Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An " N"

DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM PERNAFASAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

DI RUANG MELATI RSUD PRAYA

TANGGAL 24-27 JANUARI 2022

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAFIATURRAHMI

NIM : P07120421125 N

1
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PTOFESI NERS

TAHUN 2022

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim
paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) (Sylvia A.Price). Dengan gejala batuk dan disertai sesak nafas
yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan
oleh streptoccus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru
organisme bermultipikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya
pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bakteria : diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus
hemolyticus, streptococcus aereus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberculosis, bacillus friedlander.
2. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalitik,
V. Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia.

2
4. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.

5. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan


amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.

Klasifikasi berdasarkan anatomi :

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari


satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
2. Pneumonia lobularis (brobkupneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkioulus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada
didekatnya.
3. Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi
di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :

1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, patogen antipikal
pada lansia, gram negativ pada pasien dari rumah jompo, dengan
adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopulmunal, atau terapi pasca
antibiotik spectrum luas.
2. Pneumonia nosokomial

3
Tergantung pada tiga faktor : tingkat berta sakit, adanya resiko
untuk jenis patogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman patogen atau mikroorganisme yang
biasanya non virulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus,
jamur, dan cacing.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5 sampai 40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan
peka rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak berbicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit malalui
tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.

4
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dengan nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasandan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
atau sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.

D. PATOFISIOLOGI

Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh


bakteri yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan
tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya timbul
peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli
akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut
dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas.

5
6
E. PATHWAY

Normal (sistem pertahanan)


Oranisme
terganggu

Virus Saluran nafas bagian Stapilokokus


bawahpneumokokus
Kuman patogen mencapai Trombus
bronkioli terminalis Eksudat masuk ke
merusak sel epitel bersilia, alveoli Toksin, koagulasi
sel goblet

alveoli Permukaan lapisan


Cairan edema + leukosit ke
pleura tertutup tebal
alveoli
eksudat trombus vena
Sel darah merah, pulmonalis
leukosit,
Konsolidasi paru pneumokokus mengisi
alveoli Nekrosis hemoragik
Kapasitas vital, compliance
menurun, hemoragik Leukosit dan fibrin
mengalami
konsolidasi
Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan
leukositosis

Suhu tubuh
meningkat

Resiko kekurangan
volume cairan

Hipertermi

Produksi sputum meningkat Abses pneumatocele (kerusakan


jaringan parut)

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas Ketidakefektifan pola nafas

7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural (misalnya : lobar,
bronchial, dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organismem khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik statik : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing

G. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua
dan penderita dengan sesak nafas atau penyakit jantung atau penyakit
paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena alat bantu
nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan resppon
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
- Oksigen 1-2 liter/menit
- IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9% = 3:1, +KCL 10mEq/500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
- Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.

8
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik
diberikan sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia Community based :

- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


- Kloramfenikol 10-15 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital based :

- Sefatoksim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian


- Amikasin 10-15 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian

H. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak
adekuat, takipneu, demam
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratori
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang

I. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :

a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga
menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan
hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan
timbul efusi.
b. Efusi pleura
c. Abses otak
d. Endokarditis
e. Osteomielitis

9
f. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
g. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
h. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
i. Infeksi sitemik.
j. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
k. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

Survei Primer (Primary Survey) menurut Dewanto et al., (2009)

a. Respon. Cek respon pasien atau kesadaran pasien.


b. Airway atau jalan napas. Memastikan jalan napas pada pasien
dengan pnneumonia dengan look (lihat gerakan nafas atau
pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit
dan kesadaran), listen (dengar aliran udara pernapasan) dan feel
(rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi
perawat). Maksimalkan oksigenasi dan ventilasi.
c. Breathing pernapasan. Pernapasan dinilai dengan menghitung laju
pernapasan, memperhatikan kesimetrisan gerakan dinding dada,
penggunaan otot-otot pernapasan tambahan, dan auskultasi bunyi
napas di kedua aksila. Kaji juga ada atau tidaknya kelainan pada
pernafasan misalnya dispnea, takipnea, bradipnea, ataupun sesak.
Kaji juga apakah ada suara nafas tambahan seperti snoring,
gargling, rhonki atau wheezing.
d. Circulation atau sirkulasi. Kaji ada tidaknya peningkatan tekanan
darah, kelainan detak jantung misalnya takikardi, bradikardi. Kaji
juga ada tidaknya sianosis dan capilary refil. Kaji juga kondisi
akral dan nadi pasien. Resusitasi cairan intravena dapat diberikan
apabila pasien mengalami gangguan pada sirkulasi yaitu diberikan
cairan isotonik seperti ringer laktat atau normal slain (20ml/kg BB)
jika pasien syok, transfuse darah 10-15 ml/kgBB harus
dipertimbangkan.
e. Disability atau defisit neurologis. Status neurologis dinilai dengan
menilai tingkat kesadaran, ukuran, dan reaksi pupil. Tingkat
kesadaran dapat diklafisikasikan menggunakan GCS.
f. Exposure atau kontrol pemaparan/lingkungan. Semua pakaian
harus dilepas sehingga jejas atau curiga trauma terlihat

11
g. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,


pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan


telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar
suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan
ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

1. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya/GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan atau pucat

12
3. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor, masalah finansial
4. Makanan atau cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes
militus
Tanda : disentri abdomen, hiperaktif bising usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk,
nyeri dada substernal, mialgia, atralgia
Tanda : melindngi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi
yang sakit untuk membatasi gerakan)
7. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis,PPOM, merokok, takipnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori,
pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen, perkusi ; pekak
diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi nafas;
menurun atau tak ada diatas area yang terlibat, atau nafas bronkial,
warna; pucat atau sianosi bibir/kuku
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun. Penggunaan steroid atau
kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama diriwayat : 6,8 hari

13
Rencana pemulangan : bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi
pencetus.

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernafasan


2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan
pengobatan

TUJUAN PEMULANGAN

1. Ventilasi dan oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu


2. Komplikasi dicegah atau diminimalkan
3. Proses penyakit dan program terapi dipahami
4. Perubahan pola hidup teridentifikasi atau dilakukan untuk mencegah
kekambuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWA
HASIL INTERVENSI RASIONAL
T
KRETERIA
AN
Bersihan jalan Menunjukkan 1. Kaji frekuensi atau 1. Takipneu, pernafasan dangkal,
nafas, tidak jalan nafas paten kedalaman pernafasan dan gerakan dada tak simetris
efektif b/d dengan bunyi dan gerakan dada sering terjadi karena
obstruksi jalan nafas bersih, tak 2. Tunjukkan atau bantu ketidaknyamanan gerakan
napas/ ada dispnea, pasien mempelajari dinding dada dan/atau cairan
peningkatan sianosis dan melakukan batuk mis, paru
sekresi atau mengeluarkan menekan dada dan 2. Batuk adalah mekanisme
produksi sekret batuk efektif pembersihan jalan nafas alami,
mukus sementara posisi membantu silia untuk

14
berlebihan duduk tinggi. mempertahankan jalan nafas
3. Penghisapan sesuai paten. Penekanan menurunkan
indikasi ketidak nyamanan dada dan
4. Berikan cairan posisi duduk memungkinkan
sedikitnya 2500 ml/hr upaya nafas lebih dalam dan
(kecuali kontra lebih kuat.
indikasi). Tawarkan 3. Merangsang batuk atau
air hangat, dari pada pembersihan jalan nafas secara
dingin mekanik pada pasien yang tak
5. Bantu mengawasi efek mampu melkukan karena batuk
pengobatan nebulizer tak efetif atau menurun tingkan
dan fisioterapi lain. kesadaran.
Lakukan tindakan 4. Cairan (khususnya yang hangat)
diantara waktu makan memobilisasi dan mengeluarkan
dan batasi cairan bila secret
mungkin 5. Memudahkan pengencaran dan
6. Berikan obat sesuai pembangunan secret.
indikasi 6. Untuk menurunkan spasme
7. Berikan cairan bronkus dengan mobilisasi
tambahan. sekret.
7. Cairan diperlukan untuk
menggantikan cairan kehilangan
dan mobilisasi sekret
Kerusakan - Menunjukkan 1. Kaji frekuensi, 1. Pernafasan tergantung pada /
Pertukaran perbaikan kedalaman, dan indikasi derajat keterlibatan paru
gas,  b/d ventilasi dan kemudahan bernafas. dan status kesehatan umum.
perubahan oksigenasi 2. Observasi warna kulit, 2. Sianosis kuku menunjukkan
membrane jaringan membrane mukosa, vasokontriksi atau respons
alveolar – dengan GDA dan kuku, catat tubuhterhadapo demam/
kapiler (efek dalam rentang adanya sianosis menggigil. Namun seanosis daun
inflamasi). normal dan tak perifeir (kuku) atau telinga, membrane mukosa, dan
ada gejala sianosis sentral kulit sekitar mulut (membrane

15
distress (sirkumoral). hangat) menunjukkan
pernafasan. 3. Awasi suhu tubuh, hipoksemia sistemik.
- Berpartisipasi sesuai indikasi. Bantu 3. Demam tinggi (Umum pada
pada tindakan tindakan kenyamanan pneumonia bacterial dan
untuk untuk menurunkan influenza) sangat meningkatkan
memaksimalk demam dan kebutuhan metabolic dan
an oksigenasi . menggigil, mis, kebutuhan oksigendan
selimut tanmbahan/ mengganggu oksigenasi seluler.
menghilangkannya, 4. Tindakan ini meningkatkan
suhu ruangan nyaman, inspirasi maksimal,
kompres hangat atau meningkatkan pengeluaran
dingin. secret untuk memperbaiki
4. Tinggikan kepala dan ventilasi
dorong sering
mengubah posisi,
napas dalam, dan
batuk efektif.
Resiko tinggi - Mencapai 1. Pantau tanda vital 1. Selama waktu ini, potensial
terhadap waktu perbaikan dengan ketat, komplikasi (hipotensi/syok)
penyebaran infeksi berulang khususnya selama dapat terjadi.
infeksi b/d tanpa konflikasi. awal terapi. 2. Meskipun pasien dapat
ketidak ada - 2. Anjurkan pasien menemukan pengeluaran dan
kekuatan Menidentifikasi memperhatikan upaya membatasi atau
pertahankan intervensi untuk pengeluaran sekresi menghindarinya, penting bahwa
utama mencegah/ (mis. Meningkatkan sputum harus dikeluarkan
(penurunan menurunkan pengeluaran dari pada dengan cara ,aman. Perubahan
kerja silia, resiko infeksi. menelannya) dan karaktristik sputum
perlengketan melaporkan menunjukkan perbaikan
secret perubahan warna, pneumonia atau terjadinya
pernapasan). jumlah dan bau secret. infeksi skunder.
3. Ubah posisi dengan 3. Meningkatkan pengeluaran,
sering dan berikan pembersihan infeksi.

16
pembuangan paru 4. Menurunkan pemajanan
yang baik. terhadap pathogen infeksi lain.
4. Batasi pengunjungan 5. Tergantu pada tipe infeksi,
sesuai indiukasi respon terhadap anti biotic,
5. Lakukan isolasi kesehatan umum pasien, dan
pencegahan sesuai terjadinya konflikasi, teknik
individual. isolasi mungkin diperlukan
6. Dorong untuk mencegah penyebaran/
keseimbangan melindungi pasien dari proses
istirahat adekuat infeksi lain.
dengan aktifitas 6. Memudahkan proses
sedang. Tindakan penyembuhan dan
masukan nutrisi meningkatkan tahanan alamia.
adekuat. 7. Tanda perbaikan kondisi harus
7. Awasi keefetifan terjadi dalam 24 – 28 jam.
terapi antimicrobial.
Intoleransi Melaporkan / 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan
aktifitas b/d menunjukkan pasien terhadap kemampuan/kebutuhan pasien
ketidakseimba peningkatan aktifitas. Catatan memudahkan pemilihan
ngan antara toleransi laporan dispnea, interfensi.
suplei dan terhadap peningkatan 2. Menurunkan stress dan
kebutuhan aktifitas yang kelemahan /kelelahan rangsangan berlebihan,
oksigen, dapat diukur dan perubahan tanda meningkatkan istirahat.
Kelemahan dengan tak vital selama dan 3. Tirah baring dipertahankan
umum, adanya dispnea, setelah aktifitas selama fase akut untuk
Kelelahan kelemahan 2. Berikan lingkungan menurunkan kebutuhan
yang berlebihan, dan tenang dan batasi metamolik, menghemat energy
berhubungan tranda vital pengunjung selama untuk penyembuhan.
dengan dalam rentang fase akut sesuai Pembatasan aktifitas ditentukan
gangguan pola normal indikasi. Dorong dengan respon individual pasien
tidur yang penggunaan terhadap aktifitas dan perbaikan
berhubungan manajmen stress dan kegagalan pernafsan.

17
dengan ketidak pengalih yang tepat. 4. Pasien mungkin nyaman dengan
nyamanan, 3. Jelaskan pentingnya kepala tinggi, tidur di kursi atau
batuk istirahat dalam menunduk kedepan meja atau
berlebihan, dan rencana pengobatan bantal.
dispnea. dan perlunya 5. Meminimalkan kelelahan dan
keseimbangan membantu keseimbangan suplai
aktifitas dan istirahat dan kebutuhan oksigen
4. Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan/ atau
tidur.
5. Bantu aktifitas
perawatan diri yang
diperlukan. Berikan
kemajuan
peningkatan aktifitas
selama fase
penyembuhan
Nyeri Akut b/d Menyatakan 1. Tentukan karaktristik 1. Nyeri dada, biasanya ada dalam
inflamasi nyeri hilang / nyeri, mis, tajam, beberapa derajat pada
parenkim paru, terkontrol konstan, ditusuk. pneumonia, juga dapat timbul
Reaksi seluler Menunjukkan Selidiki perubahan konplikasi pneumonia seperti
terhadap rilaks, istirahat karakter/ lokasi/ perikarditis dan endokarditis
sirkulasi atau tidur, dan intsnsitas nyari. 2. Perubahan frekuensi jantung
toksin, Batuk peningkatan 2. Pantau tanda vital atau TD menujunkkan bahwa
menetap. aktifitas dengan 3. Berikan tindakan pasien mengalami nyeri,
tepat. nyaman, mis, pijatan khususnya bila alasan lain untuk
punggung, perubahan perubahan tanda vital telah
posisi, music tenang/ terlihat
perbincangan, 3. Tindakan non-analgesik
relaksasi/ latihan diberikan dengan sentuhan
nafas lembut dapat menghilangkan

18
4. Tawarkan ketidak nyamanan dan
pembersihan mulut memperbesar efek terapi
dengan sering. analgesic.
4. Pernafasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membrane
mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.

Ketidak Menunjukkan 1. Identifikasi factor 1. Pilihan intervensi tergantung


seimbangan peningkatan yang menimbulkan pada penyebab masalah
nutrisi kurang nafsu makan. mual/muntah. 2. Menghilangkan tanda bahaya,
dari kebutuhan Mempertahankn Mis,sptum banyak, rasa, bau dari lingkungan pasien
tubuh b.d atau pengobatan aerosol, dan dapat menurunkan mual.
ketidak meningkatkan dispnea berat, nyeri. 3. Menurunkan efek mual yang
mampuan berat badan. 2. Berikan wadah berhubungan dengan
mencerna dan tertutup untuk sputum pengobatan ini
menelan dan buang sesering 4. Bunyi usus mungkin menurun /
makanan mungkin. Berikan / tak ada bila proses infeksi
bantu kebersihan berat/mamanjang. Distensi
mulut setelah muntah, abdomen terjadi sebagai akibat
setelah tindakan menelan udara untuk
aerosol dan drainase menunjukkan pengaruh toksin
postural, dan sebelum bakteri pada saluran GI.
makan 5. Tindakan ini dapat meningktkan
3. Jadwalkan masukan meskipun nafsu makan
pengobatan mungkin lambat untuk kembali.
pernafasan sidikitnya 6. Adanya kondisi kronis (seperti
1 jam sebelum makan. PPOM atau alkoholisme) atau
4. Auskultasi bunyi keterbatasan keuangan dapat
usus. Observasi/ menimbulkan malnutrusi,
palpasi distensi rendahnya tahanan terhadap

19
abdomen. infeksi, dan/ atau lambatnya
5. Berikan makan porsi respons terhadap terapi
kecil dan sering
termasuk makanan
kering (roti panggan.
krekers) dan/atau
makan yang menarik
untuk pasien.
6. Evaluasi status nutrisi
umum, ukur berat
badan dasar.
Kekurangan Menunjukkan 1. Kaji perubahan tanda 1. Peningkatan suhu atau
volume cairan keseimbangan vital, contoh memanjangnya demam
b.d kehilangan cairan peningkatan suhu/ meningktkan laju metabolic dan
cairan aktif dibuktikan demam memanjang, kehilangan cairan melalui
dengan takikardia, hipotensi epvorasi, TD ortostatik berubah
parameter ortostatik. dan peningkatan takikardia
individual yang 2. Kaji turgor kulit, menunjukkan kekurangan cairan
tepat, mis, kelembaban sistemik.
membrane membrane mukosa 2. Indicator langsung keadekuatan
mukosa lembab, (bibir,lidah). volume cairan, meskipun
turgor kulit baik, 3. Catat laporan mual/ membrane mukosa mulut
pengisian muntah mungkin kering karena nafas
kapiler cepat, 4. Pantau masukan dan mulut dan oksigen tambahan
tanda vital keluaran, catat warna, 3. Adanya gejala ini menurunkan
stabil. karakter urin. Hitung masukan oral
keseimbangan cairan. 4. Memberikan informasi tentang
Waspadai kehilangan keadekuatan volume cairan dan
yang tak tanpak. Ukur kebutuhan penggantian.
berat badan sesuai 5. Pemenuhan kebutuhan dasar
indikasi cairan, menurunkan resiko
5. Tekankan cairan dehidrasi.

20
sedikitnya 2500 ml/hr
atau sesuai kondisi
individual.

Defisiensi/ - Menyatakan 1. Kaji fungsi normal 1. Meningkatkan pemahaman


Kurang pemahaman paru, patologi kondisi situasi yang ada dan penting
pengetahuan kondisi, proses 2. Diskusikan menghubungkannya dengan
(kebutuhan penyakit dan ketidakmampuan dari program pengobatan.
belajar, pengobatan. penyakit, lamanya 2. Informasi dapat meningkatkan
mengenai - Melakukan penyembuhan, dan koping dan membantu
kondisi dan perubahan pola harapan kesembuhan. menurunkan ansietas dan
kebutuhan hidup dan Identifikasi perawatan masalah berlebihan. Gejala
tindakan) b/d berpartisipasi diri dan kebutuhan/ permafasan mungkin lambat
kurang dalam program sumber pemeliharaan untuk membaik, dan kelemahan,
pajanan, pengobatan rumah kelelahan dapat menetap selama
Kesalahan 3. Berikan informasi riode yang panjang. Factor ini
intepretasi dalam bentuk tertulis dapat brhubungan depresi dan
informasi, dan verbal kebutuhan berbagai bentuk
Kurang 4. Tekankan pentingnya dukungan dan bantuan.
mengingat melajutkan batuk 3. Kelemahan dan depresi dapat
efektif/ latihan mempangaruhi kemampuan
pernafasan untuk mengasimilasi/ mengikuti
5. Tekankan perlunya program medic.
melanjutkjan terapi 4. Selama awal 6-8 minggu setela
antiobiotik selama pulang, pasien beresiko besar
priode yang di untuk kambuh dari pneumonia.
anjurkan 5. Penghentian dini antibiotic
6. Buat langkah untuk dapat mengakibatkan iritasi
meningkatkan mukosa bronkus, dan
kesehatan umum dan menghambat makropag alveolar,
kesejahtraan mis, mempengaruhi pertahanan
istirahat dan aktifitas alamia/imunitas, membatasi

21
seimbang, diet baik, terpajan pada pathogen.
menhindadri 6. Meningkatkan pertahanan
kerumunan selama alamiah atau imunitas,
musim pilek/flu dan membatasi terpejan pada
orang yang patogen
mengalami infeksi 7. Dapat mencegah kambuhnya
saluran nafas atas. pneumonia dan/ atau komplikasi
7. Tekankan pentingnya yang berhubungan.
melanjutkan evaluasi 8. Upaya evaluasi dan interfensib
medic dan vaksin /. tepat waktu dapat mencegah/
Imunisasi dengan meminimalkan komlikasi.
tepat
8. Identifikasi
tanda/gejala yang
memerlukan
pelaporan pemberi
perawatan kesehatan

22
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E.M. dkk. (2014). Rencana Asuhan Keperawata. Jakarta: EGC

Nurarif, A.H dan Kusuma Hardi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis.


Jogjakarta: MediAction

Nursecerdas.wordpress.com/2009/05/02/askep-anak-dengan-pneumonia/)
(Diakses pada 7 April 2020, pukul 11.30 WITA)

Http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html.
(Diakses pada 7 April 2020 pukul 11.36 WITA)

23

Anda mungkin juga menyukai