DI SUSUN
OLEH :
Pneumonia adalah proses inflamasi alveoli atau parenkim paru yang terjadi pada
anak dimana terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat
yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin,
2010).
Aspirasi pneumoni adalah peradangan pada parenkin paru yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan jamur atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang
tinggi, gelisah, dipnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan
produktif (Hidayat, 2008).
Aspirasi pneumoni adalah peradangan yang terjadi pada akhir bronkhiolus yang
tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak dalam lobus yang
berbeda didekatnya (Wong.2004).
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang bersal dalam tubuh maupun di luar
tubuh penderita. Pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi
berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi (Manjoer. 2000)
B. Etiologi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab pneumonia
pada umumnya (Muttaqin, 2010), yaitu:
Jamur: Candida.
Selain itu terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi
asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan
oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil
atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda
asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor
predisposisi pneumonia bakterial (Manjoer. 2010).
C. Patofisiologi
Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal (Muttaqin, 2010),
sebagai berikut:
1) Transplasenta (Kongenital Pneumonia):
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti sistem peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang disebut
juga Early Onset Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).
2) Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic plate
menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke paru-paru.
Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum persalinan, persalinan
memanjang dengan dilatasi serviks, atau pemeriksaan obstetri yang sering.
3) Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan penyebab
terbanyak adalah grup B Streptokokus.
4) Nosokomial Pneumonia:
Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit dengan factor predisposisi
antara lain BBL<1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat, prosedur invasif
banyak, perawatan ventilator terkontaminasi.
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah
foto polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
dengan “air bronchogram”, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau tanpa
disertai gambaran kaviti pada segmen paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai dengan
infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses paru atau
H. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotika, merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
b. Terapi suportif umum:
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan AGD.
2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi
hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan
respiratory arrest (Corwin, 2009).
Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam
2) Efusi pleura
3) Empyema
4) Abses paru
5) Sepsis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Identitas bayi
Jenis kelamin ….
Apgar score
c. Riwayat persalinan
Persalinan di ….
Perdarahan ….
Masalah ….
d. Pemeriksaan fisik
Tanggal …. Jam ….
- Sistem pernafasan
Nafas cepat, saat bernafas ada retraksi dada, kadang-kadang terjadi dipsnoe. Di saluran nafas
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem pencernaan
Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium
b. Rontgen
Ro thorak
Terlihat bercak infiltrat, gerakan kedua lapang paru kasar, diameter antero posterior tambah
2. Diagnosa Keperawatan
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
No Diagnosis
Tujuan Intervensi
Keperawatan
tanda vital
outcome :
kandungan O2
dalam darah
d.b.n.
sianosis
4 Resiko kekurangan NOC : NIC :
elastis
R
- urine output
(+)
antibiotik
1,EGC,1997,Jakarta.
2006,Philadelpia.
Price & Wilson, 2012. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4 Buku
1, Jakarta: EGC.
Suriadi & Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta: CV Sagung Seto.
PATHWAY
masuk ke
masuk mll plasenta mll sal nafas menyebar ke paru Chorionic Plate
RBC,WBC, cairan
keluar masuk alveoli Hipertermi