Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru dan paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan balita (Santoso et
all. 2012). Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga
interstisium (Ridha 2014). Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit dimana alveoli paru yang
bertanggung jawabmosfer dan terisi oleh cairan (Hendra & Huriani 2011).

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).


Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan infeksi akut pada
bronkus (biasa disebut broncho pneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan
sesak napas karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang
dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5
tahun.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Bayi Yang Mengalami Pneumonia Dengan


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta”

C. Tujuan umum
Melaporkan kasus pada Bayi dengan pneumonia di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
D. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada bayi dengan pneumonia di ruang
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi dengan pneumonia
di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada bayi dengan pneumonia di ruang
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada bayi dengan pneumonia di ruang
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada bayi dengan pneumonia di ruang
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pneumonia

Pneumonia merupakan peradangan pada parenzhim paru yang disebabkan oleh


infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada bayi dan anak, walaupun dapat
juga terjadi pada semua usia dan pneumonia merupakan penyakit infeksi yang
menyebabkan peradangan akut parenkim paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringan
paru. Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae. Pada bayi dan anak-anak penyebab
yang paling sering adalah : Virus sinsisial pernapasan, adenovirus, virus parainfluenza,
dan virus influenza (Poetry 2008).

B. Klasifikasi :

Menurut (Riyadi & Suharsono 2010) klasifikasi pneumonia dibagi berdasarkan menurut
penyebabnya, antara lain :

1. Berdasarkan Klinis dan Epidemologi


a. Pneumonia yang dapat di masyarakat (CAP) disebabkan pneumokokus
b. Pneumonia yang dapat di rumah sakit (Hospital Acquaired
Pneumonia/Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif
dan angka kematian lebih tinggi
c. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak
d. Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta
2. Berdasarkan Kuman Penyakit
a. Pneumonia bakterialis/topikal, dapat terjadi pada semua usia, beberapa kuman
tendensi menyerang seseorang yang pekai, misal :
1. Klebsiela pada orang alkoholik
2. Stapilokokus pada orang influenza
3. Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan
oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.
4. Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak
5. Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama pada
orang dengan daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit
C. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat
2. Pemeriksaan darah, leukosit, led, kultur darah
3. Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan ditandai
dengan adanya konsolidasi dan kelainan bisa satu lobus atau lebih dan atau
sebagai dari lobus
D. Etiologi

Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah :

1. Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H.Influenza, Klebsiela


mycoplasma pneumonia).
2. Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3. Jamur/fungsi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
4. Protozoa (Pneumokistis Karinti).
5. Bahan kimia (Aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, dll) (Riyadi & Suharsono, 2010).
E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia adalah
demam, batuk, anak akan memperlihatkan kesulitan bernapas, retraksi interkostal, nyeri
dada, nyeri abdomen, krakles, penurunan bunyi napas, pernapasan cuping hidung,
sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk produktif, adanya ronkhi basah, halus
dan nyaring, adanya takipnea (frekuensi pernapasan > 50x/menit).

Pemeriksaan kardiovaskuler akan didapatkan takikardi, sedangkan pada pemeriksaan


neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur, gelisah, terdapat iritabilitas dan
kemungkinan disertai dengan kejang. Gejala lain yang sering timbul adalah terdapat
penurunan nafsu makan dan nyeri lambung, kelelahan, gelisah dan sianosis. Sedangkan
tanda yang sering muncul adalah tandanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak
(Marni 2014).

F. Patofisiologi

Bakteri atau virus kedalam tubuh, akan menyebabkan gangguan atau peradangan
pada terminal jalan napas dan alveoli. Proses tersebut akan menyebabkan infiltrate yang
biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadi destruksi sel dengan menanggalkan debris
cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas.
Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic fibrosis, aspirasi benda asing dan
kongential yang dapat meningkatkan resiko pneumonia (Marni, 2014)
G. Pathway
Sistem pertahanan tubuh terganggu

Kuman masuk : - Inhalasi

- Aspirasi kuman

- Hematogen

Streptokokus pneumonia Satpilokokus pneumonia

Alveoli Radang di bronkioli

Mengisi alveoli bersama sel Peningkatan sekret batuk nekrosis & abses

Bersihan jalan napas

Darah merah, leukost pnyebaran


peribronkia

Bersihan jalan napas

Reaksi radang

Pada sal. Napas & parenkim paru Meluas pneumatosel

keseluruh obus Konsolidasi

Paru padat seperti hati


Pekak ronchi

Peningkatan cairan alveolus

Pengembangan paru tidak


maksimal

Radang pad parenkin Pola napas tidak


efektif

Hipertemi

Istirahat tidur

Cemas
H. Komplikasi

Komplikasi pada pneumonia mencangkup pada gangguan di efusi pleura dan


emfiema, yang menjalar menyebabkan komplikasi sistemik. Pneumonia juga
menyebabkan hipoksemia serta menyebabkan pneumonia kronik dan bronkietasis (Ridha
2014).

I. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Poetry (2008) pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk


menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan rontgen dan laboratorium. Hal ini dilakukan
untuk memperkuat diagnosis apakah seseorang mengidap pneumonia atau tidak.
Gambaran yang diperoleh dari rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan
reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi terganggu, penderita mengalami
kesulitan bernapas karena tak tersisa ruang untuk oksigen.

Kelainan yang tampak pada foto rontgent penderita pneumonia dapat berupa : bercak
putih setempat atau tersebar di sekitar paru ataupun gambaran lainnya terdapat komplikasi
pneumonia. Pemeriksaan dengan menggunakan foto rontgen kadang-kadang dapat
dibedakan dengan penderita Tuberkulosis (TB) yaitu gambaran bercak putih dibagian atas
paru. Perlu juga dilakukan pengambilan sputum/dahak untuk dikultur dan ditest resistensi
kuman untuk dapat mengetahui mikroorganisme penyebab pneumonia (Poetry 2008).

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit pneumonia adalah


dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan vaksinasi (Pardede 2013).
Pengobatan suportif bila virus pneumonia, bila kondisi anak berat harus dirawat di rumah
sakit. Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan anak dan sesuai program pengobatan,
lakukan fisioterapi dada untuk membantu anak mengeluarkan dahak, setiap empat jam dan
sesuai petunjuk, berikan cairan intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Untuk mengatasi infeksi, berikan obat antibiotik sesuai program, misalnya amoxillin,
clarithromycin/ erythromycin dan ampicillin. Ada dua golongan penicilin dan golongan
sefalosporin (Suharjonoetall,2009). Apabila pada pemeriksaan pewarnaan gram terdapat
organisme, dan cairan berbau tidak enak, maka lakukan pemasangan chest tube.

Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak, walaupun jika untuk
terapi zink kurang bermanfaat (Pardede 2013). Pemberian zink 20mg/hari pada anak
pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak napas, dan laju pernapasan (Wahani
2012).

K. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,
untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Pengkajian pada seluruh tingkat analisis
(individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data objektif dari pemeriksaan diagnostik dan
sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan
pemeriksaan fisik (data objektif). Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk
menghasilkan diagnosa keperawatan yang akurat, komprehensif dan fokus. Pengkajian
komprehensif mencakup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola
kesehatan fungsional gordon.

b. Menurut Muttaqin (2008), pengkajian pasien dengan pneumonia

yaitu :

1. Keluhan utama yang


sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama
adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, lama keluhan
batuk muncul, pada klien pneumonia. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak
dan tidak berkurang setelah minum obat batuk yang biasa ada di pasaran. Pada
awalnya keluhan batuk nonproduktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi
batuk produktif dengan mukus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau
kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil serta sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
dan lemas.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan,
kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
4. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orangtua beranggapan meskipun anaknya batuk
masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orangtua
menganggap anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak
napas.
b. Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon
sistematik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dpak peningkatan toksik mikroorganisme).
c. Pola eliminasiPenderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindaha cairan melalui proses evaporasi karena demam.
d. Pola tidur-istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak
napas. Penampilan anak terlihat lemah sering menguap, anak juga sering
menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
e. Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan
fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak. Pada saat di
rawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap yang sudah mengalami
pubertas orang lain meningkat.
h. Pola peran hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun
yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang
terdekat orangtua.
i. Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan biasanya penundaan.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stres adalah anak sering
menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah
tersinggung dan suka marah.
L. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c. Tanda-tanda Vital
 Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, hipertensi
 Frekuensi pernapasan Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
d. Suhu Tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh
hipotalamus.
e. Berat badan dan Tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan
f. Integumen kulit
 Warna : pucat sampai sianosis
 Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi
teratasi kulit anak akan teraba dingin.
 Turgor : menurun pada dehidrasi
g. Kepala dan mata
Kepala :
 Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
 Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
h. Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada
thorax dan paru-paru
 Inspeksi
Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernapas antara lain : takipnea, dispnea
progresif, pernapasan dangkal
 Palpasi
Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada daerah yang terkena
 Perkusi
 Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara)
resonasi
 Auskultasi
 Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada daerah yang terkena
 Suara napas tambahan ronkhi pada sepertiga akhir
M. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap


gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respons dari seorang
individu, keluarga dan kelompok, atau komunitas. Diagnosa keperawatan biasanya berisi
dua bagian yaitu deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari
diagnosis .

Menurut (Riyadi & Suharsono 2010) diagnosa keperawatan yang muncul pada anak
pneumonia yaitu sebagai berikut :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.


2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus berlebih.
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
N. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
pneumonia yaitu sebagai berikut :

a. Monitor : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


NOC :
1. Monitor pernapasan
Kriteria Hasil :
 Tidak terjadi dispnea
 Saturasi oksigen dalam batas normal
 Ventilasi dan perfusi seimbang
 Istirahat terpenuhi
 Tidak terjadi penurunan kesadaran

NIC :

2. Monitor pernapasan :
 Monitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
 Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot bantu napas, dan retraksi pada otot
 Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi Monitor
sekresi pernapasan pasien
 Monitor kemampuan batuk efektif pasien
 Monitor keluhan sesak napas pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak napas
 Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan (misalnya nebulizer).
 olaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus berlebih
NOC :
1. Monitor pernapasan
Kriteria Hasil :
 Frekuensi pernapasan normal
 Irama pernapasan teratur
 Kedalaman inspirasi normal
 Suara auskultasi napas normal
 Kepatenan jalan napas normal

NIC :

2. Monitor Pernapasan :
 Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan
alat untuk membuka jalan nafas
 Lakukan fisioterapi dada sebagai mestinya
 Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
 Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, dan batuk
 Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
 Auskultasi suara napas , catat area yang ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara tambahan
 Posisikan untuk meringankan sesak napas
 Monitor status pernapasan dan oksigenasi
 Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernapas
dalam kepada anak-anak
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
NOC :
1. Status Neurologis
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5º c – 37,5º c) nadi dan
pernapasan dalam rentang normal
 tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :

2. Status Neurologis :
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 monitor warna kulit dan suhu
 berikan pengobatan untuk mengatasi demam
 berikan kompres hangat
 kolaborasi dengan dokter dalam memberikan cairan intravena
O. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013).
P. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan
indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Nursalam,
2013).

Fokus pengkajian adalah : Identitas klien, hasil pemeriksaan fisik,

keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan

genogram. Presentasi hasil dalam KTI dengan teknik uraian atau tabel.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

Pengkajian

Fokus pengkajian adalah : Identitas klien, hasil pemeriksaan fisik, keluhan utama dan
riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan genogram. Presentasi hasil dengan teknik
uraian atau tabel. . Identitas Klien

1. Identitas Klien
Nama : By. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggal Lahir / Usia : 31 Desember 2016
Tanggal dirawat : 4,5 bulan 19 mei 2017
Alamat : Rt. 4 / Rw. 9, Pacitan
Tanggal Pengkajian : 22
2. Data Penanggung Jawab

Tabel 1. Data penanggung Jawab

IDENTITAS Klien
1
Nama orang tua Tn.T / Ny. S

Pendidikan ayah / S1 / SMA


ibu Pekerjaan Swasta /
ayah / ibu Usia IRT
Riwayat Penyakit
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit

RIWAYAT Klien

Keluhan Keluarga pasien mengatakan

Riwayat Keluarga pasien mengatakan

penyakit By. G saat di rumah mengalami sesak nafas, demam dan batuk, keluarga
sekarang langsung membawa By.G periksa ke RSDM pada tanggal 25 mei 2017,
di IGD pasien langsung diberikan terapi oksigen 3 lpm dan diberikan
terapi obat furosemid 1mg/12jam, Aldacton 1,125mg/12jam dan
paracetamol syrup 150mg/6jam. Pasien juga

mendapatkan terapi lanjut di ruang melati 2, hasil pengkajian TTV pada


tanggal

26 mei 2017 pukul 08.00 wib adalah : Nadi 148x/menit, Suhu 38,6°C,
pernapasan

Riwayat Keluarga pasien mengatakan

penyakit bahwa anaknya menderita penyakit jantung bawaan sejak usia 4 bulan
dahulu yang lalu dan anaknya juga mempunyai riwayat operasi pengangkatan
kantung empedu. Usaha yang dilakukan orangtua saat anak sakit yaitu
membawa anak ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta lalu
dirujuk oleh pihak rumah sakit untuk pindah ke RSDM saat dilakukan
perawatan di rumah sakit keluarga mengetahui anaknya mengalami
Penyakit jantung bawaan dan terdapat masalah di kantung empedunya,
lalu keluarga menyetujui tindakan operas jantung dan pengangkatan
kantung empedu yang dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2016.
Riwayat Keluarga pasien mengatakan

Kesehatan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit


menurun seperti jantung, hipertensi, penyakit kuning, maupun penyakit
Keluarga lainnya.
Riwayat Keluarga pasien mengatakan kondisi lingkungan rumahnya bersih dan
Kesehatan jauh dari polusi kendaraan.
Lingkungan
Riwayat bayi

Klien 2
APGAR 9
Usia gestasi 9 bulan
Berat badan 3 kg
Panjang badan 38 cm
Komplikasi Ada komplikasi saat

persalinan melahirkan anak keempat dilakukan SC karena kontraksi yang


lemah

Riwayat ibu

Klien 2 Usia Gravida Partus Abortus


24 tahun G0 P1 A0
25 tahun G0 P2 A0
31 tahun G0 P3 A0
39 tahun G0 P4 A0
Jenis Persalinan :

Persalinan anak pertama, kedua dan ketiga melalui persalinan pervaginam


(secara
Komplikasi persalinan :

Ibu pasien mengatakan saat kehamilan pertama, kedua dan ketiga tidak ada

komplikasi, sedangkan kehamilan keempat dilakukan SC karena kontraksi


yang lemah.

Jenis Imunisasi

1 BCG 1 bulan Demam


2 DPT (I,II.III) 2 bulan, 3bulan, 4 Tidak ada
3 POLIO (I.II.III.IV) bulan
2 bulan, 3bulan, 4 Tidak ada
4 CAMPAK bulan,
9 bulan6 Tidak ada
5 HEPATITIS 2 bulan, 3 bulan, 4 Tidak ada
(I,II,III) bulan

Perubahan Pola Kesehatan

POLA Klien 2
Pola Nutrisi Z score usia
Sebelum 0 –: 24 bulan :
Sakit
Rumus :
- Frekuensi : ± 5x/hari
BB – Me: dASI
- Jenis ian dan Makanan

Median – (-ISD)
Pendamping ASI
=
- 11 – 9:.4± 100cc/1x
Porsi

- 9.4 – 8.4 : tidak ada


Keluhan
= 1.6 Sakit
Selama = 1.6:

1
- Frekuensi : ± 6x/hari

-Masuk
Jenis kategori
: ASB :(Air
1.6 Susu
Gizi

Cukup
Buatan) SGM
Pola Eliminasi BAB:
- Porsi : 50cc/1x
Sebelum Sakit :
- Keluhan : -
- Frekuensi BAB : 1-2x/hari
( terpasang NGT)
- Konsistensi : cair dan lunak
BB : 11 kg
- Warna : kuning kecoklatan

- Keluhan : tidak ada

Selama Sakit :

- Frekuensi BAB : 1-2x/hari

- Konsistensi : cair dan lunak

- Warna : kuning kecoklatan


BAK

Sebelum Sakit :

- Frekuensi BAK : 5-6x/hari

- Jumlah urine : ±

150cc/BAK

- Warna : Kekuningan

- Keluhan : tidak ada

Selama Sakit :

- Frekuensi BAK : 6-7x/hari

- Jumlah urine : ±

200cc/BAK

- Warna : Kekuningan
Pemeriksaan Fisik Neonatus

Observasi Klien 2
1. Keadaan Lemah
Umum
2. Kesadaran Composmentis, GCS 15,

3. Reflek Reflek moro positif,

kemampuan menghisap lemah, reflek menggenggam lemah


4. Tanda - Nadi : 148x/menit
Tanda
RR : 66x/menit Suhu : 38,6°c SpO2 : 97%
5. Tonus otot aktif / anak
Tonus/Aktifitas
sangat hiperaktif dan banyak gerak
6. Kepala/Leher - Bentuk kepala mesochepal
- Fontanel anterior teraba lunak
- satura sagitalis tepat ditengah kepala

- gambaran wajah simetris

- tidak ada pembesaran kelenjar tyroid


7. Mata - Palpebra : normal

- Sklera : tidak ikterik

- Konjungtiva : anemis

- Pupil : isokor

- Diameter ka/ki : sama

- Reflek cahaya : +/+

- Penggunaan alat bantu


8. Hidung Hidung terpasang NGT,

hidung simetris, terdapat sekresi sedikit pada hidung dan


tidak terdapat nafas cuping hidung
9. Telinga Bentuk simetris, terdapat

sedikit serumen, tidak terdapat kelainan


10. Mulut Bersih, bentuk simetris,

mukosa bibir kering

11. Gigi Sudah tumbuh gigi


12. Abdomen :

- Inspeksi Bentuk simetris, tidak terdapat kelainan dibagian perut


pasien
- Auskultasi
Bising usus 5x/menit tidak ada nyeri tekan Kuadran I
- Palpasi pekak, kuadran
- Perkusi II,III,IV tympani
13. Thoraks Bentuk simetris, terdapat

retraksi dinding dada


14. Paru-paru :

- Inspeksi Bentuk simetris, tidak terdapat jejas

- Palpasi Vokal fremitus kanan kiri sama

- Perkusi Terdengar suara sonor

- Auskultasi Terdapat suara nafas tambahan : ronchi basah

15. Jantung :

- Inspeksi Ictus cordis tidak tampak

- Palpasi ICS teraba di ICS 5

- Perkusi Suara jantung pekak

- Auskultasi Bunyi jantung reguler (lup-dup) tidak ada suara tambahan

16. Ekstremitas Ekstremitas atas dan

bawah aktif, ROM terbatas pada ekstremitas bawah sebelah


kanan karena terpasang infus

17. Umbilicus Normal, tidak ada kelainan

18. Spina Tidak ada kelainan


19. Kulit Warna kulit kemerahan, tidak terdapat sianosis pada
20. Genetalia kuku,
Bersih,tidak
tidak terdapat tanda alat
menggunakan lahir dibagian
bantu tubuh
tambahan klien,
di bagian
21. Anus genetalia
Bersih, tidak terdapat alat bantu tambahan di bagian anus
22. Suhu Suhu pada ruangan terbuka, suhu badan pasien : ± 38,6°c

Pemeriksaan Laboratorium

Hari/tanggal/ Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Kamis, 25 mei HEMATOLOGI

2017 (11.00 Hemoglobin 9.9 g/dL 10.7-13.1


Hematokrit 31 % 35-43
wib) Leukosit 12.9 ribu/uL 5.0-19.5
Trombosit 252 ribu/uL 150-450
Eritrosit 3.32 juta/uL 3.60-5.20
INDEX ERITROSIT
MCV 92.0 /uL 80.0-96.0
MCH 29.8 Pg 28.0-33.0
MCHC 32.5 g/dL 33.0-36.0
RDW 12.6 % 11.6-14.6
MPV 9.8 fL 7.2-11.1
PDW 17 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.30 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 70.60 % 18.00-74.00
Limfosit 24.10 % 60.000-66.000
Monosit 4.60 % 0.00-6.00
KIMIA KLINIK
GDS 97 mg/dl 50-80
Billirubin total 0.27 mg/dL 0.00-1.00
ELEKTROLIT
Natrium darah 131 mmol/L 129-147
Analisa Data

Analisa data Etiologi Masalah


Data Subyektif : Sekresi yang Ketidakefekt
tertahan ifan
Keluarga pasien mengatakan by.G mengalami sesak nafas
bersihan
Data Obyektif : jalan nafas
- Pasien tampak sesak nafas (00031)
- RR : 66x/menit

- Terdapat suara nafas tambahan ronchi basah

- Paru-paru tampak infiltrat di kedua lapang paru


(Hasil
Data foto thorax)
Subyektif : Hiperventila Ketidakefekt
si ifan pola
Keluarga pasien mengatakan anaknya sesak nafas
nafas
Data Obyektif : (00032)
- Pasien tampak sesak nafas

- RR : 66x/menit

- Pasien terpasang kanul

O₂ 3 lpm
Data Subyektif : Penyakit Hipertermia
(00007)
Ibu pasien mengatakan anaknya demam ± 4 hari yang
lalu

Data Obyektif :

- Badan pasien panas

- Suhu badan : 38,6°c

Diagnosa Keperawatan

Klien
1. Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas b.d Sekresi yang tertahan

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d

Hiperventilasi

3. Hipertermia b.d penyakit

Perencanaan Keperawatan

Klien
Ketidake Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
fektifan tindakan
(3140)
bersihan keperawatan selama 3x24
jalan nafas jam diharapkan jalan nafas - Monitor status pernafasan
b.d sekresi paten dengan kriteria hasil - Observasi sumbatan jalan nafas
yang : - Auskultasi suara nafas
berlebih - Anak tidak sesak
nafas - Lakukan fisioterapi

- RR normal dada
30-
- Lakukan suction
40x/menit
- Ajarkan ibu untuk
- Tidak ada dyspnea
memposisikan pasien
- Bunyi nafas
untuk meringankan sesak nafas
normal
Terapi Oksigen (3320)
- Tidak ada penumpukan
sekret - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
pemberian oksigen
Terapi Intravena (IV) (4200)

- Berikan pengobatan IV
Ketidakefekt Setelah dilakukan Monitor Pernafasan (3350)
ifan tindakan
- Observasi pergerakan dinding dada
pola nafas keperawatan selama 3x24
b.d jam diharapkan pola nafas Manajemen jalan nafas
teratur dengan kriteria (3140)
Hiperventilas hasil
i - Posisikan kepala ekstensi untuk meringankan
: sesak nafas
- Pasien tidak sesak Pemberian obat oral (2304)
nafas - Anjurkan anggota keluarga mengenai pemberian
obat
- RR normal Terapi Oksigen (3320)
30- - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
pemberian Oksigen
40x/menit

Hipertermia - Tidak terdapatdilakukan


Setelah retraksi Mengatur suhu (3900)
b.d tindakan
- Monitor vital sign
penyakit keperawatan selama 3x24
jam suhu tubuh normal - monitor suhu minimal 2 jam
dengan kriteria hasil : Perawatan Demam (3740)
- Suhu tubuh dalam - Lembabkan bibir dan hidung yang kering
rentan normal : 36°C- - Tutup pasien dengan selimut ringan, tergantung fase
demam (yaitu selimut hangat pada fase dingin dan
37,3°C pakaian ringan / selimut ringan pada fase bergejolak
Anjurkan anggota keluarga untuk mengompres
- Badan tidak panas
hangat
Pengaturan Suhu (3900
- Berikan pengobatan anti piretik

-
Implementasi Keperawatan

Diagnos 26 mei 2017 27 mei 2017 28 mei 2017 29 mei 2017


a
Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidakefektifa 10.00 - 08.00 - 08.00 - 08.00 -
n Mengobserv Mengobserv
asi sumbatan asi sumbatan Mengobserv Mengobserv
bersihan jalan jalan nafas jalan nafas asi asi
nafas b.d 10.10 - 09.00
-
09.00
sumbatan sumbatan
Sekresi yang Melaku Melaku jalan nafas 09.00 jalan
tertahan kan kan -
10.40 09.30 09.30 nafas
fisiotera fisiotera
pi dada pi dada Melaku
11.10 09.50 09.45 09.30 - Melakukan
kan
fisioterapi
- Melakukan - Melakukan fisioter
dada
12.00 suction 12.00 suction 12.00 api
dada 11.30 -
- -
- Melakukan Mengauskul
Mengausku Mengausku
tasi suara
ltasi ltasi suction
nafas
suara nafas suara nafas - - Memberikan
Mengausku obat sesuai
- - indikasi
ltasi
Memberikan Memberikan Amphicilin
obat sesuai obat sesuai suara nafas Sulbactam
indikasi indikasi 150 mg/6 jam
Amphicilin Amphicilin -
Gentamicin
Sulbactam Sulbactam 500mg/24jam
Memberika
150 mg/6 150 mg/6
n obat
jam jam
sesuai
Genta Genta indikasi
micin micin Amphicilin
Sulbactam
500mg/ 500mg/24jam
Ketidakefektifa 11.30 - Memonitor 11.30 - Memonitor 13.30 - 13.30 -
n keluhan keluhan Mengobserv
sesak nafas sesak nafas asi Mempertah
pola nafas b.d pasien pasien pergerakan ankan posisi
13.00 13.00
- - dinding kepala
Hiperventilasi
Memposisik Memposisik 13.00 dada ekstensi untuk
an ekstensi an ekstensi - meringanka
untuk untuk Memposisik n sesak
meringankan meringankan an kepala nafas
sesak nafas sesak nafas ekstensi -
12.00 - 12.00 - untuk 14.00
Menganjurka Menganjurka meringanka Mengobserv
n anggota n anggota n sesak asi
keluarga keluarga nafas pergerakan
dalam dalam dinding
pemberian pemberian dada
Hipertermia b.d 13.40 - obat
Memonitor 10.30 - obat
Memonitor 11.00 - Memonitor
tanda- tanda tanda- tanda suhu
Penyakit vital vital
11.40 - 11.00 -
Melembabka Melembabka
n bibir da n bibir dan
hidung yang hidung yang
12.00
kering kering
- Memberikan 12.00 - Memberikan
obat anti obat anti
11.20 piretik piretik
- Memonitor - Memonitor
14.00
suhu tiap suhu tiap
2 jam 2 jam
Evaluasi

Evaluas Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4


Pasien S : Ibu pasien S : Ibu pasien S : Ibu pasien S : Ibu pasien
2
mengatakan anaknya mengatakan anaknya mengatakan sesak mengatakan anaknya
Dx. sesak nafas masih sesak nafas nafas anaknya berkurang sudah tidak sesak
1 napas
O: O: O:
- Pasien tampak masih - Pasien masih tampak O:
sesak nafas sesak nafas - Pasien tampak sesak
- RR:60x/menit - RR: nafas berkurang - Pasien sudah tidak
sesak nafas
- SpO2 : 97 % 52x/menit - RR:
- RR:
- Sekret keluar - SpO2 : 98 % 46x/menit
39x/menit
- sekret keluar - SpO2 : 99%
berwarna
- SpO2 : 100 %
berwarna - Sekret keluar
putih kekuningan
- Suara Ronchi
- Terdapat putih kekuningan berwarna
sudah tidak
- masih putih encer
suara nafas
terdengar
- Masih
tambahan berupa terdapat suara
- Obat masuk
ronchi basah terdapat suara
nafas tambahan Ampicillin sulbactam
- Obat masuk berupa ronchi basah nafas tambahan berupa 180mg/6jam
Ampicillin ronchi basah
- Obat masuk Gentamicin
sulbactam
Ampicillin - Obat masuk
180mg/6jam 530mg/24 jam
sulbactam Ampicillin sulbactam
Gentamicin A:
180mg/6jam 180mg/6jam
530mg/24 jam Masalah teratasi
Gentamicin Gentamicin
A: P : Hentikan
530mg/24 jam 530mg/24 jam
A: intervensi
Masalah A:
teratasi sebagian Masalah teratasi Masalah teratasi
P : Lanjutkan sebagian P : sebagian P :
intervensi Lanjutkan Lanjutkan

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dimulai dari
pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan By.S dan By.G dengan Pneumonia diruang
Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan mengaplikasikan hasil studi
kasus pemberian fisioterapi dada pada klien Pneumonia.

Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan


Pneumonia penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara.

DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Aat. 2016. Hubungan Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Pneumonia dengan Pelaksanaan Kontrol Ulang Pneumonia
Pada Balita Di Puskesmas Ciawigebang Kabupaten Kuningan Periode
Januari-Februari Tahun 2015. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Medisina
Akper YPIB Majalengka. vol II No.3 Februari 2016.

Bulecheck, et all. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. 2016 .

Singapore : Elsevier.

Dani, Budi Widyarto, Melianti Mairi. 2013. Gambaran Karakteristik Balita


Pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol. 1 No. 1.

Dharma, Kelana Kusuma. 2013. Metodologi Penelitian Keperawatan. Panduan


Pelaksanaan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : TIM Trans Info
Media.

DinKesJateng. 2015. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah : Penemuan dan


Penanganan Penderita Pneumonia Pada Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2011 – 2015. Semarang.

Farida, Y , Ayu Trisna , Deasy Nur W. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta, Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02, 44 – 52

Gita, Marini. 2011. Efektifitas Fisioterapi dada (Clapping) untuk mengatasi


masalah Bersihan Jalan Napas pada anak dengan Bronkopneumonia di
ruang anak RSUD. Dr. Moh. Soewandi. Surabaya. Ners Jurnal
Keperawatan, Vol. 82 No. 1.

Hartanti, S, Nani Nurhaeni, Dewi Gayatri. 2012. Faktor Resiko Terjadinya


Pneumonia Pada Anak Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15,
No.1, Maret 2012 : hal 13-20.

Hendra & Emil Huriani. 2011. Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi Dada terhadap
kejadian Ventilator Associated Pneumonia di Unit Perawatan Intensif. Ners
Jurnal Keperawatan Volume 7, no 2. 121-129.

Herdman, Heather T. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi


ASUHAN KEPERAWATAN BAYI YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG MELATI 2 RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

DINI WULANDARI : 21606039

GUSTIAWAN : 21806077

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR
MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai