenta
2. Pendarahan keluar
a) Biasanya inkomplit
b) Jarang disertai toksemia
c) Merupakan 80% dari Solutio Plsenta
b. Perbedaan Solutio Plasenta dengan Plasenta Previa
1. Solutio Plsenta
a. Pendarahan dengan nyeri
b. Pendarahan segera disusul partus
c. Pendarahan keluar hanya sedikit
d. Palpasi sukar
e. Bunyi jantung anak biasanya tidak ada
f. Pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus
tegang.
g. Ada impresi pada jaringan plsenta karena hematom.
2. Plasenta Previa
a. Pendarahan tanpa nyeri
b. Pendarahan berulang-ulang sebelum partus
c. Pendarahan keluar banyak
d. Bagian depan tinggi
e. Biasanya ada bunyi jantung
f. Teraba jaringan plasenta
g. Robekan selaput marginal
3. Obstetris
Pimpinan persalinan pada Solutio Plsenta bertujuan untuk
mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6
jam.
Alasan ialah :
1. Bagian yang terlepas meluas
2. Pendarahan bertambah
3. Hypofibrinogenaemi menjelma dan bertambah
Tujuan ini dicapai dengan :
a. Pemecahan ketuban
b. Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glukosa 5%.
c. SC
d. Hysterektomi
G. Komplikasi
1. Syok perdarahan
2. Gagal ginjal
3. Kelainan pembekuan darah
4. Apoplexy uteroplacenta (uterus couvelaire)

II. Asuhan Keperawatan


Solutio Plasenta merupakan pelepasan prematur terjadi selama trisemester
ketiga biasanya selama persalinan (Doengoes, 2001).
1. Pengkajian
a. Sirkulasi : Hipertensi (faktor pencetus) pendarahan, bila ada, mungkin
berwarna gelap atau terang, mungkin tersembunyi.
b. Makanan / cairan : Abdomen keras, seperti papan, uterus tegang dengan
pembesaran simetris atau asimetris.
c. Nyeri / ketidaknyamanan : Dapat mengalami nyeri dengan hemoragi
retroplasenta, nyeri tekan nyata atau berat secara umum, atau nyeri lokal,
nyeri punggung bawah.
d. Seksualitas : Peninggian fundus uterus, relaksasi diantara kontraksi
menurun secara progresif janin hiperaktif, DJJ mungkin DBN atau dapat
menunjukkan bradikardia atau takikardia.
2. Penyimpangan KDM

- Trauma langsung abdomen - Rokok


- Hipertensi - Trombosit
- Umbilicus pendek - Kokain
- Plasenta terlepas
- Tekanan vaskuler inferior
- Preklamsia / eklamsia
- Tindakan memecah ketuban

Perdarahan uterus

Otot menjadi tegang Hematoma

CEMAS
Kerusakan Plasenta terdesak
jaringan

Plasenta terlepas Kurang pengetahuan

NYERI

Solusio plasenta Proses pembedahan


(Abrupsio Plasenta)

Luka insisi
Darah akan menyendulup di
bawah selaput ketuban

INFEKSI
Otot uterus tidak dapat
berkontraksi lebih
3. Diagnosa

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

Kriteria hasil : klien akan mengungkapkan penatalaksanaan/reduksi nyeri

Intervensi Rasional

Bantu dengan penggunaan teknik Mendorong relaksasi dan memberikan


pernafasan klien cara mengatasi dan mengontrol
tingkat nyeri

Anjurkan klien untuk menggunkan Relaksasi dapat membantu menurunkan


teknik relaksasi. Berikan instruksi bila tegangan dan rasa takut, yang
perlu memperberat nyeri

Berikan tindakan kenyemanan (pijatan, meningkatkan relaksasi dan


gosokan punggung, sandaral bantal, meningkatkan kooping dan kontrol
pemberian kompres sejuk klien

Memberikan sedative sesuai dosis Meningkatkan kenyemanan dengan


memblok impuls nyeri

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien


Kriteria hasil : klien akan melaporkan ansietas berkurang atau teratasi,
tampak rileks
Intervensi Rasional
Kaji status psikologis dan emosional adanya gangguan kemajuan normal dan
persalinandapat memperberat perasaan
ansietas dan kegagalan. Perasaan ini
dapat mengganggu kerjasama klien dan
menghalangi proses induksi
Anjurkan pengungkapan perasaan
Klien mungkin takut atau tidak
memahami dengan jelas kebutuhan
terhadap induksi persalinan. Rasa gagal
karena tidak mampu melahirkan secara
alamiah

Gunakan terminologi positif, hindari Membantu klien/pasangan menerima


penggunaan istilah yang menandakan situasi tanpa menuduh diri sendiri
abnormalitas prosedur atau proses

Dengarkan keterangan klien yang dapat Klien dapat meyakini bahwa adanya
menandakan kehilangan harga diri intervensi untuk membantu
proses persalinan adalah refleksi negatif
pada kemampuan dirinya sendiri

Berikan kesempatan pada klien untuk Meningkatkan rasa control klien


memasukan pada proses pengambilan meskipun kebanyakan dari apa sedang
keputusan terjadi diluar kontrolnya

Anjurkan penggunaan/kontinuitas Membantu menurunkan ansietas dan


teknik pernapasan dan latihan memungkinkan klien berpatisifasi
relaksasi secara aktif

c. Infeksi, resiko tinggi terhadap prosedur invasive


Kriteria hasil : klien akan bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam
pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi Rasional
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau
yang ada sebelumnya hemoragi, menimbulkan potensial
resiko infeksi atau penyembuhan luka
yang buruk. Adanya proses infeksi
dapat meningkatkan risiko kontaminasi
janin
Kaji terhadap tanda dan gejala Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum
infeksi (misalnya, peningkatan pembedahan dan dapat mengubah
suhu,nadi, jumlah sel darah putih, atau penyembuhan luka
bau/warna rabas vagina)

Kolaborasi melakukan persiapan kulit Menurunkan risiko kontaminan kulit


pra operatif; scrub sesuai protokol memasuki insisi, menurunkanrisiko
infeksi pascaoperasi

4. Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang
diberikan dan pencapaianhasil yang diharapkan (yang
dikembangkan dalam fase perencanaan dan
didokumentasikan dalam rencana keperawatan) adalah
t a h a p a k h i r d a r i p r o s e s keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk
menentukan seberapa baik rencana asuhantersebut berjalan dan
bagaimanan selama proses terus menerus. Revisi
rencanakeperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.

Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus


yang terjadi tidak hanya hasil yang diharapkan terjadi pada klien di
tinjau ulang atau bila keputusandibutuhkan apakah klien siap atau tidak
untuk pulang. (Doengos, 2001:15).

Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat


d a p a t m e n g a s u m s i k a n perawatan tersebut telah efektif saat hasil
yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi. (Wong, 2002:366).

DAFTAR PUSTAKA

C u n n i n g h a m F G , d k k , . 2 0 0 1 . Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics


21thedition.Lange USA: Prentice Hall International IncAppleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi.
E d i s i 2 . Jakarta:EGC.

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio- plasent
a-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru- periode-
1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 22 Maret 2008.

Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008.Gawat-darurat obstetri-ginekologi & obstetri-


ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau,


Kini dan Kelak. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III . Jakarta:
Yayasan Bina PustakaSarwono Prawiroharjo.

Wong, Dona L, dkk,. 2002.Maternal child nursing care 2nd edition. Santa
Luis:Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai