Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry &
Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang
disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli
terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu
radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia
adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi
dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011).
B. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi
berdasarkan anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap
pemberantasan pneumonia melalui usia : a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal
sebagai pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi
di dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular.
A. Pembagian etiologis
2
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans,
Blastornyces Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
B. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
- Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau
lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau
lebih.
- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada
bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
3
3 Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein
(MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan
pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015)
4 Gejala Klinis
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia
anak, respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat
keterlibatan paru, dan obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang
mengalami pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai
penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon,
2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru
meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC
dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis
dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
4
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi
menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut),
hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan
nafas tidakk efektif, gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan
intoleransi aktivitas.
5 Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat
saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi,
disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif
seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan
epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paruparu , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler,
dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus
respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan
edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian
makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik
mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan
aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi
fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena
penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
5
Pathway :
6
6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada orang dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara
lain:
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental
dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia
pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas
dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin
diperlukan jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.
7
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya: Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus,
amantadine, rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin,
tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
8 Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak
dengan pneumonia adalah: a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis
8
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan,
kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi
dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernafasan
3) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
4) Riwayat alergi: -
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tand vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani - Auskultasi:
bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
9
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada anak dengan masalah pneumonia:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu
saat aktifitas ringan, sianosis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan
ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat,
penurunan berat badan selama dalam perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, faktor
resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana
yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami
pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut Moorhead
(2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan yang ditetapkan
pada anak dengan kasus pneumonia adalah :
10
Diagnosa TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
keperawatan
11
meningkat dari skala 2 kesulitan bernafas
(cukup) menjadi skala 4
(ringan) dengan kriteria 4. Auskultasi
hasil : suara nafas
14
d. Ketidakseim Status nutrisi : Asupan Manajemen nutrisi
bangan nutrisi
nutrisi 1.Observasi dan catat
kurang Definisi : Asupan gizi asupan pasien (cair
dari untuk memenuhi dan padat)
kebutuhan kebutuhan-kebutuhan
metabolik 2.Ciptakan lingkungan
tubuh yang optimal pada
berhubungan saat mengkonsumsi
Setelah dilakukan asuhan
dengan makan (misalnya;
keperawatan
asupan bersih, santai, dan
selama 3x24jam
diet bebas dari bau yang
pasien dapat
kurang mneyengat)
meningkatkan status nutrisi
yang adekuat dari skala 2
3.Monitor kalori dan
(sedikit adekuat) menjadi
asupan makanan
skala 3 (cukup adekuat)
dengan kriteria hasil : 4. Atur diet
yang diperlukan
1. Asupan kalori adekuat
(menyediakan
2. Asupan protein adekuat makanan protein
tinggi,
3. Asupan zat besi adekuat menambah atau
menguragi
Ket: kalori, vitamin,
1. Sangat berat mineral atau
2. Berat suplemen)
3. Cukup
4. Ringan 5.Kolaborasi pemberian
5. Tidak ada obat-obatan sebelum
makan (contoh obat
anti nyeri)
6.Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengakses program-
program gizi
komunitas (misalnya ;
perempuan,bayi,anak)
e. Intolerans Toleransi terhadap Manajemen energy
i Aktifitas aktifitas
berhubun 1. Observasi sistem
gan Definisi : kardiorespirasi
dengan Respon fisiologis pasien selama
ketidaksei terhadap pergerakan kegiatan (misalnya
mbangan yang memerlukan ; takikardi,
antara energi dalam aktifitas distrimia, dispnea)
suplai dan
15
sehari-hari.
1. Kemudahan
bernapas 4. Lakukan terapi
ketika beraktifitas non farmakologis
(terapi musik)
2. Warna kulit idak pucat
5. Kolaborasi
3. Kemudahan dalam
pemberian terapi
melakukan ADL Ket: farmakologis
untuk mengurangi
1. Sangat terganggu
kelelahan
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 6. Beri Penyuluhan
4. Sedikit terganggu kepada keluarga
5. Tidak terganggu dan pasien tentang
nutrisi yang baik
dan istirahat yang
adekuat
2. mengetahui faktor
penyebab (dapat
menyebutkan penyebab)
3. mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala) Ket
:
1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan
sangat banyak
17
4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan
yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh
perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan
dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang
telah ditetapkan/ dibuat.
5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah
masalah keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu
pada kriteria evaluasi.
18
3.1.2 Analisa Data
Data-data Probl Etiolo
o em gi
19
. DS : Ibu mengatakan sakit yang Defisit Kuran
diderita An. R.F adalah batuk pengetahuan g
dan sesak nafas , ibu tidak
terpapar
mengetahui cara penanganan dan
informasi
pencegahan penyakit yang
dialami An. R. F
DAFTAR PUSTAKA
21
Ketidakefektifan Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
pola napas
berhubungan Definisi : Proses keluar masuknya 1. Posisikan pasien Posisi
dengan keletihan udara ke paru-paru serta semi fowler, atau posisi
otot pernafasan pertukaran karbondioksida dan fowler
oksigen di alveoli.
22
Defisiensi Pengetahuan : Pengajaran proses penyakit
pengetahuan Manajemen pneumonia
berhubungan 8. Kaji tingkat pengetahuan
dengan Definisi : tentang
kurang proses penyakit
sumber Tingkat pemahaman yang
disampaikan tentang pneumonia, 9. Jelaskan tentang
pengetahuan
pengobatannya dan pencegahan penyakit
komplikasinya
10.Jelaskan tanda dan
Setelah dilakukan tindakan gejala
keperawatan selama 30-40menit
pasien dan keluarga dapat 11.Jelaskan tentang
meningkatkan pengetahuan penyeba
tentang manajemen pneumonia.
Meningkat dari skala 2 12.Jelaskan tentang cara
(pengetahuan terbatas menjadi penularan
skala 4 (pengetahuan banyak)
13.Jelaskan tentang cara
dengan kriteria hasil :
penanganan
5. mengetahui tentang penyakit
14.Jelaskan tentang cara
6. mengetahui faktor penyebab pencegahan
(dapat menyebutkan
penyebab)
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
23
D. Implementasi Keperawatan
Sabtu, 25 08.30 - Mengobservasi keadaan umum pasien - Bersihan jalan nafas tidak efektif
Mei 2019 - Mengobservasi kecepatan, irama, berhubungan dengan mukus yang
adanya pernapasan cuping hidung, berlebihan.
penggunaan otot bantu nafas , retraksi S : Ibu mengatakan An. R. F masih
dinding dada, batuk
O: terdapat mukus pada hidung,
- Auskultasi adanya suara terdengar bunyi ronchi pada paru
nafas tambahan kanan lobus bawah, pernapasan:
- Melakukan fisioterapi dada pada pukul 65 x/menit
A: masalah belum teratasi
dan melayani terapi nebulizer
P: intervensi 1-7 dilanjutkan
Combivent ¼ vial drip NaCL 3 cc - Pola nafas tidak efektif
pada pukul 11.20. berhubungan dengan keletihan
09.00
- mengobservasi adanya bunyi nafas otot pernapasan
10.00 tambahan S: Ibu mengatakan An. R. F masih
- mengatur posisi semi fowler pada bayi sesak nafas
24
- Melayani injeksi dexametasone 2 O: pasien tampak sesak, ada
mg/iv pernapasan cuping hidung,
tarikan dinding dada dan
- Mengobservasi TTV
penggunaan otot bantu nafas,
12.00 pernapasan: 65 x/menit. A:
masalah belum teratasi P:
intervensi 1-6 dilanjutkan.
- Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
S: Ibu mengatakan tidak paham
tentang penyakit yang dialami
An. R. F belum paham cara
pencegahan, cara penanganan dan
perawatan dirumah.
O: Ibu tidak dapat menjawab
pertanyaan saat ditanyakan
tentang penyakit pneumonia,
faktor penyebab, tanda dan gejala,
cara pencegahan, cara penanganan
dan perawatan dirumah
A: masalah belum teratasi
25
Minggu , 26 09.00 - Melayani injeksi Cefotaxim 300 - Bersihan jalan nafas tidak efektif
Mei 2019 mg/iv berhubungan dengan mukus yang
09.30
- Melayani nebulisasi dengan NaCL berlebihan.
0,95% dan combivent ¼ vial, pasien S: Ibu mengatakan An. R.F masih
Mengobservasi TTV batuk
12.00 O: terdapat mukus pada hidung,
- Mengatur O2 masker menjadi 3 Liter terdengar bunyi ronchi pada paru
13.45 per menit kanan lobus bawah, pernapasan:
- Mengobservasi adanya suara nafas 68 x/menit.
A: masalah belum teratasi
tambahan hasilnya terdengar bunyi
P: intervensi 1-7
14.00 nafas wheezing. dilanjutkan.
- Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan keletihan
otot pernapasan
S: Ibu mengatakan An.R.F masih
sesak nafas.
O: pasien tampak sesak, tarikan
dinding dada dan penggunaan
otot bantu nafas, pernapasan:
68 x/menit.
26
A: masalah belum teratasi
Senin, 27 08.30 - Melakukan fisioterapi dada - Bersihan jalan nafas tidak efektif
Mei 2019 - Melayani nebulasi dengan combivent berhubungan dengan mukus yang
09.00
¼ vial drip NaCL 0,9% berlebihan.
- Mengobservasi adanya bunyi nafas S: Ibu mengatakan An. R. F masih
tambahan batuk.
- Mengobservasi kecepatan, irama,
O: terdapat mukus pada hidung,
10.00 adanya pernapasan cuping hidung,
terdengar bunyi rongki pada
retraksi dinding dada dan penggunaan
paru kanan lobus bawah,
otot bantu nafas
pernapasan: 65 x/menit.
- Mengatur posisi semi fowler, respon
bayi menjadi lebih tenang dan ekspansi A: masalah belum teratasi.
paru meningkat.
P: intervensi 1-7 dilanjutkan.
- Melayani terapi injeksi dexametasone
2 mg/iv melalui selang - Pola nafas tidak efektif
12.00 berhubungan dengan keletihan
- Mengobservasi TTV
27
- Memberikan terapi O2 masker 3 otot pernapasan
liter/menit. S: Ibu mengatakan An. R. F masih
- Menjelaskan tentang penyakit sesak nafas
12.45 pneumonia, menjelaskan tentang
penyakit anak (pneumonia), O: pasien tampak sesak, ada
menjelaskan penyebabnya, pernapasan cuping hidung,
menjelaskan tanda dan gejala,
menjelaskan cara penularan, tarikan dinding dada dan
13.00
menjelaskan cara pencegahannya, penggunaan otot bantu nafas,
,menjelaskan cara penanganan
pernapasan: 65 x/menit.
dirumah (discharge planning).
A: masalah belum teratasi
- Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurang terpapar informasi.
S: Ibu mengatakan sudah paham
tentang penyakit yang dialami
An. R. F, sudah paham cara
pencegahan, cara penanganan dan
28
perawatan dirumah
A: masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan.
29
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : PNEUMONI
D. Materi
Terlampir
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
30
G. Pengorganisasian
Dosen Pembimbing : O. Diana Suek, S.Kep,Ns.,M.Kep,SpKepAn
Dosen penguji : Yulianti Banhae, S.Kep, Ns,M.Kes
Pemateri : Yuyun Aprilya Dimu Ludji
H. Setingan Tempat
Keterangan Gambar:
Pemateri
Media (Leaflet)
31
I. Rencana Kegiatan
NO WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PESERTA
1 5 Menit Pembukaan:
2 15 Menit Pelaksanaan :
3 5 Menit Penutupan:
32
J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukanR.Kenanga , RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johanes Kupang
33
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh preparat infeksius (Price, 2005).
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena
infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat
peradangan (Mutaqin, 2008).
2. Etiologi
Dalam Smeltzer (2001), pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacammacam etiologi seperti:
f. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
g. Virus: virus influenza, adenovirus
h. Micoplasma pneumonia
i. Jamur: candida albicans
j. Faktor-faktor predisposisi: infeksi paru misalnya kesedaran menurun, usia
tua, trakeostomi, pipa endotrakeal, nyeri akibat operasi – treauma setelah
operasi abdomen atau trauma – dada atau abdomen, penyakit
neuromuscular, deformitas, pada dada seperti kifoskoliosis yang berat dan
PPOM sehingga mengurangi kemampuan batuk efektif.
3. Gejala Klinik
a. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan
cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
b. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
c. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur,
pernafasan cuping hidung, ronkhi.
d. Nadi cepat
e. Bibir dan kuku sianosis
f. Sesak nafas (Mutaqin, 2008)
34
4. Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan
reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang.
Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi
klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya
partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan
penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas
difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut),
hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan
nafas tidakk efektif, gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi
aktivitas.
5. Pemeriksaan Diagnostik
h. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses.
i. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
j. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
k. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
l. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
m. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
n. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
(Mutaqin, 2008)
35
6. Penatalaksanaan
g. Manajemen Umum
5) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
6) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
7) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam
untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
8) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi. (Price, 2005)
h. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan
jika masalah sekunder seperti empiema terjadi.
i. Terapi Obat
2) Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya:
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
j. Komplikasi
i. Pleurisi
j. Atelektasis
k. Empiema
l. Abses paru
m. Edema pulmonary
n. Infeksi super perikarditis
o. Meningitis
p. Arthritis (Mutaqin, 2008)
Daftar Pustaka
36
Smeltzer, Suzzane C . 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol 1 ed 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
37
38