Anda di halaman 1dari 2

Kasus aparan dilema etik veracity (kejujurana)

MASALAH KEPERAWATAN

A. Berkata Jujur

Berkata jujur yaitu mengatakan hal yang benar. Memberikan informasi dan memberikan jawaban yang
benar sesuai dengan pertanyaan atau memberikan penjelasan informasi sesungguhnya.

Dalam konteks berkata jujur ada istilah yang disebut desepsi yang artinya membuat orang lain tidak
percaya terhadap suatu hal yang tidak benar, meniru atau membohongi. Berkata bohong merupakan
tindakan desepsi dimana seseorang dituntut untuk membenarkan sesuatu yang diyakini salah. Tindakan
desepsi secara etika tidak dibenarkan.

Kejujuran merupakan prinsip etis yang mendasar. Berkata jujur bersifat tidak mutlak, sehingga desepsi
pada keadaan tertentu diperbolehkan. Berkata jujur hal yang penting dalam hubungan saling percaya
perawat dan klien.

....

Kasusnyaa :

AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV .Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada
petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Perawat bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS. Perawat yang merawat penderita AIDS
mengalami berbagai stress pribadi termasuk takut tertular, serta emosi pada klien fase terminal.

Contoh Kasus HIV/AIDS

Tn. P adalah seorang sopir bus antar provinsi. Ia telah bekerja selama 20 tahun sebagai seorang sopir.
Akhir-akhir ini Tn. P sering demam, diare, dan menderita sariawan yang tidak sembuh-sembuh sudah
hampir 2 bulan, berat badan turun lebih dari 5 Kg. Tn P tidak menganggap serius penyakitnya sehingga
dia hanya berusaha minum obat warung dan belum sembuh juga akhirnya keluarganya membawa Tn. P
ke RS. Tn. P meminta kepada Ners Ratna untuk segera memberitahu hasil pemeriksaannya. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan Tn. P positif menderita HIV.

Ners Ratna yang merawat Tn.P kebetulan sudah bekerja selama 10 tahun di bangsal B20 ini. Keluarga
meminta Ners Ratna untuk tidak memberitahukan mengenai penyakit ini kepada pasien ataupun kepada
para pembesuknya. Keluarga takut kalau pasien di beritahu keluarga takut Tn.P akan frustasi, tidak bisa
menerima kondisinya, dan akan dikucilkan oleh masyarakat. Ners Ratna mengalami dilema etik dimana di
satu sisi dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain Ners Ratna harus memberitahukan
kondisi yang dialami oleh Tn. P.

Jika dilihat dari pengalaman Ns. Ratna masa lalu dimana pasien mengalami dampak psikologis yang
berat. Sehingga perawat berniat untuk membicarakan hal ini pada keluarga untuk menindak lanjuti
dengan pendekatan informasi seperti apa yang harus diberikan pada Tn. P supaya Tn. P tidak terlalu
merasa kaget dan rendah diri sehingga pasien dapat membantu dalam proses penyembuhannya.

Kemungkinan lain yang terjadi. Perawat mencoba meminta kepada keluarga pasien untuk tetap
memberikan informasi kepada Tn. P karena hal ini akan berdampak pada proses penyembuhan dan
dampak psikologisnya.

Bila keluarga pasien tetap tidak setuju dan tetap nekat dengan keputusannya maka perawat sebaiknya:

· Tetap berusaha menerangkan kepada keluarga tentang dampak dan resiko apabila pasien tidak
mengetahui kondisi kesehatannya

· Perawat membuat perjanjian dengan keluarga bahwa dampak yang akan ditimbulkan dari
keputusan tersebut diluar tanggungjawab perawat

Perawat melakukan pendekata dari hati ke hati . Hal ini dapat melunakkan hati keluarga pasien supaya
tidak ada masalah perampasan hak pasien. Tindakan ini dilakukan dengan harapan dapat mencegah
masalah tidak terjadi lagi. Perawat perlu menghubungi tim etik RS.

Anda mungkin juga menyukai