Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

CONTOH TINGKAT PENCEGAHAN DAN TEORI LEININGER (TRANSCULTURAL NURSING)

OLEH:

KELOMPOK VI
RAHMIATI DS ZIL FADILAH MAHARANI Z ROZILAWATI NASRIL TISRI YOLANDARI 0810321001 0810321005 0810321011 0810322018 0810322034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2012

A. Contoh tingkat pencegahan dan pelayanan klien pada komunitas 1. Pencegahan primer Mencegah masalah sebelum terjadi. Contoh : imunisasi. Pencegahan primer terdiri dari 2 elemen : promosi kesehatan umum usaha promosi kesehatan meningkatkan daya tahan dan factor pelindung populasi sebagai target utama kearah yang lebih baik. Contoh: promosi tentang nutrisi yang baik. proteksi khusus /perlindungan spesifik perlindungan spesifik merupakan usaha untuk menurunkan atau menghilangkan factor resiko, seperti imunisasi 2. Pencegahan sekunder Deteksi dan intervensi sejak dini. Contoh: skrining untuk penyakit menular seksual. Pencegahan sekunder dilakukan setelah masalah telah dimulai tetapi sebelum tampak tanda dan gejalanya dan targetnya adalah populasi yang mempunyai factor resiko. Contoh: mammografi, skrining tekanan darah. 3. Pencegahan tersier Memperbaiki dan mencegah perburukan keadaan penyakit. Contoh: pengajaran cara pemberian insulin di rumah. Target populasi pencegahan tersier adalah mereka yang pernah mengalami trauma atau penyakit dan focus pada ketidakmampuan dan rehabilitasi. Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk menjaga masalah kesehatan dari keadaan yang lebih buruk, menurunkan efek dari penyakit dan trauma, dan mengembalikan individu ke tingkat fungsional yang optimal.

Kelompok klien

Individu

Primer (promosi kesehatan dan pencegahan spesifik) Mengajarkan pengaturan pola makan saat kehamilan Imunisasi

Sekunder (mendeteksi sejak dini dan pengobatan) Tes HIV Screening kanker cervical

Tersier (perbaikan)

Pengecekan gigi Tes tuberculin untuk keluarga yang berisiko

Keluarga (dua atau lebih individu yang terikat dalam hungungan

Pendidikan atau konseling mengenai merokok,

Mengajarkan klien yang baru menderita diabetes bagaimana mengontrol insulin Terapi latihan setelah strok Perawatan kulit pada pasien inkontinensia Konseling kesehatan mental bagi keluarga yang sedang

keluarga, hukum, atau pengaturan hidup dan memilki hubungan emosional dan kewajiban yang sama) Kelompok (interaksi antar manusia yang memilki tujuan yang sama)

perawatan gigi, dan nutrisi Perumahan yang memeadai

Kelas kelahiran untuk ibu muda yang hamil Pendidikan AIDS dan penyakit menular seksual lainnya kepada siswa SMA

Mobil mammography untuk screening pada wanita di lingkungan ekonomi rendah Tes mendengar pada pusat kelompok dewasa

Komunitas dan populasi (sekumpulan orang yang saling berbagi dari waktu ke waktu di dalam sebuah system sosial, kelompok populasi atau sekumpulan orang dengan tujuan yang sama)

Sanitasi lingkungan Mengontrol lingkungan yang berisiko

Mengatur program screening untuk komunitas (mis, bazaar kesehatan) Petunjuk screening untuk anak-anak dalam lingkungan sekolah

krisis (mis, berdukacita, pengalaman perceraian) Mengontrol pola makan bagi anggota keluarga yang overweight Konseling untuk anak sekolah yang menderita asma Terapi berenang untuk lansia yang memilki ketidakmampuan secara fisik pada pusat kelompok dewasa Pelayanan kesehatan mental bagi tentara militer Pusat perlindungan dan penampungan untuk korban kebakaran dan gempabumi Pelayanan kedaruratan medis Layanan kesehatan mental komunitas untuk penyakit mental yang kronik Home care untuk penyakit kronik

B. TEORI LEININGER (TRANSCULTURAL NURSING)

1. Perspektif transkultural dalam keperawatan Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan

keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan cultural shock. Cultural shock adalah penyimpangan yang terjadi akibat respon terhadap

transisi/perubahan dari setting budaya yang satu ke setting budaya yang lain. Cultural shock akan dialami oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat pada suatu kondisi dimana perawat komunitas tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,

ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.

2. Pengertian Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan

kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada budaya yang spesifik dan universal. Budaya yang spesifik adalah budaya dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan budaya yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua budaya seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. Konsep budaya Leininger mengadopsi pengertian dari anthropologi. Kebudayaan adalah pembelajaran, berbagi, transmisi pengetahuan dari nilai-nilai, kepercayaan, norma dan jalan hidup dari kelompok tertentu yang secara umum menghasilkan dan

mempengaruhi pemikiran, keputusan dan tindakan dalam pola atau kebiasaan tertentu. (Leininger,2002, hal.47). Kebudayaan dapat ditemukan dalam tindakan masyarakat, katakata mereka, dalam norma mereka dan peraturan berperilaku dan simbol yang yang penting untuk kelompok. Kebudayaan dipelajari dan diteruskan dari generasi ke generasi. Konsep kunci dari teori Leininger adalah cultural diversity. Ini merujuk pada perbedaan yang dapat di temukan diantara perbedaan budaya. Dengan mengenal perbedaan / variasi perawat bisa mnghindari masalah peniruan dan mengumpamakan bahwa semua orang akan merespon asuhan keperawatan yang sama. Konsep yang serupa yaitu pada cultural universality, kebalikan dari diversity yang mengacu kepada komponen yang sama atau kesamaan yang ada dalam perbedaan budaya. Ide ini merupakan tujuan penting dari teori ini untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dari perawatan dan berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan kelompok. Terdapat dua konsep lain yang kurang tegas tetapi sangat penting dalam teori culture care diversity dan universality. Yang pertama yaitu culture-specific care. Culture-

specifik care mrngacu untuk menghasilkan perawatan dari identifikasi dan abstraksi dari praktek keperawatan dalam budaya tertentu yang melalui perencanaan dan aplikasi asuhan keperawatan yang cocok untuk kebutuhan keperawatan yang spesifik dan gaya hidup dari klien budaya tersebut.culturally Congruent adalah konsep penting yang kedua. ini mengacu kepada bantuan kognitif yang mendasar, dukungan, fasilitas atau perbuatan yang memungkinkan atau keputusan yang mendukung dalam nilai-nilai budaya, kepercayaan dan tindukan individual atau kelompok yang perawat gunakan untuk memberikan kemaknaan, manfaat, asuhan yang memuaskan menuju keshatan dan kesejahteraan (Leininger, 1995c, hal 75). Leininger (1995c) menyatakan asuhan keperawatan culturally congruent merupan ide utama dan tujuan dari teori culture care.

3. Konsep dalam Transkultural Nursing a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger,1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978,1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari

b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. c. Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1995).

d. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta merefleksikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminology universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan. e. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu dan masyarakat yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. f. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. g. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. h. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. i. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. j. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. k. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

l. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

m. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia
atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.

n. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran
hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi , nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.

o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan,


fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan

kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian.

p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan,


dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang profesional

q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan,


fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.

r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk


membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

4. Paradigma Transcultural Nursing Leininger (1985) mengartikan paradigm keperawatan transkultural sebgai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan. a. Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada b. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dlaam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif c. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial, dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hamper tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosial individu, keluarga, atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti music, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. d. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatana pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang

budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan indivdu sesuai dengan budaya klien 5. Leiningers Sunrise Model

Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di atas. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.

No. Tindakan Keperawatan 1.

Komponen-komponen Teori

Perawat menggunakan partisipasi, Untuk menemukan anggota dari dunia luas atau observasi kebudayaan dan intervensi dalam anggota kebudayaan. Kebudayaan dan dimensi sosial dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan gaya hidup seperti teknologi, agama, filosofi, kekeluargaan dan sosial,politik dan legal, ekonomi dan faktor pendidikan dan pengaruh bahasa, sejarah etnis dan konteks lingkungan

2.

Perawat menganalisa informasi yang Untuk menemukan pola dan tema dikumpulkan dihubungkan dengan kesehatan

yang dan

kesejahteraan berdasarkan pada faktor pertama 3. Perawat berhati-hati Untuk menemukan keperawatan yang umum,

mempertimbangkan asuhan menurut asuhan keperawatan dan sistem keperawatan

data 4. Perawat mengembangkan asuhan

profesional yang ditandai menurut data sebuah Untuk merencanakan pertahanan budaya,

perencanaan

berdasarkan akomodasi/negosiasi dan restruktur budaya.

data dan menerapkannya kepada pasien untuk meninjau dan

memodifikasi sesuai kebutuhan 5. Perawat perencanaan mengimplementasikan Untuk dan meningkatkan kesehatan dan

mengobservasi kesejahteraan

hasil dari culturally congruent care

6. Proses keperawatan Transcultural Nursing Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien. a. Pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Sunrise Model, yaitu : Faktor teknologi Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini. Faktor agama dan falsafah hidup Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yyang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

Faktor sosial dan keterikatan keluarga Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor ; nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubuungan klien dengan kepala keluarga.

Nilai-nilai budaya dan gaya hidup Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makanan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

Faktor kebijakan dan peraturan berlaku Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

Faktor ekonomi Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimilki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di antaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimilki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga

Faktor pendidikan Latar belakang pendidikan klien adlah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya :

Jangan menggunakan asumsi Jangan membuat streotip, karena bisa terjadi konflik, missal : orang padang pelit, orang jawa halus Menerima dan memahami metode komunikasi Menghargai perbedaan individual Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi

b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. Contoh diagnosa yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budaya, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

c. Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. Cultural care preservation/maintenance/mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya masyarakat tidak

bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga di pagi hari. Identifikasi perbedaan konsep antara individu , keluarga dan kelompok tentang proses melahirkan dan perawatan bayi Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki masyarakat dengan perawat

Cultural care accomodation/negotiation/negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu masyarakat agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan. Gunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan

masyarakat dan standar etik Cultural care repartening/restructur/restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup individu dan masyarakat yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Beri kesempatan pada masyarakat untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. Tentukan tingkat perbedaan kelompok melihat dirinya dari budaya kelompok lain Gunakan pihak ketiga bila perlu Terjemahkan terminologi penyakit ke dalam bahasa kesehatan yang mudah dipahami masyarakat Berikan informasi pada masyarakat tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan masyarakat harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya masyarakat maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan masyarakat akan terganggu. Pemahaman budaya masyarakat amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

d. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan masyarakat tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya masyarakat yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki masyarakat. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya masyarakat.

7. Kelebihan dan kelemahan teori Leininger Kelebihan : 1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda. 2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll). 3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit. 4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. 5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek keperawatan . Kelemahan : 1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya. 2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2010. Nursing Theory : Utilization and Application. United States of America : Mosby Elsevier Nies, Mary A & Melanie McEwen. 2011. Community / Public Health Nursing : Promoting the Health of Populations. United States of America : Elsevier Saunders
Afifah, Efy. Ringkasan Materi Unit 2 Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam

Keperawatan.

Diakses

pada

tanggal

April

2012

melalui

http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf

Anda mungkin juga menyukai