Dosen pembimbing :
Ns . Rahma Annisa., M., Kep
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Medis
Congenintal Talipes Equino Varusni (CTEV).
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Definisi CTEV............................................................................4
B. Etiologi.........................................................................................4
C. Manifestasi Klinis......................................................................6
D. Klasifikasi...................................................................................8
E. Patofisiologi................................................................................9
F. Penatalaksanaan.........................................................................9
G. Komplikasi..................................................................................13
H. Pemeriksaan Diagnotik.............................................................13
A. Pengkajian...................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................20
C. Intervensi Keperawatan............................................................21
D. Implementasi Keperawatan......................................................25
E. Evaluasi Keperawatan...............................................................25
BAB IV PENUTUP.....................................................................................26
A. Kesimpulan..................................................................................26
B. Saran.............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh
yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang ibu dan seluruh
keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi
yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota
tubuh. Salah satu kelainan bawaan pada kaki yang sering dijumpai pada bayi
yaitu kaki bengkok atau CTEV (Congenital Tlipes Equino Varus). CTEV
adalah satu anomaly ortopedik kongenital yang sudah lama dideskripsikan
oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka, 2002).
Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh
yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang ibu dan seluruh
keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi
yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota
tubuh. Salah satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering
dijumpai pada bayi yaitu kaki bengkok atau CTEV (Congenital Talipes
Equino Varus). CTEV adalah salah satu anomaly ortopedik kongenital yang
sudah lama di deskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM
(Miedzybrodzka, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan definisi, etiologi, manisfestasi klinis, klasifikasi,
patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan pemeriksaan dignotik
dari CTEV
2. Mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan pada pasien anak CTEV
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi,
patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan pemeriksaan dignotik
dari CTEV
2. Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien anak CTEV
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Diagnosa Conenital Talipes Equino Varus (CTEV)” ini
adalah agar mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami secara
mendalam mengenai tumbuh kembang anak dengan kelainan kongenital
sistem musculoskeletal CTEV, kemudian dapat dengan mudah melakukan
asuhan keperawatan terhadap pasien anak yang mengalami gangguan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi CTEV
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) bisa disebut juga dengan
Clubfoot merupakan suatu kondisi kelainan kongenital pada pergelangan kaki
dengan manifestasi pergelangan kaki yang menjadi hiperekstensi sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan struktur musculoskeletal apabila tidak
segera dilakukan koreksi. (Helmi, 2012).
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau Clubfoot berasal dari
bahasa latin “talipes” yaitu tulang talus dan “pes” yaitu kaki, serta
equinovarus yang berarti fleksi dan inversi. Kelainan ini dapat terjadi pada
satu atau kedua kaki, ditandai dengan fleksi plantar/ equinus pada angkle
(pergelangan kaki), inversi/varus pada sendi subtalar (tungkai) dan adduksi
pada kaki depan. (Koswal & Nataraja, 2005)
Deformitas CTEV meliputi 3 persendian, yaitu inversi pada sendi
subtalar, adduksi pada sendi talonavicular, dan equinus pada ankle joint.
Komponen yang diamati dari clubfoot adalah equinus, midfoot cavus,
forefoot adduction, dan hindfoot varus. (Meena et al, 2014).
B. Etiologi
Etiologi yang sebenarnya dari CTEV tidak diketahui dengan pasti.
Pada beberapa kelainan adanya perkembangan defek fetal dimana terjadi
ketidakseimbangan ototinvertor dan evertor, akan tetapi banyak teori
mengenai etiologi CTEV.
Ada beberapa teori yang telah diajukan untuk menjelaskan etiologi
CTEV, yaitu (Nordin, 2002):
1. Faktor mekanik in utero
Teori ini merupakan yang pertama dan tertua, diutarakan oleh
Hippocrates. Dia percaya bahwa kaki tertahan pada posisi equinovarus
akibat adanya kompresi dari luar uterus. Namun Parker pada 1824 dan
Browne pada 1939 mengatakan bahwa keadaan dimana berkurangnya
cairan amnion, seperti oligohidramnion, mencegah pergerakan janin dan
rentan terhadap kompresi dari luar. Amniocentesis dini diperkirakan
memicu deformitas ini.
2. Defek Neuromuskuler
Beberapa peneliti masih berpendapat bahwa equinovarus adalah akibat
dari adanya defek neuromuskuler, walaupun ada beberapa studi yang
menemukan gambaran histologis normal. Peneliti menemukan adanya
jaringan fibrosis pada otot, fascia, ligament dan tendon sheath pada
clubfoot, hal ini diperkirakan mengakibatkan kelainan pada tulang
(Maranho et al, 2011). Adanya jaringan fibrosis ini ditandai dengan
terekspresinya TGF-beta dan PDGF pada pemeriksaan histopatologis,
keadaan ini juga berperan dalam kasus-kasus resisten (Herring, 2014).
3. Primary germ plasma defect
Irani dan Sherman telah melakukan diseksi pada 11 kaki equinovarus dan
14 kaki normal, mereka menemukan neck talus selalu pendek dengan
rotasi ke medial dan plantar. Mereka berpendapat hal ini karena adanya
defek pada primary germ plasma.
4. Arrested fetal development
a. Intrauterina
Heuter dan Von Volkman pada 1863 mengemukakan bahwa adanya
gangguan perkembangan dini pada usia awal embrio adalah penyebab
clubfoot kongenital.
b. Pengaruh lingkungan
Beberapa zat seperti agen teratogenik (rubella dan thalidomide) serta
asap rokok memiliki peran dalam terbentuknya CTEV, dimana terjadi
temporary growth arrest pada janin (Meena et al, 2014)
5. Herediter
Pada janin perkembangan kaki terbagi menjadi dua fase, yaitu fase fibula
(6,5 – 7 minggu kehamilan) dan fase tibia (8-9 minggu kehamilan).
Ketika terjadi gangguan perkembangan saat kedua fase tersebut, maka
kemungkinan terjadinya CTEV akan meningkat (Herring, 2014).
Semua teori di atas belum dapat menjelaskan secara pasti etiologi dari
CTEV, namun kita dapat menyimpulkan bahwa penyebab CTEV adalah
multifactorial dan proses kelainan telah dimulai sejak limb bud development
(Herring, 2014).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita
clubfootatau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan
secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas.
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar
yang terlihat, dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika
anak dapat berdiri, pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit
sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral.
Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and
arthrogryposis. Oleh sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang
berhubungan dengan kondisi- kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki
supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan
eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso
fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan. Kemungkinan manifestasi klinis
yang ditemui adalah:
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari
kaki terlihat relatif memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung
dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki.
Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami
inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada
bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis,
betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat
diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat
dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang
membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural
atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan
mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi
pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan
ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan
terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit
equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus
lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi
dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan
maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan
korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian
distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis
mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada
maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus
medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar
menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya
perputaran subtalar ke medial.
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
alamat.
Bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok dari pada
perempuan. Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survey
membuktikan dari 4 orang kasus club foot, maka hanya satu saja seorang
perempuan. Itu berarti perbandingan penderita perempuan dengan
penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan
hanya 3% pada kembar dizigot.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekauan
kaki atrofi betis kanan, hypoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki
ringan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi dari Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya
keadaan yang abnormal pada kakinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat di
indentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
5. Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal
a. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal, kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serta kebiasaan selama hamil.
b. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong,
cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section
secariadan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan
congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah
lahir, masa kehamilan (cukup, kurang lebih) bulan. Saat lahir anak
menangis spontan atau tidak.
c. Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan gangguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit, pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji
adanya ashyksia, trauma dan infeksi.
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada
terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motoric kasar,
halus, social, dan bahasa.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga Sosial
Perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga
yang harmonis dan pola asuh, asah, dan asih. Ekonomi dan adat istiadat,
berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang
dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan serta
keterampilan anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan
dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.
8. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting dengan kelengkapan imunisasi
pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
9. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi, makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. Pada umur
anak tertentu, jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan
frekuensi pemberiannya serta makanan tambahan yang diberikan
adakah makanan yang diskusi, alergi atau masalah yang lainnya).
b. Pola Eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu
dikaji BAB atau BAK (konsistensi, warna, frekuensi dan jumlah serta
bau) bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
d. Pola kebersihan diri, bagaimana perawatan pada diri anak apakah sudah
mandiri atau masih ketergantungan sekunder pada orang lain atau orang
tua.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Pantau status kardiovaskuler
b. Pantau nadi perifer
c. Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan
sirkulasi yang adekuat pada ekstremitas tersebut.
d. Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari
diantara kulit ekstremitas dengan gips setelah gips kering.
e. Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
1) Nyeri
2) Bengkak
3) Rasa dingin
4) Sianosis atau pucat
f. Kaji sensasi jari kaki
1) Minta anak untuk menggerakkan jari kaki
2) Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu
berespon terhadap perintah
3) Laporan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan
sirkulasi
4) Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau
kesemutan
g. Periksa suhu (gips plester)
1) Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan
panas
2) Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas
h. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan
i. Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang
dimasukkan oleh anak yang masih kecil
j. Observasi ada tanda-tanda infeksi
1) Periksa adanya drainase
2) Cium gips untuk adanya bau menyengat
3) Periksa gips untuk adanya “bercak panas” yang menunjukkan infeksi
dibawah gips
4) Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan
k. Observasi kerusakan pernapasan (gips spika)
1) Kaji ekspansi dada anak
2) Observasi frekuensi pernafasan
3) Observasi warna dan perilaku
l. Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (redukasi bedah terbuka) batasi area
perdarahan
m. Kajia kebutuhan terhadap nyeri
B. Diagnosa Keperawatan
4 Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Jelaskan apa yang terjaid Menghilangkan rasa takut
abnormalitas kaki pada anak pada pasien termasuk faktor dan mendorong kerja sama
Ibu pasien tidak cemas penyebab dan solusi yang
akan dilaksanakan pihak RS
Kriteria Hasil:
A. Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) bisa disebut juga dengan
Clubfoot merupakan suatu kondisi kelainan kongenital pada pergelangan kaki
dengan manifestasi pergelangan kaki yang menjadi hiperekstensi sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan struktur musculoskeletal apabila tidak
segera dilakukan koreksi yang ditandai dengan fleksi plantar/equinus pada
ankle atau pergelangan kaki inversi/varus pada sendi subtalar (tungkai) dan
adduksi pada kaki depan.
Terdapat 2 klasifikasi CTEV yaitu typical clubfoot jenis yang
diantaranya positional clubfoot, delayed treated clubfoot, recurrent typical
clubfoot, alternatively trated typical clubfoot dan kedua atypical clubfoot,
tetralogic clubfoot, neurogenic clubfoot, dan ecquired clubfoot.
Penyebab dari CTEV meliputi faktor mekanik intra uteri yang ditandai
dengan kaki bayi ditahan pada posisi equinovarus karena kompresi eskterna
uterus, kemudian faktor herediter, enterovirus, gangguan perkembangan fetus,
defek plasma sel primer.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus CTEV antara lain,
yaitu pergelangan kaki jinjit, telapak kaki dan bagian depan kaki menghadap
kea rah dalam. Tumit kecil, teraba kosong dan lunak. Colum tulang talus
mudah diraba, mata kaki bagian dalam sulit diraba. Bagian pangkal kaki
berputar kedalam, lengkung kaki tinggi (cavus). Tulang kering seringkali
mengalami perputaran kearah dalam. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
CTEV yaitu diantaranya infeksi namun jarang terjadi, kekakuan dan
keterbatasan gerak, kekakuan yang muncul awal berhubungan dengan hasil
yang kurang baik. Nekrosis avascular talus, sekitar 40% kejadian nekrosis
avascular talus muncul pada teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.
Overkoreksi yang mungkin karena pelepasan ligament interoseum dari
persendian subtalus.
B. Saran
Misfa, Alya Ifdholiya, dkk. 2020. Makalah Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan CTEV (Congenital Talipes Equinovarus).
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Jakarta.
dr. IGB Indra Angganugraha PJ. 2016. Sari Pustaka Congenital Talipes Equino
Varus (CTEV). Denpasar.