Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


PASIEN DENGAN PERITONITIS

DISUSUN OLEH:
PUTRI RISZA GUSRINA, S. Tr. Kep

MENGETAHUI,
PEMBIMBING AKADEMIK

(Ns. SAHRAN, M. Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2020
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan
membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera yang merupakan penyulit berbahaya yang Peritonitis bakterial primer: Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen
KLASIFIKASI :
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronik / pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat
kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Faktor resiko yang berperan pada
dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi
tanda – tanda umum inflamasi. ( Santosa, Budi.

Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa) : Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi
PERITONITIS akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius

Peritonitis tersier: Peritonitis yang disebabkan oleh jamur, Peritonitis yang sumber kumannya tidak
Etiologi : dapat ditemukan. Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya
1. Infeksi bakteri empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
 Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran
gastrointestinal
 Appendisitis yang meradang dan perforasi
 Tukak peptik (lambung/dudenum) MANIFESTASI KLINIS
KOMPLIKASI
 Tukak thypoid  Nyeri tekan dan defans muscular
 Tukan disentri amuba/colitis  Peristaltik usus menurun sampai  Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan
 Tukak pada tumor hilang akibat kelumpuhan sementara vena sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit
 Salpingitis/ Peradangan pada tuba fallopi usus bahkan hipovolemik, syok dan gagal ginjal.
 Divertikulitis  Bila telah terjadi peritonitis bakterial,  Abses peritoneal
2. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa suhu badan penderita akan naik  Cairan dapat mendorong diafragma sehingga
penyakit akut seperti radang saluran pernapasan  Takikardia menyebabkan kesulitan bernafas.
bagian atas, otitis media, mastoiditis,  penderita tampak letargik dan syok  Sepsis
glomerulonepritis. Penyebab utama adalah
streptokokus atau pnemokokus.
PENATALAKSANAAN :

PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK : MEDIS 1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan kegagalan sirkulasi,
maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan
 Pemeriksaan laboratorium protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi
(H2TL) tekanan dalam usus.
 Foto polos abdomen 2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan dapat
diupayakan.
3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi. Bila perforasi
tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
RHD
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERITONITIS

A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, dll.
b. Riwayat kesehatan
 Kaji keluhan utama
 Keluhan waktu di data : Terdapat pasien muntah-muntah, demam, sakit kepala, nyeri
ulu hati, makan-minum kurang, turgor kulit jelek, keadaan umum lemah.
 Riwayat kesehatan yang lalu : Pernah menderita moviting atau tidak
 Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit
seperti pasien

1. Pengkajian primer

a. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa secret,
lidah jatuh atau benda asing

b. Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi
pernafasan klien per menitnya.

c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan cairan dan
elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.

d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali
tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan cepat
adalah :
A: Awakening
V: Respon Bicara
P: Respon Nyeri
U: Tidak Ada Nyeri

e. Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan yang
muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat perubahan sirkulasi,
penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.
2. Pengkajian Sekunder
1. Pemeriksaan Fisik

 Sistem pernafasan (B1)


Apakah Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan
serta menggunakan otot bantu pernafasan.
 Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena
anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik,
hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
 Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami
penurunan kesadaran.
 Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
 Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses ptologis
organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu
terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun
(<12x/menit).
 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor
kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT :

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d peningkatan tekanan intra abdomen


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Rasional


Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Ketidakefektifan Pola Napas Setelah diberikan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam
Berhubungan Dengan : maka diharapkan NIC : Manajemen jalan napas
Pola napas teratasi
 Ansietas
NOC : Status Pernapasan
 posisi tubuh yang 1. Mempertahan kan ventilasi
1. Monitor status pernapasan sebagaimana 2. Posisi semi fowler menggunakan gaya gravitasi untuk
menghambat hiperventilasi Dipertahankan pada 4 mestinya membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari
 obesitas Ditingkatkan pada 5 2. Posisikan untuk meringankan sesak napas abdomen pada diagfragma.
 nyeri
 keletihan otot pernapasan. 1. deviasi berat dari kisaran 3. Memaksimlakan ventilasi dan mencegah terjadinya
normal kelelahan
Batasan karakteristik: 2. deviasi yang cukup berat 4. Suara nafas menurun atau tidak ada menunjukkan tidak
dari kisaran normal masuknya O2 ke paru paru
 Pola napas abnormal
3. deviasi sedang dari
 perubahan ekskursi dada
kisaran normal 5. Membantu pemehuhan oksigenasi didalam tubuh
 Bradipnea
4. deviasi ringan dari kisaran 6. aliran yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
 Penurunana tekanan
normal menurunkan kondisi pasien
ekspirasi
5. tidak ada deviasi dari 7. Bronkodilator dapat diberikan untuk membantu ventilasi
 Penurunan tekanan inspirasi kisaran normal 3. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dengan efek vasodilatasi saluran napas
 Penurunan ventilasi semenit dan dalam 8. Sesak dapat terjadi pada pasien jika posisi postural drainage
 Penurunan kapasitas vital terlalu lama dipertahankan
 Dispnea 9. Memantau kondisi pasien
Dengan kriteria hasil:
 Peningkatan diameter 4. Auskultasi suaran napas, catat area 10. Mencegah pola napas pasien memburuk
anterior-posterior,  Status Pernapasan (1/2/3/4/5) ventilasi menurun, atau tidak ada dan
 Pernapasan cuping hidung, suara tambahan
 Othopnea 11. Cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
 Fase ekspirasi memanjang 5. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
Dengan kriteria mayor:
 Pernapasan bibir
 Takipnea  Frekuensi pernapasan
 Penggunaan otot bantu (1 / 2 / 3 / 4 / 5)
6. Monitor aliran oksigen
pernapasan.  Irama pernapasan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 1. Salah satu cara membantu mengurangi sesak
 Kedalaman inspirasi 2. Merupakan terapi meniup
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 3. Dapat meningkatkan kondisi pernapasan pasien
7. Kelola pemberian bronkodilator 4. Mengendalikan pernapasan dan pikiran untuk mengurangi
 Suara auskultasi nafas
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) dyspnea
 Kepatenan jalan nafas 5. Dapat menurunkan sensasi dispnea contoh pasien kanker
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Volume tidal
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Pencapaian tingkat insertif
8. Monitor status respires
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Spirometri (1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Kapasitis vital
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)

Dengan kriteria minor : 9. Monitor status hemodinamik


10.Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 Penggunaan otot bantu kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
Pernapasan biot
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 11.Atur intake cairan
 Suara napas tambahan
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Retraksi dinding dada
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Pernapasan pursed lips Evidance Base
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Dispnea saat istirahat 1. Pemberian posisi semifowler
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Dispnea saat latihan 2. Terapi Pursed Lips Breathing
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 3. Posisi condong kedepan
 Orthopnea
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 4. Pernapasan yoga (pranatama)
 Pengembangan dinding
dada tidak simetris
(1 / 2 / 3 / 4 / 5) 5. Pemberian terapi penggunaan kipas angin
 Gangguan vokalisasi
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Akumulasi sputum
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Gangguan ekspirasi
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)
 Atelektasisi
(1 / 2 / 3 / 4 / 5)

2. Hipovolemia (SDKI) Setelah di berikan intervensi NIC : Manajemen cairan


(D.0023)Berhubungan dengan : kperawatan selama 3x 24
jam defisien volume cairan Aktivitas keperawatan :
 Kehilangancairanaktif teratasi, dengan:
 Kegagalanmekanismeregulasi 1. timbang berat badan setiap hari dan 1. Menimbang berat badan penting untuk mengetahui status
montor status pasien kebutuhan cairan yang akan diberikan.
NOC:Keseimbangan cairan
2. Mencatan intake dan output adalah untuk mengetahui
Ditandai dengan : keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
Dipertahankan pada …
2. Jaga intake dan asupan yang akurat 3. Kateter urine bergna untuk melihat output urine secara
 Penurunan turgor kulit dan catat output berkala dan meihat arna dan konsentrasi urine.
Ditingkatkan pada …
 Penurunan haluaran urine 4. Melihat satus hidrasi untuk mengetahui tingkat kekurangan
 Membrane mukosa kering  1=sangat terganggu cairan
3. Masukan kateter urine
 Peningkatan suhu tubuh  2= banyak terganggu 5. Hasil laboratorium dapat mencerminkan kandungan cairan
 Peningkatan hematokrit  3= cukup terganggu dai dalam plasma dan tubuh.
 Peningkatan konsentrasi urine  4=sedikit terrganggu 6. Kekurangan volume cairan dapat mempengaruhi
 Haus  5= tidak terganggu keseimbangan tanda- tanda vital
 kelemahan Dengan kriteria hasil: 4. Monitor status hidrasi (membran 7. Terapi IV line dapat membantu memenuhi kebutuhan cairan
mukosa,denyut nadi, dan tekanan secara cepat melalui vena
keseimbangan cairan darah) 8. Cairan yang tepat dan mengandung elektrolit yang tepat
5. Monitor hasil laboratorium yang dapat menjaga keseimbangan cairran dalam tubuh.
1/2/3/4/5 relevan (penurunan hematrokrit, 9. Meningkatkan asupan oral untuk menjaga mukosa dan
kadar urine) keadan umum pasien.
- Tekanan darah 10. Pasien mendapatkan terapi lanjut
- Keseimbangan intake
dan output 6. Monitor tanda- tanda vital
- Turgor kulit
- Kelembapan membran
mukosa
- Berat jenis urine
- Kehausan 7. Berikan terapi IV seperti yang di 11. Air kelapa dapat menjaga ion dan elektrolit cairan dalam
tentukan tubuh

12. Vit C akan merangsang reseptor sensasi rasa asam,


sehingga membawa impuls ke pusat saliva di medula
8. Berikan cairan dengan tepat batang otak sehingga mengurangi rasa haus
13. Rasa mint mengurangi stimulus haus

14. Melihat status deraat keparahan kekurangan volume cairan


9. Tingkatkan supan oral (misalnya dalam tubuh
memberikan sedotan, menawarkan
cairna diantara waktu makan)
10. Konsultasikan dengan dokter jika 15. Beras membantu menahan dan mengikat cairan di dalam
tanda- tanda kekurangan cairan tubuh.
memburuk
Evidance based :

11. Pengaruh pemberian air kelapa muda


terhadap tingkat sataus hidrasi cairan
tubuh setelah melakukan aktivitas
olahraga
12. Vit C mengurangi rasa haus

13. Berkumur dengan obat kumur rasa


mint dapat berpengaruh terhadap rasa
haus
14. Pemantauan status hidrasi pada pasien
meliputi pemantauan selama 24 jam
dengan menggunakan chart intake dan
output
15. Pengaruh dehidrasi oral berbasis beras
terhadap anak diare akut dehidrasi
tidak berat.

Dapus :

 Joanne McCloskey Dochterman, Gloria M. Bulecheck. 2004. NIC. Amerika: United Statis of America
 Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2004. NOC. Amerika: United States of America
 T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai