Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

Nur Afifah
2022207209026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
a. Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A. Prince).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis (Smeltzer, 2021)
b. Bronchopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Dahlan, Zuh 2016).

2. Etiologi/faktor risiko

Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan
sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:

a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus,


streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis,
bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V. Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet

3. Patofisiologi
Bronchopneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri Bronchopneumonia itu ada dan hidup normal
pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri Bronchopneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada Bronchopneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Bronchopneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus
paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga
di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-
paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab Bronchopneumonia
(Sipahutar, 2007).
Proses Bronchopneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan
serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan
bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran
oksigen ke dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas
terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
Normal (sistem Sel nafas bagian bawah stapilokokus
pertahanan) terganggu pneumokokus

Trombus
Virus Eksudat masuk ke
alveoli

Toksin, coagulase
Kuman patogen Alveoli
mencapai bronkioli
terminalis merusak
sel epitel bersilis, sel Sel darah merah, Permukaan lapisan pleura
goblet leukosit, pneumokokus tertutup tebal eksudat trombus
mengisi alveoli vena pulmonalis

Cairan edema+leukosit
ke alveoli
Leukosit + fibrin Nekrosis
mengalami konsolidasi hemoragik

Konsilidasi
paru
Leukositosis

Suhu tubuh meningkat


Kapasitasital,
compliance menurun,
hemorogik
Risiko kekuragan volume cairan
hipertermi
Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
paurt)

Ketidakefektifan Ketidakefektifan
bersihan jalan pola nafas
nafas
4. Manifestasi klinik
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari
normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat
suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak.
Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebioh
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat mementap
selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengklakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.
5. Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan Fisik pada anak


1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri
dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada Bronchopneumonia berat, tarikan dinding
dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau
tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /
mulut anak. Pada anak yang Bronchopneumonia akan terdengar stridor. Sementara
dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang
sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :

1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat juga


menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
orgaisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

6. Komplikasi
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

7. Penatalaksanaan
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu
berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih
tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
 Oksigen 1-2L/menit.
 IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
 Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
 Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan kesimbangan
asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk Bronchopneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus Bronchopneumonia community based:
 Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
 Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus Bronchopneumonia hospital based:
 Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

B. Konsep Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada Bronchopneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam
akan tampak jelas.

2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
ke hidung / mulut anak. Pada anak yang Bronchopneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar
bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI Rasional


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC label
bersihan jalan nafas keperawatan selama ..x .. jam Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan diharapkan jalan nafas pasien bersih
1. Untuk mengetahui keadaan
obstruksi jalan nafas NOC 1. Monitor vital sign (suhu,
umum klien.
 Respiratory status: ventilation RR, Nadi)
2. Penurunan bunyi napas
 Respiratory status: airway 2. Monitor respirasi dan
dapat menunjukkan
patency oksigenasi
atelektasis
Kriteria hasil: 3. Auskultasi bunyi napas
3. Untuk mencatat adanya
 Mendomonstrasikan batuk 4. Anjurkan keluarga pasien
suara napas tambahan.
efektif dan suara nafas bersih, memberikan minuman
4. Berguna untuk melunakan
tidak ada sianosis dan dyspneu hangat atau susu hangat
secret
 Menunjukkan jalan nafas yang 5. Kolaborasi dalam
5. Untuk melancarkan
paten pemberian terapi nebulizer
mengencerkan dahak dan
 Mampu mengidentifikasi dan sesuai indikasi
melancarkan jalan nafas.
mencegah faktor yang dapat 6. Berikan O2 dengan
6. Untuk membantu pasien
menghambat jalan nafas menggunakan nasal
bernafas lebih
7. Penghisapan (suction) sesuai
baik/mengurangi sesak
indikasi.
nafas
7. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas
suara mekanik pada faktor
yang tidak mampu
melakukan karena batuk
efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk memastikan ada


pola nafas keperawatan selama ..x .. jam atau tidaknya sumbatan
1. Buka jalan nafas
diharapkan pola nafas pasien normal pada jalan nafas
2. Pastikan posisi untuk
NOC: 2. Agar pasien dapat
memaksimalkan ventilasi
bernafas dengan
 Respiratory status: ventilasi 3. Auskultasi suara nafas, catat
optimal/lebih baik
 Respiratory status: airway adanya suara tambahan
3. Untuk mengetahui
patency 4. Monitor vital sign
adanya suara nafas
 Vital sign status (pernafasan) dan status O2
tambahan
5. Keluarkan secret dengan
Kriteria hasil: 4. Untuk mengetahui
batuk atau suction
kondisi pernafasan
 Mendemonstrasikan batuk
pasien dan status O2
efektif, suara nafas yang
bersih, tidak ada cyanosis, 5. Untuk mengeluarkan
dyspneu secret yang menghambat
 Menunjukkan jalan nafas jalan nafas
yang paten (irama nafas,
tidak tercekik, tidak ada
nsuara nafas abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC
volume cairan b.d keperawatan selama ..x.. jam 1. Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
intake oral tidak diharapkan kebutuhan volume cairan (kelembaban membrane mukosa, hidrasi pasien
adekuat, takipnea, pasien terpenuhi. nadi yang adekuat) secara tepat
demam NOC 2. Atur catatan intake dan 2. Untuk memastikan jumlah
 Fluid balance output cairan secara akurat cairan yang masuk dan
 Hydration keluar

 Nutritional status: food and 3. Beri cairan yang sesuai 3. Untuk memenuhi

fluid intake kebutuhan cairan pasien

Kriteria hasil: Fluid monitoring:

 Mempertahankan urine 4. Identifikasi factor risiko 4. Untuk mengetahui factor

output sesuai dengan usia, dn ketidakseimbangan cairan risiko ketidakseimbangan

BB, BJ, urien normal, HT (hipertermi, infeksi, muntah dan cairan dan mencegah secara
normal diare) dini factor tersebut
 Tekanan darah, nadi, suhu 5. Monitoring tekanan darah, 5. Komplikasi letal dapat
tubuh dalam batas normal nadi dan RR terjadi selama awal periode
 Tidak ada tanda-tanda pengobatan antimikroba.
dehidrasi, elestisitas turgor Kurva suhu tubuh
kulit baik, membran mukosa IV teraphy: memberikan indeks respon
lembab, tidak ada rasa haus 6. Lakukan 5 benar pemberian pasien terhadap terapi.
yang berlebihan terapi infuse (benar obat, dosis, Hipotensi yang terjadi dini
pasien, rute, frekuensi) pada perjalanan penyakit
7. Monitoring tetesan dan dapat mengindikasikan
tempat IV selama pemberian hipoksia atau bakterimia.
Antipiretik diberikan
dengan kewaspadaan,
karena antipiretik dapat
mengakibatkan penurunan
suhu dan dengan demikian
mengganggu evalusasi
kurva suhu
6. Untuk memastikan terapi
diberikan secara benar

7. Untuk memastikan
pemberian terapi diberikan
secara tepat

4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
aktivitas b.d isolasi keperawatan selama ..x.. jam 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
respiratory diharapkan energi psikologis maupun rehabilitasi medik dalam tepat.
fisiologi pasien terpenuhi merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
NOC yang tepat kemampuan pasien dalam
 Energy conervation 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
 Activity tolerrance mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien

 Self care: Adls yang mampu dilakukan dalam beraktivitas

Kriteria hasil: 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui

 Berpartisipasi dalam aktifitas bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam

fisik tanpa disertai roda beraktivitas dan

peningkatan tekanan darah, 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan

nadi, RR untuk mengidentifikasi yang tepat

 Mempu melakukan aktivitas kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat pasien

sehari-hari secara mandiri 5. Bantu pasien mengembangkan selalu termotivsi dan


motivasi dan peguatan besemangat
 Tanda tanda vital normal
6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Untuk mengetahui
 Energy psikomotor
sosial, dan spiritual kesanggupan dan keinginan
 Level kelemahan
pasien dalam melakukan
 Mampu berpindah: dengan aktivitas
atau tanpa bantuan
 Status kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi: pertukaran
gas dan ventilasi adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d keperawatan selama ..x.. jam tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak diharapkan pengetahuan keluarga tentang proses penyakit keluarga pasien
pulang pasien bertambah. yang spesifik 2. Untuk mempermudah
NIC 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien mengerti
yang biasa muncul pada tentang penyakit pasien
 Knowlwdge: disease process
penyakit, dengan cara yang dan dapat mengetahui
 Knowledge: health Behavior
tepat tanda dan gejalanya
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi kemungkinan 3. Untuk mengetahui
penyebab dengan cara yang penyebab yang dapat
 Keluarga pasien menyatakan
tepat menimbulkan penyakit
paham tentang penyakit,
4. Diskusikan pilihan terapi pasien menjadi semakin
kondisi, prognosis, dan
atau penanganan memburuk
program pengobatan
4. Untuk bisa memberikan
 Keluarga pasien mampu
melakukan prosedur yang terapi yang tepat pada
dijelaskan secara benar pasien
 Keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2021.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2016. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai