Oleh :
1. Boyke
2. M.Kayyis
3. Yuditya Martasari
TULUNGAGUNG
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau
tanpa disertai infitrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. Secara
anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis/bronchopneumonia. Pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak di dapatkan dan sering
merupakan penyebab kematian hamper diseluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan,pneumonia
tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas,merupakan penyakit yang banyak dijumpai.
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi
1. Pneumonia Lobaris,melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena,maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus ,yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada di dekatnya,disebut pneumonia lobularis.
3. Pneumonia Intersitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (Interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Infuenza pada pasien perokok,pathogen atipikal pada lansia,gram
negative pada pasien dari rumah jompo,dengan adanya PPOK,penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak,atau paksa terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu tingkat berat sakit,adanya resiko untuk jenis pathogen
tertentu,dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman,pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik,akibat
Aspirasi cairan insert misalnya cairan makanan atau lambung edema paru,dan
Obtruksi mekanik oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi.penyebab infeksi dapat
disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen,
berupa bakteri,protozoa,parasite,virus,jamur,dan cacing.
B. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
Pneumonia,melalui slang infuse oleh staphyloccus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,polusi lingkungan,penggunaan
antibiotic yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan
mekanisme pertahanan paru,terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia
sesuai penggolongan yaitu :
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia,pneumococcus,streptokokus hemolyticus,streptococcus
aureus,hemophilusinfluenzae,mycobacterium tuberkolusis,bacillus Friedlander
2. Virus : Respiratory syncytial virus,Adeno Virus,V.Sitomeglatik,V. influenza
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur : Histoplasma Capsulatum,Cryptococcus Neuroformans,Blastommyces
dermatitidies,Coccidodies Immitis,Aspergilus Spesies,Candida Albicans
5. Aspirasi : Makanan,Kerosene (Bensin,minyak tanah),Cairan Amnion,Benda Asing
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler
C. .Manifestasi Klinis
1. Demam,sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5,bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka ransang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari
normal,beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus,yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai rasa sakit kepala,nyeri dada,kekauan pada
punggng,dan leher,adanya tanda kerning dan brudzinski dan berkurang akan berkurang
saat suhu turun.
3. Muntah,anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan petunjuk
untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat tetapi dapat menetap selama sakit.
4. Diare,biasanya ringan,diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernapasan. Khususnya karena virus.
5. Sumbatan nasal,pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi,dapat mempengaruhi pernapasan dan menyusu pada bayi
6. Keluaran nasal,sering menyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer dan sedikit (rinorea)
atau kental dan purulent,bergantung pada tipe dan atau tahap infeski.
7. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat menjadi bukti hanya
selama fase akut.
8. Bunyi pernapasan,seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,krekels
D. Patofisiologi
Normal (Sistem
Organisme
pertahanan) terganggu
Leukositosis
Intoleransi aktivitas
defisiensi Suhu tubuh
pengetahuan meningkat
Resiko kekurangan
volume cairan
hipertemi
Produksi sputum
meningkat
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Produksi sputum
Abses pneumatocele
meningkat
(Kerusakan jaeingan
parut
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola
napas
E. Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental,
perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif
mansjoer, 2001, Hal 467)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : Mengidentifiksikan distribusi struktural (Misal: lobar,bronchial);dapat
juga menyatakan abses
2. Biopsi Paru : untuk menetapkan diagnosa
3. Pemeriksaan gam/kultur,sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan Serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui pari-paru,menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometrik Static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosa dan mengangkat benda asing
G. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat,bisa diberikan antibiotic per-
oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau penyakit jantung atau penyakit paru lainnya,harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,cairan intravena
dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu penatalaksaan umum yang dapat diberikan antara
lain:
- Oksigen 1-2L/menit
- IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9%= 3:1, +KCl 10 mEq/500ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
- Jika sesak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan
sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based :
- Ampicillin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based :
- Sefatoksin 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
H. Diagnosis keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukos yang
kental, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan edema tracheal atau faringeal.
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru
dan kerusakan membrane alveolar kapiler.
3. Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolism umum sekunder
dari reaksi sistematis bacteremia atau viremia
4. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaphoresis, dan
intake oral sekunder terhadap proses pneumonia.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.
I. Daftar Pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
a) Identitas
Nama,umur,jenis
kelamin,Agama,Suku/bangsa,Bahasa,Pendidikan,Pekerjaan,Alamat,Alamat
yang mudah dihubungi,Ditanggung oleh
b) Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan utama,Riwayat penyakit sekarang (PQRST),Riwayat kesehatan yang
lalu,Riwayat kesehatan keluarga
c) Pola aktivitas sehari-hari
Pola tidur/istirahat,Pola eliminasi,Pola makan dan minum
2. ANALISA DATA
Pada bagian analisa data memuat 2 hal sebagai berikut :
1. Data subyektif : Data yang didapat berdasarkan keterangan pasien
2. Data Objektif : Data yang didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukos
yang kental, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan edema tracheal atau
faringeal.
2) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif
paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler.
3) Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolism umum
sekunder dari reaksi sistematis bacteremia atau viremia
4) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaphoresis,
dan intake oral sekunder terhadap proses pneumonia.
5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
6) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam.
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Umur :
No Register :