Cerebral palsy menjadi penyebab paling umum dari lumpuh pada anak-anak dan merupakan kelompok
gangguan neuromuskular yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf prenatal, perinatal, atau
postnatal. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan askep cerebral
palsy dengan menggunakan pendekatan Sdki Slki dan Siki.
Tujuan
Memahami Klasifikasi, Penyebab, epidemiologi, patofisiologi, tanda dan gejala cerebral palsy
Merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan pada askep cerebral palsy dengan
pendekatan Standart diagnosa keperawatan Indonesia (Sdki)
Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep cerebral palsy menggunakan pendekatan
Standar luaran keperawatan Indonesia (Slki)
Pendahuluan
Cerebral Palsy adalah sekelompok gangguan permanen yang mempengaruhi perkembangan gerakan
dan menyebabkan keterbatasan aktivitas. Gangguan non-progresif yang bermanifestasi dalam
perkembangan otak janin atau bayi menyebabkan cerebral palsy.
Cerebral palsy adalah penyebab paling umum dari kecacatan anak. Derajat dan jenis gangguan motorik
dan kemampuan fungsional bervariasi tergantung pada etiologi. Cerebral palsy biasanya memiliki
beberapa komorbiditas terkait, seperti epilepsi, masalah muskuloskeletal, cacat intelektual, kesulitan
makan, kelainan visual, kelainan pendengaran, dan kesulitan komunikasi.
Cerebral palsy muncul dalam tiga tipe utama yaitu spastik (70%), atetoid (20%), dan ataksik (10%),
kadang-kadang dalam bentuk campuran. Kerusakan motorik bisa minimal, kadang-kadang hanya
tampak saat penderita melakukan aktivitas fisik seperti berlari atau kerusakan motorik parah sampai
terjadinya kelumpuhan.
Pengobatan cerebral palsy harus dengan pendekatan interprofessional. Kelainan terkait seperti kejang,
gangguan bicara, dan retardasi mental juga umum terjadi. Prognosisnya bervariasi sesuai tingkat
kerusakan yang terjadi.
Untuk asuhan keperawatan pada cerebral palsy, intervensi keperawatan di fokuskan terhadap
pemenuhan kebutuhan nutrisi, meminimlaksan spastisitas, memaksimalkan penggunaan alat bantu, dan
pendidikan untk keluarga pasien dalam perawatan cerebral palsy dirumah.
Klasifikasi
Cerebral palsy diklasifikasikan menurut anggota badan apa yang terlibat yang disebut dominasi
topografi. Cerebral palsy spastik, karena lesi korteks atau traktus piramidalis adalah jenis yang paling
umum dan terjadi pada sekitar 80% kasus. Jenis cerebral palsy ini dicirikan oleh spastisitas,
hiperrefleksia, klonus, dan refleks Babinski yang sedang berlangsung.
Cerebral palsy ekstrapiramidal atau diskinetik terjadi sekitar 10-15% dari kasus keseluruhan dan lebih
ditandai dengan gerakan tak sadar yang abnormal. Cerebral palsy ataxic terdiri kurang dari 5% dari
keseluruhan kejadian cerebral palsy.
Banyak pasien memiliki karakteristik cerbral palsy spastik dan ekstrapiramidal. Jenis-jenis cerebral
palsy yang khas adalah sebagai berikut:
Cerebral palsy jenis ini terutama mempengaruhi 1 sisi tubuh antara ain lengan dan
kaki, dengan keterlibatan kelenturan ekstremitas atas lebih dari ekstremitas bawah,
misalnya sisi kanan terlibat dengan lengan lebih dari kaki kanan. Jika kedua lengan
lebih terlibat daripada kaki, kondisi ini dapat diklasifikasikan sebagai hemiplegia
ganda.
Cerebral palsy mempengaruhi ekstremitas bawah bilateral lebih dari ekstremitas atas.
Dalam beberapa kasus, hanya ekstremitas bawah yang terlibat.
Yaitu Cerebral palsy yang mempengaruhi keempat ekstremitas dan batang tubuh
(seluruh tubuh)
Cerebral palsy tanpa kualitas tunggal yang dominan, biasanya dicirikan oleh
campuran komponen spastik dan diskinetik
Cerebral palsy dengan hipotonia badan dan ekstremitas dengan hiperrefleksia dan
refleks primitif yang persisten.
Monoplegia
Cerebral palsy dengan keterlibatan dicatat dalam 1 anggota badan, baik lengan atau
kaki. Jika pasien memiliki monoplegia, upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab selain cerebral palsy.
Selain pengelompokan diatas, terdapat sistem klasifikasi fungsional yaitu membagi pasien menjadi tipe
ringan, sedang, dan berat tergantung pada keterbatasan fungsional.
Sebagai alternatif, pasien dapat dikategorikan secara lebih komprehensif berdasarkan kemampuan dan
keterbatasan mereka, seperti yang diusulkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2001.
Cerebral palsy umumnya dianggap sebagai ensefalopati statis nonprogresif. Namun, presentasi klinis
dari kondisi ini berubah pada saat anak-anak dan saat perkembangan sistem saraf mereka matang.
Kemajuan dalam neurologi neonatus terus berfokus pada faktor-faktor yang berpotensi dapat
dimodifikasi selama periode neonatus yang berkontribusi pada perkembangan Cerebral palsy.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa magnesium sulfat
antenatal yang diberikan kepada ibu yang berisiko melahirkan bayi prematur dikaitkan dengan
penurunan yang signifikan dalam risiko Cerebral palsy.
Banyak penelitian lain berfokus pada asam amino dan perannya dalam cedera neurologis. Harapannya
adalah lebih banyak yang dapat dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah defisit neurologis
permanen yang mengakibatkan cerebral palsy.
Tidak ada konsesnus yang ditetapkan mengenai di mana atau kapan cedera otak dapat terjadi, danhal
tersebut dapat mencakup lebih dari satu tahap perkembangan otak janin. Selain itu, penyebabnya
multifaktor dan berpotensi multifaktorial seperti insufisiensi vaskular, infeksi, faktor ibu, atau kelainan
genetik yang mendasarinya.
Epidemiologi
Insiden cerebral palsy relatif tidak berubah dalam lebih dari 4 dekade terakhir meskipun ada kemajuan
signifikan dalam perawatan medis neonatus.
Di negara maju, perkiraan prevalensi cerebral palsy secara keseluruhan adalah 2-2,5 kasus per 1000
kelahiran hidup. Prevalensi gangguan ini di antara bayi prematur dan sangat prematur secara
substansial lebih tinggi.
Di negara berkembang, prevalensi cerebral palsy tidak diketahui dengan pasti tetapi diperkirakan 1,5-
5,6 kasus per 1000 kelahiran hidup. Angka-angka ini mungkin mewakili perkiraan yang terlalu rendah
karena kurangnya data, kurangnya akses layanan kesehatan, representasi yang berlebihan dari kasus
yang parah, dan kriteria diagnostik yang tidak konsisten.
Semua ras dipengaruhi oleh gangguan ini. Status sosial ekonomi yang lebih rendah dan jenis kelamin
laki-laki dapat meningkatkan faktor risiko untuk cerebral palsy.
Berkaitan dengan usia, gangguan yang menimbulkan cerebral palsy terjadi pada masa perkembangan
otak yang belum matang. Menurut sebagian besar referensi, peristiwa awal ini dapat terjadi kapan saja
antara perkembangan prenatal sampai usia 3 tahun. Namun, anak-anak biasanya tidak terdiagnosis
sampai setelah usia 1 tahun, dengan kondisi yang dapat diidentifikasi karena anak-anak gagal
memenuhi standar perkembangan.
Penyebab
Prenatal
Anoksia
Iradiasi
Isoimunisasi Malnutrisi
Diabetes maternal
Toksemia
Abruptio placentae
Kelahiran sungsang
Tanda vital maternal yang tertekan akibat anestetik umum atau tulang belakang
Placenta previa
Kelahiran prematur
Proses kelahiran yang berlangsung lama atau cepat secara tidak lazim
Infeksi atau trauma saat masa bayi
BACA JUGA
Tumor otak
Otot melemah
Berjalan dengan jari kaki dengan cara berjalan seperti gunting, yaitu menyilangkan satu kaki
di depan kaki yang lain
Gerakan atetoid: meningkat saat stres, menurun saat rileks, tidak tampak saat tidur
Gerakan tidak terkendali atau involunter seperti menggeliat seperti menyentak tiba tiba yang
mengganggu gerakan volunter
Ataksia yang membuat gerakan mendadak atau tegas hampir mustahil dilakukan
Keseimbangan terganggu
Refleks hipoaktif
Otot lemah
Nistagmus
Bentuk campuran
Keabnormalan gigi
Gangguan fungsi motorik yang menyebabkan sulit makan, terutama menelan, sehingga
menghambat pertumbuhan dan perkembangan
Pemeriksaan diagnostik
Memiliki kaki yang sulit dipisahkan atau diregangkan antara kaki kanan dan kiri
Terus menggunakan satu tangan saja atau, saat ia bertambah usia, menggunakan kedua
tangannya dengan baik, tetapi kakinya tidak.
Computed tomography scan dan magnetic resonance imaging bisa membantu menyingkirkan
masalah lain.
Penanganan
Penanganan cerebral palsy yang utama adalah penanganan suportif dan meliputi:
Penyangga atau bebat dan alat khusus, misalnya peralatan makan yang telah diadaptasi dan
dudukan toilet rendah yang dilengkapi lengan, untuk membantu pasien mandiri dalam
melakukan aktivitas
Asuhan Keperawatan
Intervensi Umum
Beri makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi anak. Jaga atmosfer yang sunyi
dan tidak tergesa-gesa dengan gangguan sesedikit mungkin.
Mungkin anak membutuhkan peralatan khusus seperti bangku dengan penyangga kaki.
Dorong anak mengunyah makanannya sampai benar-benar lumat, minum melalui sedotan, dan
mengisap permen lolipop untuk mengembangkan kontrol otot yang diperlukan untuk
meminimalkan kebiasaan meneteskan air liur.
Izinkan anak membasuh badan dan berpakaian sendiri, bantu ia seperlunya. Anak mungkin
memerlukan modifikasi pakaian.
Lakukan perawatan secara perlahan untuk meminimalkan spasitas otot makin parah
Dorong anak dan keluarganya berpartisipasi dalam perawatannya sehingga mereka bisa
melanjutkannya di rumah.
Jika anak mengalami spastisitas, secara lembut rotasikan tangan atau kaki ke arah dalam,
kemudian rotasikan keluar. Ulangi tindakan ini untuk membantu merilekskan ekstremitas
yang mengalami spastisitas. Tekanan pada tendon yang terletak di lekuk sendi saat rotasi akan
meningkatkan relaksasi. Secara lembut, ambil aspek lateral tangan dan gerakkan ke dalam
keluar untuk membuka tangan yang mengalami spastisitas.
Saat memosisikan anak, panjangkan sisi yang turun, untuk memastikan bahwa bahu yang
turun sedikit tertarik keluar dan bahwa semua anggota tubuh tertopang dengan baik.
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan
b. Pencegahan Cidera
Intrevensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan:
Referensi