Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK


DI RUANG PICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH
VERONICA USWATUN KHASANAH
(17051)

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN


TAHUN 2019
A. Pengertian
Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang biasanya
dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Manurung, 2014).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang
terjadi pada anak. (Suriadi, 2012)
Pneumonia merupakan kondisi kelebihan cairan di paru yang diakibatkan oleh
sebuah peroses inflamasi. Peroses inflamasi tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme dan disebabkan oleh inhalasi agen penyebab iritasi
(Ignatavicius & Workman, 2010).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur dan benda – benda asing (Muttaqin, 2012).

B. Etiologi
Adapun etiologi dari pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan
protozoa:
1. Bakteri: Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.
2. Virus: influenza, parainfluenza, dan adenovirus.
3. Jamur: kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.
4. Protozoa: pneumokistis karinii pneumonia.
Adapun yang dapat menjadi 2nterc resiko adalah merokok, polusi udara,
infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (2nterco, overdosis obat,
anestesi umum), intubasi 2nterco, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
(kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system imun (AIDS) dan sakit gigi
(Manurung, 2014).

C. Tanda dan Gejala


Apabila menemukan klien dengan penyakit pneumonia, maka gejala-gejala
yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah:
a. Demam tinggi ≥ 40⁰C
b. Berkeringat
c. Batuk dengan sputum yang produktif
d. Sesak nafas, retraksi 2ntercostals
e. Sakit kepala
f. Mudah merasa lelah dan
g. Nyeri dada (Manurung, 2014).
D. Pathway

Normal (sistem
pertahanan terganggu)

Organisme

Virus Sal. Napas bag. Bawah Stapilokokus


pneumokokus
Kuman patogen Eksudat masuk ke Trombus
mencapai bronkioli alveoli
terminalis merusak sel Alveoli Toksin, coagulase
epitel bersilia, sel
goblet Sel darah merah, Permukaan lapisan
Cairan edema +
leukosit ke alveoli leukosit, pneumokokus pleura tertutup tebal
mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmonalis

Leukosit + fibrin
Konsolidasi paru mengalami konsolidasi Nekrosis

leukositosis

Bersihan jalan napas Kekurangan volume Intoleransi aktivitas Konsolidasi paru


tidak efektif cairan

Ketidakefektifan pola
napas
(Mutaqin, 2014)

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping hasil
anamnesa dari klien test diagnostik yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
2. Laboratorium:
a. AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
b. DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED) meningkat.
c. Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
d. Bilirubin: mungkin meningkat.
e. Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
f. Kultur darah: bakteremia sementara.
g. Test sensitivitas antibiotika
3. Fungsi paru: volume dapat menurun (Santa Manurung, 2009).

F. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
- Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
- Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
- Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk berdahak
dan peningkatan suhu tubuh/demam.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40ºC, frekuensi
napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
apabila tidak melibatkan infeksi sistematis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
2) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris.
Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
napas cepat dan dangkal, serta danya retraksi sternum dan intercostal
space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh
anak-anak.
Batuk dan sputum. Pada saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
3) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi
klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal
dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara (fremitus vokal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
4) Perkusi
Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi
redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
5) Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman
oksigen.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen
atau gas.

3. Fokus Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya:
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi,
krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas adventisius
2. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.
3. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
4. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
pengeluaran.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
1. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap
demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
3. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan
hipoksemia.
4. Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.
5. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan
batuk efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
6. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan
kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat
obstruksi kecil.
3. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
5. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia,
distensi abdomen.
Tujuan :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali
3. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Santa dkk. (2014). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:
EGC
Suriadi, SKp, MSN. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto.
Ignatavicius and Workman. (2010). Medical-Surgical Nursing Patient-Centered
Collaborative Care sixth edition. United States Of America : Saunders
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai