Oleh:
113063J119006
BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Hemoragi antepartum adalah perdarahan pada trisemester terakhir dari
kehamilan.
Hemoragi antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu.
Hemoragi antepartum (HAP) merupakan perdarahan yang terjadi pada
kehamilan trimester ketiga (28 minggu).
B. Klasifikasi
Perdarahan antepartum dapat berasal dari :
1. Kelainan plasenta
a. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (atrium uteri internal).
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahin
atau fundus uteri.
Klasifikasi dari plasenta previa adalah :
1) Plasenta previa totalis yaitu seluruh ostium internum tertutup oleh
plasenta
2) Plasenta previa lateralis yaitu sebagian dari ostium tertutup oleh
plasenta
3) Plasenta previa marginalis yaitu hanya terdapat pada pinggir terdapat
jaringan plasenta.
b. Solusio plasenta adalah keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
terlepas dari perlekatan sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak
kehamilan 28 minggu.
Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat lepasnya plasenta adalah :
a) Solusio plasenta parsialis yaitu bila hanya sebagian saja plasenta
terlepas dari tempat perlekatannya
b) Solusio plasenta totalis (komplit) yaitu bila seluruh plasenta sudah
terlepas dari tempat perlekatannya
c) Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam disebut prolaps plasenta
c. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya seperti insersio
velamentosa, rupture sinus marginalis, prasenta sirkum valata
2. Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya
serviks vagian (erosion polip, varisa yang pecah) dan trauma
C. Etiologi
1. Etiologi plasenta previa disebabkan oleh faktor:
a. Endometrium yang inferior
b. Endometrium yang persisten
c. Korpus luterum yang bereaksi lambat
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan yang endometriumnya
kurang baik misalnya pada karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua
2. Etiologi solusio plasenta yang dipengaruhi pada kejadiannya:
a. Hipertensi esensial (preeklamsi)
b. Tali pusat yang pendek
c. Trauma
d. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena kava inferior
e. Uterus yang sangat mengecil
E. Patofisiologi
1. Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang
atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini
dapat diketahui sebagai plasenta previa karena segmen bawah agak
menentang selama kehamilan lanjut dan persalinan dalam mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai
tingkat tertentu tidak dapat dihindari sehingga terjadi perdarahan.
2. Solusio plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematom pada desidua sehingga plasenta terdesak akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, kematian yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan pasenta
belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaaan maternalnya dengan bekuan darah
lama yang warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan
berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh
kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya hematom retoplasenter akan bertambah besar
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding
uterus.
F. Pathway
Predisposisi : Presipitasi :
Kehamilan Usia Lanjut Merokok
Paritas Tinggi
Cacat Rahim
Trauma
PENDARAHAN ANTERPATUM
Bertambah Usia
Kehamilan
Perdarahan
b. Terapi aktif
Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera dilahirkan dan
perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
1) Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin dan dan
diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
2) Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti
dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi Braxtonhicks.
3) Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun
sampai hodge III-IV :
a) Janin hidup : lakukan ekstraksi vakum atau forceps.
b) Janin meninggal : lakukan embriotomi
4) Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
a) Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil
b) Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak,
pembukaan masih kecil.
c) Solusio plasenta dengan panggul sempit.
d) Solusio plasenta dengan letak lintang.
5) Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
a) Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia kalau
persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.
b) Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.
6) Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi
reproduksi ingin dipertahankan.
7) Pada hipofibrinogenemia berikan :
a) Darah segar beberapa kantong
b) Plasma darah
c) Fibrinogen
H. Diagnosa Medis
1. Anamnesis.
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa
nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
2. Pemeriksaan Luar.
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak
ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3. Pemeriksaan In Spekulo.
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
4. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung.
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta
dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi
bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro,
2005)
5. Pemeriksaan Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.
6. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung
melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada
ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya
menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001)
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subjektif
a. Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
b. Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
d. Riwayat kehamilan
1) Haid terakhir
2) Keluhan
3) Imunisasi
e. Riwayat keluarga
1) Riwayat penyakit ringan
2) Penyakit berat
f. Keadaan psikososial
1) Dukungan keluarga
2) Pandangan terhadap kehamilan
g. Riwayat persalinan
h. Riwayat menstruasi
1) Haid pertama
2) Sirkulasi haid
3) Lamanya haid
4) Banyaknya darah haid
5) Nyeri
6) Haid terakhir
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
1) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
2) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
3) Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b. Wajah
1) Mata : pucat, anemis
2) Hidung
3) Gigi dan mulut
4) Leher
5) Buah dada / payudara
a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b) Bertambahnya ukuran dan noduler
6) Jantung dan paru
a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f) Diafragma meninggi.
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
7) Abdomen
Palpasi abdomen (Leopold I,II,III,IV):
a) Menentukan tinggi fundus uteri
b) Menentukan letak punggung janin
c) Menentukan letak terbawah janin (presentasi)
d) Menentukan letak janin (masuk PAP atau belum)
8) Vagina
a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick )
b) Hipertropi epithelium
9) System musculoskeletal
a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
b) Gaya berjalan yang canggung
c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskular
berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan hipovolemia
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri/janin
K. Intervensi dan Rasional
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
volume cairan keperawatan selama 2x24 jam 1. Melakukan evaluasi, 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa.
berhubungan diharapkan kekurangan melaporkan, dan mencatat Seiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan
dengan volume cairan pada klien dapat jumlah serta sifat kehilangan kira-kira 1 ml darah.
kehilangan diatasi dengan kriteria hasil : darah. Melakukan perhitungan
vaskular a. Tanda-tanda vital pembalut, bila diperlukan.
berlebihan stabil 2. Melakukan tirah baring. 2. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan
b. Pengisian kapiler Instruksikan klien untuk abdomen atau orgasme (yang meningkatakan aktivitas uterus)
cepat menghindari valsava manuver dapat merangsang perdarahan.
c. Sensorium tepat dan koitus.
d. Haluaran dan berat 3. Memposisikan klien dengan 3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak,
jenis urin adekuat tepat. Telentang dengan peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi
panggul ditinggikan atau fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon sedangkan
posisi semi fowler pada posisi Trendelenburg dapat menurunkan keadaan pernafasan ibu.
plasenta previa.
Menghindarkan dari posisi
trendelenburg.
4. Mencatat tanda-tanda vital, 4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun
pengisian kapiler pada dasar sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-
kuku, warna mukosa/kulit dan tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi dan atau terjadinya syok.
suhu. Bila ada, mengukur Selain itu juga untuk memantau keadekuatan pengganti cairan.
tekanan vena sentral.
2 Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
jaringan keperawatan selama 3x24 jam 1. Memperhatikan status 1. Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan,
berhubungan diharapkan perubahan perfusi fisiologis ibu, status sirkulasi, kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
dengan jaringan pada klien dapat dan volume darah. uteroplasenta.
hipovelemia diatasi dengan kriteria hasil : 2. Meng-auskultasi dan 2. Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya, janin
Perfusi adekuat dibuktikan melaporkan DJJ, mencatat berespons pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan
dengan DJJ dan aktivitas DBN brakikardia atau takikardia. peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, menyebabkan terjadinya
normal seta tes nonstres reaktif Mencatat juga perubahan pada bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi.
(NST) aktivitas janin (hipoaktivitas
atau hiperaktivitas).
3. Mencatat kehilangan darah ibu 3. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan
mungkin dan adanya kontraksi medikasi mungkin medikasi tidak efektif dalam mempertahankan
uterus. kehamilan. Kehilangan darah secara berlebihan pada ibu dapat
menurunkan perusi plasenta.
4. Mencatat perkiraan tanggal 4. PTK memberikan perkiraan untuk menentukan viabilitas janin.
kehilangan (PTK) dan tinggi
fundus
5. Menganjurkan tirah baring 5. Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan
pada posisi miring kiri meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen
Kolaborasi Kolaborasi
1. Memberikan suplemen 1. Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin
oksigen pada klien melepaskan oksigen pada tingkat selular lebih cepat dari
orang dewasa dan jumlah sel darah merah janin juga lebih
besar daripada orang dewasa, sehingga memungkinkan
mengalami hipoksia.
2. Melakukan NST sesuai 2. Mengevaluasi secara elektronik respons DJJ terhadap
indikasi gerakan janin, bermanfaat dalam menetukan kesejahteraan
janin (tes reaktif) versus hipoksia (nonreaktif).
Kolaborasi Kolaborasi
1. Meninjau ulang pe-meriksaan 1. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberi
darah cepat: HDL, jenis dan informasi mengenai penyebab. Ht harus dipertahankan diatas 30%
pencocokan silang, titer rH, untuk mendukung transport oksigen dan nutrien.
kadar fibrinogen, hitung
trombosit, APTT, PT, dan
kadar HCG
2. Berikan larutan intravena, 2. Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala
ekspander plasma, darah syok
lengkap, atau sel-sel kemasan
sesuai indikasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan
jaringan keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan diharapkan perubahan perfusi
dengan jaringan pada klien dapat
hipovelemia diatasi dengan kriteria hasil :
Perfusi adekuat dibuktikan
dengan DJJ dan aktivitas DBN
normal seta tes nonstres reaktif
(NST)
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Harry dan William R. Forte. (2010). Ilmu kebidanan: Patologi dan fisiologi
persalinan. Yogyakarta : C.V Andi Offset