Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI NY. DA DENGAN NEONATAUS PNEUMONIA


DI RUANG 11 PERINATOLOGI
RSUD DR SAIFUL ANWAR

Oleh:
RENNY ANDRIYANTI
NIM. 1501470006

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
NEONATUS PNEUMONIA
1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut
jaringan paru oleh mikroorganisme ( Corwin, 2010 ).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan
benda-benda asing ( Muttaqin, 2009).
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan.
( Anonymous, 2010).
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi dalam
beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala
sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas
pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan
melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2011).

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab pneumonia
pada umumnya, yaitu:
a. Bakteri: Grup B Streptokokus, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, E. Coli,
Pseudomonas, Serratia Marcescens, Klebsiella.
b. Virus: RSV, Adenovirus, Enterovirus, CMV.
c. Jamur: Candida

3. Patofisiologi

Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah:


a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia):
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti sistem peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang disebut juga
Early Onset Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).
b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic plate
menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke paru-paru.
Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum persalinan, persalinan
memanjang dengan dilatasi serviks, atau pemeriksaan obstetri yang sering.
c. Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan penyebab
terbanyak adalah grup B Streptokokus.
d. Nosokomial Pneumonia:
Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit dengan factor predisposisi
antara lain BBL<1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat, prosedur invasif banyak,
perawatan ventilator terkontaminasi.
Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu
virus dan bakteri (Streptococcus Aureus, Haemophillus Influenzae dan Streptococcus
Pneumoniae).
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya destruksi sel
dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan
fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF), aspirasi benda
asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko pneumonia.
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara,
aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran
paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual,
muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe,
sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat
daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya
permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.

4. Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a) Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous, atau
aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari mekanik,
atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja dijajah
dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat
mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda
klinis.

b) Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal setelah
bayi lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses
kelahiran.
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam banyak
pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif (NICU) sering
mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme
resisten pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang diperlukan dalam
oleh bayi sering menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya
tidak mudah diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan signifikan
potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi
gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.
5. Gejala Klinik
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit Adapun
gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit).
b. Dengkur ekspirasi mungkin terjadi.
c. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan retraksi di subcostal,
interkostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi.
d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan kuantitas,
tetapi yang paling sering sedalam-dalamnya dan kemajuan dari serosanguineous untuk
penampilan yang lebih bernanah, putih, kuning, hijau, atau perdarahan warna dan
tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi. Jika aspirasi mekonium, darah, atau cairan
properadangan lainnya dicurigai, warna dan tekstur lain bisa dilihat.
e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang pada bayi dengan radang
paru-paru daripada individu yang lebih tua. Jika ada, mereka mungkin disebabkan oleh
proses menyebabkan peradangan, seperti gagal jantung kongestif, kondensasi dari gas
humidified diberikan selama ventilasi mekanik, atau tabung endotracheal perpindahan.
Meskipun alternatif penjelasan yang mungkin, temuan ini akan dimintakan
pertimbangan cermat pneumonia dalam diagnosis diferensial.
f. Sianosis pusat jaringan, menyiratkan deoxyhemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dL atau
lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat seperti
radang paru-paru, meskipun penyakit jantung bawaan struktural, hemoglobinopathy,
polisitemia, dan hipertensi pulmonal (dengan atau tanpa parenkim terkait lainnya
penyakit paru-paru) harus dipertimbangkan.
g. Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen konsentrasi, ventilasi
tekanan positif, atau tekanan saluran udara positif terus menerus umumnya diperlukan
sebelum pemulihan dimulai.
h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang
menyatakan kebocoran udara atau perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan
napas parsial.
Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran klinis APGAR Score rendah,
segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifir rendah, letargi, tidak mau minum, tidak
mau minum, distensi abdomen, suhu tidak stabil, asisdosis metabolik, DIC.

6. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi
paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara pernapasan bronchial, inspirasi rales
dan terdapat penggunaan otot aksesori.

7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium:
1) DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan
diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2) Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
4) Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion
(risiko pneumonia tinggi)
6) Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

8. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris, mencakup
bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab
infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi mengarahkan pada pemilihan
antibiotika yang tepat.
9. Therapy/Tindakan Penanganan
a. Terapi antibiotika, merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
b. Terapi suportif umum:
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD.
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan
vibrasi.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa:

1) Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama penanggung
jawab, hubungan dengan pasien, alamat.
2) Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari pertama haid terakhir
(HPHT), tapsiran partus (TP).
3) Riwayat intranatal: perdarahan, ketuban pecah, gawat janin, demam, keputihan,
riwayat terapi.
4) Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi, jantung dan
lainnya.
5) Riwayat persalinan: cara persalinan (spontan, section, forceps) dan indikasinya
6) KU bayi saat persalinan: activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi, pernafasan,
kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,
APGAR score.

b. Pemeriksaan fisik
1) Breathing
Frekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang
pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan
intercostal space. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas
utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di
lapangan paru yang terkena, kadang disertai dengan sputum.
2) Blood
Denyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung
tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT
memanjang (>3 det).
3) Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran,
didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji
tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil terhadap cahaya
4) Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu
memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine.
5) Bowel
Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi
alvi, adakah kelainan pada anus.
6) Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan
pada tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital,
bagaimana ATR (activity tonus respon).

B. Diagnosa Keperawatan (Yang Mungkin Muncul)


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasi oksigen.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan
difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer.

C. Rencana Tindakan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan inflamasi bronchial,
pembentukan edema, dan penumpukan sekret. .
Tujuan: jalan napas bersih dan efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan.
2) Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas < 60x/menit.
3) Batuk efektif.
4) Sianosis tidak ada.
5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space.
6) Nafas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi
No. Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi, kedalaman Takipnea, pernafasan dangkal


pernapasan dan pergerakan dada. sering terjadi karena
ketidaknyamanan.

2 Auskultasi area paru, catat penurunan Penurunan aliran darah terjadi


atau tak ada aliran udara dan bunyi pada area konsolidasi dengan
napas. cairan, krakels terdengar sebagai
respon terhadap pengumpulan
cairan/secret.

3 Penghisapan sesuai indikasi. merangsang batuk atau


pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tidak
mampu melakukan batuk efektif
karena adanya penurunan tingkat
kesadaran.

4 Evaluasi status mental, catat adanya Menurunnya perfusi otak dapat


kebingungan, disorientasi. menyebabkan perubahan
sensorium
5 Kolaborasi dalam pemberian obat Obat mukolitik membantu untuk
mukolitik, bronkodilator mengencerkan sekret,
bronkodilator mengurangi edema
dan sebagai vaso dilatasi bronkus.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif
Tujuan: pola nafas efektif.
Kriteria evaluasi:
1) Pernafasan teratur (RR 30-40 kali/menit).
2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit).
3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
4) Napas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi:
No Intervensi Rasional

1 Evaluasi frekuensi dan kecepatan dan upaya mungkin


kedalaman pernapasan. Catat meningkat karena nyeri,
adanya upaya pernapasan penurunan volume sirkulasi.
seperti dispnea, penggunaan Pengenalan dini dan
otot bantu pernapasan. pengobatan ventilasi abnormal
dapat mencegah komplikasi.

2 Tinggikan kepala tempat tidur, merangsang ekspansi paru.


letakkan pada posisi tinggi bila efektif pada pencegahan dan
tidak ada kontraindikasi perbaikan kongesti paru.

3 Berikan oksigen dengan head meningkatkan pengiriman


box atau sesuai indikasi oksigen ke paru untuk
kebutuhan sirkulasi.
4 Kaji ulang laporan foto dada untuk memantau kefektifan
dan pemeriksaan laboratorium terapi pernapasan dan mencatat
(AGD). terjadinya komplikasi

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasi O2.


Tujuan: pertukaran gas efektif.
Kriteria evaluasi:
1. Hasil AGD dalam batas normal.
2. Sianosis tidak ada.
3. Pasien tidak pucat.
Rencana intervensi:

No Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi dan kedalaman kecepatan dan upaya


pernapasan. Catat adanya upaya mungkin meningkat
pernapasan seperti dispnea, karena nyeri,
penggunaan otot bantu pernapasan. penurunan volume
sirkulasi. Pengenalan
dini dan pengobatan
ventilasi abnormal
dapat mencegah
komplikasi.

2 Pertahankan pemberian oksigen Head meningkatkan


box sesuai indikasi. pengiriman oksigen ke
otak untuk kebutuhan
sirkulasi.

3 Kolaborasi dalam pemeriksaan untuk memantau


laboratorium ( AGD ). kefektifan terapi
pernapasan dan
mencatat terjadinya
komplikasi.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan


difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer, akral dingin, pucat,
CRT<3 detik.
Tujuan : mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
1) Suara nafas bersih, wheezing tidak ada, ronkhi tidak ada. 2) Tanda vital
dalam batas normal, denyut nadi teraba jelas.
3) Tidak sianosis, kulit tidak pucat, CRT<3 detik.
4) Akral hangat.
5) Tidak terjadi penurunan kesadaran.
Rencana intervensi:
No Intervensi Rasional

1 Kaji frekuensi, kedalaman bernapas dan takipnea, pernapasan


suara nafas. yang dangkal sering
terjadi karena
ketidaknyamanan
gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.

2 Tempatkan pasien dalam incubator. mempertahankan suhu


tubuh pasien,
mencegah hipotermia,
memperbaiki
metabolisme jaringan

3 Pantau tanda vital. abnormalitas tanda


vital terus menerus
memerlukan evaluasi
lebih lanjut dan
mengetahuai
perubahan sesegera
mungkin.

4 Pantau tingkat kesadaran kekurangan aliran


oksigen ke otak dapat
menyebabkan hipoksia
sel-sel otak, kematian
jaringan otak dan
terjadinya penurunan
tingkat kesadaran .

5 Pantau tanda-tanda sianosis, warna kulit, sianosis, kulit pucat,


akral perifer akral dingin adalah
salah satu tanda
hipoksia jaringan yang
berat akibat perfusi
yang tidak adekuat.

6 Kolaborasi: pertahankan pemberian O2 mempertahankan PaO2


sesuai indikasi (Head box 5-10 lt/mnt). di atas 90 mmHg
7 Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap. Hb yang rendah (<10
gr/dl) mempengaruhi
suplay oksigen ke
jaringan.

4. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil yaitu bersihan jalan nafas efektif, pola nafas efektif, tidak
terjadi kerusakan pertukaran gas, perfusi jaringan adekuat, tidak terjadi hipertermi.
PATHWAY

Kuman Inhalasi mikroba, jamur Kuman dari


(bakteri, virus) mell : udara, aspirasi flora vagina

masuk ke
masuk mll plasenta mll sal nafas menyebar ke paru Chorionic Plate

secara hematogen masuk Aspirasi ke paru-paru

Reaksi Inflamasi hebat masuk Paru

Membran paru meradang dan berlobang Panas

RBC,WBC, cairan
keluar masuk alveoli Hipertermi

Edema, bronkospasme Dyspnoe, tahipnea


Pola nafas tdk efektif
Sianosis

Konsolidasi paru Sekret Bersihan jalan nafas


tdk efektif

Penurunan rasio ventilasi & difusi Kerusakan


Hipoksemia pertukaran gas

Gangguan perfusi jaringan


DAFTAR RUJUKAN

Anonymous. 2010 Pneumonia, Online, Available, www.wikipedia.id.org, diakses tanggal 11


September 2017.
Anonymous. 2011, Pneumonia. Online, Availble, www.medicinenet.com, diakses tanggal 11
September 2017.
Caserta, M.T., 2010, Neonatal Pneumonia, Online, Availble,
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279l.html, diakses tanggal 11
September 2017.
Corwin, E.J., 2012, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.
Doenges, dkk., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif, 2010, Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI NY. DA DENGAN NEONATAUS PNEUMONIA
RUANG 11 PERINATOLOGI
RSUD DR SAIFUL ANWAR

Disetujui oleh :

Malang, September 2017


Mahasiswa

Renny Andriyanti
NIM. 1501470006

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(…………….…………..) (………………………….)
NIP. NIP.
Mengetahui,
Kepala Ruangan 11 Perinatologi

(………………………………….)
NIP.

Anda mungkin juga menyukai